Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Desa Cihideung Udik, Kec. Ciampea, Kab. Bogor
PERTU
DEPART
UMBUHAN
SATIVA
KE
TEMEN IL
INS
N DAN PR
A
L.) DI DE
EC. CIAM
DON
LMU TAN
FAKULT
STITUT P
RODUKS
ESA CIHI
MPEA, KA
NNIE AQS
NAH DAN
TAS TERT
ERTANIA
BOGOR
2010
I PADI SA
IDEUNG
AB. BOGO
SHA
N SUMBE
TANIAN
AN BOGO
AWAH (
O
UDIK,
OR
RDAYA L
OR
ORYZA
(2)
DONNIE AQSHA
.
Effect of Nutrimars Fertilizer on Growth and Yield of Paddy Rice (Oryza sativa L.) in Cihideung Udik Village, Ciampea Subdistrict, Bogor District. Under guidance of SUWARNO and BUDI NUGROHOLow organic matter content in paddy soil causes reducing number of beneficial soil organisms for soil and plants. In long time it results in leveling off paddy soil productivity. The low organic matter input in agriculture practices for long time decrease organic matter content in paddy soil. Increasing of organic matter input are important to maintain soil fertility and productivity. PT Mars Agro Indonesia has formulated organic fertilizer labeled Nutrimars that easy to use and be able to provide high yield of rice productivity. The objective of the research was to evaluate effect of Nutrimars fertilizer on growth and yield of rice and the content of NO3-, NH4+, and available P and K in the soil.
Research consisted of field experiment and soil analysis in laboratory. Field experiment was carried out on paddy soil in Cihideung Udik Village, Ciampea Subdistrict, Bogor District. The experiment was a single factor experiment with seven treatments and three replications and arranged in randomized complete block design. The treatments applied were: Control (without fertilizer), standard (recommended dose of anorganic fertilizer), N1 (Nutrimars ½ recommended dose), N2 (Nutrimars ¾ recommended dose), N3 (Nutrimars 1 recommended dose), N4 (Nutrimars 1 ¼ recommended dose), and N5 (Nutrimars 1 ½ recommended dose). Ciherang variety of rice was used as test plant. Variables observed were: growth (plant height and number of tiller) and yield of rice as well as content of NO3-, NH4+, and available P and K in the soil after harvest. Observed
data were analyzed by analysis of variance, and then continued by Duncan’s multiple range test for significantly effect.
The results indicates that effects of Nutrimars fertilizer on plant growth and yield of rice were not significant. On the other hand, standard anorganic fertilizer significantly increased growth and yield. Because plants applied Nutrimars was deficient in N, P, and K nutrient, their growth and yield were lower than those of standard treatment. The lower nutrients supply by Nutrimars compered with standard fertilizer resulted in nutrients deficiency for rice. Among Nutrimars fertilizer treatments; the highest of productive tiller was N3; the heighest plant was N4; the highest dry weight of grain was N5 (3,05 ton/ha). Moreover, effect Nutrimars fertilizer on NO3-, NH4+, and available P and K in the
soil were not significant.
(3)
RINGKASAN
DONNIE AQSHA
.
Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Desa Cihideung Udik, Kec. Ciampea, Kab. Bogor. Dibimbing oleh SUWARNO dan BUDI NUGROHO.Semakin sedikitnya kandungan C-organik di dalam tanah sawah menyebabkan semakin menurunnya jumlah organisme tanah yang bermanfaat bagi tanah dan tanaman. Dalam jangka panjang, dampak yang ditimbulkan yaitu terjadinya levelling off pada produktivitas lahan sawah. Rendahnya penambahan bahan organik ke dalam tanah oleh petani, menjadi penyebab semakin rendahnya C-organik di dalam tanah. Permasalahan dalam penggunaan pupuk organik yaitu diperlukan dalam jumlah yang lebih besar untuk mendapat sejumlah unsur hara yang kandungannya setara dengan pupuk anorganik, sehingga dianggap kurang praktis untuk diaplikasikan oleh petani. Untuk itu, perlu dicari cara agar aplikasi pupuk organik dapat semudah mengaplikasikan pupuk anorganik. Upaya menciptakan pupuk organik yang mudah diaplikasi dan mampu memberikan produksi tanaman yang tinggi, telah dilakukan pula oleh PT Mars Agro Indonesia dengan menciptakan pupuk organik yang diberi nama Nutrimars. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruhnya pada padi sawah.
Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan análisis tanah di laboratorium. Percobaan lapangan dilakukan di lahan sawah yang terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Percobaan ini merupakan percobaan faktor tunggal dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan yang ditempatkan dalam rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan tersebut adalah : Kontrol, pupuk anorganik standar, N1 (Nutrimars ½ Dosis anjuran), N2 (Nutrimars ¾ Dosis anjuran), N3 (Nutrimars 1 Dosis anjuran), N4 (Nutrimars 1¼ Dosis anjuran), dan N5 (Nutrimars 1½ Dosis anjuran). Padi sawah yang digunakan adalah padi varietas Ciherang. Variabel yang diamati yaitu : pertumbuhan (jumlah anakan dan tinggi tanaman), produksi, dan NO3-, NH4+, P
dan K tersedia dalam tanah pasca panen. Pengamatan pertumbuhan dilakukan mulai dari 3 MST hingga 11 MST. Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji lanjutan DMRT bila perlakuan berbeda nyata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk Nutrimars tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi padi varietas Ciherang; sedangkan pupuk standar nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi. Karena tanaman mengalami defisiensi unsur N, P, dan K, pertumbuhan dan produksi tanaman pada perlakuan Nutrimars lebih rendah dibandingkan perlakuan pupuk anorganik standar. Penyebab defisiensi hara pada padi yang diberi perlakuan Nutrimars adalah rendahnya jumlah hara yang diberikan melalui pupuk Nutrimars. Di antara perlakuan pupuk Nutrimars, Jumlah anakan produktif terbanyak perlakuan Nutrimars ditunjukkan pada N3 dan tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan Nutrimars pada N4. Bobot GKG terbesar perlakuan Nutrimars yaitu pada N5 sebesar 3.05 ton/ha. Pemberian pupuk Nutrimars tidak berpengaruh nyata terhadap NO3-, NH4+, P dan K tersedia tanah.
(4)
PENGARUH PUPUK NUTRIMARS TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH
(
Oryza sativa
L.) DI DESA CIHIDEUNG UDIK,
KEC. CIAMPEA, KAB. BOGOR
DONNIE AQSHA A14051164
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
(5)
Judul Skripsi : Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Desa Cihideung Udik, Kec. Ciampea, Kab. Bogor
Nama : Donnie Aqsha NIM : A14051164
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Suwarno, M. Sc. Dr. Ir. Budi Nugroho, M. Si. NIP. 19621120 198811 1 001 NIP. 19601021 198703 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Dr. Ir. Syaiful Anwar, M. Sc. NIP. 19621113 198703 1 003
(6)
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada tauladan manusia, Rasulullah Muhammad SAW. Skripsi berjudul “Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Desa Cihideung Udik, Kec. Ciampea, Kab. Bogor” ini penulis buat sebagai tugas akhir dalam proses menimba ilmu sekaligus menjadi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama melaksanakan penelitian ini telah banyak pihak yang membantu penulis, sehingga dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada :
Ayahanda M. Nova, Ibunda Sri Yuliati, dan adik-adiku Maulana Akbar dan Sarrah Raisa yang tak pernah putus memberi kasih sayang, dukungan, doa, dan semangat yang tak kan pernah terbalas.
Dr. Ir. Suwarno, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran yang sangat membangun dan menambah pengetahuan penulis selama penelitian dan pembuatan skripsi. Dr. Ir Budi Nugroho, M.Si. selaku dosen pembimbing kedua yang telah
banyak membimbing dalam pelaksanaan penelitian dan pembuatan skripsi sehingga dapat menambah pengetahuan penulis.
Dr. Ir. Komaruddin Idris, MS. telah bersedia menjadi dosen penguji dalam sidang tugas akhir penulis.
PT. Mars Agro Indonesia sebagai produsen pupuk Nutrimars.
Laboran di Laborartorium Kimia dan Kesuburan tanah yang membantu dan mengajarkan penulis dalam proses analisis tanah.
Rekan-rekan mahasiswa baik di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, dan saudaraku di wisma Madani 08-10.
Semoga skripsi ini dapat dijadikan pembelajaran bagi rekan-rekan yang melakukan penelitian yang serupa.
Bogor, Maret 2010
(7)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 Desember 1987 dari Ayah M. Nova dan Ibu Sri Yuliati. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Menteng Atas 02 pagi Jakarta Selatan. Tahun 2002 penulis menyelesaikan pendidikan di SLTP Negeri 3 Jakarta Selatan. Tahun 2005 penulis merampungkan pendidikan lanjutannya di SMU Negeri 26 Tebet, Jakarta Selatan. Penulis berhasil masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB pada tahun 2005 dan memilih masuk di Mayor Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian dan Minor Komunikasi di Departemen KPM, Fakultas Ekologi Manusia.
Penulis aktif di berbagai lembaga kemahasiswaan. Tahun 2005-2006 penulis menjadi sekertaris BEM TPB IPB. Tahun 2006-2007 penulis menjadi sekertaris umum di Himpunan Mahasiwa Ilmu Tanah (HMIT) IPB dan Kepala Biro Event Organizer di Divisi Perekonomian DKM Al-Hurriyyah IPB. Tahun 2007-2008 penulis pernah juga menjadi Ketua Divisi PSDM HMIT IPB. Selama di HMIT, penulis turut aktif dalam berbagai kegiatan lingkungan seperti memasyarakatkan Biopori untuk mencegah banjir di Kota Bogor, Depok, dan Jakarta. Selanjutnya pada tahun 2009, penulis mengikuti program kewirausahaan dari IPB dan mendapat modal usaha untuk pengembangan usaha dengan produk pot rangkai dan tanaman hias.
Di bidang akademik, penulis pernah menjadi Asisten praktikum mata kuliah Kimia Tanah dan M.K Pendidikan Agama Islam. Pengalaman lapangan penulis yaitu pernah menjadi anggota tim survey tanaman kelapa sawit di PTPN VII, dan di PT. Swadaya Indopalma, Sumatra Selatan.
Penulis pernah menjadi anggota tim PKMP yang mendapat dana hibah penelitian pada kegiatan PKM tahun 2009 dengan judul “Pengujian Beberapa Galur Ganggang Hijau (Chlorophyta) dengan Menggunakan Metode Open Race Way Pond sebagai Bahan Baku Biofuel”. Penulis juga aktif mengikuti seminar baik Nasional maupun Internasional yang berkaitan dengan profesi penulis sebagai Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Lahan, maupun berkaitan dengan lingkungan dan sosial.
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN ……….. 1
Latar Belakang ………... 1
Tujuan ……… 3
TINJAUAN PUSTAKA ………. 4
Karakteristik Padi Varietas Ciherang ……… 4
Karakteristik Nutrimars ………....……… 4
Karakteristik Tanah Sawah ……… 5
Karakteristik Nitrogen dalam Tanah Sawah dan Tanaman ………... 8
Karakteristik Fosfor dalam Tanah Sawah dan Tanaman ………….. 11
Karakteristik Kalium dalam Tanah Sawah dan Tanaman …………. 14
BAHAN DAN METODE ……….. 17
Tempat dan Waktu Penelitian ……… 17
Bahan dan Alat ………..…. 17
Metode Penelitian ………... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 21
Sifat Tanah yang Digunakan ... 21
Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap NO3¯, NH4+, serta P dan K Tersedia ... 22
Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi ... 27
Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Produksi Tanaman Padi ... 31
KESIMPULAN DAN SARAN... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
(9)
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Dosis perlakuan pupuk per hektar ... 18 2 Waktu Pemberian Pupuk ... 19 3 Sifat-sifat Tanah Sawah Desa Cihideung Udik sebelum
diberi perlakuan ... 21 4 Pengaruh pemberian pupuk Nutrimars terhadap kadar
N-NO3¯ dan N-NH4+, P & K tersedia pasca panen dalam tanah 22
5 Pengaruh pemberian pupuk Nutrimars terhadap jumlah anakan padi sawah varietas Ciherang ... 28 6 Pengaruh pemberian pupuk Nutrimars terhadap tinggi padi
sawah varietas Ciherang ………. 29 7 Pengaruh pupuk Nutrimars terhadap bobot gabah dan
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Hasil Analisis Komposisi Kimia Pupuk Nutrimars Granule dan Nutrimars Crystal ………...
37
2 Denah Unit Percobaan ………... 38
3 Petak sawah percobaan ………... 39
4 Kriteria Penilaian Data Analisis Sifat Tanah berdasarkan PPT 1983 .. 39
5 Sidik Ragam Pengaruh pemberian Pupuk Nutrimars terhadap Kadar P & K tersedia, N-NO3¯ dan N-NH4+ Pasca Panen dalam Tanah ... 40
6 Distribusi jumlah NH4+ antar perlakuan pasca panen ... 41
7 Distribusi jumlah NO3¯ antar perlakuan pasca panen ... 41
8 Distribusi jumlah P-tersedia antar perlakuan pasca panen ... 42
9 Distribusi jumlah K-tersedia antar perlakuan pasca panen …... 42
10 Sidik Ragam Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Jumlah Anakan Padi 3 MST-11 MST ... 43
11 Jumlah anakan maksimum perlakuan Nutrimars …….…..…... 44
12 Jumlah anakan produktif perlakuan Nutrimars ……..…...…... 44
13 Sidik Ragam Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Tinggi Padi 3 MST-11 MST ... 45 14 Tinggi tanaman (11 MST) pada perlakuan Nutrimars ……... 46
15 Sidik Ragam Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Produksi Padi Sawah Varietas Ciherang ... 46
16 Distribusi bobot gabah kering giling antar perlakuan ………... 47
17 Pengaruh pemberian pupuk Nutrimars terhadap kadar P & K tersedia, N-NO3¯ dan N-NH4+ pasca panen dalam tanah ... 48 18 Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Jumlah Anakan Padi 3 MST-11 MST dan Anakan Produktif ... 49
19 Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Tinggi Padi 3 MST-11 MST ... 50
20 Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Bobot Gabah Kering Panen, Bobot Gabah Kering Giling, Bobot Gabah Kering Bernas, Bobot Gabah Kering Hampa Persentase Gabah Bernas, Persentase Gabah Hampa, dan Persentase Hasil ... 51
(11)
PERTU
DEPART
UMBUHAN
SATIVA
KE
TEMEN IL
INS
N DAN PR
A
L.) DI DE
EC. CIAM
DON
LMU TAN
FAKULT
STITUT P
RODUKS
ESA CIHI
MPEA, KA
NNIE AQS
NAH DAN
TAS TERT
ERTANIA
BOGOR
2010
I PADI SA
IDEUNG
AB. BOGO
SHA
N SUMBE
TANIAN
AN BOGO
AWAH (
O
UDIK,
OR
RDAYA L
OR
ORYZA
(12)
DONNIE AQSHA
.
Effect of Nutrimars Fertilizer on Growth and Yield of Paddy Rice (Oryza sativa L.) in Cihideung Udik Village, Ciampea Subdistrict, Bogor District. Under guidance of SUWARNO and BUDI NUGROHOLow organic matter content in paddy soil causes reducing number of beneficial soil organisms for soil and plants. In long time it results in leveling off paddy soil productivity. The low organic matter input in agriculture practices for long time decrease organic matter content in paddy soil. Increasing of organic matter input are important to maintain soil fertility and productivity. PT Mars Agro Indonesia has formulated organic fertilizer labeled Nutrimars that easy to use and be able to provide high yield of rice productivity. The objective of the research was to evaluate effect of Nutrimars fertilizer on growth and yield of rice and the content of NO3-, NH4+, and available P and K in the soil.
Research consisted of field experiment and soil analysis in laboratory. Field experiment was carried out on paddy soil in Cihideung Udik Village, Ciampea Subdistrict, Bogor District. The experiment was a single factor experiment with seven treatments and three replications and arranged in randomized complete block design. The treatments applied were: Control (without fertilizer), standard (recommended dose of anorganic fertilizer), N1 (Nutrimars ½ recommended dose), N2 (Nutrimars ¾ recommended dose), N3 (Nutrimars 1 recommended dose), N4 (Nutrimars 1 ¼ recommended dose), and N5 (Nutrimars 1 ½ recommended dose). Ciherang variety of rice was used as test plant. Variables observed were: growth (plant height and number of tiller) and yield of rice as well as content of NO3-, NH4+, and available P and K in the soil after harvest. Observed
data were analyzed by analysis of variance, and then continued by Duncan’s multiple range test for significantly effect.
The results indicates that effects of Nutrimars fertilizer on plant growth and yield of rice were not significant. On the other hand, standard anorganic fertilizer significantly increased growth and yield. Because plants applied Nutrimars was deficient in N, P, and K nutrient, their growth and yield were lower than those of standard treatment. The lower nutrients supply by Nutrimars compered with standard fertilizer resulted in nutrients deficiency for rice. Among Nutrimars fertilizer treatments; the highest of productive tiller was N3; the heighest plant was N4; the highest dry weight of grain was N5 (3,05 ton/ha). Moreover, effect Nutrimars fertilizer on NO3-, NH4+, and available P and K in the
soil were not significant.
(13)
RINGKASAN
DONNIE AQSHA
.
Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Desa Cihideung Udik, Kec. Ciampea, Kab. Bogor. Dibimbing oleh SUWARNO dan BUDI NUGROHO.Semakin sedikitnya kandungan C-organik di dalam tanah sawah menyebabkan semakin menurunnya jumlah organisme tanah yang bermanfaat bagi tanah dan tanaman. Dalam jangka panjang, dampak yang ditimbulkan yaitu terjadinya levelling off pada produktivitas lahan sawah. Rendahnya penambahan bahan organik ke dalam tanah oleh petani, menjadi penyebab semakin rendahnya C-organik di dalam tanah. Permasalahan dalam penggunaan pupuk organik yaitu diperlukan dalam jumlah yang lebih besar untuk mendapat sejumlah unsur hara yang kandungannya setara dengan pupuk anorganik, sehingga dianggap kurang praktis untuk diaplikasikan oleh petani. Untuk itu, perlu dicari cara agar aplikasi pupuk organik dapat semudah mengaplikasikan pupuk anorganik. Upaya menciptakan pupuk organik yang mudah diaplikasi dan mampu memberikan produksi tanaman yang tinggi, telah dilakukan pula oleh PT Mars Agro Indonesia dengan menciptakan pupuk organik yang diberi nama Nutrimars. Perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruhnya pada padi sawah.
Penelitian terdiri dari percobaan lapangan dan análisis tanah di laboratorium. Percobaan lapangan dilakukan di lahan sawah yang terletak di Desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Percobaan ini merupakan percobaan faktor tunggal dengan 7 perlakuan dan 3 ulangan yang ditempatkan dalam rancangan acak kelompok (RAK). Perlakuan tersebut adalah : Kontrol, pupuk anorganik standar, N1 (Nutrimars ½ Dosis anjuran), N2 (Nutrimars ¾ Dosis anjuran), N3 (Nutrimars 1 Dosis anjuran), N4 (Nutrimars 1¼ Dosis anjuran), dan N5 (Nutrimars 1½ Dosis anjuran). Padi sawah yang digunakan adalah padi varietas Ciherang. Variabel yang diamati yaitu : pertumbuhan (jumlah anakan dan tinggi tanaman), produksi, dan NO3-, NH4+, P
dan K tersedia dalam tanah pasca panen. Pengamatan pertumbuhan dilakukan mulai dari 3 MST hingga 11 MST. Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji lanjutan DMRT bila perlakuan berbeda nyata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan pupuk Nutrimars tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi padi varietas Ciherang; sedangkan pupuk standar nyata meningkatkan pertumbuhan dan produksi. Karena tanaman mengalami defisiensi unsur N, P, dan K, pertumbuhan dan produksi tanaman pada perlakuan Nutrimars lebih rendah dibandingkan perlakuan pupuk anorganik standar. Penyebab defisiensi hara pada padi yang diberi perlakuan Nutrimars adalah rendahnya jumlah hara yang diberikan melalui pupuk Nutrimars. Di antara perlakuan pupuk Nutrimars, Jumlah anakan produktif terbanyak perlakuan Nutrimars ditunjukkan pada N3 dan tinggi tanaman tertinggi pada perlakuan Nutrimars pada N4. Bobot GKG terbesar perlakuan Nutrimars yaitu pada N5 sebesar 3.05 ton/ha. Pemberian pupuk Nutrimars tidak berpengaruh nyata terhadap NO3-, NH4+, P dan K tersedia tanah.
(14)
PENGARUH PUPUK NUTRIMARS TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI SAWAH
(
Oryza sativa
L.) DI DESA CIHIDEUNG UDIK,
KEC. CIAMPEA, KAB. BOGOR
DONNIE AQSHA A14051164
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2010
(15)
Judul Skripsi : Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Desa Cihideung Udik, Kec. Ciampea, Kab. Bogor
Nama : Donnie Aqsha NIM : A14051164
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Ir. Suwarno, M. Sc. Dr. Ir. Budi Nugroho, M. Si. NIP. 19621120 198811 1 001 NIP. 19601021 198703 1 001
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
Dr. Ir. Syaiful Anwar, M. Sc. NIP. 19621113 198703 1 003
(16)
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas limpahan karunia-Nya. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada tauladan manusia, Rasulullah Muhammad SAW. Skripsi berjudul “Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah (Oryza sativa L.) di Desa Cihideung Udik, Kec. Ciampea, Kab. Bogor” ini penulis buat sebagai tugas akhir dalam proses menimba ilmu sekaligus menjadi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama melaksanakan penelitian ini telah banyak pihak yang membantu penulis, sehingga dengan segala kerendahan hati, penulis sampaikan ucapan terimakasih kepada :
Ayahanda M. Nova, Ibunda Sri Yuliati, dan adik-adiku Maulana Akbar dan Sarrah Raisa yang tak pernah putus memberi kasih sayang, dukungan, doa, dan semangat yang tak kan pernah terbalas.
Dr. Ir. Suwarno, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran yang sangat membangun dan menambah pengetahuan penulis selama penelitian dan pembuatan skripsi. Dr. Ir Budi Nugroho, M.Si. selaku dosen pembimbing kedua yang telah
banyak membimbing dalam pelaksanaan penelitian dan pembuatan skripsi sehingga dapat menambah pengetahuan penulis.
Dr. Ir. Komaruddin Idris, MS. telah bersedia menjadi dosen penguji dalam sidang tugas akhir penulis.
PT. Mars Agro Indonesia sebagai produsen pupuk Nutrimars.
Laboran di Laborartorium Kimia dan Kesuburan tanah yang membantu dan mengajarkan penulis dalam proses analisis tanah.
Rekan-rekan mahasiswa baik di Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, dan saudaraku di wisma Madani 08-10.
Semoga skripsi ini dapat dijadikan pembelajaran bagi rekan-rekan yang melakukan penelitian yang serupa.
Bogor, Maret 2010
(17)
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 Desember 1987 dari Ayah M. Nova dan Ibu Sri Yuliati. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 1999 penulis menyelesaikan pendidikan di SDN Menteng Atas 02 pagi Jakarta Selatan. Tahun 2002 penulis menyelesaikan pendidikan di SLTP Negeri 3 Jakarta Selatan. Tahun 2005 penulis merampungkan pendidikan lanjutannya di SMU Negeri 26 Tebet, Jakarta Selatan. Penulis berhasil masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB pada tahun 2005 dan memilih masuk di Mayor Manajemen Sumberdaya Lahan, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian dan Minor Komunikasi di Departemen KPM, Fakultas Ekologi Manusia.
Penulis aktif di berbagai lembaga kemahasiswaan. Tahun 2005-2006 penulis menjadi sekertaris BEM TPB IPB. Tahun 2006-2007 penulis menjadi sekertaris umum di Himpunan Mahasiwa Ilmu Tanah (HMIT) IPB dan Kepala Biro Event Organizer di Divisi Perekonomian DKM Al-Hurriyyah IPB. Tahun 2007-2008 penulis pernah juga menjadi Ketua Divisi PSDM HMIT IPB. Selama di HMIT, penulis turut aktif dalam berbagai kegiatan lingkungan seperti memasyarakatkan Biopori untuk mencegah banjir di Kota Bogor, Depok, dan Jakarta. Selanjutnya pada tahun 2009, penulis mengikuti program kewirausahaan dari IPB dan mendapat modal usaha untuk pengembangan usaha dengan produk pot rangkai dan tanaman hias.
Di bidang akademik, penulis pernah menjadi Asisten praktikum mata kuliah Kimia Tanah dan M.K Pendidikan Agama Islam. Pengalaman lapangan penulis yaitu pernah menjadi anggota tim survey tanaman kelapa sawit di PTPN VII, dan di PT. Swadaya Indopalma, Sumatra Selatan.
Penulis pernah menjadi anggota tim PKMP yang mendapat dana hibah penelitian pada kegiatan PKM tahun 2009 dengan judul “Pengujian Beberapa Galur Ganggang Hijau (Chlorophyta) dengan Menggunakan Metode Open Race Way Pond sebagai Bahan Baku Biofuel”. Penulis juga aktif mengikuti seminar baik Nasional maupun Internasional yang berkaitan dengan profesi penulis sebagai Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Lahan, maupun berkaitan dengan lingkungan dan sosial.
(18)
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
PENDAHULUAN ……….. 1
Latar Belakang ………... 1
Tujuan ……… 3
TINJAUAN PUSTAKA ………. 4
Karakteristik Padi Varietas Ciherang ……… 4
Karakteristik Nutrimars ………....……… 4
Karakteristik Tanah Sawah ……… 5
Karakteristik Nitrogen dalam Tanah Sawah dan Tanaman ………... 8
Karakteristik Fosfor dalam Tanah Sawah dan Tanaman ………….. 11
Karakteristik Kalium dalam Tanah Sawah dan Tanaman …………. 14
BAHAN DAN METODE ……….. 17
Tempat dan Waktu Penelitian ……… 17
Bahan dan Alat ………..…. 17
Metode Penelitian ………... 17
HASIL DAN PEMBAHASAN ………. 21
Sifat Tanah yang Digunakan ... 21
Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap NO3¯, NH4+, serta P dan K Tersedia ... 22
Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Pertumbuhan Tanaman Padi ... 27
Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Produksi Tanaman Padi ... 31
KESIMPULAN DAN SARAN... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 34
(19)
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1 Dosis perlakuan pupuk per hektar ... 18 2 Waktu Pemberian Pupuk ... 19 3 Sifat-sifat Tanah Sawah Desa Cihideung Udik sebelum
diberi perlakuan ... 21 4 Pengaruh pemberian pupuk Nutrimars terhadap kadar
N-NO3¯ dan N-NH4+, P & K tersedia pasca panen dalam tanah 22
5 Pengaruh pemberian pupuk Nutrimars terhadap jumlah anakan padi sawah varietas Ciherang ... 28 6 Pengaruh pemberian pupuk Nutrimars terhadap tinggi padi
sawah varietas Ciherang ………. 29 7 Pengaruh pupuk Nutrimars terhadap bobot gabah dan
(20)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1 Hasil Analisis Komposisi Kimia Pupuk Nutrimars Granule dan Nutrimars Crystal ………...
37
2 Denah Unit Percobaan ………... 38
3 Petak sawah percobaan ………... 39
4 Kriteria Penilaian Data Analisis Sifat Tanah berdasarkan PPT 1983 .. 39
5 Sidik Ragam Pengaruh pemberian Pupuk Nutrimars terhadap Kadar P & K tersedia, N-NO3¯ dan N-NH4+ Pasca Panen dalam Tanah ... 40
6 Distribusi jumlah NH4+ antar perlakuan pasca panen ... 41
7 Distribusi jumlah NO3¯ antar perlakuan pasca panen ... 41
8 Distribusi jumlah P-tersedia antar perlakuan pasca panen ... 42
9 Distribusi jumlah K-tersedia antar perlakuan pasca panen …... 42
10 Sidik Ragam Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Jumlah Anakan Padi 3 MST-11 MST ... 43
11 Jumlah anakan maksimum perlakuan Nutrimars …….…..…... 44
12 Jumlah anakan produktif perlakuan Nutrimars ……..…...…... 44
13 Sidik Ragam Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Tinggi Padi 3 MST-11 MST ... 45 14 Tinggi tanaman (11 MST) pada perlakuan Nutrimars ……... 46
15 Sidik Ragam Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Produksi Padi Sawah Varietas Ciherang ... 46
16 Distribusi bobot gabah kering giling antar perlakuan ………... 47
17 Pengaruh pemberian pupuk Nutrimars terhadap kadar P & K tersedia, N-NO3¯ dan N-NH4+ pasca panen dalam tanah ... 48 18 Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Jumlah Anakan Padi 3 MST-11 MST dan Anakan Produktif ... 49
19 Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Tinggi Padi 3 MST-11 MST ... 50
20 Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Bobot Gabah Kering Panen, Bobot Gabah Kering Giling, Bobot Gabah Kering Bernas, Bobot Gabah Kering Hampa Persentase Gabah Bernas, Persentase Gabah Hampa, dan Persentase Hasil ... 51
(21)
Latar Belakang
Umumnya lahan sawah di Indonesia saat ini mengalami kekurangan bahan organik. Bahan organik merupakan salah satu sumber unsur hara yang ada di dalam tanah dan sebagai sumber C-organik yang penting bagi organisme tanah. Menurut studi pustaka yang dilakukan oleh Sutanto (1989), kadar C-organik tanah sawah di daerah sentra produksi padi di Jawa umumnya rendah (berada pada selang kurang dari 1-2%, dan sedikit lebih besar dari 2%). Secara ideal, kandungan bahan organik di dalam tanah mineral mencapai 4-5%. Mempertahankan kandungan karbon (C) di dalam tanah sangat penting dilakukan.
Menurut Hall (2008), C merupakan komponen vital bagi semua makhluk hidup, termasuk tanaman, hewan, fungi dan bakteri, yang mempunyai peran masing-masing dalam membuat dan menjaga kesuburan dan kesehatan kehidupan tanah. Jumlah karbon di dalam tanah secara langsung berpengaruh terhadap mikrobiologi tanah. Penambahan bahan organik ke dalam tanah merupakan langkah terbaik untuk meningkatkan pengaruh positif mikroorganisme tanah terhadap pertumbuhan tanaman. Melalui bantuan mikroorganisme tanah, unsur hara yang terkandung di dalam bahan organik dapat dimineralisasi sehingga haranya dapat tersedia bagi tanaman.
Penggunaan pupuk anorganik oleh petani meningkat pesat sejak revolusi hijau dicetuskan. Tidak hanya di Indonesia, petani di seluruh dunia pun banyak yang beralih untuk menggunakan pupuk anorganik yang dihasilkan oleh industri pupuk. Semenjak itu, penggunaan bahan organik sebagai sumber C tanah semakin berkurang sehingga berdampak buruk terhadap lingkungan kehidupan di dalam tanah. Dampak menurunnya jumlah bahan organik di dalam tanah diantaranya yaitu : terjadi kerusakan agregat tanah akibat berkurangnya perekat antar partikel tanah dan berkurangnya jumlah organisme tanah akibat semakin berkurangnya C-organik sebagai sumber energi.
Salah satu keuntungan menggunakan pupuk anorganik yaitu, pelepasan hara yang terkandung di dalamnya relatif lebih cepat dibandingkan dengan pelepasan hara dari bahan organik sehingga tanaman lebih cepat merespon hara yang diberikan melalui pupuk anorganik. Hal inilah yang menyebabkan petani lebih memilih untuk mengaplikasikan pupuk anorganik saja.
Salah satu contohnya, pemberian nitrogen melalui pupuk anorganik dapat dengan cepat direspon tanaman, hal ini bisa dilihat dari warna daunnya yang berubah menjadi lebih hijau (Brady dan Weil, 2002). Ketersediaan hara bagi
(22)
tanaman melalui proses mineralisasi pada bahan organik memerlukan waktu yang lebih lama dibandingkan proses pelarutan unsur hara pada pupuk anorganik. Sehingga oleh petani, pupuk yang lebih cepat direspon dalam proses pertumbuhan tanaman dijadikan indikator dalam menilai pupuk yang baik untuk diberikan pada tanaman.
Penggunaan pupuk anorganik tanpa diimbangi dengan penambahan bahan organik dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya levelling off pada produktivitas lahan sawah (Pandjaitan, 2007). Levelling off merupakan peristiwa menurunnya peningkatan produksi pada padi sawah. Kesuburan lahan sawah semakin menurun terindikasi melalui serangkaian penelitian yang telah dilaksanakan Badan Litbang Departemen pertanian sejak tahun 1990. Hasil penelitian Kasno et al (2003) dalam Pandjaitan (2007) menyatakan bahwa 65% dari 1577 titik pengambilan contoh tanah yang tersebar di 8 provinsi di Sumatra, Kalimantan, Jawa, NTB dan Sumatra Selatan, menunjukkan kadar C-organik tanahnya sudah di bawah 2%.
Berbagai upaya dilakukan untuk meningkatkan produksi pertanian, terutama produksi beras nasional. Salah satunya yaitu meningkatkan produksi melalui sistem intensifikasi. Peningkatan kesuburan tanah menjadi salah satu cara yang tepat untuk meningkatkan produksi pertanian nasional, mengingat sistem ekstensifikasi seperti pencetakan lahan sawah baru sangat sulit dilakukan akibat terbatasnya lahan. Perbaikan tanah secara fisik maupun kimia, dalam hal ini tanah sawah, penting dilakukan agar kesuburan tanah dapat meningkat. Salah satu upaya perbaikan tanah yang perlu dilakukan yaitu meningkatkan kandungan C-organik tanah. Penggunaan pupuk organik merupakan salah satu cara memperbaiki lahan pertanian secara fisik maupun kimia yang saat ini mengalami penurunan kandungan C-organik.
Untuk mendapat jumlah unsur hara yang setara, jumlah pupuk organik yang dibutuhkan akan jauh lebih besar dibandingkan dengan jumlah pupuk anorganik. Sehingga pemupukan dengan menggunakan pupuk organik menjadi kurang praktis. Hal ini menjadi pertimbangan bagi petani untuk tidak mengaplikasikan pupuk organik kendati mempunyai dampak positif terhadap produktivitas sawah. Untuk itu perlu dicari cara agar pupuk organik mudah diaplikasikan.
Upaya untuk menciptakan pupuk organik yang mudah diaplikasikan dan mampu memberikan pertumbuhan dan produksi tinggi, telah dilakukan pula oleh PT Mars Agro Indonesia dengan nama dagang Nutrimars. Nutrimars adalah sebuah produk yang bermanfaat untuk tanaman maupun hewan; berfungsi sebagai
(23)
nutrisi, baik bagi tanaman, mikroorganisme tanah, maupun hewan. Cara kerja Nutrimars adalah dengan menjadikan penyerapan unsur hara oleh tanaman atau makhluk hidup menjadi stabil dan berada dalam keseimbangan, sehingga memberikan efektivitas dan produktivitas yang baik (Anon., 2009).
Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan manfaat pupuk Nutrimars terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman yang telah disebutkan diatas. Pengujian pupuk dilakukan pada padi yang merupakan tanaman pangan utama nasional.
Tujuan
Tujuan penelitian adalah mengetahui pengaruh pupuk Nutrimars (Pupuk Nutrimars Granule dan Nutrimars Crystal) terhadap pertumbuhan dan produksi padi sawah Varietas Ciherang di Desa Cihideung Udik.
(24)
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Padi Varietas CiherangPadi (Oriza sativa L.) termasuk famili Gramineae. Saat ini terdapat banyak varietas padi hasil persilangan yang telah dikembangkan oleh para peneliti Indonesia yang mampu menghasilkan produktifitas tinggi. Salah satu varietas padi yang telah dihasilkan dan banyak digunakan oleh petani di jawa barat yaitu varietas ciherang. Padi sawah varietas Ciherang termasuk ke dalam golongan padi yaponika atau istilah lokalnya disebut padi cere. Ciri padi sawah varietas Ciherang yaitu tanamannya tegak, dengan posisi daun dan daun benderanya tegak. Daunnya berwarna hijau dengan muka daun kasar bagian bawah serta daun telinga berwarna putih. Batang, dan kaki tanaman berwarna hijau, dengan tinggi tanaman mencapai 107-115 cm. Varietas yang dilepas tahun 2000 ini mampu memiliki anakan produktif sebanyak 14-17 batang per rumpun dan umur tanamannya 116-125 hari (BBPADI, 2007).
Padi yang cocok ditanam pada musim hujan dan kemarau dengan ketinggian di bawah 500 m dpl ini, mampu tahan terhadap serangan hama wereng coklat biotipe 2 dan 3 serta tahan terhadap serangan penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri hawar daun (HDB) strain III dan IV. Potensi produksi padi sawah varietas Ciherang berkisar antara 5 - 8,5 t/ha dengan rata-rata produksinya 6-7 ton/ha. Bentuk gabahnya panjang dan ramping dan warnanya kuning bersih. Gabahnya tidak mudah rontok, dengan tingkat kerontokan dan kerebahan sedang. Padi sawah varietas ciherang menghasilkan beras dengan kadar amilosa 23% dan bila telah dimasak, memiliki tekstur nasi yang pulen (BBPADI, 2007).
Karakteristik Nutrimars
Nutrimars adalah sebuah produk yang bermanfaat untuk tanaman maupun hewan; berfungsi sebagai nutrisi, baik bagi tanaman, mikroorganisme tanah, maupun hewan. Cara kerja Nutrimars adalah dengan menjadikan penyerapan unsur hara oleh tanaman atau makhluk hidup menjadi stabil dan berada dalam keseimbangan, sehingga memberikan efektivitas dan produktivitas yang baik (Anon., 2009).
Formula Nutrimars diperoleh dari hasil riset bertahun-tahun oleh peneliti Mars Agro Indonesia, dan dikembangkan dari materi-materi yang berasal dari tanaman, olahan pertanian, limbah organik yang ramah lingkungan maupun sampah organik. Produk ini dihasilkan melalui 17 tahapan proses yang dilakukan dengan mesin otomatis, dibuat dari bahan baku yang bersifat organik sesuai standar mutu yang ditetapkan dan disempurnakan dengan penambahan
(25)
mikroborganisme yang bermanfaat dengan tingkat kemurnian dan homogenitasnya. Dengan tujuan untuk mempermudah aplikasi, Mars Agro Indonesia memproduksi Nutrimars dalam 4 jenis yang dibedakan menurut bentuknya, yakni : Nutrimars Cair, Nutrimars Powder, Nutrimars Crystal, dan Nutrimars Granule (Anon., 2009). Kandungan hara pupuk Nutrimars Granule dan Nutrimars Crystal disajikan pada Lampiran 1.
Karakteristik Tanah Sawah Sifat Fisik Tanah sawah
Salah satu sistem budidaya padi yang telah lama digunakan yaitu dengan sistem tanah sawah. Tanah sawah dapat terbentuk dari tanah mineral yang memiliki kesesuaian lahan untuk dijadikan lahan sawah. Jika lahan akan disawahkan, sifat fisik tanah yang sangat penting untuk dinilai adalah tekstur, struktur, permeabilitas, drainase (Keersebilck dan Soeprapto, 1985) dan tinggi muka air tanah (Sys, 1985). Sifat-sifat tersebut berhubungan erat dengan pelumpuran dan efisiensi penggunaan air irigasi.
Tanah dengan tekstur agak berat seperti lempung halus, debu halus, dan liat halus sangat cocok untuk disawahkan. Tanah-tanah dengan kandungan liat 25-50% pada lapisan tanah atas dan dengan tekstur yang sama atau lebih tinggi pada lapisan bawah sangat mendukung peningkatan hasil padi (Grant dalam Prihar et al, 1985). Tanah dengan tekstur yang halus tersebut, bila dilumpurkan akan dapat mencegah air perkolasi akibat semakin berkurangnya porositas tanah sehingga dapat terbentuk lahan sawah yang tergenang.
Pengolahan tanah dengan cara pelumpuran dilakukan dengan cara menghancurkan agregat tanah. Pada kondisi tergenang, tanah akan terdispersi dan penghancuran agregat akan semakin intensif pada saat dibajak, digaru, dan dilumpurkan (Sharma dan De Datta, 1985). Pelumpuran dapat menurunkan permeabilitas tanah, semakin intensif tanah di lumpurkan, maka agregat tanah akan semakin hancur sehingga permeabilitas tanah semakin menurun.
Penurunan gerakan air karena pelumpuran ini semakin bertambah dengan terbentuknya tapak bajak yang relatif tidak tembus air di sebelah bawah lapisan lumpur. Tapak bajak ini terbentuk pada tanah-tanah berlempung yang disawahkan. Sebaliknya pada tanah berpasir, tapak bajak sulit terbentuk (Anwar dan Sudadi, 2007).
Sifat Kimia Tanah Sawah
Perubahan sifat kimia yang terjadi akibat penggenangan tanah, penting dalam kaitannya dengan kesesuaian tanah untuk produksi padi. Banyak sistem oksidasi-reduksi yang penting bagi nutrisi tanaman dipengaruhi oleh kondisi
(26)
anaerobik yang terjadi pada tanah tergenang. Perubahan sifat kimia terjadi akibat semakin berkurangnya oksigen di dalam tanah karena digunakan oleh mikroorganisme sebagai akseptor elektron. Akibat habisnya oksigen di dalam tanah dapat terjadi perubahan potensial redoks, pH tanah, dan bentuk ion terlarut. Bentuk teroksidasi beberapa sistem redoks bergantian menjadi akseptor elektron dalam respirasi mikroorgnisme tanah (Patrick dan Reddy, 1978).
Parameter fisik-kimia yang sangat penting bagi karakteristik tanah tergenang yaitu potensial redoks (Eh) yang rendah. Nilai Eh tanah tergenang dapat mencapai -300mV tergantung dari lama penggenangan dan ketersediaan akseptor elektron (Patrick dan Mahapatra, 1968 dalam Patrick dan Reddy, 1978). Potensial redoks berguna untuk mengukur indeks dari status oksidasi-reduksi tanah tergenang. Awalnya, oksigen menjadi hilang atau ketersediaannya di dalam tanah sangat rendah. Oksigen digunakan sebagai akseptor elektron oleh mikroorganisme tanah dalam proses respirasinya. Selanjutnya bila oksigen telah habis, maka digunakan bahan-bahan lain yang ada di dalam tanah.
Setelah oksigen habis di dalam tanah tergenang, mikroorganisme anaerobik fakultatif dan obligat membutuhkan akseptor elektron dari beberapa komponen teroksidasi tanah. Beberapa komponen teroksidasi tanah yang mengalami reduksi setelah oksigen habis tereduksi secara berurutan. Umumnya, urutan reduksinya yaitu : setelah oksigen habis, nitrat digunakan oleh bakteri anaerob fakultatif dan dengan cepat direduksi. Reduksi nitrat dimulai sebelum oksigen habis, tapi penghabisan nitrat tidak akan terjadi sampai semua oksigen telah habis. Urutan selanjutnya setelah nitrat yaitu Mn4+, kemudian Fe3+ yang lebih sulit direduksi dibanding O2, Mn4+, dan nitrat sehingga proses reduksi
menjadi lambat (Patrick dan Reddy, 1978). Selanjutnya, bila Fe3+ telah habis, maka bahan selanjutnya yang akan direduksi yaitu SO42- dan kemudian metan
(CH4) oleh bakteri anaerob obligat.
Beberapa sistem inorganik tanah akan menyeimbangkan potensial redoks pada beberapa nilai. Umumnya, jumlah nitrat rendah di dalam tanah tergenang, kemudian cepat menghilang setelah penggenangan. Jika tanah mengandung reduksi besi dan mangan tinggi, maka elemen ini akan membantu mencegah penurunan potensial redoks menjadi labih bernilai negatif (Patrick dan Reddy, 1978). Pada umumnya, kadar zat yang tereduksi mencapai puncak pada 2-4 minggu setelah penggenangan kemudian berangsur menurun sampai pada tingkat keseimbangan. Besarnya nilai Eh berpengaruh terhadap ketersediaan unsur hara dalam tanah. Menurut Ponnamperuma (1978), nilai Eh yang rendah dapat menyebabkan : mengganggu perkecambahan dan munculnya perakaran saat
(27)
penyemaian, tapi tidak mengganggu pertumbuhan tanaman; merombak nitrat tapi mengakumulasi amonium dan fiksasi nitrogen sehingga meningkatkan kandungan nitrogen tanah; menguntungkan bagi padi karena meningkatnya ketersediaan N, P, Si, Fe, Mn, dan Mo; mengganggu padi akibat berkurangnya ketersediaan S, Cu, dan Zn.
Penggenangan pada tanah mineral masam dapat meningkatkan pH tanah dan pada tanah basa dapat menurunkan nilai pH hingga mendekati netral. Penggenangan mempengaruhi dinamika dan ketersediaan hara bagi padi sawah sehingga dapat menguntungkan, terutama dari segi ketersediaan unsur hara esensial bagi pertumbuhan dan produksi padi sawah. Menurut Greenland (1997), efek dari proses oksidasi dan reduksi yang terjadi pada tanah tergenang dapat mengontrol kemasaman dan kebasaan tanah. Daya sanggah pH pada tanah tergenang disebabkan oleh sistem redoks besi dan mangan serta asam organik. Umumnya reaksi oksidasi-reduksi meliputi konsumsi atau produksi ion-ion H+ dan OH- (Ponnamperuma et al., 1969 dalam Patrick dan Reddy, 1978).
Reaksi kemasaman (pH) air genangan tanah sawah dipengaruhi oleh konsentrasi karban dioksida (CO2) dalam air. Jika kadar CO2 dalam air berada
pada titik kesetimbangan dengan kadar CO2 di atmosfir, ini berarti pH-nya
mendekati 6,0 atau mendekati netral. Menurut Ponnamperuma (1985) dalam Greenland (1997), pH larutan tanah pada tanah tereduksi mungkin stabil pada pH antara 6,5 sampai 7,00. Perubahan ini, terutama disebabkan oleh reduksi besi (Fe3+ Fe2+) atau komponen tanah lainnya yang menghasilkan kelebihan OH¯ pada tanah masam sehingga dapat menetralkan kemasaman. Peningkatan pH tidak hanya dipengaruhi oleh pelepasan OH- dan konsumsi H+, tetapi juga rasio konsumsi ion H+ dengan konsumsi elektron (Bostrom, 1967 dalam Patrick dan Reddy, 1978). Peningkatan pH pada tanah masam dapat menguntungkan bagi padi, diantaranya: menekan keracunan alumunium, mangan, besi, karbon dioksida, dan asam organik; meningkatkan ketersediaan P, Si, dan Mo; serta mendukung proses mikroorganisme yang melepaskan berbagai nutrisi (Ponnamperuma, 1978).
Pada tanah alkalin, penurunan pH dipengaruhi oleh proses perubahan kimia dan biologi. Mikroorganisme mendekomposisi bahan organik sehingga menghasilkan CO2 dan dapat bereaksi dengan H2O membentuk asam karbonat,
yang terpisahkan menjadi ion-ion H+ dan HCO3- yang dapat menurunkan pH
(Ponnamperuma et al., 1966 dalam Patrick dan Reddy, 1978).
Pada pH sekitar 6,6, dan Eh berkisar antara 3 mV sampai 14 mV atau pE dari 0,6 sampai 2,4 pada pH yang sama, dengan konduktan spesifik sekitar 2
(28)
mmho/cm pada suhu 25oC (dalam larutan tanah) muncul sebagai kondisi yang baik bagi padi untuk menyerap nutrisi tanaman yang ada di dalam tanah tersebut. Di tanah tropis, kondisi tersebut dapat dicapai dengan menambahkan bahan organik ke dalam tanah dan merendam tanah selama 2 hingga 4 minggu sebelum dilakukan penanaman. Dibawah kondisi yang demikian, ketersediaan N, P, K, Ca, Mg, Fe, Mn, dan Si meningkat; sedangkan suplai Cu, Zn, dan Mo cukup; dan konsentrasi yang membahayakan seperti Al, Mn, Fe, CO2, dan asam organik
berkurang (Ponnamperuma, 1978).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Meinofriadi (1988) juga menunjukkan bahwa pemberian bahan organik ke dalam tanah tergenang dapat meningkatkan intensitas reduksi dengan mempercepat penurunan potensial redoks (Eh) dan peningkatan pH, serta mempercepat konsentrasi besi dan mangan larut tanah mencapai maksimum. Di samping itu, bahan organik juga meningkatkan daya hantar listrik, ferro (Fe2+), mangano (Mn2+), amonium, P, K, Ca, dan Mg dalam larutan tanah dan juga C-organik, N-total, P-tersedia (Bray 1), kalium, kalsium, dan magnesium dapat dipertukarkan di dalam tanah.
Karakteristik Nitrogen dalam Tanah Sawah dan Padi Sawah
Nitrogen merupakan salah satu unsur yang paling luas penyebarannya di alam. Di atmosfir terdapat sekitar 3,8×1015 ton N2-molekuler (Mengel dan Kirby,
1982). Menurut Delwiche (1970) dalam Mengel dan Kirby (1982), di lithosfer terdapat 4,74 kalinya yaitu sekitar 18×1015 ton.
Menurut Hasegawa (1992) dalam Brady dan Weil (2002), sumber nitrogen di dalam tanah sawah berasal dari : pemupukan, fiksasi nitrogen secara biologi, air hujan, dan irigasi. Fiksasi biologis menyumbangkan nitrogen terbesar bagi biosfir (Mengel dan Kirby, 1982). Sedangkan kehilangan nitrogen dapat terjadi akibat pemanenan tanaman, proses denitrifikasi, dan drainase; serta volatilisasi dan pencucian (Patrick, 1982 dalam Brady dan Weil, 2002).
Hampir semua nitrogen di dalam tanah berbentuk organik, dan hanya sedikit frkasi yang diubah menjadi bentuk anorganik tiap tahunnya. Dua bentuk N inorganik yang paling penting yaitu : NO3- dan NH4+. Dalam keadaan teroksidasi,
NO3- merupakan bentuk inorganik yang stabil, dan semua reaksi nitrogen hasil
dekomposisi bahan organik akan berubah menjadi NO3-. Dalam keadaan
tergenang, kehilangan oksigen di dalam tanah akan menghambat aktifitas dari bakteri Nitrosomonas yang dapat mengoksidasi NH4+ dan proses mineralisasi
akan berhenti pada bentuk NH4+ (Patrick dan Reddy, 1978). Greenland (1997)
(29)
stabil dalam kondisi anaerob, sehingga mineralisasi N-organik berhenti sampai proses aminifikasi yang menghasilkan NH4+.
Peran mikroorganisme tanah sangat penting dalam membantu mengubah bentuk N menjadi dapat tersedia bagi tanaman seperti dalam proses dekomposisi. Pada kondisi tergenang seperti pada tanah sawah, nitrifikasi terhambat sehingga bentuk amonium (NH4+) menjadi stabil dan dapat tersedia bagi padi sawah
(Hanafiah, 2005).
Penggenangan tanah menyebabkan penurunan jumlah oksigen di dalam tanah. Dalam waktu sehari suplai oksigen turun mendekati nol. Mikroorganisme aerobik dengan cepat mengkonsumsi oksigen yang tersisa, dan akhirnya dorman atau mati. Mikroorganisme anaerob dan anaerob fakultatif akan terus berkembang. Bila oksigen yang digunakan untuk akseptor elektron telah habis, maka organisme akan menggunakan bahan lain sebagai akseptor elektron seperti NO3¯ dan bahan
organik. Penggunaan NO3¯ oleh mikroorganisme sebagai akseptor elektron dalam
respirasinya merupakan peristiwa denitrifikasi (Anwar dan Sudadi, 2007). Selain terdenitrifikasi mejadi gas N2, NO3¯dapat pula hilang karena terdrainase
(Greenland, 1997).
Bila amonium terdapat dipermukaan air tanah sawah, amonium dapat berubah menjadi gas amonia yang dapat tervolatilisasi ke udara sehingga dapat mengurangi kadar N di dalam genangan sawah (Greenland, 1997). Pada tanah sawah, terdapat lapisan tanah yang aerob dan anaerob. Lapisan aerob pada tanah sawah terletak di permukaan tanah, dibawah genangan air. Kondisi pada lapisan ini sama dengan kondisi pada tanah berdrainase baik sehingga proses mineralisasi dapat menghasilkan NO3¯. Selama di lapisan aerobik tanah, NO3¯ tetap stabil dan
tidak mengalami proses denitrifikasi. Tapi, NO3¯ dengan mudah turun menuju
lapisan anaerobik tanah dan mengalami denitrifikasi akibat dari terjadinya proses difusi akibatnya adanya gradien konsentrasi NO3¯ dari konsentrasi NO3¯ tinggi
pada lapisan aerobik ke konsentrasi rendah pada lapisan anaerobik. Proses ini akan terus berlangsung selama NO3¯ terbentuk di lapisan aerob, dan dapat mudah
terjadi bila terdapat sumber NH4+ pada permukaan lapisan aerob yang dapat
di-nitrifikasi. Kehilangan NH4+ dari lapisan aerobik akibat nitrifikasi terjadi karena
perbedaan konsentrasi yang menyebabkan difusi NH4+ dari lapisan anaerob ke
lapsian aerob. Selanjutnya NH4+ akan mengalami nitrifikasi menjadi NO3-,
kemudian bila konsentrasinya menjadi lebih tinggi di lapisan aerob akan mengalami difusi ke lapisan anaerob sehingga NO3- akan mengalami denitrifikasi
(30)
Unsur N di dalam tanaman dapat dijumpai dalam bentuk organik maupun anorganik. Menurut Mengel dan Kirby (1982), unsur N berkorelasi sangat erat dengan perkembangan jaringan meristem, sehingga sangat menentukan pertumbuhan tanaman. Brady dan Weil (2002) menyatakan bahwa nitrogen merupakan komponen yang diperlukan untuk melengkapi berbagai senyawa esensial penyusun tanaman. Nitrogen merupakan nutrisi mineral yang sangat penting bagi padi (Kyuma, 2004). Berdasarkan penelitian yang telah lama dilakukan oleh Kawasaki (1953) dalam Kyuma (2004) di jepang, menunjukkan pengaruh pemberian pupuk nitrogen terhadap produksi padi. Hal ini dapat diketahui bahwa plot percobaan yang tidak diberi pupuk N tapi diberi pupuk P dan K, hasil produksinya lebih rendah hampir 55 % dibandingkan dengan plot percobaan dengan yang diberi pupuk N, P, dan K.
Nitrogen merupakan bagian utama dari semua asam amino sebagai pembangun kompleks protein, termasuk enzym, yang sebenarnya mengontrol semua proses biologi (Brady dan Weil, 2002). Unsur N berperan sebagai penyusun semua protein, krolofil dan asam-asam nukleat, serta berperan penting dalam pembentukan koenzim (Mengel dan Kirby, 1982). Nitrogen juga penting untuk penggunaan karbohidrat dalam tanaman. Nitrogen dapat meningkatkan kepadatan gabah tanaman berbiji dan jumlah protein di dalam biji dan daun. Suplai nitrogen yang baik dapat melancarkan perkembangan akar dan pertumbuhan (Brady dan Weil, 2002).
Nitrogen sangat mobil di dalam jaringan tanaman ketika kebutuhan akan nitrogen tidak mencukupi, nitrogen akan di transfer ke daun muda dari daun tua, sehingga menyebabkan daun tua mengalami klorosis berat. Tahap selanjutnya daun akan mengalami nekrosis. Dampak lain defisiensi N, tanaman akan mengalami pendewasaan lebih cepat sehingga pertumbuhan vegetatif tanaman menjadi relatif singkat, pengguguran daun secara dini diduga berhubungan dengan dampak pasokan N dalam sintesis dan translokasi sitokinin, tingkat pertumbuhan yang rendah, tanaman kerdil, batang terlihat kurus, daun kecil (Brady dan Weil, 2002), serta daun menguning akibat terhambatnya pembentukan kloroplas (Thomson dan Weier, 1962 dalam Mengel dan Kirby, 1982).
Hasil penelitian Wegner dan Michael (1971) dalam Mengel dan Kirby (1982), sintesis sitokinin akan terganggu jika kebutuhan akan unsur N tidak mencukupi. Ciri defisiensi Nitrogen pada tanaman Serealia di antaranya yaitu : menurunnya jumlah butir padi per unit area, butir padi kecil, tapi relatif mengandung protein yang tinggi. Namun menurut Brady dan Weil (2002), Tanaman yang kekurangan nitrogen, kandungan proteinnya rendah sedangkan
(31)
kandungan gulanya tinggi. Hal ini dikarenakan jumlah nitrogen yang dibutuhkan untuk digabungkan dengan semua rantai karbon dari gula tidak mencukupi untuk pembentukan protein. Selain itu, juga terjadi pengurangan suplai karbohidrat ke dalam butir padi selama tahap pengisian butir padi berlangsung.
Karakteristik Fosfor dalam Tanah Sawah dan Padi Sawah
Secara umum, kulit bumi mengandung 0,1% P atau setara 2 ton P ha¯1 dalam bentuk apatit, terutama Fluoroapatit yang terdapat di dalam batuan beku dan bahan induk tanah. Macam-macam bentuk fosfat dalam tanah kering yaitu : fosfat dalam larutan tanah, fosfat dalam bentuk labil, dan fosfat pada fraksi non-labil. Fosfat yang berada di larutan tanah merupakan bentuk fosfat yang dapat tersedia bagi tanaman. Bentuk yang kedua yaitu fosfat yang terikat pada permukaan pertikel koloid sehingga dapat dengan cepat terjadi keseimbangan dengan fosfat yang ada di larutan tanah. Bentuk ini disebut fosfat labil. Bentuk fosfat yang ketiga yaitu fosfat yang tidak dapat dilarutkan. Fosfat dalam bentuk seperti ini dapat terlepas dengan sangat lambat ke dalam kelompok labil (Mengel dan Kirby, 1982).
Pada tanah masam (pH 4-5,5), anion monovalen H2PO4¯ lebih dominan,
sedangkan pada tanah alkalin dengan pH 8-11 yang mendominasi yaitu anion divalen HPO42¯. Dari kedua anion tersebut, ion H2PO4¯ sedikit lebih tersedia bagi
tanaman. Namun efek pH terhadap reaksi fosfor dengan unsur tanah lainnya lebih penting daripada fakta terkait ketersediaan anion fosfor pada pH tersebut (Brady dan Weil, 2002).
Penggenangan umumnya dapat meningkatkan konsentrasi fosfat terlarut dan P-tersedia (Patrick et al dalam Neue dan Bloom, 1989). Saat tanah sawah tergenang, reduksi Fe3+ dapat melepaskan P terjerap (De Datta, 1986 dalam Neue dan Bloom, 1989). Fosfor tidak langsung terlibat dalam reaksi oksidasi-reduksi dalam tanah tergenang, tetapi terjadi pengaktifan kembali fosfor yang bereaksi dengan besi, kalsium dan magnesium akibat sejumlah unsur redoks yang dipengaruhi oleh penggenangan tanah (Patrick dan Reddy, 1978).
Peningkatan pH akibat penggenangan juga dapat melarutkan P dari liat dan alumunium oksida, namun diketahui efeknya kecil dalam tanah sawah (Sah dan Mikkelsen, 1986 dalam Neue dan Bloom, 1989). Penggenangan tanah dapat meningkatkan ketersediaan P bagi tanaman. Sifat kimia fosfat dalam tanah tergenang berkaitan dengan sifat kimia besi dan kondisi tergenang dapat meningkatkan kelarutan besi serta kelarutan fosfor di dalam tanah (Patrick dan Reddy, 1978).
(32)
Aspek penting dari sifat kimia fosfor pada tanah tergenang yaitu lebih banyak fosfor yang dilepas dari tanah ke larutan tanah dalam kondisi tergenang daripada dalam kondisi teroksidasi, jika kandungan fosfor dalam larutan tanah tersebut rendah (Patrick dan Khalid, 1974 dalam Patrick dan Reddy, 1978).
Tanaman mengambil P terutama dari hasil difusi P ke akar tanaman. Tingkat difusi P merupakan fungsi dari konsentrasi P dalam larutan tanah dan kadar air (Neue dan Bloom, 1989). Efek yang sangat penting dari pengambilan air dalam penyerapan P oleh tanaman adalah peningkatan difusinya, bukan dari peningkatan konsentrasi larutannya. Karena difusi sangat penting, titik kritis konsentrasi dalam larutan mungkin bervariasi di dalam tanah (Turner dan William, 1976 dalam Neue dan Bloom, 1989). De Datta (1986) dalam Neue dan Bloom (1989) menyatakan minimum konsentrasi P yang dibutuhkan untuk produksi maksimum padi yaitu 0,1 ppm P.
Penelitian yang dilakukan oleh Sui dan Thompson (2000) dalam Brady dan Weil (2002), menunjukkan bahwa senyawa organik yang ditambahkan melalui bahan organik dapat membentuk khelat dengan beberapa kation pengikat P seperti Fe3+. Dengan demikian, menyebabkan fosfor terlepas ke dalam larutan tanah. Tingginya jumlah P dalam larutan tanah dapat menguntungkan bagi tanaman, apabila tanaman dengan cepat menyerapnya melalui akar.
Fosfor merupakan komponen esensial dari senyawa organik adenosin trifosfat (ATP) yang dikenal dengan ”pengedar energi” bagi kehidupan sel. Senyawa ATP yang terbentuk melalui proses respirasi dan fotosintesis ini, merupakan kelompok fosfat yang memiliki energi tinggi untuk mengarahkan hampir semua kebutuhan energi dalam proses biokimia. Contohnya dalam penyerapan nutrisi dan peredarannya di dalam tubuh tanaman kemudian mengasimilasikannya ke dalam biomolekul yang berbeda. Proses tersebut membutuhkan energi yang berasal dari ATP (Brady dan Weil, 2002).
Fosfor merupakan komponen esensial dari DNA dan RNA, yang secara langsung menyusun protein pada tumbuhan maupun hewan. Untuk hampir semua spesies tanaman, total kandungan fosfat pada jaringan tanaman yang sehat jumlahnya tidak banyak, biasanya hanya terdiri dari 0,2-0,4% dari bobot kering tanaman (Brady dan Weil, 2002).
Fosfat ditemukan sebagai bagian dari asam nukleat, phytin, dan fosfolipid. Pemberian P yang cukup penting dilakukan pada saat tanaman masih muda untuk meletakkan primordia dari bagian-bagian reproduktif. Fosfat juga mempercepat masaknya buah terutama bagi tanaman serealia. Kekurangan fosfat dapat mengurangi pertumbuhan tanaman. Fosfat penting bagi pertumbuhan biji dan
(33)
banyak dijumpai di dalam buah dan biji. Beberapa peranan fosfat yang penting yaitu dalam menyediakan energi untuk proses fotosintesa, perubahan karbohidrat dan senyawa yang berhubungan, glikolisis, metabolisme: asam amino, lemak, dan sulfur. Selain itu penting dalam oksidasi biologis dan sejumlah reaksi fisiologis. Dengan demikian, fosfor penting dalam proses transfer energi yang sangat vital dalam pertumbuhan tanaman (Leiwakabessy, Wahjudin, dan Suwarno, 2003).
Kecukupan akan kebutuhan nutrisi fosfat dapat meningkatkan banyak aspek dari fisiologi tanaman, termasuk proses penting dalam fotosintesis, fiksasi nitrogen, pembungaan, pembuahan (termasuk produksi biji), dan proses pematangan. Pertumbuhan akar, terutama akar lateral dan rambut akar didorong oleh fosfor. Fosfor dibutuhkan pada jaringan maristem dalam jumlah yang besar, dimana sel pada jaringan tersebut terus mengalami pembelahan dan pelebaran hingga batas tertentu. Pada tanaman biji-bijian, nutrisi fosfor yang cukup dapat memperkuat struktur jaringan seperti yang ditemukan dalam jerami dan batang sehingga membantu mencegah tanaman rebah. Keuntungan lainnya yaitu meningkatkan kualitas tanaman, terutama daun-daunan dan sayuran (Brady dan Weil, 2002).
Secara umum, gejala defisiensi fosfor pada padi dapat dikenali dengan ciri-ciri sebagai berikut : tanaman kerdil, kurus, batang mengecil, daun menyempit, pendek, tegak, berwarna gelap, serta pertumbuhan melambat. Jumlah daun, malai, dan gabah per malai menjadi berkurang (Fairhurst et al, 2007). Karena fosfor sangat mobil dalam jaringan tanaman, maka ketika suplai fosfor ke tanaman rendah, untuk memenuhi pertumbuhan tanaman, fosfor akan dipindahkan dari daun tua ke daun yang muda. Sehingga gejala defisiensi hara dapat dilihat dari daun-daun tuanya (Brady dan Weil, 2002).
Bila padi yang digunakan cenderung memproduksi antosianin, maka pada daun akan muncul warna merah atau ungu. Bila dfisiesi N dan P terjadi bersamaan, warna daun menjadi hijau pucat. Sulit untuk mengenali gejala defisiensi P pada tingkat defisiesi yang sedang. Defisiensi P seringkali serupa dengan gejala keracunan Fe pada pH rendah, kekurangan Zn, kekurangan Fe, dan kadar garam (Fairhurst et al, 2007). Dampak lainnya dari kekurangan fosfor yaitu : pematangan tanaman menjadi terlambat, pertumbuhan bunga menjadi jarang, dan kualitas biji menjadi menurun (Brady dan Weil, 2002).
Tidak semua fosfor yang terkandung dalam pupuk dapat segera larut dan tersedia untuk tanaman, persentase berat fosfor dalam pupuk harus diketahui pula oleh pengguna pupuk tersebut sehingga dapat diketahui berapa persen fosfor yang tersedia. Fosfat dalam pupuk bisa larut dan juga bisa tidak larut dalam air. fosfat
(34)
yang tidak larut dalam air, mungkin terlarut dalam asam-asam cair, seperti asam citric. Fosfat pada pupuk, baik yang larut dalam air maupun yang larut dalam asam citric, diduga tetap dapat tersedia bagi tanaman (Ahn, 1993).
Karakteristik Kalium dalam Tanah Sawah dan Padi Sawah
Sumber kalium dari alam yang utama yaitu berasal dari mineral-mineral yang mengandung kalium, seperti kalium feldspar yang termasuk batuan beku, serta mika hitam (biotit) dan mika putih (serikit, muskovit). Kalium pada mineral-mineral tersebut dilepaskan melalui proses pelapukan secara kimiawi. Pada pelapukan tersebut, kalium dibebaskan sebagai ion K+. Ion K+ tersebut dapat mengalami : diserap oleh tanaman dan organisme tanah, hilang karena drainae air, dipegang pada komplek pertukaran kation koloid tanah, atau berubah menjadi bentuk yang ketersediaannya rendah (Ahn, 1993).
Tanah–tanah di daerah tropik basah seperti Indonesia umumnya mempunyai kandungan K sangat rendah. Tanah-tanah yang terbentuk dari mineral mafik biasanya mengandung K lebih sedikit dibandingkan dengan tanah yang terbentuk dari mineral felsik. Kalium tanah berasal dari dekomposisi mineral primer yang mengandung K seperti K-feldspar, muskovit, biotit, dan flogopit. Ketersediaan K dari mineral primer ini kecil dan urutan ketersediaannya adalah biotit>muskovit>feldspar. Kalium juga terdapat dalam mineral-mineral liat seperti ilit, khlorit vermikulit dan mineral-mineral intersetified (seperti vermikulit-khlorit, montmorilonit-khlorit, dll) (Leiwakabessy et al, 2003).
Termasuk K-tersedia yaitu kation K yang dipegang oleh koloid tanah, dilarutan tanah, dan kalium terlarut. Pengukuran K-tersedia di dalam tanah biasanya diukur oleh kalium dapat dipertukarkan (K-dd) (Ahn, 1993); K segera tersedia yaitu K yang dapat dipertukarkan pada koloid tanah dan K yang larut dalam air (Brady dan Weil, 2002). Kalium tidak tersedia yaitu kalium yang berada dalam bentuk organik atau senyawa inorganik yang tidak larut. Kalium tersebut tidak tersedia hingga bahan organik dimineralisasi atau hingga bentuk inorganik mengalami pelapukan. Kalium lambat tersedia adalah kalium yang berada di antara kalium tersedia dan kalium tidak tersedia. Termasuk di dalamnya yaitu kalium yang terdapat pada liat 2:1, terutama illit. Perbedaan antara kalium tersedia, lambat tersedia, dan tidak tersedia, tidaklah kaku dan terdapat kecenderungan untuk kalium berubah bentuk dari satu bentuk ke bentuk lainnya hingga mencapai titik keseimbangan. Bila tanaman mengambil dengan cepat kalium tersedia, ada kecenderungan kalium untuk bergerak dari bentuk lambat tersedia menjadi tersedia serta kalium tidak tersedia menjadi lambat tersedia
(35)
sehingga dapat memulihkan keseimbangan. Hanya 1-2% dari total kalium-tersedia, baik K-dd maupun K dalam larutan yang mungkin segera tersedia bagi tanaman (Ahn, 1993).
Dalam tanah tergenang, hasil reduksi Fe3+ dan Mn4+ menjadi Fe2+ dan Mn2+ pada kompleks pertukaran ion dapat meningkatkan konsentrasi Ca2+, Mg2+, K+ dan Na+ di dalam larutan tanah (De Datta, 1981 dalam Neue dan Bloom, 1989). Konsentrasi kation yang meningkat tersebut, juga dapat meningkatkan difusi kation yang dapat dipertukarkan menuju akar (Ponnamperuma, 1972 dalam Neue dan Bloom, 1989). Faktor penting lain yang dapat meningkatkan difusi kation ke akar yaitu pengisian pori tanah dengan air. Peningkatan difusi sangat penting terutama untuk mempermudah penyerapan K+ bagi tanaman (Malavolta dalam Neue dan Bloom, 1989).
Mineralogi liat dapat juga menjadi faktor yang mempengaruhi ketersediaan dan respon kalium melalui pupuk. Vermikulit merupakan salah satu mineral liat tipe 2:1 mengikat K+ di antar lapisannya, dan banyak terjadi di tanah-tanah dataran rendah daerah tropis (Neue dan Bloom, 1989). Kehilangan kalium dalam tanah dapat terjadi karena diserap oleh tanaman, pencucian oleh air drainase, dan erosi tanah dan aliran permukaan (Brady dan Weil, 2002).
Sebagai komponen larutan sitoplasma, kalium memainkan peranan penting dalam menurunkan potensial cairan osmotik sel. Contohnya, kalium berperan dalam mengatur keluar masuknya air pada sel stomata daun dan meningkatkan kemampuan sel akar untuk menyerap air dari tanah. Fungsi khusus kalium yaitu membantu tanaman beradaptasi dengan lingkungan yang tidak mendukung pertumbuhannya. Kebaikan nutrisi kalium berhubungan dengan meningkatnya kemampuan tanaman untuk toleran terhadap kekeringan, lebih resisten terhadap beberapa penyakit yang berasal dari fungi, dan lebih toleran terhadap hama serangga. Kalium diketahui mampu mengaktifkan lebih dari 80 enzim yang berbeda dan bertanggung jawab dalam proses metabolisme energi, pembentukan pati, mereduksi nitrat, fotosintesis, dan perombakan gula (Brady dan Weil, 2002).
Secara fisiologis, unsur K berfungsi dalam metabolisme karbohidrat seperti pembentukan, pemecahan dan translokasi pati. Selain itu, juga berfungsi dalam metabolisme nitrogen, sintesis protein, pengaturan pemanfaatan berbagai unsur hara utama, netralisasi asam-asam organik penting, aktivasi bebagai enzim, percepatan pertumbuhan dan perkembangan jaringan meristem, dan pengaturan buka-tutup stomata dan hal-hal yang terkait penggunaan air (Leiwakabessy et al, 2003); Kalium penting untuk fotosintesis, fiksasi nitrogen pada tanaman legum,
(36)
dan translokasi gula (Brady dan Weil, 2002); Tanaman yang membentuk dan menyimpan pati dalam jumlah besar, relatif membutuhkan kalium dalam jumlah yang banyak. Kalium banyak diserap terutama pada titik tumbuh, buah, dan juga biji tanaman (Ahn, 1993).
Gejala defisiensi kalium pada padi dapat dikenali dari gejala nekrosis pada daunnya yaitu dengan munculnya bercak kuning kecoklatan pada daun. Bercak muncul mulai dari ujung daun dan menjalar ke sepanjang tepi daun dan kemudian hingga ke dasar daun pada daun tua. Daun yang berada di atas menjadi pendek, merebah, dan berwarna hijau tua kotor. Jika defisiensi tidak segera di ditanggulangi, maka daun akan mengalami nekrosis hebat kemudian mati. Bila tingkat defisiensi K relatif tinggi, muncul bercak coklat karat pada ujung daun tua dan meluas hingga keseluruh permukaan daun berwarna coklat dan mengering (Fairhurst et al, 2007).
(37)
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu PenelitianPenelitian dilakukan di lahan sawah di Desa Cihideung Udik, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor. Analisis hara tanah dan pengukuran kadar air gabah dilakukan di Laboratorium Kimia dan Kesuburan tanah, Fakultas Pertanian IPB. Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2008 hingga Mei 2009.
Bahan dan Alat
Selama proses pengerjaan penelitian, baik dalam proses budidaya maupun analisis tanah di laboratorium, dibutuhkan bahan-bahan sebagai berikut : Benih padi varietas Ciherang, pupuk standar (Urea, SP-18, dan KCl), pupuk Nutrimars (Nutrimars Granule dan Nutrimars Crystal), pestisida (Virtako, Baycarb, Matador, Dhitane, dan Molluscisida), dan bahan-bahan kimia metode Bray 1.
Untuk alat-alat yang digunakan dalam proses budidaya di lahan penelitian dan analisis tanah dan tanaman di laboratorium terdiri dari : Lahan percobaan sebanyak 21 petak sawah dengan luas masing-masing petak 25 m2 yang telah dilengkapi saluran irigasi dan drainase (Lampiran 2), cangkul, garpu, sprayer, sabit, plat nama, ajir, papan perontok padi, terpal, karung, mistar, alat tulis, timbangan 15 kg, timbangan digital, oven 60oC, oven 101oC, gelas ukur, pipet, botol larutan tanah, kertas saring, labuh didih kjeldahl, Spektrofotometer, Flamefotometer, bor belgi dan plastik pembungkus tanah.
Metode Penelitian 1. Rancangan Percobaan
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan acak kelompok (RAK) dengan tujuh perlakuan yang terdiri dari : kontrol, standar, N1, N2, N3, N4, dan N5 (Tabel 1) ; dan setiap perlakuan diulang tiga kali.
Menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006), model linear aditif secara umum dari rancangan satu faktor dengan rancangan acak kelompok yaitu :
Үij = µ + τi + βj + εij
Dimana :
Үij = Pengamatan pada perlakuan ke-i dan kelompok ke-j
µ = Rataan umum
τi = Pengaruh perlakuan ke-i
βj = Pengaruh kelompok ke-j
(38)
Tabel 1 Dosis Perlakuan Pupuk Per Hektar
Perlakuan Urea SP-18 KCl N Granul N Kristal
... (kg/ha)...
Kontrol 0 0 0 0 0
Standar 250 400 150 0 0
Nutrimars ½ Dosis anjuran (N1) 0 0 0 75,0 5,0 Nutrimars ¾ Dosis anjuran (N2) 0 0 0 112,5 7,5 Nutrimars 1 Dosis anjuran (N3) 0 0 0 150,0 10,0 Nutrimars 1 ¼ Dosis anjuran (N4) 0 0 0 187,5 12,5 Nutrimars 1 ½ Dosis anjuran (N5) 0 0 0 225,0 15,0
Variabel yang diamati adalah jumlah anakan (maksikum dan produktif), tinggi tanaman, bobot gabah kering panen (GKP). bobot gabah kering giling (GKG), bobot kering gabah bernas dan bobot kering gabah hampa.
2. Pengolahan Tanah
Tahap pertama yang dilakukan yaitu pembajakan tanah sawah untuk membalik tanah dan memutus akar padi maupun gulma yang tumbuh pada budidaya sebelumnya. Selanjutnya tanah direndam selama dua minggu agar mudah untuk dilumpurkan. Kemudian tanah dilumpurkan dengan dibajak dan digaru. Pembuatan petak percobaan berukuran 5 m × 5 m sebanyak 21 petakan dilaksanakan setelah tanah dilumpurkan. Petakan dilengkapi dengan saluran irigasi dan drainase satu arah yang mampu menghindari masuknya air dari petak percobaan yang satu ke petak percobaan lainnya (Lampiran 3). Padi ditanam dengan jarak tanam 25 cm × 25 cm.
3. Pemupukan
Setelah petakan selesai dibuat dan sebelum bibit padi pindah tanam, dilakukan pemupukan pertama pada petak perlakuan yang telah ditentukan berdasarkan perlakuan dosis yang telah ditetapkan seperti tertera pada Tabel 1.
Pemupukan pertama dilakukan pada awal tanam (0 HST) di masing-masing satuan percobaan sebanyak 1/3 bagian dosis pupuk urea, 1/3 bagian dosis pupuk Nutrimars, 1 bagian dosis pupuk SP-18, dan ½ bagian dosis pupuk KCl. Pemupukan kedua pada 21 HST sebanyak 1/3 bagian dosis pupuk urea dan 1/3 bagian dosis pupuk Nutrimars. Pemupukan ketiga pada 35 HST sebanyak 1/3 bagian dosis pupuk urea, 1/3 bagian dosis pupuk Nutrimars dan ½ bagian dosis pupuk KCl. Waktu pemberian pupuk dapa dilihat pada Tabel 2.
Dosis pupuk standar per petak percobaan dengan ukuran 25 m2 untuk urea (625 g/petak), SP-18 (1000 g/petak), dan KCl (375 g/petak). Sedangkan satu dosis
(39)
anjuran untuk pupuk Nutrimars per petaknya yaitu : 375 g/petak untuk Nutrimars Granule dan 25 g/petak untuk Nutrimars Crystal.
Tabel 2 Waktu Pemberian Pupuk
Perlakuan Waktu (HST)
Standar
Urea 0, 21, 35
SP-18 0
KCl 0, 35
Nutrimars
Nutrimars ½ Dosis anjuran (N1) 0, 21, 35 Nutrimars ¾ Dosis anjuran (N2) 0, 21, 35 Nutrimars 1 Dosis anjuran (N3) 0, 21, 35 Nutrimars 1 ¼ Dosis anjuran (N4) 0, 21, 35 Nutrimars 1 ½ Dosis anjuran (N5) 0, 21, 35 4. Pemeliharaan Tanaman
Setelah persiapan dan pemupukan awal selesai, dilakukan penanaman bibit padi yang telah berumur 19 hari ke setiap petakan. Padi ditanam mengikuti alur caplak, masing-masing titik tanam ditanami dua bibit. Dilakukan penyulaman bila terdapat tanaman yang mati pada petak percobaan. Penyulaman dilakukan dengan menanam bibit padi yang baru dengan umur yang sama.
Pengendalian gulma pada petak percobaan dilakukan secara mekanik, yaitu dengan mencabut tanaman secara manual dengan tangan. Pembasmian gulma dilakukan agar padi tidak mengalami gangguan dalam proses penyerapan hara akibat bersaing dengan gulma. Hama dan penyakit yang menyerang padi dibasmi dengan menggunakan pestisida dengan cara disemprot.
5. Panen
Panen padi dilakukan setelah tanaman berumur 132 hari. Padi dirontokkan dengan papan perontok secara manual dengan memukul tanaman ke papan perontok tersebut. Gabah yang dirontokkan pasca panen ini dinamakan gabah kering panen (GKP). Bobot GKP tiap unit percobaan langsung ditimbang di lapangan. Setelah itu, gabah dikeringkan dengan cara dijemur selama dua hari di rumah kaca untuk mendapat data bobot gabah kering giling (GKG). Untuk mengetahui jumlah bobot kering gabah bernas dan bobot kering gabah hampa, pada masing-masing perlakuan diambil 150 g GKG kemudian dipisahkan antara gabah yang bernas dengan gabah yang hampa secara manual dengan menggunakan tangan.
(40)
6. Pengambilan Sampel Tanah
Pengambilan sampel tanah komposit pasca panen diambil pada ke dalaman 0-20 cm, tiap petak diambil 4 titik secara diagonal. Sampel tanah di bungkus dengan menggunakan plastik bening. Sampel tanah kemudian dibawa ke laboratorium untuk dikering-udarakan sebelum diekstrak dengan larutan kimia. Selain itu, pengukuran kadar air juga dilakukan untuk mengetahui kadar air pada sampel tanah yang akan dianalisis. Penetapan kadar air tanah dilakukan dengan menghitung selisih bobot tanah sebelum dan sesudah di oven dengan suhu 101oC.
Pengolahan Data
Data hasil pengukuran variabel yang diperoleh selanjutnya disidik ragam. Pada perlakuan yang berpengaruh nyata terhadap variabel selanjutnya dilakukan uji lanjut dengan uji Duncan pada taraf 5%.
(41)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat Tanah yang DigunakanSifat-saifat tanah sawah di Desa Cihideung Udik yang digunakan dalam penelitian ini, memiliki tingkat kesuburan yang rendah (Tabel 3) dengan tanah bertekstur liat berdebu. Berdasarkan kriteria penilaian (PPT, 1983 dalam Hardjowigeno et al, 2001) (Lampiran 4), tanah tersebut tergolong masam dengan kadar C-organik yang tergolong sangat rendah. Kapasitas tukar kation (KTK) tergolong rendah dengan kejenuhan basa (KB) tergolong rendah pula. Terlihat kandungan N-total dan K-dd tergolong rendah dan P-tersedia tergolong sangat rendah.
Tabel 3 Sifat-sifat Tanah Sawah Desa Cihideung Udik Sebelum Percobaan Sifat Tanah Metode ekstraksi Nilai Hasil penilaian
pH H2O 5,00 Masam
pH KCl 3,90 -
C-org (%) W&B 0,97 Sangat Rendah
N-Total (%) Kjeldahl 0,11 Rendah
P (ppm) Bray I 3,23 Sangat Rendah
KTK (me/100g)
N NH4OAc pH 7
16,05 Rendah
K (me/100g) 0,27 Rendah
Ca (me/100g) 4,15 Rendah
Mg (me/100g) 0,18 Sangat Rendah
Na (me/100g) 0,65 Sedang
KB (%) 32,75 Rendah
Al
N KCl 0,17 -
H 0,17 -
Fe 0.05 N HCl 16,91
-Tekstur Liat Berdebu
(%)
Pasir 10,26
Debu 45,56
Liat 44,18
Dengan sifat tanah seperti dikemukakan di atas, maka tanah tersebut tergolong kurang subur dilihat dari kandungan unsur makro, C-organik, KTK, dan KB yang berstatus rendah. Faktor-faktor tanah tersebut dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman bila keadaannya tidak mendukung untuk memenuhi kebutuhan hara dan pertumbuhan tanaman. Dengan demikian, pemupukan pada kegiatan budidaya padi menjadi sangat penting untuk memenuhi kebutuhan hara bagi tanaman sehingga dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
(42)
Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap NO3¯, NH4+, serta P dan K Tersedia Berdasarkan hasil sidik ragam (Lampiran 5), perlakuan Nutrimars tidak berpengaruh nyata terhadap kadar nitrat (NO3¯) dan amonium (NH4+) di dalam
tanah. Pada perlakuan Nutrimars, distribusi jumlah NH4+ antar perlakuan semakin
meningkat seiring dengan peningkatan jumlah dosis yang diberikan hingga batas tertentu. Peningkatan terjadi dari N1 hingga N4 dan kemudian kembali mengalami sedikit penurunan pada N5 (Lampiran 6). Antara N3 dan N4 memiliki jumlah NH4+ yang relatif sama, sedangkan antara N4 dan N5 memiliki selisih yang sangat
kecil. Jumlah NH4+ pada perlakuan kontrol, lebih tinggi dibandingkan N1, namun
lebih rendah dibandingkan dengan N2, N3, N4, N5 dan standar. Dibandingkan dengan perlakuan standar, N3, N4, N5 memiliki jumlah NH4+ lebih besar dari
perlakuan standar. Walaupun terdapat selisih jumlah, namun selisihnya relatif kecil antar perlakuan (Tabel 4).
Tabel 4 Pengaruh Pemberian Pupuk Nutrimars terhadap Kadar N-NO3¯
dan N-NH4+, P & K tersedia tanah Pasca Panen
Perlakuan N-NO3 N-NH4 P-Tersedia K-Tersedia
---(ppm) --- (me/100g)
Kontrol 101,67 8,53 5,28 0,09
Standar 101,60 9,24 5,53 0,10
N1 (1/2) 100,92 7,10 5,78 0,10
N2 (3/4) 101,21 8,55 5,81 0,08
N3 (1) 112,57 9,94 5,53 0,11
N4 (1.25) 105,47 9,94 6,16 0,12
N5 (1.5) 98,76 9,92 5,76 0,09
Jumlah NO3¯ dalam tanah pasca panen meningkat mulai dari N1 hingga
N3, kemudian berangsur menurun pada N4 dan N5. Peningkatan NO3¯ secara
drastis terjadi dari N2 ke N3 (Lampiran 7). Perlakuan N3 memiliki jumlah NO3¯
yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan Nutrimars lainnya maupun dengan perlakuan standar dan kontrol. Perlakuan kontrol memiliki jumlah NO3¯
yang lebih tinggi dari N1, N2, N5, dan standar. Untuk jumlah NO3¯ perlakuan
standar, jumlahnya lebih besar dari N1, N2, dan N5. Walau demikian, selisihnya relatif sangat kecil.
Walaupun N4 dan N5 memiliki dosis yang lebih tinggi (berarti jumlah amonium, nitrat dan bahan organiknya juga lebih tinggi) belum tentu memiliki jumlah NO3¯ yang lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan dosis lainnya yang
lebih rendah. Diduga ada kaitannya dengan perbedaaan laju mineralisasi bahan organik. Woodruff (1949) dalam Leiwakabessy et al (2003) mengemukakan hubungan antara perubahan N-tanah dengan waktu sebagai berikut : kecepatan
(1)
K
Persentase Gabah Hamp
Persentase Hasil
Lampi
Keterangan
pa
Kelompok Perlakuan Galat Total KK (22.0 Kelompok Perlakuan Galat Total KK (8.28
iran 16 Distr
: ** Sangat N
k 2 n 6
12 21 0%) k 2 n 6
12 21 8 %)
ribusi bobot
Nyata
11.0201 19.5973 29.3586 59.9760 175.02 14784.76 2
1062.14 16021.92
gabah kerin
5.5100 2 3.2662 2.4466
87.51 2464.13 2
88.51
ng giling anta
2.25 3.88 1.34 3.00
0.99 3.88 27.84 3.00
ar perlakuan
6.93 4.82
6.93 4.82
(2)
Lampiran 17 Pengaruh pemberian pupuk Nutrimars terhadap Kadar P & K
tersedia, N-NO
3¯dan N-NH
4+Pasca Panen dalam Tanah
Ulangan Kontrol Standar N1(1/2)
N2
(3/4) N3 (1) N4 (1.25)
N5
(1.5) Rataan P-Tersedia ……….……..………(ppm)………
I 5.48 5.46 5.47 5.89 4.88 6.01 6.73
II 5.48 5.29 6.41 5.85 6.04 6.05 5.29
III 4.89 5.85 5.46 5.69 5.68 6.42 5.26 Rata-rata
Perlakuan 5.28 5.53 5.78 5.81 5.53 6.16 5.76 5.69 K-Tersedia ……….……..………(ppm)………
I 0.11 0.11 0.13 0.07 0.13 0.13 0.08
II 0.05 0.07 0.08 0.06 0.09 0.11 0.09
III 0.11 0.13 0.08 0.10 0.12 0.11 0.10 Rata-rata
Perlakuan 0.09 0.10 0.10 0.08 0.11 0.12 0.09 0.10
N-NO3¯ ……….……..………(ppm)………
I 121.46 117.35 125.07 97.69 123.88 125.23 94.72 II 84.68 106.70 89.71 106.39 93.47 106.64 119.4
1
III 98.86 80.75 87.98 99.56 120.36 84.54 82.15 Rata-rata
Perlakuan 101.67 101.60 100.92 101.21 112.57 105.47 98.76 103.17
N-NH4+ ……….……..………(ppm)………
I 8.55 10.65 8.54 6.44 12.74 10.61 12.69 II 6.41 10.68 4.26 10.65 4.27 10.68 12.83 III 10.63 6.39 8.51 8.56 12.82 8.54 4.25 Rata-rata
(3)
Lampiran 18 Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Jumlah Anakan Padi 3
MST-11 MST dan Anakan Produktif
Ulangan
Perlakuan
Rataan Kontrol Standar N1
(1/2) N2
(3/4) N3 (1) N4 (1.25)
N5 (1.5) 3 MST ………..………. (batang/rumpun)………..……….…………
I 2.10 2.90 2.80 2.80 1.80 2.70 1.80
II 3.20 2.90 3.90 3.20 3.20 3.70 2.10
III 3.60 5.20 2.60 3.30 4.10 3.30 4.00 Rata-rata Perlakuan 2.97 3.67 3.10 3.10 3.03 3.23 2.63 3.10
4 MST ………..………. (batang/rumpun)………..……….…………
I 4.90 8.50 7.90 8.90 7.80 8.40 6.40
II 8.70 6.40 6.70 7.40 6.70 9.20 7.60
III 9.30 14.50 8.10 9.90 9.50 9.80 10.30 Rata-rata Perlakuan 7.63 9.80 7.57 8.73 8.00 9.13 8.10 8.42
5 MST ………..………. (batang/rumpun)………..……….………… I 7.70 12.90 10.00 14.10 11.00 11.50 8.90 II 9.40 8.20 8.90 8.00 8.50 11.40 10.60 III 10.40 15.90 9.40 12.00 9.90 11.10 10.40 Rata-rata Perlakuan 9.17 12.33 9.43 11.37 9.80 11.33 9.97 10.49
6 MST ………..………. (batang/rumpun)………..……….………… I 9.90 20.70 15.90 17.60 18.60 15.50 13.20 II 11.90 14.10 11.60 11.60 13.80 16.20 12.80 III 13.60 23.30 13.50 16.30 14.90 17.40 13.80 Rata-rata Perlakuan 11.80 19.37 13.67 15.17 15.77 16.37 13.27 15.06
7 MST ………..………. (batang/rumpun)………..……….………… I 11.90 28.10 17.00 18.40 20.10 15.70 14.10 II 13.90 18.80 12.00 13.30 14.70 15.30 16.90 III 13.70 29.60 13.00 16.60 15.00 17.90 13.50 Rata-rata Perlakuan 13.17 25.50 14.00 16.10 16.60 16.30 14.83 16.64
8 MST ………..………. (batang/rumpun)………..……….………… I 13.60 33.10 19.90 21.00 23.80 20.10 16.80 II 16.00 21.70 12.90 15.90 15.80 15.30 17.70 III 15.90 31.10 15.00 18.80 17.50 19.00 15.00 Rata-rata Perlakuan 15.17 28.63 15.93 18.57 19.03 18.13 16.50 18.85
9 MST ………..………. (batang/rumpun)………..……….………… I 11.80 28.10 17.40 16.90 21.10 14.30 13.90 II 13.50 20.70 11.50 14.70 13.60 13.90 15.50 III 13.40 27.50 12.50 15.70 14.60 15.10 13.40 Rata-rata Perlakuan 12.90 25.43 13.80 15.77 16.43 14.43 14.27 16.15
(4)
10 MST ………..………. (batang/rumpun)………..……….………… I 7.70 22.30 10.90 12.00 14.60 11.30 9.90 II 10.10 16.70 9.40 11.10 9.50 9.40 12.20
III 10.80 18.70 8.60 10.40 10.90 12.10 9.40 Rata-rata Perlakuan 9.53 19.23 9.63 11.17 11.67 10.93 10.50 11.81
11 MST ………..………. (batang/rumpun)………..……….…………
I 4.90 12.80 7.10 8.40 8.80 7.40 6.60
II 7.70 10.80 7.80 7.10 6.70 5.90 9.10 III 7.40 14.00 6.90 7.30 8.20 8.60 7.20 Rata-rata Perlakuan 6.67 12.53 7.27 7.60 7.90 7.30 7.63 8.13
Anakan Produktif ………..………. (batang/rumpun)………..……….…………
I 4.00 9.40 6.00 6.90 7.60 6.30 5.50
II 6.60 9.00 5.80 6.50 5.60 5.40 6.60
III 6.20 14.70 6.10 6.50 7.10 7.10 6.10 Rata-rata Perlakuan 5.60 11.03 5.97 6.63 6.77 6.27 6.07 6.90
Lampiran 19 Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Tinggi Padi 3-11 MST
Ulangan
Perlakuan
Rataan Kontrol Standar N1
(1/2) N2
(3/4) N3 (1) N4 (1.25)
N5 (1.5)
3 MST ….……….……..……(cm)………
I 25.20 30.40 27.80 27.10 29.00 27.50 27.10 II 25.00 26.30 26.70 26.70 28.30 27.40 25.80 III 30.60 33.80 27.30 29.80 30.30 29.90 30.70
Rata-rata Perlakuan 26.93 30.17 27.27 27.87 29.20 28.27 27.87 28.22
4 MST ….……….……..……(cm)………
I 29.40 36.30 32.20 35.20 36.20 32.60 30.60 II 29.00 32.00 30.80 28.00 30.90 32.40 30.20 III 32.60 41.20 35.70 34.70 36.60 36.80 35.30
Rata-rata Perlakuan 30.33 36.50 32.90 32.63 34.57 33.93 32.03 33.27
5 MST ….……….……..……(cm)………
I 37.40 46.60 43.40 41.90 46.60 44.20 41.20 II 37.10 39.70 36.50 35.40 37.60 41.30 39.20 III 42.50 51.60 45.00 47.30 47.50 47.10 40.30
Rata-rata Perlakuan 39.00 45.97 41.63 41.53 43.90 44.20 40.23 42.35
6 MST ….……….……..……(cm)………
I 45.80 61.80 51.00 50.40 59.50 53.70 50.50 II 46.80 53.50 43.80 44.70 45.70 51.90 48.10 III 54.70 67.90 55.40 58.90 59.50 54.10 53.50
(5)
7 MST ….……….……..……(cm)……… I 52.80 73.50 57.40 57.00 66.30 61.50 57.70 II 50.50 62.60 46.50 50.40 53.30 57.50 53.40 III 59.40 76.70 61.70 62.90 63.10 59.90 58.10
Rata-rata Perlakuan 54.23 70.93 55.20 56.77 60.90 59.63 56.40 59.15
8 MST ….……….……..……(cm)………
I 56.80 75.20 61.60 58.80 67.30 58.70 61.80 II 53.20 69.50 48.30 53.90 58.30 59.60 58.30 III 63.50 82.90 64.80 67.20 66.90 60.80 61.20
Rata-rata Perlakuan 57.83 75.87 58.23 59.97 64.17 59.70 60.43 62.31
9 MST ….……….……..……(cm)………
I 60.30 83.70 64.00 61.20 68.50 66.10 64.40 II 55.70 74.10 50.00 55.80 59.50 61.30 60.40 III 64.60 85.70 67.20 69.90 69.60 62.90 64.20
Rata-rata Perlakuan 60.20 81.17 60.40 62.30 65.87 63.43 63.00 65.20
10 MST ….……….……..……(cm)………
I 62.5 85.3 66.6 62.7 69.1 68.9 65.4
II 58 76.5 51.3 59.1 61.2 63.5 61.9
III 68.9 87.5 70 72.8 72.5 65.2 67.5
Rata-rata Perlakuan 63.13 83.1 62.63 64.87 67.6 65.87 64.93 67.45
11 MST ….……….……..……(cm)………
I 69.7 90 74.4 71.3 76.1 79 73.7
II 67.8 80.7 57.1 65.1 68.6 72.7 67.2 III 75.3 91.1 77.7 81.9 79.3 74.7 74.2 Rata-rata Perlakuan 70.93 87.27 69.73 72.77 74.67 75.47 71.7 74.65
Lampiran 20 Pengaruh Pupuk Nutrimars terhadap Bobot Gabah Kering
Panen, Bobot Gabah Kering Giling, Bobot Gabah Kering
Bernas, Bobot Gabah Kering Hampa Persentase Gabah
Bernas, Persentase Gabah Hampa, dan Persentase Hasil
Ulangan
Perlakuan
Rataan Kontrol Standar N1
(1/2) N2
(3/4) N3 (1) N4 (1.25)
N5 (1.5) Bobot Gabah Kering
Panen …………..………(ton/ha).……..………
I 3.29 5.66 3.72 3.17 3.26 3.57 3.33
II 2.75 5.68 2.63 2.63 2.91 2.89 3.50
III 3.24 5.29 3.30 3.22 3.22 3.20 3.46 Rata-rata Perlakuan 3.09 5.54 3.22 3.01 3.13 3.22 3.43 3.52
(6)
Bobot Gabah Kering
Giling …………..……….…(ton/ha)…..………
I 3.02 5.09 3.42 2.85 3.00 3.29 3.07
II 2.47 4.94 2.37 2.37 2.61 2.54 3.05
III 2.82 4.66 2.94 2.84 2.84 2.78 3.04 Rata-rata Perlakuan 2.77 4.90 2.91 2.69 2.82 2.87 3.05 3.14 Bobot Kering Gabah
Bernas …………..……….…(ton/ha)…..………
I 2.88 4.73 3.15 2.57 2.81 3.08 2.81
II 2.27 4.66 2.23 2.24 2.45 2.39 2.85
III 2.65 4.28 2.73 2.59 2.62 2.62 2.68 Rata-rata Perlakuan 2.60 4.56 2.70 2.46 2.63 2.70 2.78 2.92 Bobot Kering Gabah
Hampa …………..……….…(ton/ha)…..………
I 0.14 0.36 0.27 0.28 0.19 0.21 0.26
II 0.20 0.28 0.14 0.13 0.16 0.15 0.20
III 0.17 0.38 0.21 0.25 0.22 0.16 0.36 Rata-rata Perlakuan 0.17 0.34 0.21 0.22 0.19 0.17 0.27 0.22
Gabah Bernas ………..……….……..……(cm)………
I 95.49 93.02 92.02 90.10 93.65 93.64 91.60
II 91.91 94.34 94.26 94.59 93.87 94.20 93.60
III 94.06 91.83 92.74 91.02 92.42 94.22 88.11
Rata-rata Perlakuan 93.82 93.06 93.01 91.90 93.31 94.02 91.10 92.89
Gabah Hampa ………..……….……..……(cm)………
I 4.51 6.98 7.98 9.90 6.35 6.36 8.40
II 8.09 5.66 5.74 5.41 6.13 5.80 6.40
III 5.94 8.17 7.26 8.98 7.58 5.78 11.89
Rata-rata Perlakuan 6.18 6.94 6.99 8.10 6.69 5.98 8.90 7.11
Persentase Hasil ………..……….……..……(cm)………
I 100.00 168.54 113.25 94.37 99.34 108.9 101.66
II 100.00 200.00 95.95 95.95 105.67 102.8 123.48
III 100.00 165.25 104.26 100.71 100.71 98.58 107.80