Analisis Sektor Unggulan dalam Perekonomian Kota Bogor (Periode 2006-2012)

ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN
KOTA BOGOR (PERIODE 2006-2012)

YENI MARLINA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Sektor
Unggulan dalam Perekonomian Kota Bogor (Periode 2006-2012) adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, April 2014
Yeni Marlina
NIM H14080036

ABSTRAK
YENI MARLINA. Analisis Sektor Unggulan dalam Perekonomian Kota Bogor
(Periode 2006-2012). Dibimbing oleh ALLA ASMARA.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sektor unggulan dalam
perekonomian Kota Bogor periode 2006-2012. Analisis yang digunakan adalah
analisis kontribusi sektor, Location Quotient (LQ), Shift Share (SS), Model Rasio
pertumbuhan (MRP) dan overlay (dari PB, RPs, dan MRP). Penelitian dilakukan
terhadap sembilan sektor perekonomian Kota Bogor secara umum dan lebih
spesifik dilakukan terhadap 28 subsektor perekonomian Kota Bogor. Data yang
digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor dan
PDRB Provinsi Jawa Barat periode 2006-2012. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat tiga sektor unggulan yaitu, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor
industri pengolahan dan sektor listrik, gas dan air bersih. Sementara untuk subsektor
unggulan, terdapat lima subsektor unggulan yaitu, subsektor perdagangan besar dan
eceran, subsektor tekstil, barang kulit dan alas kaki, subsektor air bersih, subsektor

lembaga keuangan selain bank dan subsektor sewa bangunan.
Kata kunci: Location Quotient (LQ), MRP, overlay, Sektor Unggulan, Shift Share
(SS).

ABSTRACT
YENI MARLINA. Analysis Leading Economic Sector of Bogor City (Period 20062012). Supervised by ALLA ASMARA.
This research aims to analyze the leading economic sector of Bogor City in
2006-2012. The analysis used in this research is the contribution analysis of sector,
Location Quotient (LQ), Shift Share (SS), ratio of growth models and overlay (from
PB, RPs, and MRP). This research is conducted on the nine economic sectors and
specifically on 28 economic subsectors of Bogor City. The data used in this research
is the Gross Domestic Product (GDP) of Bogor City and GDP of West Java
Province in 2006-2012. The result showed that there are three leading sectors,
which are trade, hotel, and restaurant sector, manufacturing sector, and electricity,
gas, and water supply sector. As for the subsector, there are five leading subsector,
which are wholesale and retail trade subsector, textile, leather good, and footwear
subsector, water supply subsector, financial institutions other than bank subsector,
and building leasing subsector.
Keywords: Leading sector, Location Quotient (LQ), MRP, overlay, Shift Share
(SS).


ANALISIS SEKTOR UNGGULAN DALAM PEREKONOMIAN
KOTA BOGOR (PERIODE 2006-2012)

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Analisis Sektor Unggulan dalam Perekonomian Kota Bogor
(Periode 2006-2012)
Nama
: Yeni Marlina

NIM
: H14080036

Disetujui oleh

Dr. Alla Asmara, S.Pt., M.Si.
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Penelitian dengan
judul Analisis Sektor Unggulan Dalam Perekonomian Kota Bogor (Periode 20062012) ini telah dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr. Alla Asmara, S.Pt., M.Si. selaku

pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dalam penyusunan skripsi ini.
Selain itu, ungkapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman
yang telah memberikan saran, motivasi, dan dukungan bagi kelancaran penyusunan
skripsi ini. Tak lupa pula ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada ayah,
ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga skripsi ini
bermanfaat.

Bogor, April 2014
Yeni Marlina

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

viii

DAFTAR LAMPIRAN


viii

PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Perumusan Masalah

3

Tujuan Penelitian

4

Manfaat Penelitian


5

Ruang Lingkup Penelitian

5

METODE PENELITIAN

5

Jenis dan Sumber Data

5

Metode Analisis Data

5

HASIL DAN PEMBAHASAN


13

Analisis Kontribusi Sektor dan Subsektor Ekonomi Kota Bogor

15

Analisis Local Quotient

17

Analisis Shift Share

19

Analisis Model Rasio Pertumbuhan Perekonomian Kota Bogor

25

Analisis Sektor Unggulan


26

SIMPULAN DAN SARAN

29

Simpulan

29

Saran

30

DAFTAR PUSTAKA

30

DAFTAR TABEL

1. PDRB Kota Bogor atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha
tahun 2006-2012 (juta rupiah)
2. Kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB Kota Bogor tahun
2006-2012 (dalam persen)
3. Laju pertumbuhan ekonomi sektor primer, sekunder dan tersier di Kota
Bogor tahun 2005-2012
4. Kontribusi masing-masing subsektor terhadap PDRB Kota Bogor tahun
2006-2012 (dalam persen)
5. Nilai Location Quotient (LQ) Kota Bogor menurut 9 sektor PDRB tahun
2006-2012
6. Nilai Location Quotient (LQ) Kota Bogor menurut 28 subsektor PDRB
tahun 2006-2012
7. Analisis shift share 9 sektor perekonomian Kota Bogor tahun 2006-2012
(juta rupiah)
8. Analisis shift share 28 subsektor perekonomian Kota Bogor tahun 20062012 (juta rupiah)
9. Nilai Pergeseran Bersih (PB) 9 sektor perekonomian Kota Bogor tahun
2006-2012
10. Nilai Pergeseran Bersih (PB) 28 subsektor perekonomian Kota Bogor
tahun 2006-2012
11. Model Rasio Pertumbuhan (MRP) 9 sektor perekonomian Kota Bogor

12. Model Rasio Pertumbuhan (MRP) 28 subsektor perekonomian Kota
Bogor
13. Analisis overlay 9 sektor perekonomian Kota Bogor tahun 2006-2012
14. Analisis overlay 28 subsektor perekonomian Kota Bogor tahun 20062012

1
2
14
16
17
18
19
20
24
24
25
26
27
28

DAFTAR GAMBAR
1. Kontribusi sektor-sektor perekonomian terhadap PDRB Kota Bogor tahun
2006-2012 dalam persen
2. Profil pertumbuhan sektor perekonomian
3. Profil pertumbuhan perekonomian Kota Bogor berdasarkan 9 sektor
4. Profil pertumbuhan perekonomian Kota Bogor berdasarkan 28 subsektor

3
12
22
23

DAFTAR LAMPIRAN
1. PDRB Kota Bogor atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha
tahun 2006-2012 (Juta rupiah)
2. PDRB Provinsi Jawa Barat atas dasar harga konstan 2000 menurut
lapangan usahanya tahun 2006-2012 (Juta rupiah)
3. Perhitungan kontribusi sektor dan subsektor terhadap PDRB Kota Bogor
tahun 2006-2012 (dalam persen)
4. Perhitungan Location Quotient (LQ) Kota Bogor tahun 2006-2012
5. Perhitungan Shift Share (SS) Kota Bogor tahun 2006-2012
6. Model Rasio Pertumbuhan (MRP)

33
36
38
38
38
39

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perkembangan suatu daerah tidak terlepas dari kegiatan ekonomi. Menurut
Tjitroresmi dan Dharmawan (2007), dalam era otonomi daerah, banyak
kabupaten/kota yang memfokuskan pada pemanfaatan potensi unggulan sebagai
ladang peningkatan pendapatan asli dalam meningkatkan kemampuan keuangan
daerah.
Dalam upaya mencapai tujuan pembangunan ekonomi daerah, kebijakan
utama yang perlu dilakukan adalah mengusahakan semaksimal mungkin agar
prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi pembangunan yang dimiliki
oleh daerah (Buhana dan Masyhuri, 2006).
Kota Bogor secara administrasi termasuk ke dalam wilayah Provinsi Jawa
Barat. Kedudukan geografis Kota Bogor di tengah-tengah wilayah Kabupaten
Bogor serta lokasinya yang dekat dengan Ibukota Negara, merupakan potensi yang
strategis untuk perkembangan dan pertumbuhan kegiatan ekonomi. Perekonomian
Kota Bogor semakin meningkat dari tahun ke tahun. Salahsatu peningkatan tersebut
dapat dilihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bogor yang
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tabel 1 menunjukkan peningkatan
PDRB Kota Bogor atas dasar harga konstan tahun 2000 menurut lapangan usaha
pada tahun 2006 sampai tahun 2012.
Tabel 1 PDRB Kota Bogor atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha
tahun 2006-2012 (juta rupiah)
Lapangan Usaha
1. Pertanian
2. Pertambangan
dan Penggalian
3. Industri
Pengolahan
4. Listrik, Gas,
dan Air Bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan,
Hotel, dan
Restoran
7. Pengangkutan
dan Komunikasi
8. Keuangan,
Persewaan, dan
Jasa Perusahaan
9. Jasa-Jasa
Total PDRB

PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000
2006
12 323.95

2007
13 121.58

2008
13 539.61

2009
13 539.61

2010
13 975.80

2011*
14 372.41

2012**
14 692.08

116.24

118.31

120.53

121.98

123.85

112.12

101.81

1 059 336.89

1 126 541.95

1 197 768.02 1 273 762.00 1 355 090.75

1 439 103.05

1 527 428.91

119 970.03

128 090.57

136 829.56

146 236.51

156 395.94

167 329.84

179 083.37

276 736.82

288 023.99

299 804.17

312 096.14

324 954.50

338 436.87

352 056.83

1 140 159.58

1 205 111.94

1 267 518.19 1 331 874.52 1 398 254.93

1 472 079.82

1 550 221.93

368 420.39

394 451.07

422 723.25

453 533.00

487 253.72

522 364.70

559 053.23

522 979.71

560 780.48

602 517.87

648 625.82

702 828.58

762 347.03

827 077.55

282 230.09
3 782 273.71

296 907.60
4 012 743.18

312 418.61
328 915.49
346 556.29
4 252 821.78 4 508 705.07 4 785 434.36

365 336.85
5 081 482.69

384 413.63
5 394 161.34

Sumber : BPS Kota Bogor, 2013
Keterangan :
*) Angka Perbaikan
**) Angka Sementara

Kontribusi terbesar dalam PDRB Kota Bogor diberikan oleh sektor
perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1 550 221.93 juta rupiah atau 28.74 persen
pada tahun 2012. Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor

2
unggulan dalam perekonomian Kota Bogor yang terus dikembangkan. Sektor
tersebut memang memberikan kontribusi yang besar terhadap PDRB Kota Bogor
tetapi persentase kontribusinya terus menurun dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006
sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi sebesar 30.14 persen,
yang kemudian turun sebesar 1.4 persen menjadi 28.74 persen pada tahun 2012.
Tidak hanya sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mengalami penurunan
kontribusi dari tahun 2006 sampai tahun 2012, sektor lain seperti sektor pertanian,
sektor bangunan dan sektor jasa-jasa juga mengalami penurunan persentase
kontribusi. Kontribusi masing-masing sektor dalam persen terhadap PDRB Kota
Bogor dari tahun 2006 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB Kota Bogor tahun
2006-2012 (dalam persen)
Sektor
1. Pertanian
2. Pertambangan dan
penggalian
3. Industri pengolahan
4. Listrik, gas, dan air bersih
5. Bangunan
6. Perdagangan, hotel, dan
restoran
7. Pengangkutan dan
komunikasi
8. Keuangan, persewaan, dan
jasa perusahaan
9. Jasa-jasa

2006
0.33

2007
0.32

2008
0.31

2009
0.30

2010
0.29

2011
0.28

2012
0.27

Rata- rata
0.30

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

0.00

28.01
3.17
7.32

28.07
3.19
7.18

28.16
3.22
7.05

28.25
3.24
6.92

28.32
3.27
6.79

28.32
3.29
6.66

28.32
3.32
6.53

28.21
3.24
6.92

30.14

30.03

29.80

29.54

29.22

28.97

28.74

29.49

9.74

9.83

9.94

10.06

10.18

10.28

10.36

10.06

13.83

13.97

14.17

14.39

14.69

15.00

15.33

14.48

7.46

7.40

7.35

7.30

7.24

7.19

7.13

7.29

Sumber : BPS Kota Bogor, 2013 (diolah)

Sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor
pengangkutan dan komunikasi serta sektor keuangan, persewaan, dan jasa
perusahaan merupakan sektor yang mengalami peningkatan persentase kontribusi
terhadap PDRB Kota Bogor dari tahun 2006 sampai tahun 2012. Peningkatan
kontribusi terbesar terdapat pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan
yang pada tahun 2006 berkontribusi sebesar 13.83 persen kemudian meningkat
sebesar 1.5 persen menjadi 15.33 persen pada tahun 2012.
Dalam rencana pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) Kota Bogor
tahun 2010-2014 disebutkan misi mengembangkan perekonomian masyarakat yang
bertumpu pada kegiatan jasa perdagangan. Sektor perdagangan, hotel dan restoran
sebagai sektor unggulan dalam perekonomian terus dikembangkan oleh pemerintah
Kota Bogor. Penurunan persentase kontribusi sektor perdagangan, hotel dan
restoran dari tahun 2006 sampai tahun 2012 memunculkan pertanyaan adakah
sektor unggulan lain yang dapat dikembangkan oleh pemerintah Kota Bogor yang
memiliki sifat-sifat unggulan sehingga pengembangannya dapat meningkatkan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat Kota Bogor.
PDRB merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan suatu wilayah. PDRB
dapat menggambarkan kegiatan roda perekonomian yang dilakukan masyarakat
suatu daerah yang pada akhirnya menggambarkan tingkat kesejahteraan rakyatnya
(BAPPEDA Kota Bogor, 2013). Menurut Tarigan (2005), satu-satunya sektor yang
bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah

3
sektor unggulan. Namun menurut penelitian Parulian (2010), sektor unggulan tidak
dapat diartikan bahwa seluruh subsektor yang termasuk dalam sektor tersebut juga
merupakan subsektor unggulan. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan
spesifikasi sektor unggulan dan non unggulan untuk mencari sektor unggulan selain
sektor perdagangan, hotel dan restoran. Lebih spesifik lagi perlu dilakukan juga
spesifikasi subsektor unggulan dan non unggulan dalam perekonomian Kota Bogor.
Penelitian ini dilakukan terhadap sembilan sektor dan 28 subsektor dalam
perekonomian Kota Bogor. Penelitian mengenai spesifikasi sektor dan subsektor
unggulan dan non unggulan penting dilakukan. Spesifikasi tersebut diharapkan
dapat membantu pemerintah Kota Bogor dalam mengembangkan sektor dan
subsektor perekonomian untuk meningkatkan PDRB dan membantu dalam
penentuan kebijakan terutama dalam pegalokasian dana APBD agar sektor dan
subsektor unggulan lebih diprioritaskan sehingga dapat lebih meningkatkan
perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Bogor.
Perumusan Masalah
Sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang memberikan
kontribusi terbesar (dominan) terhadap PDRB Kota Bogor. Tahun 2012, sektor ini
memberikan kontribusi sebesar 1 550 221.93 juta rupiah atau 28.74 persen.
Walaupun sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang
memberikan kontribusi besar terhadap PDRB dari tahun 2006 sampai 2012, tetapi
persentase kontribusi sektor ini terus menurun dari tahun 2006 sampai 2012.
Penurunan tersebut sebesar 1.4 persen dari 30.14 persen pada tahun 2006 menjadi
28.74 persen pada tahun 2012. Gambar 1 menunjukkan kontribusi sektor-sektor
perekonomian terhadap PDRB Kota Bogor dalam persen.

30,14
28,01

30,03
28,07

29,8
28,16

29,54
28,25

29,22
28,32

28,97
28,32

28,74
28,32

13,83

13,97

14,17

14,39

14,69

15

15,33

9,74
7,46
7,32

9,83
7,4
7,18

9,94
7,35
7,05

10,06
7,3
6,92

10,18

10,28

10,36

7,24
6,79

7,19
6,66

7,13
6,53

3,17
0,33
0

3,19
0,32
0

3,22

3,24

3,27

3,29

3,32

0,31
0

0,3
0

0,29
0

0,28
0

0,27
0

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

Pertanian
Industri pengolahan
Bangunan
Pengangkutan dan komunikasi
Jasa-jasa

Pertambangan dan penggalian
Listrik, gas, dan air bersih
Perdagangan, hotel, dan restoran
Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan

Gambar 1 Kontribusi sektor-sektor perekonomian terhadap PDRB Kota Bogor
tahun 2006-2012 dalam persen

4
Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebagai sektor unggulan dalam
perekonomian terus dikembangkan oleh pemerintah Kota Bogor. Penurunan
persentase kontribusi sektor perdagangan, hotel dan restoran dari tahun 2006
sampai tahun 2012 memunculkan pertanyaan adakah sektor unggulan lain yang
dapat dikembangkan oleh pemerintah Kota Bogor yang memiliki sifat-sifat
unggulan sehingga pengembangannya dapat meningkatkan perekonomian dan
kesejahteraan masyarakat Kota Bogor. Terdapat sembilan sektor dalam
perekonomian Kota Bogor dan masing-masing sektor terdiri dari beberapa
subsektor. Subsektor yang terdapat dalam sektor unggulan belum tentu merupakan
subsektor unggulan juga. Maka dari itu diperlukan juga spesifikasi sektor dan
subsektor unggulan dan non unggulan dalam perekonomian Kota Bogor.
Menurut Tabrani (2008), hal penting yang perlu dianalisis dalam konteks
perencanaan pembangunan ekonomi di suatu wilayah adalah bagaimana
perencanaan tersebut diarahkan untuk dapat memberikan akselerasi atau percepatan
pertumbuhan masing-masing sektor ekonomi, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan bagi setiap sektor yang terdapat dalam perekonomian tersebut. Dalam
perencanaan pembangunan ekonomi suatu wilayah, saat ini perhatian diberikan
tidak hanya pada perekonomian wilayah secara umum, namun perhatian yang
mendalam perlu juga diberikan kepada upaya untuk melakukan identifikasi sektor
unggulan.
Spesifikasi sektor dan subsektor unggulan diharapkan dapat membantu
pemerintah dalam menentukan kebijakan dan menentukan prioritas untuk
memajukan perekonomian Kota Bogor. Sifat sektor dan subsektor unggulan yang
tumbuh dominan, kompetitif dan surplus dapat dijadikan fokus untuk meningkatkan
potensi sektor dan subsektor unggulan di Kota Bogor. Pengembangan sektor dan
subsektor unggulan dapat meningkatkan sumbangan subsektor tersebut terhadap
PDRB Kota Bogor. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu perhitungan
dan analisis sektor dan subsektor unggulan dalam perekonomian Kota Bogor
periode 2006-2012.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan beberapa permasalahan yang
menjadi fokus utama pada penelitian ini. Permasalahan-permasalahannya yaitu
sebagai berikut:
1. Bagaimana kontribusi sumbangan masing-masing sektor dan subsektor
perekonomian terhadap PDRB Kota Bogor?
2. Subsektor apa sajakah yang termasuk sektor dan subsektor unggulan dalam
perekonomian Kota Bogor periode 2006-2012?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini memiliki beberapa
tujuan sebagai berikut:
1. Menganalisis kontribusi masing-masing sektor dan subsektor perekonomian
terhadap PDRB Kota Bogor.
2. Menganalisis sektor dan subsektor unggulan di Kota Bogor periode 20062012.

5
Manfaat Penelitian
1.

2.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, antara lain:
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi para pengambil kebijakan untuk
pengelolaan di tingkat Kota Bogor dalam merencanakan dan
mengembangkan perekonomian Kota Bogor.
Sebagai bahan pustaka, informasi dan referensi bagi pihak yang
membutuhkan serta sebagai rujukan untuk penelitian selanjutnya.
Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan analisis kontribusi sektor, analisis
LQ (Local Quotient), analisis SS (Shift Share), MRP (Model Rasio Pertumbuhan)
dan analisis overlay. Analisis sektor dan subsektor unggulan dilakukan berdasarkan
kontribusi sektor dan subsektor ekonomi yang dominan terhadap PDRB Kota
Bogor dan juga menggunakan analisis overlay. Analisis overlay dilakukan dengan
menggabungkan hasil analisis dari LQ, SS, dan MRP. Sektor dan subsektor
unggulan adalah sektor dan subsektor yang mempunyai nilai positif dari ketiga alat
analisis yang digunakan.
Penulis menggunakan periode 2006-2012 karena pada periode tersebut
perekonomian Kota Bogor terus meningkat dan jika dilihat dari laju pertumbuhan
ekonomi, sejak tahun 2006 terjadi pergeseran perilaku sektoral. Pergeseran perilaku
sektoral tersebut dapat dilihat dari bergesernya sektor sekunder yang pada tahun
sebelumnya memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi daripada sektor
primer dan sektor tersier, pada tahun 2006 hingga tahun 2012 sektor tersierlah yang
memiliki laju pertumbuhan ekonomi tertinggi disusul oleh sektor sekunder dan
sektor primer. Penelitian ini dilakukan terhadap sembilan sektor dan 28 subsektor
perekonomian Kota Bogor.

METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder berupa PDRB
Provinsi Jawa Barat dan PDRB Kota Bogor berdasarkan harga konstan tahun dasar
2000 pada periode tahun 2006-2012, serta data-data lain yang masih terkait dengan
penelitian ini. Data diperoleh dari BPS Kota Bogor dan instansi terkait lainnya yang
berhubungan dengan penelitian ini. Referensi studi kepustakaan melalui jurnal,
artikel, bahan-bahan lain dari perpustakaan dan internet yang masih relevan dengan
penelitian ini.
Metode Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kontribusi
sektor, LQ, analisis SS, analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP), dan analisis
sektor unggulan. Pengolahan data pada penelitian menggunakan program Microsoft
Excel 2007.

6
Analisis Kontribusi Sektor Ekonomi Kota Bogor
Analisis ini dilakukan dengan cara mencari nilai kontribusi sektor
perekonomian terhadap PDRB Kota Bogor. Dalam penelitian ini, analisis juga
dilakukan terhadap subsektor perekonomian Kota Bogor.



� �


= � �
%
(3.1)
��

Keterangan:
Yit
= Nilai PDRB Kota Bogor sektor i pada tahun t
Yt
= Nilai total PDRB Kota Bogor pada tahun t

Analisis LQ (Location Quotient)
Menurut Tarigan (2005), location quotient (kuosien lokasi) atau disingkat LQ
adalah perbandingan besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah
terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional. Analisis LQ
memang sangat sederhana sehingga apabila digunakan dalam bentuk one shot
analysis, manfaatnya juga tidak begitu besar yaitu hanya melihat nilai LQ berada
di atas 1 atau tidak. Analisis LQ bisa dibuat menarik apabila dilakukan dalam
bentuk time-series/trend, artinya dianalisis dalam beberapa kurun waktu tertentu.
Metode ini digunakan untuk melihat sektor yang termasuk ke dalam kategori
basis dan non basis. Selain itu analisis ini merupakan salah satu indikator yang
mampu menunjukkan besar kecilnya peranan suatu sektor dalam suatu daerah
dibandingkan dengan daerah atasnya. Dalam hal ini dilakukan perbandingan antara
pendapatan di sektor i pada daerah bawah terhadap pendapatan total semua
subsektor di daerah bawah dengan pendapatan di sektor i pada daerah atas terhadap
pendapatan semua sektor di daerah atasnya. Secara matematis, rumus LQ dapat
dituliskan:
� ⁄�
� = � ⁄�
(3.2)

Keterangan:
Sib = Pendapatan sektor i pada daerah bawah (Kota Bogor)
Sb = Pendapatan total semua sektor daerah bawah (Kota Bogor)
Sia = Pendapatan sektor i pada daerah atas (Provinsi Jawa Barat)
Sa = Pendapatan total semua sektor daerah atas (Provinsi Jawa Barat)
Ketentuan dalam metode ini adalah jika nilai LQ > 1 maka sektor i
dikategorikan sebagai sektor basis. Nilai LQ yang lebih dari satu tersebut
menunjukkan bahwa pangsa pendapatan (tenaga kerja) pada sektor i di daerah
bawah lebih besar dibanding daerah atasnya dan output pada sektor i lebih
berorientasi ekspor. Artinya, peranan suatu sektor dalam perekonomian Kota Bogor
lebih besar daripada peranan sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa
Barat. Sebaliknya, apabila nilai LQ < 1 maka sektor i dikategorikan sebagai sektor
non basis. Nilai LQ yang kurang dari satu tersebut menunjukkan bahwa pangsa
pendapatan (tenaga kerja) pada sektor i di daerah bawah lebih kecil dibanding
daerah atasnya. Artinya, peranan suatu sektor dalam perekonomian Kota Bogor
lebih kecil dari pada peranan sektor tersebut dalam perekonomian Provinsi Jawa
Barat. Dalam penelitian ini, analisis LQ juga dilakukan terhadap subsektor
perekonomian Kota Bogor.
Adapun asumsi yang digunakan dalam analisis LQ yaitu:
1. Pola konsumsi rumahtangga di daerah bawah (Kota Bogor) identik dengan
pola konsumsi rumahtangga di daerah atasnya (Provinsi Jawa Barat).

7
2.
3.

Selera dan pola pengeluaran di suatu daerah dengan daerah lain di seluruh
wilayah Provinsi Jawa Barat sama besarnya.
Setiap penduduk di Kota Bogor mempunyai pola permintaan terhadap suatu
barang dan jasa yang sama terhadap pola permintaan barang dan jasa pada
tingkat provinsi Jawa Barat.

Analisis SS (Shift Share)
Analisis shift share membandingkan perbedaan laju pertumbuhan berbagai
sektor/industri di suatu daerah dengan wilayah nasional secara lebih tajam. Metode
ini memperinci penyebab perubahan atas beberapa variabel yang tidak dapat
dijelaskan dalam metode LQ. Analisis SS menggunakan metode pengisolasian
berbagai faktor yang menyebabkan perubahan struktur industri suatu daerah dalam
pertumbuhannya dari satu kurun waktu ke kurun waktu berikutnya (Tarigan, 2005)
Budiharsono (2001), analisis shift share merupakan teknik analisis mengenai
perubahan berbagai indikator kegiatan ekonomi, seperti produksi dan kesempatan
kerja. Teknik ini melihat perkembangan produksi ataupun kesempatan kerja di
suatu wilayah di suatu titik waktu. Tujuan analisis shift share adalah untuk
menetukan produktifitas kerja perekonomian daerah yang lebih besar (regional atau
nasional).
Pertumbuhan sektor perekonomian di suatu wilayah dipengaruhi oleh
beberapa komponen, yaitu:
1. Komponen Pertumbuhan Regional (PR)
Komponen PR adalah perubahan produksi suatu wilayah yang
disebabkan oleh perubahan produksi regional secara umum, perubahan
kebijakan, ekonomi regional, atau perubahan dalam hal-hal yang
mempengaruhi perekonomian suatu wilayah atau sektor. Bila diasumsikan
tidak ada perubahan karakteristik antar sektor dan antar wilayah, maka
adanya perubahan akan membawa dampak yang sama pada semua sektor dan
wilayah. Akan tetapi pada kenyataannya beberapa sektor dan wilayah tumbuh
lebih cepat daripada sektor dan wilayah lainnya.
2. Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)
Komponen PP terjadi karena perbedaan sektor dalam permintaan
produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam
kebijakan industri, dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.
3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)
Komponen PPW timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau
kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Cepat lambatnya pertumbuhan ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses
pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial dan ekonomi serta kebijakan
regional pada wilayah tersebut.

1.

2.

Kelebihan Analisis Shift Share
Menurut Soepono (1993), kelebihan-kelebihan analisis shift share adalah :
Analisis shift share dapat melihat perkembangan kesempatan kerja suatu
wilayah hanya pada dua titik waktu, satu titik waktu dijadikan sebagai dasar
analisis dan titik waktu lainnya dijadikan akhir analisis.
Perubahan PDRB disuatu wilayah antara tahun dasar analisis dilihat melalui
tiga komponen pertumbuhan wilayah yaitu PR, PP, PPW.

8
3.

4.
5.

Komponen PP dapat digunakan untuk mengetahui pertumbuhan sektor-sektor
perekonomian di suatu wilayah. Hal ini berarti bahwa suatu wilayah dapat
mengadakan spesialisasi di sektor-sektor yang berkembang secara nasional
dan bahkan sektor-sektor dari perekonomian wilayah telah berkembang lebih
cepat daripada rata-rata nasional untuk sektor-sektor tersebut.
Komponen PPW dapat digunakan untuk melihat dayasaing sektor-sektor
ekonomi dibandingkan dengan sektor ekonomi di wilayah lainnya.
Jika presentase PP dan PPW dijumlahkan, maka dapat ditunjukkan adanya
shift (pergeseran) hasil pembangunan perekonomian daerah.

Kelemahan Analisis Shift Share
Menurut Soepono (1993), kelemahan shift share adalah :
1. Analisis shift share tidak lebih daripada suatu teknik pengukuran atau
prosedur baku untuk mengurangi pertumbuhan suatu variabel wilayah yang
menjadi komponen-komponen. Metode ini tidak menjelaskan mengapa suatu
masalah terjadi. Metode ini lebih kepada perhitungan semata dan tidak
analitik.
2. Komponen PR secara implisit mengemukakan bahwa laju pertumbuhan suatu
wilayah hendaknya tumbuh pada laju nasional tanpa memperhatikan sebab
laju pertumbuhan wilayah.
3. Kedua komponen pertumbuhan wilayah (PP dan PPW) berkaitan dengan halhal yang sama seperti perubahan permintaan dan penawaran, perubahan
teknologi, perubahan lokasi, sehingga tidak dapat berkembang dengan baik.
4. Analisis shift share secara implisit mengambil asumsi bahwa semua barang
dijual secara nasional, padahal tidak semua demikian.
Pada umumnya analisis Shift Share (SS) ini dapat digunakan untuk melihat
pertumbuhan sektor-sektor perekonomian suatu wilayah selama periode waktu
tertentu. Selain itu, dapat juga melihat dalam daerah bawah (Kota Bogor) sektor
ekonomi mana saja yang memberikan kontribusi pertumbuhan paling besar
terhadap perekonomian daerah atasnya (Provinsi Jawa Barat) dan juga untuk
mengetahui sektor mana saja yang mengalami pertumbuhan yang paling cepat di
masing-masing wilayah bawahnya. Dalam penelitian ini analisis SS juga dilakukan
terhadap subsektor perekonomian Kota Bogor.
Adapun langkah-langkah utama dalam analisis Shift Share (SS), yaitu sebagai
berikut:
1. Menentukan wilayah yang akan dianalisis. Dalam penelitian ini, wilayah
yang akan dianalisis adalah wilayah Kota Bogor.
2. Menentukan indikator kegiatan ekonomi dan periode analisis. Indikator
kegiatan ekonomi yang digunakan disini adalah pendapatan yang
dicerminkan dari nilai PDRB Kota Bogor dan PDRB Provinsi Jawa Barat.
Sedangkan periode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari
tahun 2006 sampai dengan tahun 2012.
3. Menentukan sektor ekonomi yang akan dianalisis. Sektor ekonomi yang akan
dianalisis dalam penelitian ini adalah sembilan sektor ekonomi dan lebih
spesifik terhadap 28 subsektor ekonomi yang terdapat pada sembilan sektor
perekonomian Kota Bogor.
4. Menghitung perubahan indikator ekonomi.
a) PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis.

9
� = ∑�= �

(3.3)

�′ = ∑�= �′

(3.4)

Keterangan:
Yi = PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun dasar analisis
Yij = PDRB sektor i wilayah Kota Bogor pada tahun dasar analisis
b) PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis.

Keterangan:
Y’i = PDRB Provinsi Jawa Barat dari sektor i pada tahun akhir analisis
Y’ij= PDRB sektor i wilayah Kota Bogor pada tahun akhir analisis
c) Perubahan indikator kegiatan ekonomi dirumuskan sebagai berikut :
∆� = �′ − �

(3.5)

d) Persentase perubahan PDRB

%∆� =

5.

(�′ −� )




%

(3.6)

Keterangan:
ΔYij = perubahan PDRB sektor i pada wilayah Kota Bogor
Yij = PDRB sektor i wilayah Kota Bogor pada tahun dasar analisis
Y’ij = PDRB sektor i wilayah Kota Bogor pada tahun akhir analisis
Menghitung rasio indikator kegiatan ekonomi
Rasio ini digunakan untuk melihat perbandingan PDRB sektor
perekonomian di suatu daerah tertentu. Rasio tersebut terdiri dari ri, Ri dan
Ra.
a) ri (Rasio PDRB sektor i pada wilayah Kota Bogor)
�=

�′ −�

(3.7)

�′ −�

(3.8)



Keterangan:
Yij = PDRB sektor i wilayah Kota Bogor pada tahun dasar analisis
Y’ij = PDRB sektor i wilayah Kota Bogor pada tahun akhir analisis
b) Ri (Rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Barat)
�=



Keterangan:
Yi = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar
analisis
Y’i = PDRB sektor i wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir
analisis
c) Ra (Rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Barat)
=

�′.. −�..
�..

(3.9)

Keterangan:
Y.. = PDRB wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun dasar analisis

10

6.

Y’.. = PDRB wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun akhir analisis
Menghitung komponen pertumbuhan wilayah
a) Komponen Pertumbuhan Regional (PR)
=



(3.10)

Keterangan:
PRij = komponen pertumbuhan regional sektor i untuk wilayah Kota
Bogor
Ra = rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Barat
Yij = PDRB sektor i wilayah Kota Bogor pada tahun dasar analisis
b) Komponen Pertumbuhan Proporsional (PP)
=

� −



(3.11)

Keterangan:
PPij = komponen pertumbuhan proporsional sektor i untuk wilayah Kota
Bogor
Ri = rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Barat
Ra = rasio PDRB pada wilayah Provinsi Jawa Barat
Yij = PDRB sektor i wilayah Kota Bogor pada tahun dasar analisis
Ketentuan setelah menghitung komponen PP, yaitu sebagai berikut:
a. Jika, PPij < 0 maka menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah Kota
Bogor laju pertumbuhannya lambat.
b. Jika, PPij > 0 maka menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah Kota
Bogor laju pertumbuhannya cepat.
c) Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah (PPW)
� =

� − � �

(3.12)

Keterangan:
PPWij = komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i untuk wilayah
Kota Bogor
ri
= rasio PDRB sektor i pada wilayah Kota Bogor
Ri
= rasio PDRB sektor i pada wilayah Provinsi Jawa Barat
Yij = PDRB sektor i wilayah Kota Bogor pada tahun dasar analisis

7.

Jika:
PPWij > 0, maka sektor i pada wilayah Kota Bogor mempunyai daya
saing yang tinggi dibandingkan dengan wilayah lainnya.
PPWij < 0, maka sektor i pada wilayah Kota Bogor mempunyai daya
saing yang rendah dibandingkan dengan wilayah lainnya.
Rumus-rumus lainnya yaitu sebagai berikut:
a) Perubahan PDRB sektor i pada wilayah ke j (Kota Bogor), dirumuskan
sebagai berikut :

11
∆� =
+
+ �
∆� = �′ − �
b) Dalam bentuk persamaan matematik menjadi :

(3.13)
(3.14)

∆� =
+
+ �
(3.15)
�−
+� �− �
+�
�′ − � = �
c) Persentase ketiga pertumbuhan wilayah dirumuskan sebagai berikut :
%
%
%

=
(3.16)
= �−
(3.17)
� = �− �
(3.18)
atau
%
=(
)⁄� ∗
%
(3.19)
%
=(
)⁄� ∗
%
(3.20)
% � = ( � )⁄� ∗
%
(3.21)
8. Menentukan kelompok sektor ekonomi yang ditentukan berdasarkan
pergeseran bersih (PB)
� =
+ �
(3.22)
Jika:
PBij > 0, menunjukkan bahwa sektor tersebut pertumbuhan progressive
(maju).
PBij < 0, menunjukkan bahwa sektor tersebut pertumbuhan tidak
progressive.
9. Menganalisis profil pertumbuhan sektor perekonomian
Untuk menganalisis profil pertumbuhan sektor perekonomiannya dapat
dilakukan dengan menggunakan bantuan empat kuadran yang terdapat pada
garis bilangan yaitu:
1. Kuadran I, PP dan PPW sama-sama bernilai positif. Hal ini menunjukkan
bahwa sektor di wilayah yang bersangkutan memiliki petumbuhan yang
cepat (dilihat dari nilai PP-nya) dan memiliki daya saing yang lebih baik
apabila dibandingkan dengan wilayah-wilayah lainnya (dilihat dari nilai
PPW-nya).
2. Kuadran II, menunjukkan bahwa sektor ekonomi yang ada di wilayah
yang bersangkutan pertumbuhannya cepat (PP-nya bernilai positif), tetapi
daya saing wilayah untuk sektor tersebut dibandingkan dengan wilayah
lainnya kurang baik (dilihat dari PPW yang bernilai negatif).
3. Kuadran III, PP dan PPW nya bernilai negatif. Hal ini menunjukkan
bahwa sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan memiliki
pertumbuhan yang lambat dengan daya saing yang kurang baik jika
dibandingkan dengan wilayah lain.
4. Kuadran IV, menunjukkan bahwa sektor ekonomi pada wilayah yang
bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat (dilihat dari PP yang
bernilai negatif), tetapi daya saing wilayah untuk sektor tersebut baik jika
dibandingkan dengan wilayah lainnya (dilihat dari PPW yang bernilai
positif).
Gambar profil pertumbuhan sektor perekonomian dapat dilihat pada gambar
2. Pada Gambar 2 terdapat garis yang memotong Kuadran II dan Kuadran IV yang

12
membentuk 45°. Garis tersebut merupakan garis yang menunjukkan nilai
pergeseran bersih.

Gambar 2 Profil pertumbuhan sektor perekonomian
Analisis Model Rasio Pertumbuhan (MRP)
Merupakan alat untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi yang potensial
dengan formula :
a. Rasio pertumbuhan Wilayah Studi (RPs)
RPs adalah perbandingan antara laju pertumbuhan pendapatan/tenaga
kerja kegiatan i wilayah studi dengan laju pertumbuhan pendapatan/tenaga
kerja kegiatan i di wilayah referensi.
b. Rasio Pertumbuhan Wilayah Referensi (RPr)
RPr adalah perbandingan antara laju pertumbuhan pendapatan/tenaga
kerja kegiatan i di wilayah referensi dengan laju pertumbuhan total kegiatan
(PDRB)/ total tenaga kerja wilayah referensi.
=



⁄� �
� �⁄
�� �

(3.22)

Dimana :
Eij
= perubahan PDRB sektor i di wilayah studi (Kota Bogor)
Eij (t) = PDRB sektor i pada awal periode penelitian wilayah studi (Kota
Bogor)
Eir
= perubahan PDRB sektor i di wilayah referensi
Eir (t) = PDRB awal periode penelitian wilayah referensi
Keterangan :
Jika nilai
RPs > 1 positif (+)
RPs < 1 negatif (-)
 RPs positif artinya menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor pada tingkat
wilayah studi lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan sektor pada
wilayah referensi
 RPs negatif artinya pertumbuhan suatu sektor pada tingkat wilayah studi lebih
rendah dibandingkan dengan pertumbuhan sektor tersebut pada wilayah
referensi.

13
Analisis Sektor Unggulan
Sektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh
keberadaan faktor anugerah (endowment factors). Selanjutnya sektor ini
berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan
ekonomi. Kriteria sektor unggulan akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas
seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah (Sambodo
dalam Usya 2006). Menurut Rustiadi et al. (2004) dalam tesis Suryawardana (2006),
bahwa syarat suatu sektor layak dijadikan sebagai sektor unggulan di dalam
perekonomian daerah ialah memiliki kontribusi yang dominan. Berdasarkan hal
tersebut maka untuk menentukan sektor dan subsektor unggulan dalam penelitian
ini dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan analisis kontribusi sektor dan
subsektor terhadap PDRB Kota Bogor dan menggunakan analisis overlay.
Analisis sektor dan subsektor unggulan berdasarkan kontribusi sektor dan
subsektor terhadap PDRB Kota Bogor dilakukan dengan cara mencari sektor dan
subsektor yang memberikan kontribusi tinggi (dominan) terhadap PDRB Kota
Bogor. Sektor dan subsektor yang memiliki kontrubusi dominan terhadap PDRB
Kota Bogor merupakan sektor dan subsektor unggulan dalam perekonomian Kota
Bogor.
Analisis sektor dan subsektor unggulan menggunakan analisis overlay
(paparan) hasil dari nilai pergeseran bersih (dari komponen analisis SS) nilai RPs
(salah satu formula dari analisis MRP) dan nilai analisis LQ. Analisis overlay ini
akan memperlihatkan sektor mana yang mempunyai keunggulan/nilai positif dari
hasil-hasil yang digunakan. Analisis ini mengacu pada analisis overlay Yusuf
(1999) dalam Buhana dan Masyhuri (2006), yang merupakan suatu teknik yang
mengambil sebuah kesimpulan dengan menggabungkan beberapa hasil analisis.
Hasil analisis yang digabungkan yaitu Shift Share, Metode Rasio Pertumbuhan dan
Location Quotient.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Penduduk Kota Bogor pada tahun 2012 berjumlah 1 004 831 orang yang
terdiri dari 510 844 orang laki-laki dan 493 947 orang perempuan. Jumlah
penduduk Kota Bogor bertambah 37 433 orang atau meningkat sebanyak 3.87
persen pada tahun 2012 jika dibandingkan dengan tahun 2011. Berdasarkan hasil
survey angkatan kerja nasional, jumlah penduduk yang bekerja pada tahun 2012
sebanyak 383 111 orang. Pada umumnya penduduk yang bekerja di Kota Bogor
terserap pada lapangan pekerjaan perdagangan dan jasa-jasa. Dengan rincian
sebanyak 115 406 orang bekerja pada lapangan pekerjaan perdagangan, rumah
makan dan hotel serta sedangkan yang bekerja pada lapangan pekerjaan jasa-jasa
terdapat sebanyak 113 108 orang.
PDRB Kota Bogor atas dasar harga konstan pada tahun 2012 mencapai
jumlah 5 394 161.34 juta rupiah. Laju pertumbuhan ekonomi Kota Bogor pada
tahun 2012 mencapai 6.15 persen. Pada tahun 2012, investasi di Kota Bogor mampu
mencapai nilai Rp. 2.6 triliun. Sementara itu, inflasi di Kota Bogor tahun 2012
sebesar 4.06 persen.
Sejak Tahun 2006 telah terjadi pergeseran perilaku sektoral dalam
perekonomian Kota Bogor. Pada tahun-tahun sebelumnya sektor sekunder masih

14
mengalami LPE yang lebih tinggi daripada sektor tersier dan sektor primer, seperti
pada tahun 2005. Tahun 2006 sektor tersier memiliki LPE yang lebih tinggi
dibandingkan sektor sekunder dan sektor primer. Tabel 3 menunjukkan laju
pertumbuhan ekonomi sektor primer, sekunder dan tersier di Kota Bogor tahun
2005-2012.
Tabel 3 Laju pertumbuhan ekonomi sektor primer, sekunder dan tersier di Kota
Bogor tahun 2005-2012
Sektor
Primer
Sekunder
Tersier
PDRB

2004
3.85
6.22
6.04
6.10

2005
4.30
6.19
6.09
6.12

2006
-2.28
5.44
6.45
6.03

Laju Pertumbuhan Ekonomi (%)
2007
2008
2009
2010
3.17
3.17
3.14
3.21
5.95
5.95
5.98
6.02
6.20
6.02
6.06
6.22
6.09
5.98
6.02
6.14

2011
2.73
5.90
6.38
6.19

2012
2.14
5.85
6.36
6.15

Sumber : BPS Kota Bogor, 2013

Laju pertumbuhan ekonomi sektor primer cenderung turun dari tahun ke
tahun. Sektor primer terdiri dari sektor pertanian dan sektor pertambangan dan
penggalian. Lambatnya pertumbuhan sektor tersebut disebabkan karena sektor
primer bukan merupakan sektor yang potensi di daerah perkotaan. Lahan pertanian
di Kota Bogor tahun 2012, sebagian besar berada pada lahan bukan sawah yaitu
sebesar 2 374 ha atau sekitar 76 persen. Sementara 24 persen sisanya adalah lahan
sawah. Sementara untuk sektor pertambangan dan penggalian, sifatnya yang
musiman dan hanya dilakukan oleh perorangan membuat pertumbuhan sektor ini
tergolong sangat lambat (BPS Kota Bogor, 2013).
Pada tahun 2004 dan 2005 sektor sekunder sempat menjadi sektor yang
mempunyai laju pertumbuhan ekonomi tertinggi dibandingkan dengan sektor
primer dan tersier. Sektor sekunder mencakup sektor industri pengolahan, sektor
listrik, gas dan air bersih, dan sektor bangunan. Sektor industri pengolahan
merupakan sektor yang sangat mendominasi perekonomian Kota Bogor setelah
sektor perdagangan, hotel dan restoran. Dengan laju pertumbuhan sebesar 6.14
persen pada tahun 2012, sektor industri pengolahan menjadi penopang roda
perekonomian Kota Bogor.Investasi terbesar dalam sektor indutri pengolahan
terdapat pada industri tekstil dari kategori industri besar dan menengah yang
mencapai 28.74 persen dari total investasi (BPS Kota Bogor, 2013).
Sektor listrik, gas dan air bersih meruapakan sektor yang memenuhi
kebutuhan dasar rumah tangga. Sektor ini terus meningkat pertumbuhannya, hal
tersebut dipicu oleh meningkatnya kegiatan konstruksi, industri dan niaga, serta
meningkatnya perumahan di Kota Bogor. Jumlah pelanggan listrik pada tahun 2011
sebanyak 201 850 pelanggan. Jumlah pelanggan gas pada tahun 2012 mencapai 16
826 pelanggan. Sebagian besar merupakan pelanggan rumah tangga, yaitu sebesar
97 persen. Sementara itu, jumlah pelanggan air bersih terus meningkat, pada tahun
2012 pelanggan air bersih yang dikelola oleh Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM) Tirta Pakuan mencapai 109 846 pelanggan. Sebagian besar merupakan
pelanggan rumah tangga, yaitu sebesar 93.55 persen (BPS Kota Bogor, 2013).
Sejak tahun 2006 sampai tahun 2012, sektor tersier menjadi sektor dengan
laju pertumbuhan ekonomi paling tinggi dibandingkan dengan sektor primer dan
sekunder. Sektor tersier atau yang dikenal sebagai sektor jasa terdiri dari sektor

15
perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa. Sektor
perdagangan merupakan salah satu sektor ekonomi andalan Kota Bogor. Kontribusi
sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan yang paling dominan dalam
PDRB Kota Bogor. Perkembangan sektor ini didukung oleh semakin
berkembangnya sektor pariwisata Kota Bogor. Jumlah pengunjung yang semakin
banyak di Kota Bogor menambah pendapatan sektor perdagangan, hotel dan
restoran. Pada tahun 2012 perdagangan melalui ekspor barang dan jasa mengalami
sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun 2011. Realisasi ekspor non migas
pada tahun 2012 tercatat sebesar 151.86 juta US$ atau mengalami penurunan 2.78%
dibanding nilai ekspor tahun 2011 (BPS Kota Bogor, 2013).
Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh 7.03 persen pada tahun 2012.
Laju pertumbuhan untuk subsektor komunikasi cukup pesat, yaitu sebesar 11.51
persen pada tahun 2012. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh
8.49 persen pada tahun 2012. Subsektor yang tumbuh paling cepat pada sektor ini
adalah subsektor lembaga keuangan selain bank dan subsektor sewa bangunan.
Subsektor lembaga keuangan selain bank tumbuh 11.15 persen, sementara
subsektor sewa bangunan tumbuh 11.24 persen pada tahun 2012. Pertumbuhan
subsektor sewa bangunan dipicu oleh berkembang pesatnya pusat perbelanjaan dan
ruko-ruko yang disewakan di Kota Bogor (BPS Kota Bogor, 2013).
Analisis Kontribusi Sektor dan Subsektor Ekonomi Kota Bogor
Analisis kontribusi sektor merupakan cara untuk mengetahui seberapa besar
kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB Kota Bogor. Analisis ini
dilakukan terhadap sembilan sektor perekonomian dalam PDRB Kota Bogor dari
tahun 2006 sampai tahun 2012. Berdasarkan hasil analisis kontribusi terhadap
sektor, seperti yang ditunjukkan pada tabel 2, sektor perdagangan, hotel, dan
restoran merupakan sektor yang memberikan kontribusi dominan sebesar 28.74
persen pada tahun 2012, kemudian diikuti oleh sektor industri pengolahan sebesar
28.32 persen. Letak geografis Kota Bogor yang berdekatan dengan daerah Ibukota
Jakarta membuat Kota Bogor menjadi salah satu tujuan utama warga Ibu Kota yang
untuk berlibur dan berbelanja sehingga menambah pendapatan untuk sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang menjadi sektor yang dominan. Lebih
digalakannya agro industri dan peningkatan pelayanan jasa-jasa dan perdagangan
di Kota Bogor turut andil juga dalam besarnya sumbangan sektor tersebut terhadap
PDRB Kota Bogor (BPS Kota Bogor, 2012).
Sektor perdagangan, hotel dan restoran sejak tahun 2006 hingga tahun 2012
memang memiliki nilai persentase kontribusi tertinggi tetapi sektor tersebut
mengalami penurunan persentase kontribusi setiap tahunnya. Kontribusi sektor
perdagangan, hotel dan restoran terhadap PDRB turun sebesar 1.41 persen dari
tahun 2006 sampai tahun 2012. Sementara itu, sektor industri pengolahan
mengalami peningkatan kontribusi sebesar 0.31 persen dari tahun 2006 sampai
tahun 2012. Peningkatan kontribusi tertinggi dari terdapat pada sektor keuangan,
persewaan dan jasa sebesar 1.51 persen dari 13.83 persen pada tahun 2006 sampai
15.33 persen pada tahun 2012.
Analisis kontribusi juga dilakukan terhadap subsektor perekonomian Kota
Bogor. Subsektor yang memberikan kontribusi dominan terhadap PDRB Kota

16
Bogor adalah subsektor perdagangan besar dan eceran dengan nilai kontribusi
sebesar 23.64 persen pada tahun 2012 yang disusul oleh subsektor tekstil, barang
kulit dan alas kaki sebesar 21.39 persen. Subsektor perdagangan,besar dan eceran
mengalami penurunan kontribusi sebesar 0.59 persen dari tahun 2006 sampai tahun
2012, sementara subsektor tekstil, barang kulit dan alas kaki mengalami
peningkatan sebesar 1.12 persen. Peningkatan kontribusi tertinggi terdapat pada
subsektor sewa bangunan sebesar 1.32 persen dari 4.00 persen pada tahun 2006
menjadi 5.32 pada tahun 2015. Perkembangan pesat pusat perbelanjaan dan rukoroko yang disewakan turut mendorong peningkatan kontribusi subsektor sewa
bangunan terhadap PDRB Kota Bogor. Tabel 4 menunjukkan kontribusi 28
subsektor terhadap PDRB Kota Bogor.
Tabel 4 Kontribusi masing-masing subsektor terhadap PDRB Kota Bogor tahun
2006-2012 (dalam persen)
No.

Subsektor

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Tanaman bahan makanan
Tanaman perkebunan
Peternakan dan hasil-hasilnya
Perikanan
Penggalian
Makanan, minuman dan tembakau
Tekstil, brg. kulit dan alas kaki
Brg. kayu dan hasil hutan lainnya
Pupuk, kimia dan brg dari karet
Listrik
Gas kota
Air bersih
Bangunan
Perdagangan besar dan eceran
Hotel
Restoran
Angkutan rel
Angkutan jalan raya
Jasa penunjang angkutan
Komunikasi
Bank
Lembaga keuangan selain bank
Sewa bangunan
Jasa perusahaan
Pemerintahan umum
Sosial kemasyarakatan
Hiburan dan rekreasi
Perorangan dan rumah tangga

0.19
0.00
0.08
0.05
0.00
4.01
20.27
0.82
2.91
1.47
1.25
0.45
7.32
24.23
0.58
5.34
0.17
5.95
0.68
2.95
4.24
2.43
4.00
3.16
2.12
2.34
0.18
2.82

0.19
0.00
0.08
0.05
0.00
3.82
20.49
0.80
2.96
1.45
1.27
0.47
7.18
24.27
0.58
5.18
0.16
5.89
0.67
3.11
4.04
2.57
4.19
3.18
2.10
2.29
0.18
2.83

0.18
0.00
0.08
0.05
0.00
3.65
20.73
0.79
3.00
1.44
1.30
0.48
7.05
24.18
0.59
5.04
0.16
5.84
0.67
3.28
3.86
2.72
4.40
3.19
2.09
2.25
0.17
2.84

0.18
0.00
0.08
0.04
0.00
3.48
20.95
0.77
3.05
1.42
1.33
0.49
6.92
24.05
0.59
4.90
0.15
5.79
0.66
3.46
3.69
2.87
4.62
3.20
2.07
2.21
0.17
2.85

0.17
0.00
0.08
0.04
0.00
3.31
21.16
0.75
3.10
1.40
1.36
0.50
6.79
23.87
0.59
4.76
0.15
5.74
0.65
3.65
3.59
3.04
4.84
3.22
2.06
2.16
0.16
2.86

0.17
0.00
0.07
0.04
0.00
3.15
21.28
0.74
3.15
1.39
1.39
0.52
6.66
23.75
0.60
4.62
0.14
5.66
0.64
3.85
3.52
3.18
5.08
3.23
2.04
2.12
0.16
2.87

0,16
0,00
0,07
0,04
0,00
3,00
21,39
0,72
3,21
1,37
1,42
0,53
6,53
23,64
0,60
4,50
0,14
5,56
0,63
4,04
2,52
3,33
5,32
3,24
2,03
2,07
0,16
2,87

Δ
Kont
-0,03
0,00
-0,01
-0,01
0,00
-1,01
1,12
-0,10
0,30
-0,10
0,18
0,07
-0,79
-0,59
0,02
-0,84
-0,03
-0,38
-0,05
1,09
-1,72
0,90
1,32
0,07
-0,09
-0,27
-0,02
0,05

Sumber : BPS Kota Bogor, 2013 (diolah)
Keterangan :
Δ Kont = perubahan kontribusi dari tahun 2006 sampai tahun 2012

Sektor pertambangan dan penggalian dan sektor pertanian merupakan sektor
dengan sumbangan terendah terhadap PDRB Kota Bogor. Subsektor dengan
sumbangan terendah terhadap PDRB Kota Bogor terdapat pada subsektor tanaman
perkebunan dan subsektor penggalian. Sempitnya lahan pertanian di Kota Bogor
menyebabkan sektor pertanian dan subsektor didalamnya memiliki sumbangan
yang kecil terhadap PDRB Kota Bogor. Sementara untuk sektor pertambangan dan
penggalian, letak topografi Kota Bogor yang tidak memiliki daerah pertambangan

17
menyebabkan sumbangan sektor pertambangan dan penggalian serta subsektor
didalamnya kecil terhadap PDRB Kota Bogor.
Analisis Local Quotient
Menurut Tarigan (2005), kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan
basis (sektor basis) dan kegiatan non basis (sektor non basis). Sektor basis adalah
sektor yang mengekspor barang dan jasa ataupun tenaga kerja ke tempat-tempat di
luar batas perekonomian daerah yang bersangkutan. Sektor nonbasis adalah sektor
yang menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat yang
bertempat tinggal di dalam batas-batas daerah itu sendiri. Sektor basis ini
merupakan satu-satunya sektor y