Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Pemanfaatan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa (Kasus Di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor)

1

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP
PEMANFAATAN ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA DESA
(Kasus di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor)

NASTUTI EKANINGTYAS

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

i

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Gaya

Kepemimpinan terhadap Pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa
(Kasus di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor) adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan
dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2016

Nastuti Ekaningtyas
NIM. I34120130

ii

ABSTRAK
NASTUTI EKANINGTYAS. Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap
Pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (Kasus di Desa Cihideung

Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor). Di bawah bimbingan SOFYAN
SJAF.
Gaya kepemimpinan merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan
seorang kepala desa dalam menjalankan fungsi pemerintahannya untuk
mewujudkan pembangunan desa. Terwujudnya pembangunan desa dapat dilihat
dari pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Tujuan
umum penelitian ini adalah menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan kepala
desa terhadap pemanfaatan APBDes. Penelitian ini dilaksanakan di Desa
Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dengan pendekatan
kuantitatif yaitu metode survei. Penelitian ini juga didukung data kualitatif, dan
menggunakan uji analisis regresi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gaya
kepemimpinan dominan kepala desa adalah gaya kepemimpinan transformasional,
yang dicirikan dengan tingginya aktivitas pengaruh yang diidealkan, motivasi
inspirasional, stimulasi intelektual dan kepedulian secara personal terhadap
perangkat desa dan masyarakat. Selain itu, terdapat pengaruh antara gaya
kepemimpinan transformasional kepala desa terhadap pemanfaatan APBDes,
yaitu tingginya aktivitas pada bidang pelaksanaan pembangunan, pembinaan
masyarakat, dan pemberdayaan masyarakat.
Kata kunci : anggaran, desa, gaya kepemimpinan, kepala desa, transformasional
ABSTRACT

NASTUTI EKANINGTYAS. The Influence of Leadership Style to The
Utilization of Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (Case of Cihideung Udik
Village, Ciampea Subdistrict, Bogor Regency). Supervised by SOFYAN SJAF.
Leadership style is one of the determinant factors of village head‟s
successfulness in doing the government functions to achieve rural development.
The realization of rural development can be seen from the utilization of Budget
Village (APBDes). This research is aimed to analyze the influence of the village
head‟s leadership style towards the utilization of APBDes. This research was
conducted in Cihideung Udik Village, Ciampea Sub District, Bogor Regency with
quantitative approach which is survey method. This research was also supported
by qualitative data and using regression analysis test. The results indicate that
the dominant village head‟s leadership style is transformational, characterized by
high activites in idealized influences, inspirational motivation, intellectual
stimulation and personal care to the employee and community. Besides, there is
influence between transformational leadership style of the village head towards
utilization of APBDes, indicate by high activities in implementation of
development sector, community development sector, and community
empowerment sector.
Keywords: budget, leadership style, transformational, village head, village


iii

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP
PEMANFAATAN ANGGARAN PENDAPATAN
DAN BELANJA DESA
(Kasus di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea,
Kabupaten Bogor)

NASTUTI EKANINGTYAS

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2016

iv

v

PRAKATA
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi yang
berjudul “Pengaruh Gaya Kepemimpinan terhadap Pemanfaatan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (Kasus di Desa Cihideung Udik, Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor)” ini dengan baik. Penulisan skripsi ini ditujukan
sebagai pemenuhan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Sofyan Sjaf, MSi
selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mendukung, dan memberikan
inspirasi yang luar biasa selama penyusunan hingga penyelesaian akhir skripsi.
Penulis juga mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada orang tua tercinta
Ibunda Sri Kawanti dan Ayahanda Agus Priyatmo yang selalu mendoakan dan

melimpahkan kasih sayang tak terhingga kepada penulis, serta Novandari
Puspaningtyas dan Nugroho Wisnu Pamungkas, adik-adik tersayang yang selalu
memberikan semangat kepada penulis. Selain itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada Abdul Hadi Novriansyah yang telah menemani, memberikan
motivasi, dukungan dan segala bentuk kontribusi lainnya kepada penulis selama
proses pembelajaran dan proses penyelesaian skripsi. Lamboys sebagai sahabat
seperjuangan serta Rachmawati, Rohmah, dan Ina sebagai rekan satu bimbingan
yang selalu memberikan semangat, masukan dan kontribusi lainnya kepada
penulis dalam tahap penyelesaian skripsi ini.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan
SKPM 49, dan rekan-rekan HIMASIERA 2015 atas rasa kebersamaan yang
mendalam dan segala bentuk kontribusi lainnya yang diberikan kepada penulis.
Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi, dukungan,
dan doa kepada penulis selama ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis berharap semoga skripsi dengan penelitian mengenai Pengaruh
Gaya Kepemimpinan terhadap Pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa (APBDes) ini nantinya akan senantiasa bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2016


Nastuti Ekaningtyas
NIM. I34120130

vi

DAFTAR ISI
PRAKATA
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Definisi Kepemimpinan
Gaya Kepemimpinan

Kepemimpinan Kepala Desa
Definisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
Struktur Pemanfaatan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
PENDEKATAN LAPANGAN
Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Penentuan Responden dan Informan
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Geografis
Kondisi Sosial
Kondisi Kependudukan
Kondisi Pendidikan
Kondisi Kelembagaan Sosial
Sarana dan Prasarana

Struktur Pemerintahan Desa Cihideung Udik
Visi dan Misi Desa
Struktur Organisasi Pemerintah Desa

v
vi
viii
ix
x
1
1
3
4
4
7
7
7
9
12
14

16
18
21
23
25
25
25
25
26
27
28
37
37
38
38
39
40
41
43
43

43

vii

Jumlah dan Kondisi Perangkat Desa
44
Ikhtisar
45
GAYA KEPEMIMPINAN KEPALA DESA
47
Profil Kepala Desa Cihideung Udik
47
Gaya Kepemimpinan Transaksional
49
Gaya Kepemimpinan Transformasional
54
Ikhtisar
61
PEMANFAATAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA 63
Pelaksanaan Pembangunan
65
Pembinaan Masyarakat
68
Pemberdayaan Masyarakat
70
Ikhtisar
73
PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP PEMANFAATAN
ANGGARAN PENDAPATAN
75
DAN BELANJA DESA
75
Pengaruh yang Diidealkan terhadap Pemanfaatan APBDes
76
Pengaruh Motivasi Inspirasional terhadap Pemanfaatan APBDes
78
Pengaruh Stimulasi Intelektual terhadap Pemanfaatan APBDes
80
Pengaruh Kepedulian Secara Personal terhadap Pemanfaatan APBDes
82
Ikhtisar
84
SIMPULAN DAN SARAN
87
Simpulan
87
Saran
88
DAFTAR PUSTAKA
89
LAMPIRAN
93
RIWAYAT HIDUP
109

viii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26

Realisasi dana APBDes di Cihideung Udik dalam tiga tahun terakhir
Perbedaan gaya kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan
transformasional
Pengertian APBDes dalam Perda
Perubahan evolutif pengelolaan APBDes dalam Perundang-undangan
Kebutuhan data dan instrumen pengumpulan data dalam penelitian
Jumlah dan presentase luas lahan Desa Cihideung Udik
Batas wilayah Desa Cihideung Udik
Jarak Desa Cihideung Udik menuju lokasi pemerintahan daerah,
provinsi, dan pusat
Jumlah dan presentase penduduk Desa Cihideung Udik berdasarkan
jenis kelamin
Jumlah dan persentase penduduk Desa Cihideung Udik berdasarkan
tingkat pendidikan
Jumlah lembaga kemasyarakatan Desa Cihideung Udik
Jumlah prasarana pendidikan Desa Cihideung Udik
Jumlah pengajar berdasarkan jenis sekolah di Desa Cihideung Udik
Sarana dan prasarana perhubungan Desa Cihideung Udik
Sarana dan prasarana kesehatan Desa Cihideung Udik
Jumlah prasarana peribadatan dan olahraga Desa Cihideung Udik
Jumlah dan persentase perangkat Desa Cihideung Udik berdasarkan
tingkat pendidikan
Jumlah dan persentase responden berdasarkan penerapan gaya
kepemimpinan transaksional Kepala Desa Cihideung Udik
Jumlah dan persentase responden berdasarkan penjelasan kontrak
pegawai oleh Kepala Desa Cihideung Udik
Jumlah dan persentase responden berdasarkan penetapan aturan kerja
oleh Kepala Desa Cihideung Udik
Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengawasan dan
evaluasi kerja oleh Kepala Desa Cihideung Udik
Jumlah dan persentase responden berdasarkan pemberian imbalan/hadiah
(gaji) secara adil oleh Kepala Desa Cihideung Udik
Jumlah dan persentase responden berdasarkan penerapan gaya
kepemimpinan transformasional Kepala Desa Cihideung Udik
Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengaruh yang
diidealkan oleh Kepala Desa Cihideung Udik
Jumlah dan persentase responden berdasarkan motivasi inspirasional oleh
Kepala Desa Cihideung Udik
Jumlah dan persentase responden berdasarkan stimulasi intelektual oleh
Kepala Desa Cihideung Udik

2
11
15
19
26
37
38
38
39
39
40
41
41
42
42
42
45
49
50
51
52
53
54
55
56
58

ix

27 Jumlah dan persentase responden berdasarkan kepedulian secara
personal oleh Kepala Desa Cihideung Udik
28 Jumlah dan persentase responden berdasarkan gaya kepemimpinan
transaksional dan transformasional yang melekat pada Kepala Desa
Cihideung Udik
29 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pemanfaatan APBDes di
Desa Cihideung Udik tahun 2015
30 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pelaksanaan
pembangunan di Desa Cihideung Udik tahun 2015
31 Jumlah dan persentase realisasi dana APBDes Pemerintah Desa
Cihideung Udik pada bidang pelaksanaan pembangunan tahun
anggaran 2015
32 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pembinaan masyarakat
di Desa Cihideung Udik tahun 2015
33 Jumlah dan persentase realisasi dana APBDes Pemerintah Desa
Cihideung Udik pada bidang pembinaan masyarakat tahun
anggaran 2015
34 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pemberdayaan
masyarakat di Desa Cihideung Udik tahun 2015
35 Jumlah dan persentase realisasi dana APBDes Pemerintah Desa
Cihideung Udik pada bidang pemberdayaan masyarakat tahun
anggaran 2015
36 Hasil uji statistik analisis regresi linear berganda dan sederhana pengaruh
gaya kepemimpinan transformasional terhadap pemanfaatan APBDes
di Desa Cihideung Udik tahun 2015
37 Jumlah dan persentase responden berdasarkan pengaruh yang diidealkan
terhadap tingkat pemanfaatan APBDes
38 Jumlah dan persentase responden berdasarkan motivasi inspirasional
terhadap tingkat pemanfaatan APBDes
39 Jumlah dan persentase responden berdasarkan stimulasi intelektual
terhadap tingkat pemanfaatan APBDes
40 Jumlah dan persentase responden berdasarkan kepedulian secara
personal terhadap tingkat pemanfaatan APBDes
41 Nilai signifikansi pengaruh penerapan gaya kepemimpinan
transformasional terhadap pemanfaatan APBDes Desa Cihideung Udik

59

60
64
65

66
68

69
71

71

75
77
79
81
83
84

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4

Grafik realisasi dana APBDes di Cihideung Udik dalam tiga tahun
Tahapan penyusunan APBDes (Sumber: Bandiklat Provinsi Kalimantan
Barat)
Kerangka analisis pengaruh gaya kepemimpinan terhadap pemanfaatan
APBDes
Metode pengambilan sampel

3
16
22
27

x

5
6

7

Struktur organisasi Pemerintah Desa Cihideung Udik
(Sumber: Kantor Desa Cihideung Udik)
Struktur dinamika sumber dana APBDes di Desa Cihideung Udik tahun
anggaran 2015 (Sumber: Laporan keuangan Pemerintah Desa Cihideung
Udik, 2015)
Lokasi penelitian

44

63
95

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7

Jadwal Penelitian dan Penulisan Skripsi Tahun 2016
Peta Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor
Daftar Kerangka Sampling
Jumlah dan persentase penduduk Desa Cihideung Udik berdasarkan jenis
pekerjaan
Hasil Uji Regresi
Tulisan Tematik
Dokumentasi Penelitian

94
95
96
98
99
103
108

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia yang dikenal sebagai negara agraris, memiliki mayoritas
wilayah yang terdiri dari pedesaan. Menurut data Badan Informasi Geospasial
(2015), saat ini jumlah desa di seluruh wilayah Indonesia 74.754 desa. Wilayah
pedesaan dijadikan sebagai tujuan awal pembangunan negara karena merupakan
cerminan dari keberhasilan pembangunan bangsa. Desa merupakan suatu awal
bagi terbentuknya masyarakat politik dan pemerintahan di Indonesia. Desa
memiliki nilai-nilai strategis antara lain tradisi, adat istiadat beserta hukumnya
yang bersifat mandiri menjadi sumber segala data dan informasi bagi
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Berdasarkan UU No. 6 Tahun
2014, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau
hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Struktur organisasi pemerintah desa terdiri dari kepala desa dan perangkat
desa. Kepala desa berperan sebagai penyelenggara urusan pemerintahan desa serta
kepentingan masyarakat. Salah satu kewenangan kepala desa ialah mengelola
keuangan dan sumber daya desa secara otonom. Dalam UU No. 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah, disebutkan bahwa keuangan desa diatur dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun 2014, APBDes adalah rencana keuangan
tahunan Pemerintahan Desa. Setiap daerah memiliki APBDes yang berbeda-beda
sesuai dengan kebutuhan desa nya masing-masing. Pemanfaatan APBDes ini
dilaksanakan oleh kepala desa bersama dengan perangkat nya.
Struktur pemanfaatan APBDes tiap-tiap desa termasuk ke dalam bagian
Anggaran Pengeluaran, yang terdiri atas dua sub bagian besar yaitu Pengeluaran
Belanja Rutin dan Pengeluaran Belanja Pembangunan (Abdussakur 2012). Tiaptiap pos pemanfaatan haruslah diselenggarakan dengan baik, agar kesejahteraan
masyarakat desa dapat terwujud. Selaku pimpinan organisasi pemerintah, figur
kepala desa menjadi penting dalam menentukan keberhasilan pemanfaatan
APBDes. Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kepala desa dalam
memanfaatkan APBDes, dan salah satunya ialah gaya kepemimpinan.
Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai pola tindakan seorang
pemimpin berupa sikap dan keterampilan dalam melaksanakan fungsi
kepemimpinannya. Menurut Bass dikutip Suryo (2010), perilaku atau gaya
kepemimpinan dibagi menjadi dua, yaitu transaksional dan transformasional.
Pemimpin transaksional menetapkan apa yang harus dilakukan bawahan untuk
mencapai tujuannya sendiri dan tujuan organisasi. Sedangkan, pemimpin
transformasional memotivasi bawahannya untuk berbuat lebih dari apa yang
diharapkan dengan meningkatkan pemahaman tentang arti penting dan nilai suatu
tugas. Seorang pemimpin harus mampu memiliki cara agar mampu menggerakkan
pegawai dan masyarakat dalam rangka pencapaian tujuan. Hal ini pula yang harus
dimiliki oleh seorang kepala desa dalam melaksanakan kewenangannya, yaitu

2

memimpin pemanfaatan APBDes. Kepala desa dengan gaya kepemimpinan
transaksional maupun dengan gaya kepemimpinan transformasional, keduanya
dapat memberikan pengaruh pada pemanfaatan APBDes.
Desa yang ideal ialah desa yang dipimpin oleh seorang kepala desa
berkapabilitas dan berkualitas baik agar pelaksanaan desa membangun dapat
tercapai, salah satunya melalui pemanfaatan APBDes sesuai dengan kebutuhan
masyarakat. Desa Cihideung Udik merupakan desa yang terletak pada Kecamatan
Ciampea, Kabupaten Bogor. Tepatnya berbatasan langsung dengan Kecamatan
Dramaga dan Kecamatan Tenjolaya. Jumlah penduduk desa pada tahun 2015
mencapai 13.929 jiwa. Desa seluas 284 Ha ini memiliki tipologi persawahan
dengan tataguna lahan sebagai sawah seluas 183,5 Ha. Berdasarkan Data Pokok
Desa/Kelurahan Tahun 2015, sarana dan prasarana yang tersedia di Desa
Cihideung Udik dapat digolongkan memadai. Sarana dan prasarana yang tersedia
meliputi bidang operasional desa, kesehatan, pendidikan, peribadatan,
transportasi, air bersih, irigasi, sanitasi, serta bidang olahraga. Desa Cihideung
Udik dipimpin oleh seorang kepala desa, yaitu Bapak JS yang telah menjabat
selama dua periode: 2007-2013 dan 2013-2019.
Melalui kepemimpinan Bapak JS, struktur pemanfaatan APBDes di Desa
Cihideung Udik tahun 2015 tergolong cukup beragam yang terdiri dari beberapa
bidang. Tiga bidang diantaranya yaitu bidang pelaksanaan pembangunan, bidang
pembinaan masyarakat, dan bidang pemberdayaan masyarakat. Setiap bidang
pemanfaatan APBDes tersebut dimanfaatkan secara berbeda sesuai dengan
cakupan masing-masing bidang. Kegiatan pemanfaatan APBDes dilaksanakan
Bapak JS beserta seluruh pegawai desa dan aparatur desa. Beberapa tahun
sebelumnya selama kepemimpinan Bapak JS, pemanfaatan APBDes tergolong
semakin baik dari tahun ke tahun. Selama tiga tahun terakhir (2013, 2014, dan
2015) jumlah realisasi dana APBDes di ketiga bidang yang termanfaatkan
cenderung meningkat (lihat Tabel 1).
Tabel 1 Realisasi dana APBDes di Cihideung Udik dalam tiga tahun terakhir
Jumlah realisasi dana (rupiah)
Bidang Pemanfaatan
APBDes
Tahun 2013
Tahun 2014
Tahun 2015
Bidang pelaksanaan
340.700.000
400.000.000
638.320.000
pembangunan
Bidang pembinaan
7.300.000
8.000.000
17.600.000
masyarakat
Bidang pemberdayaan
53.800.000
68.800.000
80.800.000
masyarakat
Total
401.800.000
476.800.000
736.720.000
Sumber: Laporan Realisasi Anggaran dan Pendapatan dan Belanja Desa Pemerintah Desa
Cihideung Udik, 2013-2015

Tabel 1 menunjukkan jumlah realisasi dana APBDes yang meningkat
dalam tiga tahun terakhir, dan jika dimunculkan dalam sebuah grafik
menggambarkan trend peningkatan (lihat Gambar 1).

3

Jumlah dana
(juta rupiah)
700

Bidang
pelaksanaan
pembangunan

600
500

Bidang
pembinaan
masyarakat

400
300
200

Bidang
pemberdayaan
masyarakat

100
0
2013

2014

2015

Tahun anggaran

Gambar 1 Grafik realisasi dana APBDes di Cihideung Udik dalam tiga tahun
terakhir
Peningkatan pemanfaatan APBDes selama tiga tahun terakhir cukup
merepresentasikan hasil kepemimpinan dan manajerial dari Kades JS. Sehingga
menarik untuk mengkaji pengaruh gaya kepemimpinan terhadap pemanfaatan
APBDes di Desa Cihideung Udik. Untuk itu, penelitian ini berfokus pada
pengaruh gaya kepemimpinan terhadap pemanfaatan APBDes di Desa Cihideung
Udik.
Masalah Penelitian
Setiap desa memiliki pemimpin pemerintah formal yang disebut sebagai
kepala desa. Kepala desa memiliki tanggung jawab untuk memimpin masyarakat
dan para perangkat desa dalam pencapaian tujuan pembangunan desa. Hal
demikian sesuai dengan apa yang tertera pada UU No. 6 /2014, yang menyatakan
bahwa kepala desa bertugas menyelenggarakan pemerintahan desa, melaksanakan
pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa, dan pemberdayaan
masyarakat desa. Salah satu kewenangan kepala desa ialah memanfaatkan
APBDes sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa. Seorang kepala desa dituntut
untuk dapat melaksanakan pemanfaatan APBDes dengan sebaik-baiknya dalam
rangka menjalankan fungsi kepemimpinannya. Kepemimpinan seorang kepala
desa dipengaruhi oleh bagaimana cara kepala desa memberi pengaruh terhadap
bawahannya untuk mencapai tujuan. Hal tersebut juga disebut sebagai gaya
kepemimpinan. Oleh karena itu masalah utama yang menjadi fokus penelitian ini
adalah sejauhmana pengaruh gaya kepemimpinan terhadap pemanfaatan APBDes
di Desa Cihideung Udik?

4

Identifikasi gaya kepemimpinan yang dimiliki kepala desa perlu dilakukan
sebagai upaya untuk mengetahui arah kepemimpinan kepala desa dalam
menjalankan tugasnya. Menurut pernyataan Bass dalam Ancok dikutip
Karamallah (2014), gaya kepemimpinan terbagi menjadi dua, yaitu gaya
kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan transformasional. Masingmasing gaya kepemimpinan tersebut memiliki ciri yang berbeda, begitu pula
pengaruh yang dihasilkan oleh kedua nya terhadap pemanfaatan APBDes. Oleh
karena itu, peneliti menganalisis apakah gaya kepemimpinan yang dominan
melekat pada Kepala Desa Cihideung Udik?
Pembangunan desa yang maksimal dapat terwujud jika pemanfaatan
APBDes juga terlaksana secara efektif. Merujuk pada penelitian Abdussakur
(2012), struktur pemanfaatan APBDes meliputi Pengeluaran Belanja
Pembangunan, yang mencakup empat pos prasarana. Keempat pos prasarana
tersebut yaitu prasarana pemerintahan desa, prasarana produksi, prasarana
perhubungan, dan prasarana sosial. Sedangkan pada Desa Cihideung Udik sebagai
lokasi penelitian, struktur pemanfaatan APBDes tahun 2015 antara lain mencakup
bidang pelaksanaan pembangunan, bidang pembinaan masyarakat, dan bidang
pemberdayaan masyarakat. Oleh karena itu, peneliti menganalisis bagaimana
tingkat pemanfaatan APBDes di Desa Cihideung Udik?
Selanjutnya gaya kepemimpinan yang dominan melekat pada kepala desa
dapat menentukan keberhasilan pelaksanaan pembangunan desa, tak terkecuali
pemanfaatan APBDes. Guna mewujudkan pembangunan desa yang optimal,
kepala desa dapat memberikan pengaruh positif melalui gaya kepemimpinan yang
tepat. Oleh karena itu, peneliti menganalisis sejauhmana pengaruh gaya
kepemimpinan yang dominan melekat pada Kepala Desa Cihideung Udik
terhadap pemanfaatan APBDes?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah penelitian di atas, dapat dirumuskan tujuan
penelitian umum pada penelitian ini yaitu untuk menganalisis pengaruh gaya
kepemimpinan terhadap pemanfaatan APBDes di Desa Cihideung Udik. Adapun
tujuan yang lebih spesifik lainnya adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi gaya kepemimpinan yang dominan melekat pada Kepala
Desa Cihideung Udik.
2. Menganalisis tingkat pemanfaatan APBDes di Desa Cihideung Udik.
3. Menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan yang dominan melekat pada
Kepala Desa Cihideung Udik terhadap pemanfaatan APBDes.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi berbagai
pihak, yaitu:
1. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memperluas
pengetahuan mengenai pengaruh gaya kepemimpinan terhadap
pemanfaatan APBDes. Penting untuk dipahami bahwa pemanfaatan
APBDes juga merupakan agenda pembangunan desa. Hal tersebut

5

kemudian menjadi cerminan bagi kepala desa dalam menerapkan gaya
kepemimpinannya. Selain itu penelitian ini diharapkan mampu menjadi
acuan pustaka dan referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai gaya
kepemimpinan dan pemanfaatan APBDes di masa mendatang.
2. Bagi pembuat kebijakan (pemerintah), penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan tentang gaya kepemimpinan kepala desa sehingga
dapat dijadikan referensi gaya kepemimpinan yang akan diterapkan oleh
kepala desa lainnya di masa mendatang. Selain itu penelitian ini juga
diharapkan dapat menambah wawasan tentang struktur pemanfaatan
APBDes sehingga dapat menetapkan kebijakan pemanfaatan APBDes
dalam upaya pembangunan desa di Indonesia.
3. Bagi masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan
mengenai pengaruh gaya kepemimpinan terhadap pemanfaatan APBDes.

6

7

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Definisi Kepemimpinan
Berjalannya suatu organisasi atau suatu kelompok tidak akan pernah luput
dari peran seorang pemimpin. Seorang pemimpin akan menjadi suatu faktor
terpenting dalam proses pencapaian tujuan tersebut. Pemimpin merupakan
motivator di dalam suatu organisasi, keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi
sebagian besar ditentukan oleh kualitas dan gaya kepemimpinan ataupun usahausaha pribadi pimpinan tersebut (Safitri et al. 2012). Locander et al. dalam
Mariam (2009) menyatakan bahwa kepemimpinan mengandung makna pemimpin
mempengaruhi yang dipimpin tapi hubungan antara pemimpin dengan yang
dipimpin bersifat saling menguntungkan kedua belah pihak. Seorang pemimpin
dalam bentuk kepemimpinan apapun berhadapan dengan berbagai cita-cita dan
masalah yang harus dicari jalan keluar. Apa yang sebaiknya dilakukan sehingga
masalah itu dapat dipecahkan dengan baik (Meirawan 2010). Hal tersebut juga
diperkuat oleh pernyataan Mahyudin (2009), yang menyatakan bahwa pemimpin
akan selalu menghadapi permasalahan yang berkembang secara dinamis.
Pemimpin yang ideal adalah penuntas permasalahan. Oleh karena itu, keberadaan
pemimpin sangat penting dalam sebuah organisasi.
Memimpin pada hakikatnya melayani, bukan dilayani. Seorang kepala
negara atau kepala pemerintahan yang dipilih secara demokratis pada hakikatnya
adalah seorang pelayan, bahkan pesuruh masyarakat (Mahyudin 2009). Hal ini
pun sesuai dengan pernyataan Greenlaf dalam Mahyudin (2009) yang
menjelaskan bahwa kepemimpinan pelayan adalah suatu kepemimpinan yang
berawal dari perasaan tulus yang timbul dari dalam hati yang berkehendak untuk
melayani, yaitu untuk menjadi pihak pertama yang melayani. Selain itu,
Northouse dikutip Mahyudin (2009) juga mengatakan bahwa berdasarkan
personality perspective, pemimpin merupakan perpaduan antara bakat khusus
(special traits), dan karakteristik individu, yang memiliki kemampuan untuk
mendelegasikan tugas pada orang lain secara sempurna. Sedangkan dalam konteks
budaya, pemimpin adalah individu yang besar dan tumbuh dalam sebuah konteks
masyarakat tertentu. Ia menerima penanaman nilai, norma, dan kebiasaan baik
dari keluarga maupun lingkungan sekitar tempat ia dibesarkan (Tjitra et al. 2012).
Setiap pemimpin memiliki kepemimpinan di dalam dirinya. Yuki dalam
Mariam (2009) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses untuk
mempengaruhi orang lain, untuk memahami dan setuju dengan apa yang perlu
dilakukan dan bagaimana tugas itu dilakukan secara efektif, serta proses untuk
memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama.
Demikian halnya menurut Karamallah (2014), kepemimpinan merupakan suatu
sikap yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi atau
memberikan contoh kepada anggotanya agar mampu melaksanakan tugas sesuai
dengan tujuannya. Tujuan tersebut dapat diperoleh berdasarkan hasil pemikiran
bersama maupun hasil pemikiran dari seorang pemimpin itu sendiri. Sesuai
dengan pendapat Robbin dikutip Pramudito dan Yunianti (2009) yang
menyampaikan bahwa kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi

8

suatu kelompok ke arah pencapaian tujuan. Efektivitas kepemimpinan akan sangat
tergantung pada kemampuan seorang pemimpin dalam mengarahkan pengikutnya
dalam pencapaian tujuannya. Berdasarkan skills perspective, kepemimpinan
adalah kapabilitas yang membuatnya bekerja secara efektif. Selain itu,
berdasarkan instrument of goal achievement, kepemimpinan adalah upaya
membimbing anggota mencapai tujuan bersama (Mahyudin 2009).
Raharjo dan Nafisah (2006) mengatakan bahwa peran kepemimpinan yang
sangat strategis dan penting bagi pencapaian misi, visi dan tujuan suatu
organisasi, merupakan salah satu motif yang mendorong manusia untuk selalu
menyelidiki seluk-beluk yang terkait dengan kepemimpinan. Kepemimpinan
menjadi suatu hal yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan suatu
organisasi, karena terdapat berbagai peran yang harus dilakukan oleh seorang
pemimpin dalam memberikan kepemimpinan kepada bawahannya. Peran-peran
tersebut dapat dijadikan sebagai penentu keberhasilan organisasi. Hal ini sesuai
dengan pendapat Daft dalam Salam et al. (2013), yang menyatakan bahwa
memberikan kepemimpinan merupakan fungsi manajemen yang penting.
Memimpin berarti menciptakan budaya dan nilai bersama, mengkomunikasikan
tujuan kepada karyawan di seluruh organisasi, dan memberikan masukan kepada
karyawan agar memiliki kinerja dengan tingkat yang lebih tinggi. Kepemimpinan
menurut Meirawan (2010) didefinisikan sebagai suatu ikhtiar untuk mengambil
keputusan saat ini, menginformasikan dan mengomunikasikan kepada yang lain
serta menggerakan berbagai potensi dan kekuatan sumber daya supaya mau dan
mampu mengatur atau mengadministrasi atau memanajemen untuk mencapai
kehidupan yang lebih baik di masa depan.
Peran seorang pemimpin dalam menjalankan fungsinya harus mampu
menciptakan kondisi lingkungan kerja yang kondusif dengan menumbuhkan dan
menerapkan sifat kooperatif di antara bawahannya di dalam lingkup suatu
organisasi. Sehingga nanti nya akan tumbuh budaya organisasi yang baik dengan
ciri-ciri terciptanya sifat kerjasama di antara anggota nya. Kepemimpinan yang
baik dalam suatu organisasi didukung oleh budaya organisasi yang baik pula
(Satyawati dan Suartana 2014). Mahyudin (2009) kemudian membandingkan
definisi kepemimpinan dengan definisi manajemen, seorang manajer berorientasi
untuk mempertahankan stabilitas, sedangkan seorang pemimpin berorientasi
untuk menciptakan perubahan yang terkadang radikal dan menolak status quo.
Menurut Rivai dalam Mariam (2009), terdapat tiga implikasi penting yang
terkandung dalam diri seorang pemimpin yaitu: (1) kepemimpinan itu melibatkan
orang lain baik itu bawahan maupun pengikut; (2) kepeminpinan melibatkan
pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok secara
seimbang, karena anggota kelompok bukanlah tanpa daya; dan (3) adanya
kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk
mempengaruhi tingkah laku pengikutnya melalui berbagai cara.
Siagian dalam Mariam (2009) berpendapat bahwa perilaku kepemimpinan
memiliki kecenderungan pada dua hal yaitu konsiderasi atau hubungan dengan
bawahan dan struktur inisiasi atau hasil yang dicapai. Kecenderungan
kepemimpinan menggambarkan hubungan yang akrab dengan bawahan misalnya
bersikap ramah, membantu dan membela kepentingan bawahan, bersedia
menerima konsultasi bawahan dan memberikan kesejahteraan. Kecenderungan

9

seorang pemimpin memberikan batasan antara peranan pemimpin dan bawahan
dalam mencapai tujuan, memberikan instruksi pelaksanaan tugas (kapan,
bagaimana dan hasil apa yang akan dicapai). Suatu gaya pemimpin atau manajer
dalam organisasi merupakan penggambaran langkah kerja bagi karyawan yang
berada di bawahnya.
Gaya Kepemimpinan
Seorang pemimpin dalam melaksanakan tugasnya diharuskan untuk dapat
memiliki gaya-gaya kepemimpinan ampuh untuk mempengaruhi dan mengajak
anggota nya guna mencapai tujuan yang telah disepakati sebelumnya. Gaya
kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai pola tindakan seorang pemimpin
berupa sikap dan keterampilan dalam melaksanakan fungsi kepemimpinannya.
Menurut Mahyudin (2009), gaya kepemimpinan adalah pilihan pendekatan yang
dipakai pemimpin untuk memimpin, dalam arti mempengaruhi dan menggerakkan
yang dipimpin untuk bekerja secara efektif guna mencapai tujuan organisasi.
Thoha dikutip Sulaiman et al. (2014) memberikan pengertian tentang gaya
kepemimpinan, bahwa gaya kepemimpinan adalah suatu cara yang dipergunakan
oleh seorang pemimpin dalam mempengaruhi perilaku orang lain. Raharjo dan
Nafisah (2006) juga mendefinisikan gaya kepemimpinan sebagai persepsi orang
lain, pengikut atau bawahan yang akan dipengaruhi perilakunya dan bukannya
persepsi pemimpin itu sendiri. Dengan demikian, kredibilitas pemimpin
mempunyai peranan penting, karena bawahan atau pengikut akan bersedia
menerima kepemimpinan seseorang setelah mempunyai persepsi bahwa pemimpin
organisasi kredibel, kemudian baru mengikuti langkah-langkah pemimpin dalam
mencapai tujuan organisasi.
Anggota organisasi yang heterogen membuat seorang pemimpin harus
memiliki sifat adaptif terhadap berbagai hal baru menurut pribadi nya. Pemimpin
pun kemudian dituntut untuk mampu menerapkan gaya kepemimpinan terbaiknya,
untuk menghadapi situasi yang selalu dinamis dari masa ke masa. Hal tersebut
perlu dilakukan di era modern seperti saat ini, agar organisasi tersebut dapat
bertahan dan tidak tergerus jaman. Kemudian, Mariam (2009) menyatakan bahwa
gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang dipergunakan oleh
seseorang pada saat mencoba mempengaruhi orang lain atau bawahan. Pemimpin
tidak dapat menggunakan gaya kepemimpinan yang sama dalam memimpin
bawahannya, namun harus disesuaikan dengan karakter-karakter tingkat
kemampuan dalam tugas setiap bawahannya.
Menurut Bass dalam Suryo (2010), dua jenis gaya kepemimpinan dibagi
menjadi dua, yaitu gaya kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan
transformasional. Kepemimpinan transformasional fokus pada pengembangan diri
bawahan, mendorong bawahan berpikir dan bertindak inovatif untuk
menyelesaikan masalah dan mencapai tujuan dan sasaran organisasi, memacu
optimisme dan antusiasme terhadap pekerjaan sehingga seringkali kinerja
karyawan yang ditunjukkan bawahan melebihi harapan. Sedangkan gaya
kepemimpinan transaksional lebih mementingkan target berdasarkan prinsip
pertukaran yang justru dapat berdampak negatif dalam jangka panjang. Pemimpin
bergaya transaksional cenderung melakukan penjelasan kontrak pegawai,
penetapan aturan kerja, pengawasan dan evaluasi kerja dan pemberian

10

imbalan/hadiah. Dan pemimpin bergaya transformasional cenderung memberikan
pengaruh yang diidealkan, motivasi inspirasional, stimulasi intelektual dan
kepedulian secara personal. Humphreys et al. maupun Liu et al. dalam Mariam
(2009) sama-sama berpendapat bahwa konsep mengenai dua gaya kepemimpinan
yang dipopulerkan oleh Bass pada tahun 1985 ini mampu mengakomodir konsep
kepemimpinan yang mempunyai spektrum luas, termasuk mencakup pendekatan
perilaku, pendekatan situasional, sekaligus pendekatan kontingensi.
Mahyudin (2009) menyatakan bahwa pemimpin transformasional
mengubah dan memotivasi para pengikut dengan (1) membuat mereka menyadari
pentingnya hasil tugas; (2) membujuk mereka untuk mendahulukan kepentingan
tim dan organisasi; (3) mengaktifkan kebutuhan mereka yang lebih tinggi.
Sebaliknya, kepemimpinan transaksional melibatkan proses pertukaran yang dapat
menghasilkan kepatuhan pengikut terhadap permintaan pemimpin, tetapi tidak
mungkin menghasilkan antusiasme dan komitmen pada sasaran tugas.
Pemimpin transaksional yang mempunyai karakter contingent reward
akan menjelaskan tujuan dan sasaran yang hendak dicapainya dan mengarahkan
bawahan untuk mencapainya. Besar kecilnya imbalan (reward) akan tergantung
pada (contingent) sejauhmana bawahan mencapai tujuan dan sasaran tersebut.
Pada active management by exception, pemimpin menetapkan tujuan dan sasaran
yang hendak dicapai berikut standar kerja yang harus dipatuhi. Pemimpin akan
memberikan sanksi jika terjadi penyimpangan dan cenderung mengawasi dengan
ketat dan segera melakukan tindakan korektif apabila muncul penyimpangan. Dan
pada passive management by exception pemimpin menghindari tindakan korektif
selama tujuan dan sasaran yang disepakati bersama tercapai (Bass et al. serta
Humphreys et al.serta Yammarino et al. dalam Mariam 2009). Waldman et al.
dalam Mariam (2009) mengemukakan bahwa kepemimpinan transaksional
“beroperasi” pada sistem atau budaya yang sudah ada (existing) dan tujuannya
adalah memperkuat strategi, sistem, atau budaya yang sudah ada, bukan
bermaksud untuk mengubahnya. Oleh sebab itu, pemimpin transaksional selain
berusaha memuaskan kebutuhan bawahan untuk “membeli” performa, juga
memusatkan perhatian pada penyimpangan, kesalahan, atau kekeliruan bawahan
dan berupaya melakukan tindakan korektif.
Di lain sisi, Bass et al. serta Humphreys et al. dikutip Mariam (2009)
menjelaskan kemampuan pemimpin transformasional mengubah sistem nilai
bawahan demi mencapai tujuan diperoleh dengan mengembangkan salah satu atau
seluruh faktor yang merupakan dimensi kepemimpinan transformasional, yaitu:
karisma (kemudian diubah menjadi pengaruh ideal atau idealized influence),
inspirasi (inspirational motivation), pengembangan intelektual (intellectual
stimulation), dan perhatian pribadi (individualized consideration). Inspirational
motivation berbentuk komunikasi verbal atau penggunaan simbol-simbol yang
ditujukan untuk memacu semangat bawahan. Intellectual stimulation berupa
perilaku yang berupaya mendorong perhatian dan kesadaran bawahan akan
permasalahan yang dihadapi. Individualized consideration mengarah pada
pemahaman dan perhatian pemimpin pada potensi dan kemampuan yang dimiliki
oleh setiap bawahannya. Humphreys et al. dalam Mariam (2009) pun menegaskan
bahwa hubungan antara atasan dengan bawahan dalam konteks kepemimpinan
transformasional lebih dari sekedar pertukaran “komoditas” (pertukaran imbalan

11

secara ekonomis), tapi sudah menyentuh sistem nilai (value system). Karena
pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional cenderung memberikan
perhatian secara personal dan menginspirasi bawahan melalui karisma serta
pemberian visinya.
Tabel 2 Perbedaan gaya kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan
transformasional
Gaya Kepemimpinan
Gaya Kepemimpinan
Kriteria
Transaksional
Transformasional
Karakteristik
Contingent reward :
Charisma : memberi visi
kepemimpinan
kontrak pertukaran
dan sense of mission,
imbalan untuk upaya,
menanamkan rasa
bangga, mendapatkan
menjanjikan imbalan
respek, dan
bagi kinerja baik,
kepercayaan.
menghargai prestasi
kerja.
Inspiration
mengomunikasikan
Management by
ekspektasi tinggi,
exception (Active) :
menggunakan berbagai
mengawasi dan mencari
simbol untuk
penyimpangan dari
memfokuskan upaya,
berbagai aturan dan
mengekspresikan tujuan
standar, mengambil
penting dengan caratindakan korektif.
cara yang sederhana.
Management by
exception (Passive) :
Intellectual stimulation :
melakukan intervensi
mempromosikan
hanya bila standar tidak
intelejensia, rasionalitas,
tercapai.
dan pemecahan masalah
secara hati-hati.
Laissez faire :
melepaskan tanggung
Individual consideration
jawab, menghargai
: memberikan perhatian
pengambilan keputusan.
personal,
memperlakukan
karyawan secara
individual, melatih,
menasihati.
Pemenuhan
Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan harga diri
kebutuhan
Kebutuhan rasa Aman
Kebutuhan aktualisasi
karyawan/bawahan
diri
Sasaran
Untuk mencapai sasaran
Untuk mencapai sasaran
jangka pendek.
jangka panjang.
Prioritas kepentingan Responsif terhadap
Mendorong karyawan untuk
kepentingan pribadi
mendahulukan kepentingan
karyawan selama
kelompok daripada
kepentingan tersebut
kepentingan pribadi.
sebanding dengan nilai
pekerjaan yang telah
dilakukan karyawan.

12

Menurut pendapat Mahyudin (2009), tidak selamanya pemimpin punya
kharisma dan pengaruh yang optimal sehingga mengandalkan gaya
transformasional saja menjadi kurang efektif. Sebaliknya, terlepas dari sisi
negatifnya, pola kepemimpinan transaksional terkadang terkesan lebih realistis,
terutama apabila gaya transformasional gagal menciptakan atau mendesain
struktur insentif yang memadai. Kepemimpinan transformasional lebih
meningkatkan motivasi dan kinerja pengikut daripada kepemimpinan
transaksional. Namun, pemimpin yang efektif mengkombinasikan kedua gaya
kepemimpinan ini. Kombinasi antara gaya kepemimpinan transaksional dan gaya
kepemimpinan transformasional akan melahirkan seorang pemimpin yang
memiliki pengaruh lebih baik terhadap bawahan serta pengikutnya, guna
mencapai tujuan serta hasil yang diinginkan secara efektif.
Berdasarkan teori-teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya
kepemimpinan ialah cara memberikan pengaruh kepada anggota organisasi dalam
rangka pencapaian tujuan bersama. Kesesuaian antara gaya kepemimpinan,
norma-norma dan kultur organisasi dipandang sebagai suatu prasyarat kunci untuk
kesuksesan prestasi tujuan organisasi (Yulk&Van Fleet dalam Raharjo dan
Nafisah 2006). Gaya kepemimpinan terbagi menjadi dua tipe, yaitu gaya
kepemimpinan transaksional dan gaya kepemimpinan transformasional. Gaya
kepemimpinan transaksional memiliki orientasi kerja jangka pendek tanpa
melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan potensi serta hubungan keeratan
antar pemimpin dengan anggota-anggotanya. Sebaliknya, gaya kepemimpinan
transformasional lebih mampu meningkatkan potensi dari anggotanya, serta
mampu mengubah keyakinan, sikap dan tujuan pribadi masing-masing anggota
demi mencapai tujuan.
Kepemimpinan Kepala Desa
Setiap desa memiliki pemimpin pemerintah formal yang disebut sebagai
kepala desa. Kepala desa memiliki tanggung jawab untuk memimpin masyarakat
dan perangkat desa dalam pencapaian tujuan pembangunan desa. Ariyani (2006)
menyatakan bahwa kepala desa sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dalam
masyarakat desa mengemban tugas dan kewajiban pemerintahan dan
pembangunan desa. Kepala desa adalah penyelenggara dan penanggung jawab
utama bidang pemerintahan dan pembangunan desa serta kemasyarakatan dan
urusan-urusan pemerintahan umum termasuk pembinaan ketentraman dan
ketertiban. Di samping itu, Pramudito dan Yunianto (2009) menyatakan bahwa
peranan kepala desa selaku pimpinan organisasi pemerintah desa terhadap
keberhasilan pelaksanaan tugas perangkat desa sangat penting. Figur kepala desa
dengan kepemimpinannya berupaya menarik perangkat desa untuk dapat bekerja
sama dengan baik dan mengembangkan setiap bawahannya untuk selalu
berdisiplin dalam bekerja. Hal demikian pun sesuai dengan apa yang tertera pada
Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang menyatakan bahwa kepala
desa bertugas menyelenggarakan Pemerintahan Desa, melaksanakan
Pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan Desa, dan pemberdayaan
masyarakat Desa. Salah satu kewenangan kepala desa ialah memanfaatkan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) sesuai dengan kebutuhan
masyarakat desa.

13

Kewenangan kepala desa sebagai pemimpin formal pemerintah antara lain
tertuang dalam Undang-Undang No. 6 Tahun 2014 Pasal 26(2) yaitu:
1. memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa;
2. mengangkat dan memberhentikan perangkat desa;
3. memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset desa;
4. menetapkan Peraturan Desa;
5. menetapkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa;
6. membina kehidupan masyarakat desa;
7. membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat desa;
8. membina
dan
meningkatkan
perekonomian
desa
serta
mengintegrasikannya agar mencapai perekonomian skala produktif untuk
sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat desa;
9. mengembangkan sumber pendapatan desa;
10. mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara guna
meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa;
11. mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat desa;
12. memanfaatkan teknologi tepat guna;
13. mengoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif;
14. mewakili desa di dalam dan di luar pengadilan atau menunjuk kuasa
hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan
15. melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Sedangkan dalam tulisannya, Ndraha dalam Ariyani (2006) menyatakan bahwa
hak, wewenang, dan kewajiban kepala desa adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan segala usaha dan kegiatan di bidang penghayatan dan
pengamalan Pancasila, pembinaan politik dalam negeri dan pembinaan
kesatuan bangsa sesuai dengan garis kebijakan pemerintah,
2. Membina ketentraman dan ketertiban wilayah sesuai dengan garis
kejaksanaan yang dilakukan oleh pemerintah,
3. Meningkatkan koordinasi terhadap segala kegiatan masyarakat, baik di
dalam perencanaan maupu dalam pelaksanaan pembangunan, untuk
mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya,
4. Memimpin pemerintahan desa dan melaksanakan segala yang dibebankan
oleh pemerintah yang lebih atas,
5. Mengusahakan terus-menerus agar segala peraturan yang dikeluarkan
ditaati oleh penduduk desanya,
6. Membimbing dan mengawasi segala usaha dan kegiatan masyarakat dan
atau organisasi-organisasi serta lembaga-lembaga kemasyarakatan.
Ariyani (2006) menyatakan bahwa kepala desa pada dasarnya bertanggung
jawab kepada masyarakat desa yang di dalam tata cara dan prosedurnya,
pertanggungjawabannya disampaikan kepada bupati atau walikota melalui camat.
Kemudian bersama Kepala Badan Pemusyawaratan Desa, kepala desa
berkewajiban memberikan keterangan laporan pertanggungjawabannya kepada
masyarakat, menyampaikan informasi pokok pertanggungjawabannya. Namun
dalam hal ini harus tetap memberi peluang kepada masyarakat melalui Badan
Permusyawaratan Desa untuk menanyakan dan/atau meminta keterangan lebih

14

lanjut terhadap hal-hal yang berkaitan dengan pertanggungjawaban yang
dimaksud. Pertanggungjawaban kepala desa salah satu nya akan dilihat dari faktor
manajemen keuangan desa. Keuangan desa antara lain teranggarkan dalam suatu
anggaran khusus yang dibuat di tiap desa, yang biasa disebut dengan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes).
Menurut Undang-Undang No. 6 Tahun 2014, sebelum tahap pemanfaatan,
APBDes diajukan oleh kepala desa dan dimusyawarahkan bersama Badan
Permusyawaratan Desa (BPD). BPD beserta kepala desa merupakan dwi tunggal,
berada sama tinggi, tidak terpisahkan dan merupakan satu badan dalam
pemerintahan desa (Ariyani 2006). Selanjutnya dalam pemanfaatan APBDes,
kepala desa berwenang untuk melaksanakannya yang dibantu oleh perangkat desa
lainnya. Kepala desa dituntut untuk bekerja aktif, selektif dalam pembangunan
dan pemerintahan dengan menggunakan segenap potensi dana dan biaya serta
sarana yang terdapat di wilayah desa yang berada di wilayah kekuasaannya.
Kepemimpinan kepala desa beserta perangkat desa dalam hal pemanfaatan
APBDes diupayakan dapat berjalan seoptimal mungkin untuk mencapai APBDes
yang termanfaatkan dengan berdaya dan berhasil.
Pelaksanaan kebijakan pemerintahan desa di bidang keuangan, khususnya
dalam pemanfaatan APBDes, kepala desa mempunyai peran yang penting, namun
hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: 1). Hal yang bersifat pribadi,
yaitu yang berada pada diri pemerintahan desa sendiri, misalnya seni mengadakan
pendekatan pada masyarakat desa, keterampilan menetapkan pungutan desa dan
melaksanakan pungutan, penyelenggaraan administrasi keuangan, kelincahan
pemerintah desa di bidang keuangan tersebut, 2). Hal yang berada di luar diri dan
di luar kemampuan pemerintah desa, misalnya inflasi, perobahan moneter,
perkembangan ekonomi, peraturan perundang-undangan (Surianingrat dalam
Ariyani 2006). Kedudukan kepala desa lebih merupakan wakil dari pemerintah
desa dan masyarakat desa itu dari pada sebagai wakil pemerintah pusat,
pemerintah provinsi atau pemerintah kabupaten.
Definisi Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
Kewenangan desa untuk mengelola keuangan dan sumber daya desa secara
otonom merupakan bukti dari otonomi desa. Berdasarkan Pasal 212 UndangUndang Nomor 32 Tahun 2004, sumber pendapatan desa dibagi dalam lima
bagian umum: (1) Pendapatan asli desa, (2) bantuan pemerintah kabupaten, (3)
bantuan dari pemerintah pusat dan propinsi, (4) sumbangan dari pihak ketiga, dan
(5) pinjaman desa. Keuangan desa menurut pasal ini diatur dalam APBDes
(Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa) yang ditetapkan oleh Kades bersama
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) (Abdussakur 2012). Menurut Ariyani
(2006), APBDes didefinisikan sebagai alat bagi kepala desa dalam melaksanakan
tugasnya yang bukan saja merupakan kebijaksanaan kepala desa, tetapi juga
kebijaksanaan Badan Permusyawaratan Desa yang menetapkan APBDes tersebut
setiap tahunnya dengan peraturan desa.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) adalah peraturan desa
yang memuat sumber-sumber penerimaan dan alokasi pengeluaran desa dalam
kurun waktu satu tahun. APBdes dibuat berdasarkan apa yang dibutuhkan oleh
sebuah desa untuk melakukan sebuah pembangunan (Artana et al. 2015). Bawias

15

et al. (2015) mengemukakan bahwa APBDes merupakan instrumen yang sangat
penting dalam rangka perwujudan tata pemerintahan yang baik di tingkat desa.
Dengan kata lain tata pemerintahan yang baik diukur dari bagaimana pemerintah
desa bekerja secara mandiri dalam mengelola potensi-potensi yang ada di desa.
APBDes pun dapat dikatakan sebagai wujud pembangunan desa melalui
pemerintahan.
Tabel 3 Pengertian APBDes dalam Perda
Perda Kabupaten
Kotawaringin Timur No.
7 Tahun 2000 tentang
Anggaran Pendapatan
dan Belanja Desa pasal 2

“APBDes adalah rencana
operasional tahunan yang
diambil dari program umum
pemerintahan
dan
pembangunan desa yang
dijabarkan dalam angkaangka rupiah, di satu pihak
mengandung
perkiraan
target penerimaan dan di
lain pihak mengandung
perkiraan batas tertinggi
belanja/pengeluaran
keuangan desa”.

Perda Kabupaten
Perda Bentek
Kapuas No. 24 Tahun
Kabupaten Lombok
2000 tentang
Barat No.02/2001
Anggaran Pendapatan tentang Peraturan Tata
dan Belanja Desa
Tertib Majelis Krama
(Bab II pasal 2)
Desa Bentek pasal 1
huruf j
“APBDes merupakan
rencana
operasional
tahunan dari program
pemerintahan
dan
pembangunan
desa
yang dijabarkan dan
diterjemahkan
dalam
angka-angka
rupiah
yang
mengandung
perkiraan
target
pendapatan
dan
perkiraan
batas
tertinggi belanja desa”.

“APBDes
adalah
anggaran pendapatan dan
belanja
desa
yang
memuat
rancangan
pendapatan
dan
pengeluaran belanja desa
yang ditetapkan setiap
tahun”.

Sumber: Habirono dalam Abdussakur (2012)

APBDes merupakan acuan pembiayaan pembangunan di suatu desa.
Sehingga kinerja dan penggunaan setiap anggaran di tingkat desa dapat
dipertanggungjawabkan (Abdussakur 2012). Utom