Persepsi Pemuda Pencari Kerja terhadap Pekerjaan Pertanian dan Pilihan Pekerjaan di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor

PERSEPSI PEMUDA PENCARI KERJA TERHADAP PEKERJAAN
SEKTOR PERTANIAN DAN PILIHAN PEKERJAAN DI DESA
CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

MEZIRIATI HENDRI

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi Pemuda
Pencari Kerja terhadap Pekerjaan Pertanian dan Pilihan Pekerjaan di Desa
Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor adalah benar karya saya
dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari
karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Insititut
Pertanian Bogor.

Bogor, Januari 2014
Meziriati Hendri

NIM I34100008

ABSTRAK
MEZIRIATI HENDRI. Persepsi Pemuda Pencari Kerja terhadap Pekerjaan Pertanian
dan Pilihan Pekerjaan di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten
Bogor. Dibimbing oleh EKAWATI SRI WAHYUNI
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi pemuda pencari kerja terhadap
pekerjaan di sektor pertanian dan faktor-faktor yang mempengaruhinya serta
menganalisis pekerjaan yang menjadi pilihan bagi pemuda Desa Cihideung Udik.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif yang diperkuat dengan
data kualitatif. Responden terdiri dari 40 orang pemuda pencari kerja. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor-faktor internal pencari kerja seperti: berjenis kelamin
perempuan, memiliki keterampilan dan memiliki pengalaman kerja, dan faktor-faktor

eksternal seperti status sosial ekonomi rendah, tingkat kosmopolitan rendah dan
sosialisasi pekerjaan non pertanian mempengaruhi persepsi negatif terhadap
pekerjaan pertanian. Para pemuda pencari kerja desa penelitian lebih memilih
pekerjaan di luar pertanian seperti di industri atau pabrik yang berada di daerah Bogor
atau Jakarta.
Kata-kata kunci: persepsi, pencari kerja, pemuda desa, pekerjaan pertanian,
pekerjaan non pertanian

ABSTRACT
MEZIRIATI HENDRI. Perception on Agriculture Jobs and and Job Preference
Among Youth Unemployed in Cihideung Udik, Ciampea District, Bogor Regency.
Supervised by EKAWATI SRI WAHYUNI
This research aim to analyse the perception on agricultural employment, and to
analyse job preferences among rural youth unemployed in Cihideung Udik village.
This research was conducted using quantitative research approach enhanced with
qualitative data. The number of respondents were 40 youth job seekers. The research
result shows that job seekers internal factors, such as, women, have some skills and
some job experience, as well as, external factors such as, low socio economic level,
less cosmopolitant, and no agricultural employment experiences tend to have
negative perceptions on agricultural employment. Rural youth unemployed in this

village prefer to work in non agricultural sectors, such as in manufacturing sector in
area around Bogor and Jakarta.
Keywords : perception, unemployment, rural youth, agricultural employment, non
agricultural employment

iv

PERSEPSI PEMUDA PENCARI KERJA TERHADAP PEKERJAAN
SEKTOR PERTANIAN DAN PILIHAN PEKERJAAN DI DESA
CIHIDEUNG UDIK KECAMATAN CIAMPEA KABUPATEN BOGOR

MEZIRIATI HENDRI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

v

Judul Skripsi

Nama
NIM

: Persepsi Pemuda Pencari Kerja terhadap Pekerjaan
Pertanian dan Pilihan Pekerjaan di Desa Cihideung Udik
Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor
: Meziriati Hendri
: I 34100008

Disetujui oleh
Dosen Pembimbing


Dr Ir Ekawati Sri Wahyuni, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Pengesahan : -----------------------

Judu} Skripsi

Persepsi Pemuda Pencari Kerja terhadap Pekerjaan
Pertanian dan Pilihan Pekerjaan di Desa Cihideung Udik
Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor
Meziriati Hendri
134100008

Nama
NIM


Disetujui oleh
Dosen Pembimbing

Dr Ir E

Tanggal Pengesahan

,
セ@

--

Mセ

2 7 ja セ ャ@ 201(

m MS

vi


PRAKATA

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT rahmat dan anugerah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Persepsi Pemuda
Pencari Kerja terhadap Pekerjaan Pertanian dan Pilihan Pekerjaan di Desa
Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor”dengan baik. Penulisan
skripsi ini tidak terlepas dari dukungan dariberbagai pihak yang mendukung
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Dr Ir Ekawati Sri Wahyuni, MS selaku dosen pembimbing yang telah
berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, arahan, saran
serta kritik yang membangun hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr Nurmala K. Pandjaitan, MS.DEA dan Ir Siti Sugiah M. Mugniesyah,
MS selaku dosen penguji utama dan dosen penguji akademik dalamujian
kelulusan yang telah berkenan untuk memberikan arahan, saran dan kritik
yang membangun untuk penulisan skripsi ini.
3. Keluarga tersayang, Papa dan Mama (Papa Yanizulhendri dan Mama
Resita Eliza), abang Bobi Hendri, adek Rihhadatul Aisy Hendri, yang
telah memberikan dukungan moril maupun materiil, doa, kasih sayang,

dan kesabaran
4. Keluarga Haders tercinta, Ayu, Lola, Indah, Yani, Amel, Mira, Deni,
Wilda dan 414 tersayang Sekar, Ika, Tita, yang selalu memberikan
semangat, bantuan, kebahagiaan dan arti sahabat, saudara dan keluarga
bagi penulis
5. Keluarga FORCES 8 dan Minang Vaganza 2013 yang telah mengajarkan
arti persahabatan, persaudaraan, dan profesionalitas bagi penulis
6. Sahabat-sahabat penulis yaitu Hermin Rahayu Pertiwi, Vina Rahmadhini,
Oktaviola, Rahmy, Natrisya Sekar Arum, Mutmainna, Dinasti, Sara
Endarwati, dan kelompok KKP Cisalada Sahda, Puput, Yoga, Desti,
Husna, Yunus, serta sahabat sejak SMA Putri dan Jansen yang senantiasa
mendukung dalam proses pembelajaran, memberi semangat dan motivasi
bagi penulis.
7. Cita, Pak Misnan dan keluarga, beserta warga Desa Cihideung Udik yang
senantiasa membantu dalam proses penelitian ini sehingga penulis dapat
melakukan penelitian dengan lancar.
8. Teman-teman SKPM angkatan 47 yang telah bersama-sama berproses
dalam belajar pengembangan masyarakat dan komunikasi.
9. Semua pihak yang telah memberikan semangat dan motivasi, terima kasih.


vii

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Latar belakang
Masalah penelitian
Kegunaan Penelitian

ix
1
1
3
4

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Kerangka Pemikiran
Hipotesis penelitian

Definisi Operasional

5
5
13
14
15

PENDEKATAN LAPANG
Metode Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Sampling
Teknik Pengolahan dan Analisis Data

17
17
17
17
18

18

GAMBARAN UMUM LOKASI
Kondisi Geografis
Demografi
Pendidikan
Agama
Sarana Kesehatan
Sarana dan Prasarana Ekonomi
Situasi Ketenagakerjaan

21
21
21
23
24
24
25
25

GAMBARAN UMUM RESPONDEN
Karakteristik pribadi
Riwayat Pekerjaan
Ikhtisar

27
27
28
33

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERSEPSI TERHADAP PEKERJAAN
PERTANIAN
Persepsi terhadap pekerjaan pertanian
Faktor internal
Hubungan faktor internal dengan persepsi terhadap pekerjaan pertanian
Faktor Eksternal
Hubungan faktor eksternal dengan persepsi terhadap pekerjaan pertanian
Ikhtisar

35
35
39
41
44
55
58

PILIHAN PEKERJAAN PEMUDA DESA
Pekerjaan pertanian

59
59

viii

Pekerjaan di sektor non pertanian
Daerah pilihan bekerja
Harapan pendapatan
Ikhtisar

61
63
64
65

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

67
67
67

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

69
73
85

ix

DAFTAR TABEL
1.
2.
3.

4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.

Luas dan persentase pola penggunaan tanah di Desa Cihideung
Udik tahun 2009
Jumlah
dan persentase penduduk Desa Cihideung Udik
berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur, Agustus 2013
Jumlah dan persentase penduduk Desa Cihideung Udik yang
sekolah berdasarkan tingkat pendidikan tahun 2002 dan tahun
2012
Jumlah sarana pendidikan di Desa Cihideung Udik tahun 2012
Jumlah sarana kesehatan di Desa Cihideung Udik tahun 2012
Jumlah sarana dan prasarana ekonomi di Desa Cihideung Udik
tahun 2012
Jumlah penduduk Desa Cihideung Udik yang bekerja menurut jenis
pekerjaan, tahun 2012
Jumlah dan persentase responden berdasarkan umur
Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis sekolah
menengah
Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan kegiatan
Jumlah dan persentase responden yang langsung mencari pekerjaan
setelah lulus sekolah
Jumlah dan persentase responden berdasarkan lamaran yang pernah
lolos
Jumlah dan persentase responden berdasarkan lamaran pekerjaan
yang diajukan
Jumlah dan persentase sumber informasi lowongan pekerjaan
responden
Jumlah dan persentase persepsi pemuda Desa Cihideung Udik
terhadap pekerjaan pertanian
Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis kelamin
Jumlah dan persentase responden yang memiliki keterampilan
Jumlah dan persentase pengalaman bekerja yang dimiliki
responden
Jumlah dan persentase persepsi pekerjaan pertanian berdasarkan
faktor internal responden
Jumlah dan persentase responden berdasarkan kepemilikan lahan
Jumlah dan persentase responden berdasarkan jenis pekerjaan
orangtua

21
22

23
24
24
25
25
27
28
29
29
30
30
31
38
39
39
40
41
45
46

x

22. Jumlah dan persentase responden berdasarkan ketetapan pekerjaan
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.

kepala keluarga
Jumlah dan persentase responden berdasarkan total pendapatan
orangtua perbulan
Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat pendidikan
orangtua
Jumlah dan persentase pemuda berdasarkan status sosial ekonomi
keluarga
Jumlah dan persentase responden berdasarkan topik yang disukai
ketika mengakses internet dan televisi
Jumlah dan persentase responden berdasarkan
waktu yang
dihabiskan untuk mengakses media massa dalam sehari
Jumlah responden berdasarkan kota yang pernah dikunjungi
Jumlah responden berdasarkan tujuan mengunjungi kota
Jumlah dan persentase responden berdasarkan jumlah kota yang
pernah dikunjungi
Jumlah dan persentase responden berdasarkan tingkat kosmopolitan
Jumlah dan presentase responden berdasarjan jenis pekerjaan yang
diharapkan orangtua
Jumlah dan persentase persepsi pekerjaan pertanian berdasarkan
faktor eksternal responden
Jumlah dan persentase minat bekerja pemuda Desa Cihideung
Udik
Jumlah dan persentase persepsi terhadap pekerjaan sektor pertanian
berdasarkan minat bekerja responden
Jumlah dan persentase responden berdasarkan pilihan pekerjaan
Jumlah dan persentase responden berdasarkan harapan pendapatan

46
47
48
48
49
50
51
51
52
52
54
55
59
61
62
65

xi

DAFTAR GAMBAR

Penurunan jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian dari
tahun 2008-2012
2. Kerangka Pemikiran
3. Persentase daerah lamaran pekerjaan responden
4. Persentase alasan berhenti bekerja responden
5. Proporsi upah yang didapatkan responden per bulan ketika bekerja
6. Persentase penilaian pemuda terhadap tingkat kelelahan bekerja di
pertanian
7. Persentase penilaian pemuda tentang orang yang cocok bekerja di
pertanian berdasarkan umur
8. Persentase penilaian pemuda mengenai orang yang cocok bekerja
di pertanian dari segi pendidikan
9. Jenis pekerjaan yang pernah dimasuki responden yang memiliki
pengalaman bekerja
10. Responden yang diperkenalkan dan diharapkan bekerja di pertanian
11. Daerah pilihan bekerja responden

1.

2
14
31
32
33
35
37
37
41
53
63

DAFTAR LAMPIRAN

1.
2.
3.
4.
5.

Kuesioner
Panduan Wawancara Mendalam
Kerangka Sampling
Hasil Olah data SPSS
Pelaksanaan Penelitian Tahun 2013

73
79
80
81
83

1

PENDAHULUAN

Latar belakang

Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di
dunia setelah China, India dan Amerika Serikat. Jumlah penduduk di Indonesia
saat ini yaitu mencapai 237,6 juta jiwa (BPS 2010) dan dari keseluruhan total
penduduk tersebut 34 persen merupakan pemuda yaitu penduduk yang berumur
15-35 tahun. Umur tersebut merupakan umur yang sangat prima bagi manusia dan
pada umur tersebutlah biasanya orang mulai masuk ke dalam dunia kerja.
Permasalahan yang belum kunjung terselesaikan dalam dunia ketenagakerjaan di
Indonesia yaitu masalah pengangguran. Pengangguran adalah seseorang yang
termasuk kelompok penduduk usia kerja yang selama periode tertentu tidak
bekerja, dan bersedia menerima pekerjaan, serta sedang mencari pekerjaan (BPS
2013). Sejalan dengan hal tersebut, Depnakertrans (2012) menyatakan bahwa
jumlah pengangguran terbuka atau penduduk yang sedang mencari kerja di
Indonesia tergolong tinggi yaitu sebanyak 7.244.956 jiwa dan 40 persen
diantaranya merupakan lulusan Sekolah Menengah Atas atau sederajat.
Pendidikan masyarakat di Indonesia saat ini mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Hal ini terlihat dengan peningkatan angka partisipasi pendidikan
masyarakat Indonesia yang tidak hanya di daerah perkotaan, akan tetapi juga
sudah mulai merata sampai ke daerah pedesaan. Tentunya hal ini menjadi suatu
nilai tambah yang bagus dengan meningkatnya kualitas sumber daya manusia di
negeri ini. Simanjuntak (1985) berpendapat bahwa pendidikan tidak hanya
meningkatkan pengetahuan, tetapi juga keterampilan dan produktivitas kerja yang
nantinya akan meningkatkan penghasilan yang didapatkan.
Terutama untuk daerah pedesaan yang sebagian besar masih berada oleh
sektor primer. Hal ini seharusnya akan semakin meningkatkan produktifitas dan
hasil dari berbagai sektor primer yang ada di desa, salah satunya seperti bidang
pertanian. Akan tetapi hal yang ditemukan saat ini yaitu semakin tinggi
pendidikan seseorang semakin menurunkan minatnya ke arah pertanian.
Fenomena ini semakin diperkuat oleh data penduduk yang bekerja di sektor
pertanian pada tahun 2008-2012 ini, data tersebut menunjukkan bahwa telah
terjadi penurunan jumlah masyarakat yang bekerja di sektor ini secara signifikan
dalam beberapa tahun terakhir (Gambar 1). Prihatmoko (2013) menyatakan bahwa
berdasarkan data BPS jumlah tenaga kerja di sektor pertanian merosot tajam dari
42,28 juta orang pada Februari 2011 hingga sebanyak 39,96 juta orang pada
Februari 2013.Hal ini mengindikasikan bahwa tenaga kerja di Indonesia mulai
banyak beralih ke sektor di luar pertanian.

2
41
40

Persentase

39
38
37
36
35
34
33
32
2008

2009

2010

2011

2012

Tahun

Sumber: Diolah dari data Depnakertrans 2008-2012
Gambar 1 Penurunan jumlah penduduk yang bekerja di sektor pertanian dari
tahun 2008-2012
Peningkatan pendidikan yang mereka miliki mendorong mereka untuk
lebih cenderung mencari pekerjaan yang lebih baik. Raharjo (2004)
mengemukakan hasil penelitian di Missouri (AS) yang mendapatkan kenyataan
bahwa pemuda yang mempunyai tingkat pendidikan atau kecakapan terbaik telah
meninggalkan daerah sektor pertanian dan beranjak ke daerah non pertanian
seperti kota. Dalam kata lain, pemuda desa saat ini terutama yang telah
berpendidikan minimal SMA sederajat cenderung untuk tidak berminat lagi dan
memiliki persepsi kurang baik terhadap pekerjaan pertanian walaupun masih
berada di lingkungan daerah pertanian. Dewasa ini telah terdapat beberapa
penelitian yang melihat pandangan atau persepsi pemuda terhadap pekerjaan di
sektor pertanian, seperti penelitian yang dilakukan oleh Herlina (2002) yang
meneliti tentang orientasi nilai kerja pemuda pada keluarga petani perkebunan,
penelitian yang dilakukan oleh Anshori (2011) mengenai persepsi dan minat
pemuda terhadap pekerjaan pertanian, kemudian penelitian Chandra (2004) yang
meneliti mengenai persepsi pemuda desa terhadap pekerjaan di pertanian dan
minat bekerja di kota. Berdasarkan penelitian yang dilakukannya, Chandra (2004)
merekomendasikan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut tentang persepsi
pemuda desa yang sudah tidak bekerja di sektor pertanian terhadap pekerjaan
pertanian untuk memperkuat hasil penelitiannya.
Penelitian mengenai persepsi pemuda terhadap pekerjaan pertanian ini
pada umumnya masih terfokuspada pemuda secara keseluruhan (umur 15-35
tahun) dengan beragam tingkat pendidikan dan bekerja disektor pertanian. Namun
demikian ditengah peningkatan pendidikan hingga ke pedesaan dan banyaknya
pemuda pencari kerja saat ini, masih jarang terlihat penelitian mengenai persepsi
pemuda pencari kerja yang berpendidikan terhadap pekerjaan pertanian.Rakhmat
(2003) mengatakan bahwa persepsi seseorang mengenai suatu hal akan
mempengaruhi perilaku seseorang terhadap hal tersebut. Pemuda desa saat ini
telah banyak yang meninggalkan pekerjaan pertanian, terlihat dengan usaha
mereka untuk melamar di berbagai sektor pekerjaan lain dan mengalami beberapa
kali pergantian pekerjaan di luar sektor pertanian. Pemuda yang melakukan hal ini

3

masih berada pada wilayah dengan sektor pertanian yang menjadi mayoritas
pekerjaan penduduk. Hal ini seperti yang ditemukan pada pemuda di Desa
Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Melihat fenomena
tersebut menimbulkan pertanyaan sebenarnya bagaimanakah persepsi pemuda
pencari kerja yang berpendidikan terhadap sektor pertanian saat ini?
Masalah penelitian
Desa Cihideung Udik merupakan daerah pertanian dan sebagian besar
masyarakatnya masih bertani. Hal ini tentu memberikan penilaian tersendiri bagi
pemuda desa yang lahir dan hidup di lingkungan pertanian tersebut.Penilaian atau
interpretasi seseorang tentang bagaimana memandang atau mengartikan sesuatu
yang ditangkap oleh alat indranya disebut dengan persepsi (Leavit 1978).
Persepsi seseorang tentang sejauh mana lingkungan memuaskan dan
mengecewakan akan mempengaruhi perilaku orang tersebut dalam lingkungan itu
(Rakhmat 2003). Pemuda pencari kerja yang berada pada lingkungan pertanian
ini telah meninggalkan pekerjaan pertanian dan berlomba mencari pekerjaan di
luar sektor pertanian. Melihat fenomena tersebut menimbulkan pertanyaan
bagaimanakah persepsi pemuda desa terhadap pekerjaan di sektor pertanian
di Desa Cihideung Udik?
Semakin meningkatnya pendidikan termasuk hingga ke pedesaan
membuat masyarakat desa khusunya pemuda yang telah berpendidikan saat ini
mulai memikirkan pekerjaan-pekerjaan lain yang berada di luar sektor pertanian.
Melihat fenomena tersebut, menimbulkan pertanyaan bagaimanakah pilihan
pekerjaan pada pemuda pencari kerja di Desa Cihideung Udik?
Persepsi atau pandangan pemuda terhadap pekerjaan sektor pertanian
tentu dipengaruhi oleh beberapa faktor. Yunita (2011) menjelaskan faktor yang
mempengaruhi pandangan dan pengetahuan seseorang terhadap sesuatu adalah
karakteristik yang ada di setiap individu tersebut, yang terbagi atas dua kelompok
besar yaitu yang berasal dari diri individu itu sendiri (internal) maupun faktor
yang berasal dari luar diri individu (eksternal). Untuk itu, perlu diketahui apakah
faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pemuda pencari kerja
berpendidikan terhadap pekerjaan di sektor pertanian di Desa Cihideung
Udik?
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis persepsi pemuda desa terhadap pekerjaan di sektor
pertanian.
2. Menganalisis pilihan pekerjaan pada pemuda pencari kerja di Desa
Cihideung Udik.
3. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terhadap
pekerjaan sektor pertanian pada pemuda pencari kerja di Desa Cihideung
Udik

4

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai kalangan. Bagi
akademisi penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan kajian
untuk penelitian selanjutnya mengenai kondisi tenaga kerja muda di desa secara
umunya dan pilihan pekerjaan pemuda desa saat ini secara khususunya. Selain itu,
bagi pemerintah diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan meningkatkan
perhatian terhadap kondisi pemuda dan ketenagakerjaan pertanian di desa.
Kemudian bagi masyarakat diharapkan dapat menjadi tambahan informasi
mengenai fakta tentang kondisi tenaga kerja muda di bidang pertanian saat ini.

5

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka
Pemuda
Pada publikasi penyajian informasi Kementerian Pemudadan Olahraga
Tahun 2006 dan 2007, yang disebut dengan pemuda adalah penduduk yang
berumur 15-35 tahun. Namun, berdasarkan Rancangan Undang-Undang
Kepemudaan Tahun 2008, penyebutan pemuda ditujukan untuk penduduk yang
berumur 18-35 tahun. Dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Pasal 1 disebutkan secara jelas bahwa
umur di bawah 18 tahun dikategorikan sebagai anak. Sehingga definisi pemuda
yang digunakan pada publikasi tahun 2008 tidak memasukkan anak (15-17 tahun)
sebagai bagian dari pemuda (Kemenpora 2008).
Berdasarkan definisi pemuda yang disebutkan sebelumnya, posisi pemuda
yaitu berada diatas masa anak-anak dan remaja. Rohmad (1998) mengatakan
pemuda merupakan suatu masa transisidari masa remaja kepada masa dewasa.
Pemuda telah dapat dikategorikan ke dalam angkatan kerja karena melihat umur
pemuda yang digolongkan mulai dari 16 tahun menurut Undang-Undang nomor
40 tahun 2009 dan 18 tahun menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor
23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak walaupun umur tersebut masih
termasuk ke dalam umur sekolah.
Ada berbagai faktor yang menyebabkan pemuda memasuki angkatan
kerja. Salah satunya karena sudah tidak bersekolah lagi, baik sukarela maupun
terpaksa. Sukarela, misalnya apabila seseorang telah menamatkan jenjang
pendidikan tertentu, sedangkan yang terpaksa, misalnya karena alasan ekonomi
seseorang memilih putus sekolah sementara masih berkeinginan untuk
melanjutkan sekolah, dengan kondisi tersebut terpaksa harus bekerja/mencari
pekerjaan.
Yulianto (1997) mengemukakan bahwa pemuda anak petani banyak yang
mempunyai keinginan bekerja di luar sektor pertanian. Apalagi untuk mereka
yang telah mencapai pendidikan setingkat SMU, mereka cenderung untuk
memilih pekerjaan sendiri di luar sektor pertanian karena dirasa mampu bekerja
pada suatu bidang pekerjaan tertentu, hal ini juga disebabkan oleh kesesuaian
dengan tingkat pendidikan yang telah dicapainya. Pemuda yang bekerja sebagai
staf atau buruh industri bekerja hanya karena status. Artinya mereka merasa malu
dengan tingkat pendidikan yang dimilikinya harus tetap bekerja sebagai petani.
Rohmad (1997) mengatakan bahwa orientasi pemuda saat ini dapat dilihat dari
beberapa sifat yaitu cara hidup yang terlalu berorientasi kekinian, pandangan
hidup yang terlalu berorientasi pada status, sehingga sikapnya lebih berorientasi
pada status daripada fungsi atau prestasi, serta pemuda saat ini lebih percaya pada
koneksi daripada kompetisi secara terbuka.

6

Herlina (2002) menyatakan dalam hasil penelitiannya bahwa pemuda
mempersepsikan pekerjaan pertanian sebagai bidang yang tidak memiliki masa
depan. Hal ini disebabkan oleh pekerjaan pertanian yang sangat tergantung
dengan kondisi alam (cuaca) sehingga sangat sulit untuk diprediksi. Faktor
ketidakpastian dalam pekerjaan ini menjadi unsur kekhawatiran utama bagi
mereka.
Pencari kerja
Dalam pendekatan labour force, angkatan kerja yaitu seseorang yang aktif
secara ekonomi (mencari pekerjaan) dengan dua kemungkinan, yaitu
mendapatkan pekerjaan yang digolongkan dengan bekerja (employed person) dan
yang tidak atau belum mendapatkan pekerjaan yang digolongkan sebagai
pengangguran (unemployed person) (Rusli 2012). Tenaga kerja (manpower)
terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja (labor force)
terdiri dari golongan yang bekerja, golongan menganggur dan mencari pekerjaan.
Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari golongan yang bersekolah, mengurus
rumah tangga dan lain-lain (penerima pendapatan). Ketiga golongan dalam
kelompok angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk
bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini sering juga dinamakan sebagai potential
labor force. Sumarsono (2003) mengungkapkan bahwa pencari kerja yaitu
penduduk yang menawarkan tenaga kerja tapi belum berhasil memperoleh
pekerjaan dianggap terus mencari pekerjaan .
Kementrian Pertanian (2012) mengemukakan mencari pekerjaan adalah
kegiatan seseorang yang pada saat survei orang tersebut sedang mencari
pekerjaan, seperti mereka yang :
a. belum pernah bekerja dan sedang berusaha mendapatkan pekerjaan
b.sudah pernah bekerja, karena sesuatu hal berhenti atau diberhentikan dan sedang
berusaha untuk mendapatkan pekerjaan.
c.bekerja atau mempunyai pekerjaan, tetapi karena sesuatu hal masih berusaha
untuk mendapatkan pekerjaan lain.
Usaha mencari pekerjaan ini tidak terbatas pada seminggu sebelum
pencacahan, jadi mereka yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan dan yang
permohonannya telah dikirim lebih dari satu minggu yang lalu tetap dianggap
sebagai mencari pekerjaan asalkan seminggu yang lalu masih mengharapkan
pekerjaan yang dicari ( BPS 2012).
Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mencari
pekerjaan. Setiawan (2007), Adi (2011) dan Suroso (2012) menemukan bahwa
umur, harapan pendapatan, pendidikan, jenis SLTA, keterampilan, pengalaman
bekerja dan jenis kelamin berpengaruh terhadap pilihan dan lama mencari kerja.
Umur yaitu lama atau waktu yang telah dihabiskan untuk hidup. Umur memiliki
pengaruh positif dan signifikan terhadap lama mencari kerja. Suroso (2012)
mengatakan bahwa umur yang semakin tua akan semakin sulit untuk mencari
kerja. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka akan semakin lama waktu mencari
pekerjaan terkait dengan tingginya aspirasi untuk memperoleh pekerjaan yang
sesuai dan sebanding dengan return biaya pendidikannya.
Pencari kerja dengan harapan pendapatan yang lebih tinggi akan memiliki
waktu mencari kerja yang lebih lama (Setiawan 2007). Hal ini terkait dengan

7

pertimbangan bahwa dengan upah yang lebih tinggi pencari kerja akan cenderung
menginginkan pekerjaan dengan penghasilan yang lebih layak sehingga ada
kecenderungan akan mencari pekerjaan yang terbaik sehingga memakan waktu
yang lebih lama. Selanjutnya pencari kerja yang mempunyai pengalaman kerja
akan memiliki waktu mencari kerja yang lebih cepat dibanding pencari kerja yang
tidak memiliki pengalaman pekerjaan sebelumnya
Keterampilan adalah suatu kecekatan, kemampuan, dan keahlian seseorang
untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai dengan keahlian yang dikuasainya.
Setiawan (2007) mengungkapkan bahwa pengangguran terutama pada golongan
yang terdidik terlihat relatif tinggi disebabkan oleh kurangnya keterampilan,
terutama bagi mereka yang baru lulus dari pendidikannya. Tenaga kerja yang
memiliki keterampilan kerja didukung tingkat pendidikan yang tinggi, maka
tenaga kerja akan mempunyai lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan
pekerjaan. Hal ini mengindikasikan bahwa pendidikan yang tinggi dan didukung
dengan kepemilikan keterampilan
akan semakin memudahkan seseorang
mendapatkan pekerjaan.
Pilihan pekerjaan
Desa di Indonesia dapat dibedakan atas beberapa jenis, yaitu seperti desa
pertanian, nelayan, pariwisata, dan lain-lain. Akan tetapi, desa yang paling banyak
merupakan desa pertanian (Raharjo 2004). Hayami dan Kikuchi (1987) dalam
Prabowo (2012) menyatakan bahwa ketika terjadi fragmentasi lahan di desa dan
sektor pertanian tidak dapat lagi diharapkan sebagai sumber mata pencaharian,
maka masyarakat akan menyiasati dengan berpartisipasi di kegiatan non
pertanian. Dengan demikian terdapat dua pilihan pekerjaan secara garis besar
yaitu pekerjaan sektor pertanian dan di luar sektor pertanian.
Kementrian pertanian (2012) mengemukakan pekerjaan yang termasuk ke
dalam sektor pertanian yaitu pertanian bercocok tanam, kehutanan dan perburuan
serta perikanan. Pekerjaan non pertanian akan menjadi lebih luas karena
banyaknya pilihan pekerjaan saat ini yang diluar sektor pertanian. Badan Pusat
Statistik (BPS) Indonesia, mengklasifikasikan sektor non-pertanian sebagai sektor
yang terdiri atas:(1) sektor pertambangan dan penggalian, (2) industri pengolahan,
(3) sektor listrik, air, dan gas, (4) konstruksi, (5) perdagangan, rumah makan dan
jasa akomodasi, (6) transportasi, pergudangan dan telekomunikasi, (7) lembaga
keuangan, real estate, (8) jasa kemasyarakat, sosial dan perorangan.
Belum berkembangnya agroindustri di perdesaan, sehingga usaha tani
masih dominan di aspek produksi on farm dengan tingkat pendapatan yang relatif
kecil dan belum berkembangnya usaha jasa pelayanan permodalan, dan teknologi,
mengakibatkan citra petani dan pertanian lebih sebagai aktivitas sosial budaya
tradisional, bukan sosial ekonomi yang dinamis dan menantang. Kondisi ini pada
akhirnya kurang menarik minat generasi muda di perdesaan untuk bekerja dan
berusaha di bidang pertanian, terlebih bagi mereka yang telah mengikuti
pendidikan sekolah menengah ke atas (Kementrian Pertanian 2012).
Apalagi bagi pemuda dewasa ini yang telah memiliki pendidikan, Rozany
(1999) dalam Tarigan (2004) menyatakan dalam penelitiannya di Jawa Barat,
Sumatera Utara, dan Jawa Timur menemukan bahwa tenaga kerja muda bujangan
dan terdidik lebih memilih pekerjaan non pertanian karena menjanjikan

8

pendapatan yang lebih tinggi dan merasa lebih terhormat. Akhirnya sebagai
bentuk penolakan terhadap pekerjaan pertanian, banyak angkatan kerja pedesaan
yang bermigrasi ke kota.
Sektor industri merupakan salah satu sektor yang menjadi pilihan
pekerjaan pemuda desa saat ini .Malau (2011) yang mengungkapkan bahwa
terjadi lonjakan jumlah tenaga kerja di sektor industri dan konstruksi pada bulan
Agustus 2011. Tercatat, jumlah tenaga kerja di sektor industri naik sebesar 840
ribu orang, sedangkan pada sektor konstruksi peningkatakan jumlah tenaga kerja
sebesar 750 ribu orang. Sejalan dengan hal tersebut, Rinihastuti (2010)
menyatakan dalam hasil penelitiannya di Desa Sidoleren bahwa penyebab pemuda
desa lebih memilih bekerja di sektor industri kecil dan rumah tangga adalah
pandangan tentang pekerjaan di sektor industri itu lebih menyenangkan, santai,
mendapatkan gaji yang tetap setiap bulannya dengan jumlah yang lebih besar.
Ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh dalam memilih pekerjaan.
Prabowo (2012) menemukan bahwa faktor pendidikan merupakan faktor yang
paling mempengaruhi terhadap pilihan pekerjaan pemuda desa. Lain lagi halnya
dengan yang ditemukan Sumarsono (2003) yang menyatakan bahwa pilihan
pekerjaan dipengaruhi oleh upah, keterampilan, jam kerja dan pengalaman
bekerja.
Persepsi bekerja di sektor pertanian
Khairani (2013) mengemukakan pengertian dari persepsi yaitu proses
pemberian arti terhadap lingkungan oleh individu. Ina (2012) menyatakan bahwa
persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari penglihatan hingga terbentuk
tanggapan yang terjadi dalam diri individu sehingga individu sadar akan segala
sesuatu dalam lingkungannya melalui indera-indera yang dimilikinya. Sejalan
dengan hal tersebut, Rakhmat (2003) mengatakan bahwa persepsi merupakan
pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh
dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ditentukan oleh
faktor personal dan faktor situasional. Faktor personal yaitu karakteristik orang
yang memberikan respons terhadap stimuli dan faktor situasional merupakan
situasi yang berada di luar diri orang tersebut.
Leavit (1978) berpendapat bahwa persepsi merupakan suatu penilaian atau
interpretasi seseorang tentang bagaimana memandang atau mengartikan sesuatu
yang ditangkap oleh alat indranya. Selain itu, menurut Kayam (1985) dalam
Puspasari (2010) persepsi juga merupakan pandangan seseorang terhadap suatu
objek sehingga individu tersebut memberikan reaksi tertentu yang dihasilkan dari
kemampuan mengorganisasikan pengamatan yang berhubungan dengan
penerimaan atau penolakan. Pada dasarnya, persepsi merupakan proses penilaian
seseorang terhadap obyek tertentu. Menurut Young (1951) dalam Yunita (2011)
persepsi merupakan aktivitas mengindra, mengintegrasikan dan memberi
penilaian pada objek fisik maupun sosial, dan penginderaan tersebut tergantung
pada stimulus fisik dan sosial yang ada di sekitarnya. Hal-hal yang ada di
lingkungan akan diolah bersama dengan hal yang telah dipelajari sebelumnya baik
itu berupa harapan, nilai dan sikap, ingatan, dan lain-lain.

9

Yunita (2011) menjelaskan faktor yang mempengaruhi persepsi adalah
karakteristik yang ada di setiap individu tersebut, yang terbagi atas dua kelompok
besar yaitu :
1. Karakteristik internal yang merupakan kondisi atau keadaan spesifik
individu yang berkaitan langsung dengan dirinya yang meliputi jenis
kelamin, umur, tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan
2. Karakteristik eksternal yang merupakan kondisi atau keadaan
seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungannya dan mempengaruhi
persepsi atau penilaian seseorang, seperti lingkungan sosial budaya,
interaksi antar individu, dan media komunikasi.
Tidak jauh berbeda dengan Yunita (2011), Toha (2003) menyakatan
bahwa faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang terbangun dalam fikirannya
dan berbeda beda satu dengan yang lainnya yaitu :
1. Faktor internal, berupa kondisi perasaan, sikap dan kepribadian
individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses
belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan, minat
dan motivasi.
2. Faktor eksternal, berupa latar belakang keluarga, informasi yang
diperoleh, pengetahuan dan kebudayaan sekitar, keberlawanan,
pengulangan gerakan, hal-hal baru dan familiar atau ketidakasingan
terhadap suatu objek.
Faktor yang mempengaruhi persepsi pekerjaan sektor pertanian
Chandra (2004) mengemukakan dalam penelitian yang dilakukannya di
Desa Jambudipa bahwa pemuda desa secara keseluruhan memiliki persepsi yang
baik terhadap pekerjaan di sektor pertanian. Hal ini disebabkan oleh masih
banyaknya pemuda bekerja sebagai penggarap daripada buruh tani. Lain lagi
halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Anshori (2011) di Desa Slamet
Kabupaten Malang, hasil penelitiannya menunjukkan bahwa persepsi generasi
muda pedesaan mengenai pekerjaan di sektor pertanian masih cukup baik,
walaupun banyak pemuda yang tidak mau bekerja di sektor pertanian.
Yunita (2011) mengungkapkan bahwa faktor yang mempengaruhi
pandangan atau persepsi terhadap sesuatu terbagi atas dua kategori yaitu internal
dan eksternal. Begitupun halnya dengan persepsi pemuda terhadap pekerjaan di
sektor pertanian, dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Chandra (2004)
mengungkapkan faktor internal yang mempengaruhi persepsi pemuda terhadap
pekerjaan di sektor pertanian yaitu umur, status pernikahan, dan tingkat
pendidikan. Kemudian faktor eksternal yaitu tingkat kosmopolitan dan sosialisasi
pekerjaan. Sejalan dengan Chandra (2004), Herlina (2002) menyatakan umur,
jenis kelamin, status pernikahan dan tingkat pendidikan mempengaruhi persepsi
pemuda terhadap persepsi kerja sektor pertanian. Faktor eksternal yang
berpengaruh yaitu kontak dengan media, sosialisasi dan sumberdaya lahan. Hal
ini agak sedikit berbeda dengan yang dikemukakan Chandra (2004) dan Herlina
(2002), Anshori (2011) mengungkapkan bahwa faktor pengalaman bekerja di
sektor pertanian, luas kepemilikan lahan dan sosialisasi keluarga memiliki
hubungan positif dengan persepsi terhadap pekerjaan di sektor pertanian,

10

sedangkan pendidikan, pendapatan keluarga, upah diluar sektor pertanian,
informasi dari luar desa tidak mempunyai hubungan dengan persepsi generasi
muda terhadap pekerjaan di sektor pertanian.
Berdasarkan faktor – faktor yang dikemukakan di atas, dapat dilihat bahwa
faktor yang mempengaruhi persepsi pekerjaan pemuda dapat di bagi atas dua
kategori yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal
Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari keadaan spesifik individu
yang berkaitan langsung dengan dirinya yang meliputi jenis kelamin, umur,
tingkat pendidikan, dan status pernikahan. Dalam kasus pemuda pencari kerja ini,
keterampilan dan pengalaman bekerja dimasukkan ke dalam faktor internal karena
hal yang berhubungan dengan diri individu dalam mencari pekerjaan.
Jenis kelamin
Jenis kelamin mempengaruhi persepsi seseorang terhadap pekerjaan di
sektor pertanian hal ini seperti yang diungkapkan Herlina (2002) dalam
penelitiannya bahwa berdasarkan pandangan masyarakat, anak perempuan yang
belum menikah tidak pantas masuk ke sektor pertanian karena akan merusak
penampilan dan melelahkan. Perempuan yang belum menikah lebih cenderung
mempersepsikan pekerjaan pertanian sebagai pekerjaan yang kurang baik dan
kurang pantas untuknya karena pekerjaan pertanian identik dengan bekerja kasar
dan keras yang membutuhkan tenaga yang kuat sehingga dinilai lebih cocok untuk
laki-laki. Hal ini membuat mereka selalu menghindari pekerjaan pertanian.
Umur
Chandra (2004) menjelaskan bahwa di Desa Jambudipa, sebagian besar
penduduk yang bekerja di sektor pertanian merupakan mereka yang berumur
lanjut (40 tahun ke atas), sedangkan pemuda cenderung bekerja di sektor lain.
Ketika dihubungkan dengan persepsi, pemuda mempunyai persepsi lebih rendah
atau kurang baik terhadap pekerjaan pertanianjika dibandingkan dengan mereka
yang berumur lebih tua (40 tahun ke atas). Pemuda lebih memilih bekerja di kota
dengan alasan banyak pengalaman baru yang lebih menarik sedangkan pekerjaan
di desa hanya untuk menyenangkan hati orang tua atau hanya untuk mencari
rokok. Hampir sama dengan hasil penelitian Herlina (2002) yang mengatakan
bahwa pemuda mempersepsikan pekerjaan pertanian sebagai pekerjaan yang
rumit dan melelahkan dan menilai pekerjaan pertanian kurang prospektif bagi
masa depan mereka.
Tingkat pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan
sumber daya manusia. Tobing (1994) dalam Setiawan (2007) menyatakan bahwa
semakin terdidik seseorang, harapan untuk mendapatkan pekerjaan yang
diinginkan juga semakin tinggi. Hal tersebut membuat pemuda terdidik lebih suka

11

memilih menganggur daripada mendapat pekerjaan yang tidak sesuai dengan
keinginannya. Dalam hasil penelitiannya, Herlina (2002) mengemukakan bahwa
pemuda yang memiliki pendidikan lebih rendah cenderung untuk memiliki
penilaian yang lebih baik terhadap pekerjaan pertanian karena keterbatasan
mereka untuk masuk ke pekerjaan sektor lain yang membutuhkan persyaratan
pendidikan dan keterampilan khusus. Berbeda dengan pemuda yang memiliki
pendidikan lebih tinggi, mereka cenderung untuk memilih bekerja di luar sektor
pertanian karena dinilai memiliki status sosial tinggi jika dibandingkan dengan
pekerjaan pertanian. Pekerjaan seperti menjadi pegawai pabrik dan swalayan
dinilai lebih baik karena tidak hanya menggunakan tenaga semata, tapi sedikit
banyak membutuhkan pikiran.
Status pernikahan
Herlina (2002) mengatakan bahwa pemuda yang belum menikah, belum
memiliki tanggung jawab yang besar, ia pun masih bisa meminta kepada orang
tua untuk keperluan sehari-hari. Hal ini mengakibatkan tekanan untuk bekerja
masih kecil sehingga masih selektif dalam pekerjaan. Lain halnya dengan pemuda
yang telah menikah, tekanan ekonomi menjadi faktor utama dalam mencari
pekerjaan, persepsinya dalam mencari pekerjaan adalah sumber uang, sehingga
walaupun pekerjaan tersebut tidak diminatinya, ia akan tetap dikerjakan.
Keterampilan
Ketika seorang pemuda tidak memiliki keterampilan untuk bekerja di
sektor formal maka ia akan cenderung untuk memiliki persepsi positif terhadap
pekerjaan pertanian (Prambudi 2011). Keterampilan adalah suatu kecekatan,
kemampuan, dan keahlian seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai
dengan keahlian yang dikuasainya. Setiawan (2007) mengungkapkan bahwa
pengangguran terutama pada golongan yang terdidik terlihat relatif tinggi
disebabkan oleh kurangnya keterampilan, terutama bagi mereka yang baru lulus
dari pendidikannya. Tenaga kerja yang memiliki keterampilan untuk bekerja di
sektor formal dan didukung tingkat pendidikan yang tinggi, akan mempunyai
lebih banyak kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan. Hal ini mengindikasikan
bahwa pendidikan yang tinggi dan didukung dengan kepemilikan keterampilan
akan semakin memudahkan seseorang mendapatkan pekerjaan. Keberadaan
keterampilan di luar pertanian ini berarti sebuah persiapan untuk memasuki
lapangan pekerjaan di luar pertanian.
Pengalaman bekerja
Setiawan (2007) mengungkapkan bahwa variabel pengalaman kerja
memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap lama mencari kerja. Pencari
kerja yang mempunyai pengalaman kerja akan memiliki waktu mencari kerja
yang lebih cepat dibanding pencari kerja yang tidak memiliki pengalaman kerja.
Terutama bagi mereka yang telah memiliki pengalaman bekeja di luar sektor
pertanian. Ia akan cenderung untuk mencari pekerjaan di luar sektor pertanian dan

12

menghindari pekerjaan sektor pertanian karena dirasa pekerjaan di luar pertanian
lebih enak dan memiliki pendapatan yang pasti.
Dalam hal ini terlihat bahwa faktor internal yang mempengaruhi persepsi
terhadap pekerjaan di sektor pertanian dan pilihan pekerjaan yaitu umur, jenis
kelamin, pendidikan, status pernikahan, keterampilan dan pengalaman bekerja,
namun untuk keperluan penelitian yang difokuskan kepada pemuda lulusan SMA
dalam empat tahun terakhir yang sedang mencari pekerjaan, maka faktor internal
dibatasi menjadi jenis kelamin, keterampilan, dan pengalaman bekerja,
Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri individu,
kondisi atau keadaan seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungannya. Dalam hal
pemilihan pekerjaan maupun persepsi pemuda desa terhadap pekerjaan di sektor
pertanian ini, faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu status sosial ekonomi
keluarga, sosialisasi pekerjaan dan tingkat kosmopolitan
Status sosial ekonomi keluarga
Status atau kedudukan menurut Prasodjo dan Panjaitan (2003) merupakan
tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial. Yulisanti (2000) dalam
Lestarini (2007) mengungkapkan status sosial ekonomi ditentukan oleh
pendidikan, pekerjaan dan penghasilan. Semakin tinggi tingkat pendidikan,
pekerjaan, dan penghasilannya maka akan semakin tinggi pula status sosial
ekonomi seseorang. Basrowi dan Juariyah (2010) mengungkapkan status sosial
ekonomi berkaitan dengan kondisi sosial ekonomi itu sendiri yaitu posisi individu
dan kelompok yang berkenaan dengan ukuran rata-rata yang berlaku umum
tentang pendidikan, pemilikan barang-barang, dan patisipasi dalam aktivitas
kelompok dari komunitasnya. Sementara itu, menurut Sudibyo (1996) kondisi
sosial ekonomi adalah keadaan seseorang atau sekelompok orang yang dapat
dilihat dari faktor tingkat pendidikan, status pekerjaan, tingkat pendapatan,
kekayaan, pemilikan barang barang berharga serta kedudukannya di tengah tengah
masyarakat.
Pada desa agraris, lahan merupakan barang berharga. Kepemilikan lahan
mengindikasikan bahwa suatu rumah tangga akan menjadi lebih baik dan dapat
terlibat dalam aktivitas ekonomi pertanian. Selain itu, kepemilikan lahan juga
dapat menjadi indikasi kesejahteraan rumah tangga sehingga anggota rumah
tangga dapat mengambil keuntungan dengan berpartisipasi di kegiatan non
pertanian. Dalam hubungannya dengan persepsi terhadap pekerjaan pertanian
Chandra (2004) menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki lahan cenderung
memiliki persepsi yang lebih baik terhadap pekerjaan sektor pertanian.
Cartmel (2000) mengungkapkan bahwa keluarga sangat menentukan
dalam proses mendapatkan pekerjaan. Suyanto dan Sudarso (2004) menyatakan
mereka yang sudah berada pada lapisan atas yaitu yang memiliki kedudukan di
suatu masyarakat, pada umumnya berusaha untuk mempertahankan status yang
sudah ada, sehingga mereka juga tidak akan membiarkan anaknya memiliki
pekerjaan yang tidak sesuai dengan kondisi kehidupannya. Pekerjaan merupakan
aspek pelapisan sosial yang penting karena begitu banyak segi kehidupan lainnya

13

yang berhubungan pekerjaan. Apabila jenis pekerjaan seseorang diketahui, maka
akan mudah untuk menduga tinggi rendahnya pendidikan, standar hidup, teman,
jam kerja dan kebiasaan sehari-hari keluarga orang ini (Setiadi dan Kolip 2010) .
Sosialisasi pekerjaan
Sosialisasi yaitu proses seseorang memperoleh pengetahuan, nilai dan
sikap. Suyanto dan Narwoko (2011) mengungkapkan bahwa sosialisasi adalah
proses belajar dan pengembangan budaya dari generasi tua kepada generasi
muda. Melalui sosialisasi individu masyarakat belajar mengetahui dan memahami
tingkah dan tindakan apa yang harus dilakukan dan apa yang tidak harus
dilakukan. Herlina (2002) menemukan fakta dalam penelitiannya bahwa orangtua
telah mensosialisasikan agar anaknya tidak bekerja pada sektor pertanian, para
orang tua memberikan pandangan kalau bekerja di sektor pertanian itu capek,
dipandang rendah, dan masa depannya tidak terjamin. Hal ini menyebabkan
pemuda desa memiliki pandangan atau penilaian yang kurang baik terhadap
pekerjaan pertanian sehingga mencoba untuk keluar dari sektor pertanian tersebut.
Sejalan dengan hal tersebut, Chandra (2004) menemukan bahwa semakin baik
sosialisasi pekerjaan pertanian maka akan semakin baik persepsi pemuda terhadap
pekerjaan pertanian tersebut.
Tingkat kosmopolitan
Menurut Murtiyanti (2005) kekosmopolitan adalah keterbukaan seseorang
terhadap informasi dengan melakukan kunjungan ke kota atau desa lainnya untuk
mendapatkan berbagai informasi. Tingkat kosmopolitan dapat diukur dari
perkembangan sumber inovasi baru, antara lain media elektronik (TV, radio,
telepon), media cetak (surat kabar, tabloid, majalah) dan bepergiannya keluar
daerah tempat tinggal mereka atau keluar desa (Parlina 2012). Selain itu, Chandra
(2004) menambahkan tingkat kosmopolitan dapat juga dilihat dari keterdedahan
dengan media massa. Tingkat kosmopolitan ini memiliki hubungan negatif
dengan pekerjaan pertanian, ketika tingkat kosmopolitan pemuda rendah maka ia
akan cenderung untuk memiliki persepsi yang tinggi atau lebih baik terhadap
pekerjaan pertanian.
Kerangka Pemikiran
Jumlah tenaga kerja di bidang pertanian mengalami penurunan di setiap
tahunnya, terlihat dari tahun 2008-2012 tenaga kerja pertanian menurun sebesar 6
persen (Depnakertrans 2012). Meningkatnya pendidikan dewasa ini hingga ke
daerah pedesaan merubah pandangan pemuda terhadap pekerjaan sektor pertanian
dan mulai memasuki pekerjaan di luar sektor pertanian. Rakhmat (2003)
mengatakan bahwa persepsi seseorang mengenai suatu hal akan mempengaruhi
perilaku seseorang terhadap hal tersebut. Persepsi yang negatif terhadap pekerjaan
pertanian menyebabkan banyaknya pemuda yang berlomba-lomba untuk bekerja
di luar sektor pertanian. Pilihan pekerjaan pemuda desa menjadi semakin luas dan
peluang untuk pekerjaan pertanian pun semakin kecil di mata pemuda. Persepsi

14

pemuda desa terhadap pekerjaan pertanian dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal (Yunita 2011). Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari diri
individu dan menjadi karakterisik individu tersebut yang meliputi : keterampilan,
jenis kelamin, dan pengalaman bekerja. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal
dari lingkungan individu atau berasal dari luar diri individu, seperti : status sosial
ekonomi keluarga, tingkat kosmopolitan, dan sosialisasi pekerjaan (Gambar 2).
Faktor Internal




Jenis kelamin
Keterampilan
Pengalaman bekerja

Persepsi terhadap pekerjaan
pertanian

Faktor Eksternal




Status sosial ekonomi
keluarga
Sosialisasi pekerjaan
Tingkat kosmopolitan

Pilihan Pekerjaan

Pertanian

Non pertanian

Keterangan :
Mempengaruhi
Mempengaruhi tapi tidak diuji
Terdiri dari
Gambar 2 Kerangka Pemikiran

Hipotesis penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas, maka hipotesis dari
penelitian ini yaitu diduga :
1. Faktor internal seperti berjenis kelamin perempuan, memiliki
keterampilan, pengalaman bekerja dan tidak memiliki lahan akan memiliki
persepsi yang negatif terhadap pekerjaan pertanian, serta faktor eksternal
yang meliputi status sosial ekonomi keluarga tinggi, tingkat kosmopolitan
tinggi, dan sosialisasi pekerjaan di sektor non pertanian memiliki persepsi
negatif terhadap pekerjaan sektor pertanian.
2. Pemuda yang memiliki persepsi negatif terhadap sektor pertanian akan
memilih pekerjaan di luar sektor pertanian.

15

Definisi Operasional
1. Persepsi yaitu suatu penilaian atauinterpretasi seseorang terhadap sesuatu,
yang dalam hal ini pekerjaan di sektor pertanian. Persepsi ini dibedakan
atas dua kategori, yaitu positif dan negatif. Persepsi terhadap pekerjaan
sektor pertanian ini diukur dengan memberikan skor terhadap pertanyaan
khusus persepsi pekerjaan pertanian. Berdasarkan pemberian skor tersebut,
maka tingkat persepsi berada pada interval 8-24. Persepsi yang negatif
berada pada interval 8-16, dan persepsi positif berada pada interval 17-24.
2. Pilihan pekerjaan yaitu pekerjaan utama yang menjadi pilihan untuk
bekerja. Terdiri dari pekerjaan pertanian dan pekerjaan non pertanian.
3. Faktor internal yaitu faktor yang berasal dari keadaan spesifik individu
yang berkaitan langsung dengan dirinya. Faktor internal ini dilihat dari :
1. Jenis kelamin yaitu ciri seksual responden, yang terdiri dari dua
jenis, yaitu laki-laki dan perempuan.
2. Pengalaman bekerja yaitu suatu keadaan yang memberikan informasi
apakah responden pernah memiliki sumber pendapatan sebelumnya
di luar sektor pertanian. Hal ini terbagi atas memiliki pengalaman
bekerja dan tidak memiliki pengalaman pekerjaan.
3. Keterampilan yaitu suatu keahlian yang dimiliki seseorang. Hal ini
ada atau tidaknya keterampilan yang dimiliki oleh seseorang yang
berfokus pada keterampilan di luar sektor pertanian. Keterampilan
dibagi menjadi dua kategori yaitu tidak memiliki keterampilan dan
memiliki keterampilan.
4. Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu atau
lingkungannya. Faktor eksternal ini dilihat dari :
1. Status sosial ekonomi di sini merujuk kepada posisi seseorang atau
sekelompok orang yang membaginya ke dalam kelompok tertentu
secara vertikal. Status sosial ekonomi ini dibagi atas status sosial
ekonomi tinggi dan rendah. Hal ini dilihat dari kategori keluarga
responden, yang dapat diamati dari unsur kepemilikan lahan,
pekerjaan, pendapatan dan pendidikan.
• Kepemilikan lahan yaitu ada atau tidaknya lahan pertani