ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN WILAYAH KOTA BANDAR LAMPUNG DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PDRB TAHUN 2005-2012

(1)

ABSTRAK

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN PEREKONOMIAN WILAYAH KOTA BANDAR LAMPUNG DENGAN PENDEKATAN

SEKTOR PEMBENTUK PDRB TAHUN 2005-2012

Oleh

KUSWARA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sektor-sektor unggulan di Kota Bandar Lampung dengan periode pengamatan tahun 2005-2012 dengan menggunakan pendekatan PDRB berdasarkan harga konstan, analisis data dan pembahasan digunakan analisis tipologi klassen. Metode ini digunakan menentukan klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian. Analisis Location Quotient (LQ)untuk menentukan sektor basis dan non basis. Analisisshift share untuk melihat pergeseran sektor perekonomian di Kota Bandar Lampung.

Hasil analisis menggunakanTipology Klassenmenunjukkan bahwa sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebagai sektor yang maju dan tumbuh dengan cepat, hasil analisis LQ menghasilkan 7 sektor yang tergolong sebagai sektor basis yaitu sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa. Hasil analisisShift Share menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tahun 2005-2012 terdapat 2 sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat dan berdaya saing tiggi yaitu sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

Dari hasil penggabungan metode perhitungan di atas diperoleh sektor unggulan di Kota Bandar Lampung yaitu sektor Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan.

Kata kunci:Sektor Unggulan, Pertumbuhan Ekonomi, Pembangunan Daerah,


(2)

ABSTRACT

ANALYSIS DETERMINATION OF LEADING ECONOMIC SECTOR IN REGIONAL APPROACH BANDAR LAMPUNG

WITH GDP-FORMING SECTOR IN 2005-2012

by

Kuswara

This research aims to determine the leading sectors in Bandar Lampung. With the observation period 2005-2012 using GDP approach.

This research calculation and discussion are used Location Quotient. This method is used to determining the classification of the growt economi, Location Quotient Analysis(LQ) for determining base activity sector. Shift-Share Analysis for looking movement of economic sectors in Bandar Lampung.

Analysis results with typology Klassen shows the industrial sector and the financial sector, rent and company services as an advance and fast growing sector, and Location Quotient Analysis(LQ) there are seven sectors is classified as a base sector is industry, electric, gas and clean water, construction, trade, hotels, and restaurant and services sector. Shift Share analysis showing that in the period 2005-2012 there are two sectors that have rapid growth rates and high competitiveness, industrial and financial sectors, rent and company services .

From the marging analysis method this research conclude the Financial, Rental, Corporate Services Sector as leading Sector.

Keywords: leading sector, economic growth, regional development,


(3)

ANALISIS PENENTUAN SEKTOR UNGGULAN

PEREKONOMIAN WILAYAH KOTA BANDAR LAMPUNG

DENGAN PENDEKATAN SEKTOR PEMBENTUK PDRB

TAHUN 2005-2012

Oleh:

KUSWARA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

pada

Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2014


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 5 Juni 1975, di Kedaton Bandar Lampung merupakan anak dari pasangan Bapak Rahmat (Alm) dan Ibu Sani, penulis merupakan anak ketiga dari lima bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis diawali di Sekolah Dasar Negri 4 Kedaton Bandar Lampung . Kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Kedaton Bandar Lampung hingga selesai pada tahun 1991. Pendidikan selanjutnya Sekolah Teknologi Menengah (STM) Bhineka Bandar Lampng sampai selesai pada tahun 1995. Pada tahun 2004 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Universitas Lampung mengambil program Sarjana Ekonomi, jurusan Ekonomi Pembangunan.


(8)

MOTO

Membuat sesuatu yang mudah menjadi rumit itu sudah biasa Tetapi membuat sesuatu yang rumit menjadi mudah,

itu yang disebut kreativitas (Charles Mingus).

Melakukan sesuatu hendaknya atas dasar kesadaran karena akan menghasilkan keikhlasan

Dan janganlah melakukan sesuatu atas dasar kewajiban karena akan menimbulkan keterpaksaan


(9)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT

Kupersembahkan karya ini untuk:

Kedua orang tuaku,

Kakak-kakakku dan adik-adikku

Serta orang-orang terdekatku Ena Ibrahim terimakasih suportnya

Penyemangatku si mungil Raffie Alzena

Semua dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

rekan-rekan semua yang Yang telah memberi dukungan dan do a

dalam penyusunan karya ini

serta

Almamater Fakultas Ekonomi dan Bisnis


(10)

SANWACANA

Alhamdulillahhirobilalamin. Atas ridhonyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Kota Bandar Lampung Dengan Pendekatan PDRB Tahun 2005-2012”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada jurusan Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ilmu Ekonomi dan Bisnis, Universitas Lampung.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari banyak sekali keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga penulis membutuhkan bantuan dari berbagai pihak, baik keluarga, dosen, maupun teman-teman. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua orang tuaku, Bapak Rahmat (Alm) dan Ibu Sani, terima kasih atas segala yang telah engkau berikan. Kasih sayang yang telah kalian curahkan takkan pernah terbalaskan hanya karya kecil ini yang ingin kupersembahkan.

2. Bapak Prof. Dr. H Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Bapak Muhammad Husaini, S.E.,M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan sekaligus Pembimbing Akademik.

4. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan


(11)

5. Bapak Rahmat, S.E., selaku Pembimbing Skripsi. Trimakasih atas bimbingan serta kesabarannya dalam memberikan nasehat, arahan, ilmu, waktu, dan tenaga selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini hingga akhir.

6. Bapak Dr. H. Toto Gunarto, S.E., M.Si. selaku Dosen Pembahas yang telah memberikan saran serta arahan guna kesempurnaan tulisan ini.

7. Ibu Tiara Nirmala, S.E., M.Si selaku dosen penguji skripsi dan Bapak Dr. Syahfirin Abdullah, S.E., M.Si atas koreksi serta sarannya sehingga tulisan ini menjadi lebih baik. .

8. Guru-guruku Bapak Dr. Ambya, S.E., M.Si, Bapak Yurni Atmaja, S.E., M.Si, Ibu Lis Maria Hamzah, S.E., M.E, Bapak Hi. Monezar Usman, S.E., M.Si, Bapak Muhidin Sirat, S.E., M.P serta Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah membagikan ilmunya selama proses pendidikan dan penyusunan skripsi ini hingga akhir.

9. Bapak/Ibu pimpinan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah menyalurkan biaya pendidikan.

10. Seluruh staf kependidikan Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang telah banyak memberikan bantuannya.

11. Kakak-kakakku Tati dan Yani tetep istiqomah serta adik-adiku Ida dan Khusnul tetap ikhtiar dan tawakal. Iis harus semangat. Obi, Anjas, sari, Okta Nandi, Qiki, Agil belajar yang rajin . Keluarga besar Wongso DikromoTerimakasih do’a dan dukungannya.

12. Untuk Ena Ibrahim, terimakasih telah mendampingi disetiap waktu, Raffie Alzena sikecil yang jadi penyemangat jadi anak sholeh ya.


(12)

12. Kepada rekan-rekan yang telah membantu Ahmad Sentri, S.E terima kasih atas datanya, bang Sahidin, S.E dan Pak Herdiyanto trimakasih atas motivasinya, Ibu Mardiana, Mas Samiran, Mas Khamidun dan Mah’ruf terimakasih atas bantuannya. Untuk Adel, Prayugo dan Nanang terimakasih atas dukungannya buat temen seperjuangan Yana dan rekan yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu terimakasih semuanya.

13. Kepada keluarga besar Ekonomi Pembangunan Khususnya angkatan 2004 yang tidak bisa disebutkan satu per satu, selamat meneruskan perjuangan. 14. Kepada BPS Kota Bandar Lampung Terimakasih Atas datanya.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa didalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun sedikit harapan semoga karya sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung, 28 Januari 2014 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Daftar isi ... ii

Daftar Tabel... iv

Daftar Gambar ... v

BAB I. PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Permasalahan... 6

C. Tujuan Penelitian... 6

D. Kerangka Pemikiran ... 7

E. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA... 12

A. Pembangunan Ekonomi Regional ... 12

B. Pertumbuhan Ekonomi Regional... 13

C. Pendapatan Regional... 14

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 15

2. Produk Dmestik Regional Netto (PDRN) Atas Harga Pasar ... 16

3. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) Atas Biaya Faktor ... 16

a. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach) ... 17

b. Pendekatan Produksi (Production Approach) ... 17

c. Pendekatan Penerimaan (Income Approach)... 17

D. Perencanaan Pembangunan Wilayah ... 17

E. Sektor Unggulan ... 19

F. Penelitian Terdahulu ... 23

BAB III. METODELOGI PENELITIAN ... 27

A. Lokasi Penelitian ... 27

B. Jenis dan Sumber Data... 27


(14)

1. Model Typologi Klassen ... 27

2. AnalisisLocation Quation(LQ) ... 30

3. Model AnalisisShiftsare(SSA) ... 31

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 35

E. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung ... 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 41

A. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor(Tipology Klassen)... 41

B. Sektor Basis dan Non Basis(Analisis Location Quotient)... 43

C. Perubahan dan Pergeseran Sektor(Analisis Shift share)... 44

D. Pembahasan Persektor ... 49

E. Sektor Unggulan Kota Bandar Lampung... 63

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN... 65

A. Kesimpulan... 65

B. Saran ... 66 Daftar Pustaka


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandar Lampung menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2000, tahun 2005 - 2012 (Milyar Rupiah) ... 4

Tabel 2. Klasifikasi Sektor PDRB menurutTipology Klassen... 29

Tabel 3. Jumlah Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan di Kota Bandar Lampung... 37

Tabel 4. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung per Kecamatan, berdasarkan hasil sensus penduduk tahun 2010... 38

Tabel 5. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektor PDRB Provinsi Lampung dan Kota Bandar Lampung Tahun 2005–2012... 42

Tabel 6. Klasifikasi Sektor PDRB Kota Bandar Lampung Tahun 20052012 berdasarkan Typologi Klassen ... 42

Tabel 7. Hasil Perhitungan Location Quotient (LQ) Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2012... 44

Tabel 8. Hasil Perhitungan Nilai Shift Share Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2012... 45

Tabel 9. Kontribusi Sektor PDRB Kota Bandar Lampung Tahun 2005-2012 (dalam persen) ... 47

Tabel 10. Analisis Sektor Pertanian... 49

Tabel 11. Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian... 51

Tabel 12. Analisis Sektor Industri Pengolahan ... 53

Tabel 13. Analisis Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih ... 55

Tabel 14. Analisis Sektor Bangunan ... 56

Tabel 15. Analisis Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran... 58

Tabel 16. Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi ... 59

Tabel 17. Analisis Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan... 60

Tabel 18. Analisis Sektor Jasa-Jasa ... 61

Tabel 19. Overlay LQ, Shift Share dan Tipology Klassen Perekonomian Kota Bandar Lampung ... 63


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1. Grafik Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandar Lampung menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga

Konstan Tahun 2000, tahun 2005 - 2010 (Juta Rupiah) ... 5 Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran ... 10 Gambar 3. Grafik Perkembangan Kontribusi Sektor PDRB Kota Bandar

Lampung Tahun 2005-2012 ... 48 Gambar 4. Grafik Perkembangan LQ sektor Pertanian... 50 Gambar 5. Grafik Perkembangan LQ Sektor Pertambangan

dan Penggalian... 52 Gambar 6. Grafik Perkembangan LQ Sektor Industri Pengolahan... 54 Gambar 7. Grafik Perkembangan LQ Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih. 55 Gambar 8. Grafik Perkembangan LQ Sektor Bangunan ... 56 Gambar 9. Grafik Perkembangan LQ Sektor Perdagangan Hotel

dan Restoran ... 58 Gambar 10. Grafik Perkembangan LQ Sektor Pengangkutan

dan Komunikasi ... 59 Gambar 11. Grafik Perkrmbangan LQ Sektor Keuangan,

Persewaan dan Jasa Perusahaan... 61 Gambar 12. Grafik Perkembangan LQ Sektor Jasa ... 62


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum pembangunan ekonomi di definisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan masyarakat meningkat dalam periode waktu yang panjang. Oleh sebab itu pembangunan ekonomi memiliki tiga sifat penting yaitu: suatu proses yang berarti terjadinya perubahan terus menerus, adanya usaha untuk menarik pendapatan perkapita masyarakat, dan kenaikan pendapatan perkapita masyarakat yang terjadi dalam jangka panjang.

W.W. Rostow mengatakan bahwa proses pembangunan dari semua negara dari yang belum berkembang menjadi yang telah berkembang harus melalui beberapa tahapan tertentu. Tahapan itu secara berurutan menurutnya adalah sebagai berikut, tahap masyarakat tradisional (traditional society), tahap prakondisi agar dapat tinggal landas menuju pertumbuhan yang berkelanjutan (precondition for take-off into self-sustaining growth), tahap lepas landas (take-off), tahap dorongan menuju kedewasaan (drive to maturity), dan tahap konsumsi tinggi massa(high mass consumption).

Pada dasarnya pembangunan ekonomi direncanakan dan dilaksanakan sesuai dengan keadaan negara/daerah, kemampuan untuk berkembang dan kemajuan yang ingin dicapai secara nasional/daerah. Kemajuan yang ingin dicapai


(18)

2

ini merupakan tuntutan dan sekaligus sebagai tantangan bagi bangsa/daerah itu sendiri. Adapun keberhasilan suatu bangsa/daerah dalam usaha mencapai kemajuan yang diinginkannya, sangat ditentukan oleh kemampuan penyelenggara negara/daerah serta keadaan dan kedudukan bangsa/daerah itu diantara bangsa/daerah lain. Hal itu dilakukan untuk mencapai tujuan pembangunan atau di Indonesia biasa disebut sebagai Trilogi pembangunan di era orde baru, yaitu;1)Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, 2)meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, 3) memantapkan stabilitas ekonomi nasional.

Indikator makro ekonomi yang sering dijadikan acuan untuk mengevaluasi kinerja pembangunan adalah pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini, proses pembangunan itu sendiri akan menghasilkan pertumbuhan ekonomi, maka proses ini secara kumulatif menunjang tercapainya pertumbuhan yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Dengan demikian pembangunan mengandung pengertian yang jauh lebih luas daripada pertumbuhan. Konsep pertumbuhan saling terkait dengan pembangunan. Bahkan pertumbuhan harus berjalan bersama-sama dengan pembangunan. Meskipun dalam tahap awalnya pembangunan tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya pertumbuhan, pada tahap-tahap berikutnya tanpa adanya pembangunan maka pertumbuhan akan tersendat dan akhirnya akan terhenti.

Pertumbuhan ekonomi dan prosesnya yang berkelanjutan adalah merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena jumlah penduduk yang terus bertambah dan berarti jumlah kebutuhan ekonomi juga terus bertambah, sehingga dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini dapat diperoleh dengan peningkatanoutputagregat (barang dan jasa) atau Produk


(19)

3

Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap tahun.

Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah menuntut pemerintah daerah untuk melaksanakan desentralisasi dan memacu pertumbuhan ekonomi guna peningkatan kesejahteraan masyarakat di mana tujuan penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah. Kedua Undang-Undang tersebut memiliki makna yang sangat penting bagi daerah, karena terjadinya pelimpahan kewenangan dan pembiayaan yang selama ini merupakan tanggung jawab Pemerintah Pusat.

Kewenangan dimaksud mencakup seluruh bidang pemerintahan, kecuali kewenangan dalam bidang politik luar negeri, pertahanan keamanan, peradilan, agama, serta moneter dan fiskal. Kewenangan pembiayaannya, yaitu daerah dapat menggali sekaligus menikmati sumber-sumber potensi ekonomi, serta sumber daya alamnya tanpa ada intervensi terlalu jauh dari Pemerintah Pusat. Hal ini akan berdampak terhadap perekonomian daerah yang pada akhirnya tercipta peningkatan pembangunan daerah.

Melalui otonomi daerah, pemerintah daerah dituntut kreatif dalam mengembangkan perekonomian, peranan investasi swasta dan perusahaan milikdaerah sangat diharapkan sebagai pemacu utama pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Investasi akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan dapat menimbulkan multiplier effect terhadap sektor-sektor lainnya. Pembangunan ekonomi daerah pada hakekatnya adalah serangkaian kegiatan yang


(20)

4

dilaksanakan oleh pemerintah daerah, bersama-sama dengan masyarakatnya dalam mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang ada secara optimal untuk merangsang perkembangan ekonomi daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat di daerah.

Pertumbuhan ekonomi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi daerah. Karena jumlah penduduk terus bertambah dan berarti kebutuhan ekonomi juga bertambah, sehingga dibutuhkan penambahan pendapatan setiap tahun. Hal ini dapat diperoleh dengan peningkatan output agregat (barang dan jasa) atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) setiap tahun menurut Tambunan (2001:2). Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Indonesia pada dasarnya terdiri atas 9 (sembilan) sektor, yaitu (1) sektor pertanian, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan, (4) listrik dan air minum, (5) bangunan dan konsturksi, (6) perdagangan, hotel dan restoran, (7) pengangkutan dan komunikasi, (8) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, dan (9) jasa-jasa.

Tabel 1. Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandar Lampung Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, Tahun 2005 - 2012 (Milyar Rupiah)

LAPANGAN USAHA TAHUN

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012**

Pertanian 210,34 231,36 238,18 247,58 252,69 257,53 262,58 267,99 Pertambangan &

Penggalian 77,29 75,90 74,71 78,89 80,07 82,62 85,28 88,24 Industri Pengolahan 798,20 918,55 1.014,69 1.064,50 1.144,74 1.204,46 1.270,02 1.345,29 Listrik, gas & air bersih 41,21 35,32 37,92 39,05 39,62 40,64 41,74 42,91 Konstruksi 392,27 396,44 419,00 445,03 451,13 472,02 488,37 508,73 Perdag., hotel &

restoran 968,95 972,06 999,76 1.037,25 1.055,69 1.097,40 1.142,00 1.189,19 Pengangkutan &

Komunikasi 790,38 821,27 849,19 890,12 952,34 1.015,91 1.085,91 1.164,35 Keu. Real estat , &

Jasa Perusahaan 725,94 842,87 997,42 1.159,26 1.298,27 1.462,35 1.651,46 1.839,10 Jasa-jasa 773,60 785,28 795,29 840,64 876,53 907,60 940,49 977,58 PDRB 4.778,19 5.079,05 5.426,16 5.802,31 6.151,07 6.540,52 6.967,85 7.423,37 PDRB Tanpa Migas 4.778,19 5.079,05 5.426,16 5.802,31 6.151,07 6.540,52 6.967,85 7.423,37

Sumber: BPS Kota Bandar Lampung 2012


(21)

5

PDRB Jika digambarkan secara grafik maka akan terlihat seperti dibawah ini

Sumber: Data diolah

Gambar 1. Grafik Produk Domestik Regional Bruto Kota Bandar Lampung Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000, tahun 2005 - 2010 (Juta Rupiah)

Kota Bandar Lampung merupakan salah satu kota yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan serta memberikan pelayanan kepada masyarakat, memiliki kewenangan yang luas untuk mengelola, merencanakan dan memanfaatkan potensi ekonomi secara optimal, yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Kota Bandar Lampung pada khususnya dan seluruh masyarakat Lampung pada umumnya.

Berdasarkan Tabel 1 terlihat bahwa Kota Bandar Lampung memiliki Produk Domestik Regional Bruto menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 secara rata-rata dari tahun 2005-2012 memperlihatkan peningkatan. Tapi tampak terlihat pada sektor pertambangan dan penggalian serta sektor listrik gas dan air bersih mengalami fluktuatif. Pada sektor pertambangan mengalami penurunan pada tahun 2005-2008 tapi mulai mengalami kenaikan kembali tahun 2009-2012, sedangkan sektor listrik gas dan air bersih mengalami penurunan dari

-500,000.00 1,000,000.00 1,500,000.00 2,000,000.00

2005 2006 2007 2008 2009 2010

Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran


(22)

6

tahun 2005-2006 tapi mengalami kenaikan pada tahun-tahun berikutnya hingga tahun 2012. Masing-masing sektor berusaha meningkatkan peranannya sehingga akan memberikan sumbangan yang semakin besar pula terhadap angka pertumbuhan ekonomi daerah. Sektor industri pengolahan dan keuangan terlihat memberikan kontribusi yang paling tinggi diikuti oleh sektor-sektor lainnya . Jika melihat kondisi yang demikian maka, diharapkan adanya suatu kebijakan pemerintah agar pertumbuhan ekonomi tidak hanya didominasi oleh satu sektor saja tetapi semua sektor diharapkan mampu untuk berperan serta dalam perekonomian.

B. Permasalahan

Berdasarkan penjelasan di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimanakah klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian di wilayah Kota Bandar Lampung?

2. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor basis dan non basis dalam perekonomian Kota Bandar Lampung?

3. Bagaimanakah perubahan dan pergeseran sektor perekonomian Kota Bandar Lampung.

4. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor unggulan perekonomian wilayah Kota Bandar Lampung?

C. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan di atas, maka ditetapkan tujuan penelitian, yaitu:

1. Untuk mengetahui klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian Kota Bandar Lampung.


(23)

7

2. Untuk mengetahui sektor basis dan non basis dalam perekonomian Kota Bandar Lampung.

3. Untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor perekonomian Kota Bandar Lampung.

4. Untuk menentukan sektor-sektor unggulan Kota Bandar Lampung.

D. Kerangka Pemikiran

Ketimpangan pembangunan ekonomi antara wilayah merupakan fenomena umum yang terjadi dalam proses pembangunan ekonomi daerah. Perbedaan geografi dan potensi ekonomi wilayah merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya ketimpangan ini. Di samping itu, kurang lancarnya arus barang dan faktor produksi antar wilayah turut pula memicu terjadinya ketimpangan pembangunan ekonomi daerah. Karena itu, upaya untuk mengurangi ketimpangan pembangunan ekonomi wilayah merupakan kebijaksanaan ekonomi daerah yang sangat penting dan strategis dalam mendorong proses pembangunan daerah.

Analisis tentang faktor penentu pertumbuhan ekonomi daerah dibutuhkan sebagai dasar utama untuk perumusan kebijakan pembangunan ekonomi daerah di masa mendatang. Dengan diketahuinya faktor-faktor tersebut, maka pembangunan daerah dapat diarahkan ke sektor-sektor yang secara potensial dapat mendorong percepatan pembangunan daerah.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja makro kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan struktur ekonomi daerah, peranan sektor-sektor ekonomi dan pergeserannya, serta menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, baik secara total maupun per sektor.


(24)

8

Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator penting untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu strategi pembangunan diupayakan untuk menggali potensi yang ada, agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di daerah.

Berdasarkan data dan informasi yang terkandung dalam PDRB, maka dapat dilakukan beberapa analisis untuk memperoleh informasi tentang:

1. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor

Analisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi posisi perekonomian suatu daerah dengan mengacu pada perekonomian daerah yang lebih tinggi. Hasil analisis akan menunjukkan posisi sektor dalam PDRB yang diklasifikasikan atas sektor maju dan tumbuh pesat, sektor potensial atau masih dapat berkembang, sektor relative tertinggal, dan sektor maju tapi tertekan. Berdasarkan klasifikasi ini dapat dijadikan dasar bagi penentuan kebijakan pembangunan atas posisi perekonomian yang dimiliki terhadap perekonomian daerah yang menjadi referensi.

2. Sektor Basis dan Non basis

Kegiatan ekonomi wilayah berdasarkan teori ekonomi basis diklasifikasikan ke dalam dua sektor, yaitu sektor basis dan non basis. Analisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi kegiatan ekonomi daerah yang bersifat ekspor dan non ekspor dan mengetahui laju pertumbuhan sektor basis dari tahun ke tahun.


(25)

9

Pertumbuhan beberapa sektor basis akan menentukan pembangunan daerah secara keseluruhan, sementara sektor non basis hanya merupakan konsekuensikonsekuensi dari pembangunan daerah. Barang dan jasa dari sektor basis yang di ekspor akan menghasilkan pendapatan bagi daerah, serta meningkatkan konsumsi dan investasi. Peningkatan pendapatan tidak hanya menyebabkan kenaikan permintaan terhadap sektor basis, tetapi juga akan meningkatkan permintaan terhadap sektor non basis yang berarti juga mendorong kenaikan investasi sektor non basis.

3. Perubahan dan Pergeseran Sektor

Analisis ini dibutuhkan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor pada perekonomian suatu daerah. Hasil analisis akan menggambarkan kinerja sektor-sektor dalam PDRB suatu daerah dibandingkan wilayah referensi. Apabila penyimpangan positif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB memiliki keunggulan kompetitif atau sebaliknya.

Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi. Pembangunan yang berorientasi pada pencapaian target sektoral, keberhasilannya dapat dilihat dari kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB dari tahun ke tahun. Pertumbuhan positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dan apabila negatif berarti terjadinya penurunan dalam kegiatan perekonomian. Pertumbuhan perekonomian mengakibatkan terjadinya perubahan perkembangan pembangunan suatu daerah.

Perencanaan pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, salah satunya dapat dicapai dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi itu sendiri dapat meningkat, bila ada satu atau


(26)

10

beberapa sektor ekonomi yang berkembang lebih cepat dari pada sektor-sektor lain. Dengan demikian, sektor yang mempunyai perkembangan lebih cepat dari sektor lain akan menjadi suatu sektor unggulan.

Sektor unggulan yang dimiliki suatu daerah akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi suatu daerah, karena akan memberikan keuntungan kompetitif atau komparatif yang selanjutnya akan mendorong pengembangan ekspor barang maupun jasa. Kebijakan strategi pembangunan harus diarahkan kepada kebijakan yang memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan pekerjaan. Sektor unggulan yang diperoleh melalui analisis dapat menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan pembangunan di masa mendatang.

Konsep pemikiran yang dijadikan dasar dalam penelitian ini dijelaskan dalam gambar berikut.


(27)

11

F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari:

Bab I Pendahulun yang berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, kerangka pemikiran dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka. Berisikan tinjauan teoritis dan tinjauan empiric

yang relevan dengan penelitian ini.

Bab III Metode Penelitian. Terdiri dari tahapan penelitian, sumber data, metode pengumpulan data devinisi operasional variable serta alat analisis.

Bab IV Hasil Perhitungan dan pembahasan Bab V Simpulan dan Saran

Daftar Pustaka Lampiran


(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Ekonomi Regional

Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan di samping pembangunan sosial. Pertumbuhan ekonomi adalah proses di mana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Jadi perekonomian dikatakan tumbuh atau berkembang bila terjadi pertumbuhan output riil. Definisi pertumbuhan ekonomi yang lain adalah bahwa pertumbuhan ekonomi terjadi bila ada kenaikan output per kapita. Pertumbuhan ekonomi menggambarkan kenaikan taraf hidup diukur dengan output riil per orang.

Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonominya meningkat atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya baru terjadi jika jumlah barang dan jasa secara fisik yang dihasilkan perekonomian tersebut bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat secara keseluruhan sebagai cerminan kenaikan seluruh nilai tambah (value added)


(29)

yang tercipta di suatu wilayah.

Todaro dalam Sirojuzilam (2008:16), mendefinisikan pembangunan ekonomi adalah suatu proses yang bersifat multidimensional, yang melibatkan kepada perubahan besar, baik terhadap perubahan struktur ekonomi, perubahan sosial, mengurangi atau menghapuskan kemiskinan, mengurangi ketimpangan, dan pengangguran dalam konteks pertumbuhan ekonomi.

Menurut Adisasmita (2008:13), pembangunan wilayah (regional) merupakan fungsi dari potensi sumber daya alam, tenaga kerja dan sumber daya manusia, investasi modal, prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan (kewiraswastaan), kelembagaan daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

B. Pertumbuhan Ekonomi Regional

Kuznets dalam Jhingan (2000;53) mendefinisikan pertumbuhan ekonomi sebagai kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya”.Defenisi ini memiliki 3 (tiga) komponen; pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus menerus persediaan barang; kedua, teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; ketiga , penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan


(30)

✂✄

adanya penyesuaian dibidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan ilmu pengetahuan umat manusia dapat dimanfaatkan secara tepat.

Pertumbuhan ekonomi merupakan unsur penting dalam proses pembangunan wilayah yang masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan disamping pembangunan sosial. Pertumbuhan ekonomi adalah proses dimana terjadi kenaikan produk nasional bruto riil atau pendapatan nasional riil. Suatu perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan atau perkembangan jika tingkat kegiatan ekonominya meningkat atau lebih tinggi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Atau dalam bahasa lain, perkembangannya baru terjadi bila jumlah barang dan jasa secara fisik yang dihasilkan perekonomian tersebut bertambah besar pada tahun-tahun berikutnya. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dapat ditunjukkan oleh pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi adalah pertumbuhan pendapatan masyarakat secara keseluruhan sebagai cerminan kenaikan seluruh nilai tambah ( value added) yang tercipta disuatu daerah.

Pertumbuhan ekonomi(Economic Growth) juga merupakan perubahan nilai kegiatan ekonomi dari tahun ke tahun untuk satu periode ke periode yang lain dengan mengambil rata-ratanya dalam waktu yang sama, maka untuk mengatakan tingkat pertumbuhan ekonomi harus dibandingkan dengan tingkat pendapatan nasional dari tahun ketahun.

C. Pendapatan Regional

Informasi hasil pembangunan ekonomi yang telah dicapai dapat dimanfaatkan sebagai bahan perencanaan maupun evaluasi pembangunan. Untuk dapat mengukur seberapa jauh keberhasilan pembangunan, khususnya di bidang


(31)

☎✆

ekonomi salah satu alat yang dapat dipakai sebagai indikator pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah adalah melalui penyajian angka-angka pendapatan regional.

Pendapatan regional didefinisikan sebagai nilai produksi barang-barang danjasa-jasa yang diciptakan dalam suatu perekonomian di dalam suatu wilayah selama satu tahun menurut Sukirno (1985:17). Sedangkan menurut Tarigan (2007:13), pendapatan regional adalah tingkat pendapatan masyarakat pada suatu wilayah analisis. Tingkat pendapatan regional dapat diukur dari total pendapatan wilayah ataupun pendapatan rata-rata masyarakat pada wilayah tersebut.

Beberapa istilah yang sering digunakan untuk menggambarkan pendapatan regional, diantaranya adalah:

1. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu. Pengertian nilai tambah bruto adalah nilai produksi (output) dikurangi dengan biaya antara (intermediate cost). Komponen-komponen nilai tambah bruto mencakup komponen-komponen faktor pendapatan (upah dan gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung netto. Jadi dengan menghitung nilai tambah bruto dari dari masing-masing sektor dan kemudian menjumlahkannya akan menghasilkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Sektor-sektor perekonomian berdasarkan lapangan usaha yang tercakup dalam PDRB, yaitu:


(32)

✝6

a. Pertanian.

b. Pertambangan dan Penggalian. c. Industri Pengolahan.

d. Listrik, Gas dan Air Bersih. e. Bangunan/Konstruksi.

f. Perdagangan, Hotel dan Restoran. g. Pengangkutan dan Komunikasi.

h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. i. Jasa-jasa.

2. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Harga Pasar. PDRN dapat diperoleh dengan cara mengurangi PDRB dengan penyusutan. Penyusutan yang dimaksud di sini adalah nilai susut (aus) atau pengurangan nilai barang-barang modal (mesin-mesin, peralatan, kendaraan dan lain-lainnya) karena barang modal tersebut dipakai dalam proses produksi. Jika nilai susut barang-barang modal dari seluruh sektor ekonomi dijumlahkan, hasilnya merupakan penyusutan keseluruhan.

3. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) atas Dasar Biaya Faktor. Jika pajak tidak langsung netto dikeluarkan dari PDRN atas Dasar Harga Pasar, maka didapatkan Produk Regional Netto atas Dasar Biaya Faktor Produksi. Pajak tidak langsung meliputi pajak penjualan, bea ekspor, bea cukai, dan pajak lain-lain, kecuali pajak pendapatan dan pajak perseroan. Menurut Tarigan (2007:24) perhitungan pendapatan regional metode langsung dapat dilakukan melalui tiga pendekatan yaitu:


(33)

✞✟

a. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach).

Pendekatan pengeluaran adalah penentuan pendapatan regional dengan menjumlahkan seluruh nilai penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi di dalam suatu wilayah. Total penyediaan barang dan jasa dipergunakan untuk konsumsi rumah tangga, konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap bruto (investasi), perubahan stok dan eskpor netto (ekspor-impor).

b. Pendekatan Produksi (Production Approach).

Perhitungan pendapatan regional berdasarkan pendekatan produksi dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang diciptakan oleh tiap-tiap sektor produksi yang ada dalam perekonomian. Maka itu, untuk menghitung pendapatan regional berdasarkan pendekatan produksi, maka pertama-tama yang harus dilakukan ialah menentukan nilai produksi yang diciptakan oleh tiap-tiap sektor di atas. Pendapatan regional diperoleh dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang tercipta dari tiap-tiap sektor. c. Pendekatan Penerimaan (Income Approach).

Dengan cara ini pendapatan regional dihitung dengan menjumlahkan pendapatan faktor-faktor produksi yang digunakan dalam memproduksi barang-barang dan jasajasa. Jadi yang dijumlahkan adalah: upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung netto.

D. Perencanaan Pembangunan Wilayah

Menurut Arsyad (1999:23), fungsi-fungsi perencanaan pembangunan secara umum adalah:


(34)

✠8

1. Dengan perencanaan, diharapkan terdapatnya suatu pengarahan kegiatan adanya pedoman bagi pelaksanaan kegiatan-kegiatan.

2. Dengan perencanaan, dapat dilakukan suatu perkiraan potensi-potensi, prospek-prospek pengembangan, hambatan, serta resiko yang mungkin dihadapi pada masa yang akan datang.

3. Perencanaan memberikan kesempatan untuk mengadakan pilihan yang terbaik.

4. Dengan perencanaan, dilakukan penyusunan skala prioritas dari segi pentingnya tujuan.

5. Perencanaan sebagai alat untuk mengukur atau standar untuk mengadakan evaluasi.

Perencanaan pembangunan regional merupakan suatu entitas ekonomi dengan unsur-unsur interaksi yang beragam. Aktivitas ekonomi wilayah diidentifikasi berdasarkan analisa ekonomi regional, yaitu dievaluasi secara komparatif dan kolektif terhadap kondisi dan kesempatan ekonomi skala wilayah. Nugroho dalam Sirojuzilam (2008:60) menyatakan bahwa pendekatan perencanaan regional dititikberatkan pada aspek lokasi di mana kegiatan dilakukan. Pemerintah daerah mempunyai kepentingan yang berbeda-beda dengan instansiinstansi di pusat dalam melihat aspek ruang di suatu daerah. Artinya bahwa dengan adanya perbedaan pertumbuhan dandisparitasantar wilayah, maka pendekatan perencanaanparsialadalah sangat penting untuk diperhatikan. Dalam perencanaan pembangunan daerah perlu diupayakan pilihan-pilihan alternatif pendekatan perencanaan, sehingga potensi sumber daya yang ada akan dapat dioptimalkan pemanfaatannya.


(35)

✡☛

Kebijakan pembangunan wilayah merupakan keputusan atau tindakan oleh pejabat pemerintah berwenang atau pengambil keputusan publik guna mewujudkan suatu kondisi pembangunan. Sasaran akhir dari kebijakan pembangunan tersebut adalah untuk dapat mendorong dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial secara menyeluruh sesuai dengan keinginan dan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat.

E. Sektor Unggulan.

Menurut Sambodo dalam Harisman (2007), ☞ektor unggulan adalah sektor yang salah satunya dipengaruhi oleh faktor anugerah (endowment factors). Selanjutnya faktor ini berkembang lebih lanjut melalui kegiatan investasi dan menjadi tumpuan kegiatan ekonomi. Kriteria sektor unggulan akan sangat bervariasi. Hal ini didasarkan atas seberapa besar peranan sektor tersebut dalam perekonomian daerah, diantaranya : pertama, sektor unggulan tersebut memiliki laju pertumbuhan yang tinggi; kedua, sektor tersebut memiliki angka penyerapan tenaga kerja yang relatif besar;ketiga, sektor tersebut memiliki keterkaitan antar sektor yang tinggi baik ke depan maupun ke belakang; keempat, dapat juga diartikan sebagai sektor yang mampu menciptakan nilai tambah yang tinggi.

Dalam pengembangan wilayah/daerah, pengembangan tidak dapat dilakukan serentak pada semua sektor perekonomian akan tetapi diprioritaskan pada pengembangan sektor-sektor yang potensi berkembangnya cukup besar, atau biasa disebut sebagai sektor unggulan. Karena sektor ini diharapkan dapat tumbuh dan berkembang pesat yang akan merangsang sektor-sektor lain yang terkait untuk berkembang mengimbangi sektor potensial tersebut. Perkembangan ekonomi suatu wilayah membangun suatu aktivitas perekonomian yang mampu


(36)

✌✍

tumbuh dengan pesat dan memiliki keterkaitan yang tinggi dengan sektor lain sehingga membentuk forward linkage dan backward linkage. Pertumbuhan yang cepat dari sektor potensial tersebut akan mendorong polarisasi dari unit-unit ekonomi lainnya yang pada akhirnya secara tidak langsung sektor perekonomian lainnya akan mengalami perkembangan.

Menurut pemikiran ekonomi klasik bahwa pembangunan ekonomi didaerah yang kaya sumber daya alamnya akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan didaerah miskin sumber daya alam. Perbedaan tingkat pembangunan yang didasarkan atas potensi suatu daerah, berdampak terjadinya perbedaan sektoral dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Secara hipotesis dapat dirumuskan bahwa semakin besar peranan potensi sektor ekonomi yang memiliki nilai tambah terhadap pembentukan atau pertumbuhan PDRB disuatu daerah, maka semakin tinggi laju pertumbuhan PDRB daerah tersebut.

Menurut Rachbini dalam Fachrurrazy (2009) ada empat syarat agar suatu sektor tertentu menjadi sektor prioritas, yakni;

1. Sektor tersebut harus menghasilkan produk yang mempunyai permintaan yang cukup besar, sehingga laju pertumbuhan berkembang cepat akibat dari efek permintaan tersebut.

2. Karena ada perubahan teknologi yang teradopsi secara kreatif, maka fungsi produksi baru bergeser dengan pengembangan kapasitas yang lebih luas. 3. Harus terjadi peningkatan investasi kembali dari hasil-hasil produksi sektor

yang menjadi prioritas tersebut, baik swasta maupun pemerintah.


(37)

✎✏

terhadap sektor-sektor lainnya.

Menurut Arsyad (1999:108) permasalahan pokok dalam pembangunan daerahadalah terletak pada penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang di dasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan ekonomi.

Sebelum diberlakukannya otonomi daerah, ketimpangan ekonomi regional di Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai dan mengendalikan hampir sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaan negara, termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam dari sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan/kelautan. Akibatnya daerah-daerah yang kaya sumber daya alam tidak dapat menikmati hasilnya secara layak.

Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, pertumbuhan yang cepat dalamsejarah pembangunan suatu bangsa biasanya berawal dari pengembangan beberapa sektor primer. Pertumbuhan cepat tersebut menciptakan efek bola salju (snow ball effect) terhadap sektor-sektor lainnya, khususnya sektor sekunder.

Pembangunan ekonomi dengan mengacu pada sektor unggulan selain berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh pada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi.

Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun


(38)

✑✑

nasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik.

Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar

perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di mana daerah memiliki kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan kemakmuran masyarakat.

Data PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui output pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu (provinsi/kabupaten/kota). Dengan bantuan data PDRB, maka dapat ditentukannya sektor unggulan (leading sektor) di suatu daerah/wilayah. Sektor unggulan adalah satu grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor dan penciptaan lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting terutama dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi di daerah.

Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu mampu memberikan indikasi bagi perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang


(39)

✒✓

terserap, dan kemajuan teknologi (technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan.

F. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai sektor unggulan telah dilakukan oleh beberapa peneliti di berbagai daerah. Keseluruhan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji penelitian ini adalah, yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Fachrurrazy tahun (2009), dengan judul Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Kabupaten Aceh Utara Dengan Pendekatan Sektor Pembentuk PDRB.Tujuan penelitian adalah; 1) untuk mengetahui klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian Wilayah Kabupaten Aceh Utara, 2) untuk mengetahui sektor basis dan non basis dalam perekonomian Wilayah Kabupaten Aceh Utara, 3) untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor perekonomian wilayah Kabupaten Aceh Utara, 4) untuk menentukan sektor-sektor unggulan perekonomian wilayah Kabupaten Aceh Utara. Dengan menggunakan metode analisis Klassen Tipology, analisis Location Quotient (LQ) dan analisis Shift Share (S-S). Berdasarkan hasil perhitungan dari ketiga alat analisis menunujukkan bahwa sektor yang merupakan sektor unggulan dengan kriteria tergolong kedalam sektor yang maju dan tumbuh pesat, sektor basis dan kompetirif adalah sektor pertanian. Sub sektor pertanian yang potensial untuk dikembangkan sebagai sub sektor unggulan, yaitu sub sektor tanaman bahan pangan, sub


(40)

✔✕

sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya, dan sub sektor perikanan.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Akrom Hasani tahun 2010, dengan judul Analisis Struktur Perekonomian Berdasarkan Pendekatan Shift Share di Provinsi Jawa Tengah Periode Tahun 2003-2008.Tujuan penelitian adalah; 1) untuk menganalisis struktur ekonomi daerah berdasarkan pendekatan shift share dilihat penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap PDRB di Provinsi Jawa Tengah, 2) bagaimana pergeseran sektor pertanian, industri, perdagangan dan jasa dilihat dari penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap PDRB di Provinsi Jawa Tengah. Hasil dari penelitian yang menggunakan analisis shift share tersebut adalah,terjadi pergeseran struktur perekonomian di Provinsi Jawa Tengah dari sruktur ekonomi pertanian ke struktur ekonomi industri tetapi belum bergeser kesektor ekonomi perdagangan dan jasa. Pergeseran ini diikuti dengan pergeseran penyerapan tenaga kerja dan kontribusi terhadap PDRB dari sektor pertanian kesektor industri di Provinsi Jawa Tengah.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Beni Harisman tahun 2007, dengan judul penelitian adalahAnalisis Struktur Ekonomi Dan Identifikasi Sektor-Sektor Unggulan di Provinsi Lampung (Periode 1993-2003). Tujuan penelitian ini adalah: 1) menganalisis ada tidaknya perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung pada kurun waktu 1993-2003; 2) mengidentifikasikan sektor unggulan diprovinsi Lampung pada kurun waktu 1993-2003. Hasil dari penelitian yang menggunakan analisis LQ dan S-S ini adalah: 1) telah terjadi perubahan struktur ekonomi di Provinsi Lampung dari sektor primer


(41)

✖✗

ke sektor sekunder, berdasarkan rasio PDRB sektor sekunder mendominasi dimana pergeseran bersih telah mengakibatkan kenaikan PDRB di Provinsi Lampung. 2) di Provinsi Lampung terdapat tiga sektor basis yang merupakan sektor unggulan yaitu: sektor pertanian, sektor bangunan/konstruksi, dan sektor pengangkutan.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Dewi Sondari tahun 2007, dengan judul penelitian Analisis Sektor Unggulan Dan Kinerja Ekonomi Provinsi Jawa Barat. Tujuan penelitian yang menggunakan metode analisis LQ, Sift Share, dan Pengganda pendapatan ini adalah; 1) mengidentifikasikan sektor yang menjadi sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat, 2) menganalisis dampak pengganda sektor ekonomi basis terhadap pertumbuhan PDRB Provinsi Jawa Barat, 3) menganalisis kinerja ekonomi Provinsi Jawa Barat, 4) menganalisis keterkaitan dan implikasi-implikasi yang akan ditimbulkan dari perkembangan sektor ekonomi basis terhadap pembangunan wilayah. Hasil dari penelitian ini adalah terdapat 3 sektor yang menjadi sektor basis yang merupakan sektor unggulan di Provinsi Jawa Barat yaitu sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran. Selain itu kinerja ekonomi Provinsi Jawa Barat mengalami peningkatan, serta terwujudnya pembangunan wilayah kearah yang lebih baik.

5. Penelitian yang dilakukan oleh Gita Irina Arief tahun 2009, dengan judul penelitian adalah Identifikasi Dan Peran Sektor Unggulan Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja di Provinsi DKI Jakarta. Penelitian ini


(42)

✘6

menggunakan analisis LQ dan S-S. Tujuan dari penelitian ini adalah; 1) mengidentifikasikan sektor-sektor yang menjadi sektor ekonomi unggulan di Provinsi DKI Jakarta, 2) menganalisis peran sektor unggulan dalam penyerapan tenaga kerja di Provinsi DKI Jakarta, 3) menganalisis kinerja sektor-sektor ekonomi unggulan di Provinsi DKI Jakarta, baik dilihat dari pertumbuhan maupun dari daya saingnya, 4) menganalisis sektor unggulan yang perlu menjadi prioritas pemerintah daerah dan rekomendasi kebijakan pengembangannya agar turut membantu upaya pengurangan pengangguran di DKI Jakarta. Hasil dari penelitian ini adalah; 1) sektor yang menjadi sektor unggulan di DKI Jakarta adalah sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi , sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa. 2) sektor unggulan yang memiliki daya saing yang lebih baik apabila dibadingkan dengan wilayah lainnya hanya sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

6. Uray Dian Novita melakukan penelitian Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Kota Singkawang Dengan Pendekatan Sektor Pembentuk Produk Romestik Begional Bruto ( pdrb )dengan hasil analisis Sektor bangunan sebagai sektor unggulan dan memiliki kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian wilayah Kota Singkawang perlu mendapatkan prioritas pengembangan, sehingga memberikan dampak yang tinggi bagi peningkatan pendapatan masyarakat dan lapangan pekerjaan.


(43)

III. METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukuan diwilayah Kota Bandar Lampung dan Provinsi Lampung Sebagai Refrensi

B. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder antara lain:

a. PDRB Kota Bandar Lampung dan Provinsi Lampung periode 2005-2012, data ini digunakan untuk analisis klasifikasi pertumbuhan sektor, analisis sektor basis dan non basis, dan analisis perubahan dan pergeseran sektor ekonomi. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung dan Provinsi Lampung.

b. Data sekunder lainnya yang masih ada kaitannya dengan tujuan penelitian ini.

C. Alat Analisis

Untuk menjawab permasalahan yang telah ditetapkan, maka digunakan beberapa metode analisis data, yaitu:

1. AnalisisTipologi Klassen

Tipologi Klassen merupakan salah satu alat analisis ekonomi regional yang dapat digunakan untuk mengetahui klasifikasi sektor perekonomian wilayah Kota


(44)

✙8

Bandar Lampung. Analisis Tipologi Klassen digunakan dengan tujuan mengidentifikasi posisi sektor perekonomian Kota Bandar Lampung dengan memperhatikan sektor perekonomian Provinsi Lampung sebagai wilayah referensi. Menurut Sjafrizal (2008:180) Analisis Tipologi Klassen menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut.

a. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat(developed sektor)

(Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan

sektor tersebut dalam PDRB wilayah yang menjadi referensi (s) dan memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar

dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB wilayah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si> s dan ski>

sk.

a. Sektor maju tapi tertekan(stagnant sektor) (Kuadran II).

Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor

tersebut dalam PDRB wilayah yang menjadi referensi (s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan

kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB wilayah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si< s dan ski> sk.

b. Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sektor) (Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju


(45)

✚✛

(s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih

kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si> s dan ski<

sk.

c. Sektor relatif tertinggal(underdeveloped sektor) (Kuadran IV).

Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor

tersebut dalam PDRB wilayah yang menjadi referensi (s) dan sekaligus memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil

dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB wilayah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si< s dan ski<

sk.

Klasifikasi sektor PDRB menurutTipologi Klassen sebagaimana tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Klasifikasi Sektor PDRB menurutTipologi Klassen

Sumber: Sjafrizal, 2008:180 Kuadran I Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector) si> s dan ski> sk

Kuadran II

Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector)

si< s dan ski> sk

Kuadran III

Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector) si> s dan ski< sk

Kuadran IV Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) si< s dan ski< sk


(46)

✜✢

2. AnalisisLocation Quotient(LQ)

Untuk menentukan sektor basis dan non basis di Kota Bandar Lampung digunakan metode analisis Location Quotient(LQ). Metode LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan dari PDRB Kota Bandar Lampung yang menjadi pemacu pertumbuhan. Metode LQ digunakan untuk mengkaji kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian. Sehingga nilai LQ yang sering digunakan untuk penentuan sektor basis dapat dikatakan sebagai sektor yang akan mendorong tumbuhnya atau berkembangnya sektor lain serta berdampak ada penciptaan lapangan kerja. Untuk mendapatkan nilai LQ menggunakan metode yang mengacu pada formula yang dikemukakan oleh Bendavid-ValdalamKuncoro (2004:183) sebagai berikut:

Di mana:

PDRBBL,I = PDRB sektor i di Kota Bandar Lampung pada tahun tertentu.

ΣPDRBBL = Total PDRB sektor i di Kota Bandar Lampung pada tahun

tertentu.

PDRBL,I = PDRB sektor i di Provinsi Lampung pada tahun tertentu

ΣPDRBL = Total PDRB sektor i di Provinsi Lampung pada tertentu.

PDRBBL,I

ΣPDRBBL

LQ =

PDRBL,I


(47)

✣✤

Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan dalam persamaan di atas, maka ada tiga kemungkingan nilai LQ yang dapat diperoleh (Bendavid-ValdalamKuncoro, 2004:183), yaitu:

a. Nilai LQ = 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di wilayah Kota Bandar Lampung adalah sama dengan sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Lampung.

b. Nilai LQ > 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di wilayah Kota Bandar Lampung lebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Lampung.

c. Nilai LQ < 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di wilayah Kota Bandar Lampung lebih kecil dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Lampung. Apabila nilai LQ>1, maka dapat disimpulkan bahwa sektor tersebut merupakan sektor basis dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian Kota Bandar Lampung. Sebaliknya apabila nilai LQ<1, maka sektor tersebut bukan merupakan sektor basis dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian Kota Bandar Lampung.

Data yang digunakan dalam analisis Location Quotient (LQ) ini adalah PDRB Kota Bandar Lampung dan Provinsi Lampung tahun 2000-2007 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000.

3. AnalisisShift Share(Shift Share Analysis)

Analisisshift share digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor pada perekonomian wilayah Kota Bandar Lampung. Hasil analisis shift share akan menggambarkan kinerja sektor-sektor dalam PDRB Kota Bandar


(48)

✥✦

Lampung dibandingkan Provinsi Lampung. Kemudian dilakukan analisis terhadap penyimpangan yang terjadi sebagai hasil perbandingan tersebut. Bila penyimpangan tersebut positif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB Kota Bandar Lampung memiliki keunggulan kompetitif atau sebaliknya. Data yang digunakan dalam analisisshift shareini adalah PDRB Kota Bandar Lampung dan Provinsi Lampung tahun 2005-2012 menurut lapangan usaha atas dasar harga Konstan tahun 2000. Penggunaan data harga konstan dengan tahun dasar yang sama agar bobotnya (nilai riilnya) bisa sama dan perbandingan menjadi valid (Tarigan, 2007:86). Melalui analisisshift share, maka pertumbuhan ekonomi dan pergeseran struktural perekonomian wilayah Kota Bandar Lampung ditentukan oleh tiga komponen, yaitu:

a. Proportional Shift component ((Mij)) adalah pertumbuhan nilai tambah bruto suatu sektor i pada Kota Bandar Lampung dibandingkan total sektor di tingkat Provinsi Lampung.

b. Differential Shift Component (Cij) adalah perbedaan antara pertumbuhan ekonomi Kota Bandar Lampung dan nilai tambah bruto sektor yang sama di tingkat Provinsi Lampung.

c. Provincial Share (Nij), yang digunakan untuk mengetahui pertumbuhan atau pergeseran struktur perekonomian Kota Bandar Lampung dengan melihat nilai PDRB Kota Bandar Lampung sebagai wilayah pengamatan pada periode awal yang dipengaruhi oleh pergeseran pertumbuhan perekonomian Provinsi Lampung. Hasil perhitungan Provincial Share akan menggambarkan peranan wilayah Provinsi Lampung yang mempengaruhi pertumbuhan perekonomian Kota Bandar Lampung. Jika pertumbuhan Kota


(49)

✧✧

Bandar Lampung sama dengan pertumbuhan Provinsi Lampung maka peranannya terhadap provinsi tetap.

AnalisisShift Sharedirumuskan sebagai berikut: D ij = N ij + M ij + C ij

Keterangan :

i = Sektor-sektor ekonomi yang diteliti

j = Variabel wilayah yang diteliti (Kota Bandar Lampung) n = Variabel wilayah referensi (Provinsi Lampung) D ij = Perubahan sektor i di wilayah Kota Bandar Lampung

N ij = Pertumbuhan nasional sektor i di wilayah Kota Bandar Lampung M ij = Bauran industri sektor i di wilayah Kota Bandar Lampung

C ij = Keunggulan kompetitif sektor i di wilayah Kota Bandar Lampung Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah PDRB yang dinotasikan sebagai (y). maka :

D ij = y* ij–y ij

N ij = y ij . r n

M ij = y ij ( r i n–r n)

C ij = y* ij (r ij–r i n)

y ij = PDRB sektor i di wilayah Kota Bandar Lampung

y*ij = PDRB sektor i di wilayah Kota Bandar Lampung akhir tahun analisis


(50)

★✩

r ij = Laju pertumbuhan sektor i di wilayah Kota Bandar Lampung r in = Laju pertumbuhan sektor i di Provinsi Lampung

r n = Rata-rata Laju pertumbuhan PDRB di daerah Provinsi Lampung y in = PDRB sektor i di Provinsi Lampung ditahun awal analisis

y*in = PDRB sektor i di Provinsi Lampung akhir tahun analisis y n = Total PDRB semua sektor di daerah Provinsi Lampung y*n = Total PDRB semua sektor di daerah Lampung

akhir tahun analisis

Untuk suatu daerah, pertumbuhan regional, bauran industri dan keunggulan kompetitif dapat dijumlahkan untuk semua sektor sebagai keseluruhan daerah, sehingga persamaanshift shareuntuk sektor i di wilayah penelitian adalah adalah: D ij = y ij . r n + y ij (r i nr n ) + y ij (r ijr in )

Perubahan (pertumbuhan) nilai tambah bruto sektor tertentu (i) dalam PDRB Kota Bandar Lampung merupakan penjumlahan Provincial Share ((Nij), Proportional Shift (Mij), dan Differential Shift (Cij) sebagai berikut: Kedua komponen shift, yaitu Proportional Shift dan Differential Shift memisahkan unsur-unsur pertumbuhan regional yang bersifat eksternal dan internal. Proportional Shift merupakan akibat pengaruh unsur-unsur eksternal yang bekerja secara nasional (Provinsi), sedangkanDifferential Shift adalah akibat dari pengaruh faktor-faktor yang bekerja di dalam wilayah yang bersangkutan (Glasson, 1977:95).

Sektor-sektor di Kota Bandar Lampung yang memiliki Differential Shift positif memiliki keunggulan komparatif terhadap sektor yang sama pada Kabupaten/Kota lain dalam Provinsi Lampung. Selain itu, sektor-sektor yang


(51)

✪✫

memiliki nilai Cij positif berarti bahwa sektor tersebut terkonsentrasi di Kota Bandar Lampung dan mempunyai pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan wilayah lainnya. Apabila nilai Cij negatif, maka tingkat pertumbuhan sektor tersebut relatif lamban.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Untuk menyamakan persepsi tentang variabel-variabel yang digunakan dan menghindari terjadinya perbedaan penafsiran, maka penulis memberi batasan definisi operasional sebagai berikut:

1. Sektor Unggulan (leading sektor) adalah sektor yang memiliki peranan (share) relatif besar dibanding sektor-sektor lainnya terhadap ekonomi wilayah (PDRB).

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah nilai tambah bruto (gross valueadded) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga konstan.

3. Sektor Ekonomi adalah lapangan usaha yang terdapat pada PDRB, yang mencakup 9 (sembilan) sektor utama.

E. Gambaran Umum Kota Bandar Lampung 1. Letak Geografis.

Kota Bandar Lampung dengan luas wilayah 197,22 Km² Atau 19.722 hektar terdiri dari 13 Kecamatan dan 98 Kelurahan. Secara geografis Kota Bandar Lampung terletak pada 50 20’ sampai dengan 50 30’ lintang selatan dan 1050 28’ sampai dengan 1050 37’ bujur timur. Letak tersebut berada pada Teluk Lampung


(52)

✬6

di ujung selatan pulau Sumatera. Secara administratif batas daerah Kota Bandar Lampung adalah:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran dan Kecamatan Ketibung serta Teluk Lampung.

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gedong Tataan dan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan.

2. Wilayah Administrasi

Secara administrasi Kota Bandar Lampung terbagi atas 13 Kecamatan, 13 Kecamatan tersebut adalah: Kecamatan Telukbetung Barat, Telukbetung Selatan, Panjang, Tanjungkarang Timur, Telukbetung Utara, Tanjungkarang Pusat Tanjungkarang Barat, Kemiling, Kedaton, Rajabasa, Tanjung Senang, Sukarame Dan Sukabumi.


(53)

✭✮

Tabel 3. Jumlah Kecamatan, Luas Wilayah dan Jumlah Kelurahan di Kota Bandar Lampung

No. Kecamatan Luas Wilayah Km2*) Jumlah Kelurahan

1. Telukbetung Barat 20,99 8

2. Telukbetung Selatan 10,07 11

3. Panjang 21,16 7

4. Tanjungkarang Timur 21,11 11

5. Telukbetung Utara 10,38 10

6. Tanjungkarang Pusat 6,68 11

7. Tanjungkarang Barat 15,14 6

8. Kemiling 27,65 7

9. Kedaton 10,88 8

10. Rajabasa 13,02 4

11. Tanjung Senang 11,62 4

12. Sukarame 16,87 5

13. Sukabumi 11,64 6

Jumlah 197,22 98

Sumber. Bappeda Lampung 2012.

a. Topografi

Topografi Kota Bandar Lampung sangat beragam, mulai dari dataran pantai sampai kawasan perbukitan hingga bergunung, dengan ketinggian permukaan antara 0 sampai 500 m daerah dengan topografi perbukitan hinggga bergunung membentang dari arah Barat ke Timur dengan puncak tertinggi pada Gunung Betung sebelah Barat dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok disebelah Timur. Topografi tiap-tiap wilayah di Kota Bandar Lampung adalah sebagai berikut :

• Wilayah pantai terdapat disekitar Teluk Betung dan Panjang dan pulau di bagian Selatan

• Wilayah landai/dataran terdapat disekitar Kedaton dan Sukarame di bagian Utara


(54)

✯8

• Wilayah dataran tinggi dan sedikit bergunung terdapat disekitar Tanjung Karang bagian Barat yaitu wilayah Gunung Betung, dan Gunung Dibalau serta perbukitan Batu Serampok di bagian Timur.

3. Demografi

Jumlah penduduk Kota Bandar Lampung pada akhir tahun 2010 tercatat sejumlah 881.801 jiwa dengan komposisi penduduk 445.959 pria dan 435.842 perempuan. Kepadatan penduduk di Wilayah Kota Bandar Lampung mencapai 8.142 jiwa/km².

Tabel 4. Jumlah Penduduk Kota Bandar Lampung per Kecamatan, Berdasarkan Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010

No Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Telukbetung Barat 30.664 28.732 59.396

2. Telukbetung Selatan 47.123 45.033 92.156

3. Panjang 32.465 31.039 63.504

4. Tanjungkarang Timur 44.950 44.374 89.324

5. Telukbetung Utara 31.548 31.115 62.663

6. Tanjungkarang Pusat 35.953 36.450 72.385

7. Tanjungkarang Barat 32.365 31.382 63.747

8. Kemiling 35.810 35.661 71.471

9. Kedaton 44.385 43.929 88.314

10. Rajabasa 22.127 21.130 43.257

11. Tanjung Senang 20.706 20.519 41.225

12. Sukarame 35.639 35.122 70.761

13. Sukabumi 32.242 31.356 63.598

Jumlah 445.959 435.842 881.801

Sumber: BPS Kota Bandar Lampung 2010

4. Tata Ruang Wilayah

Untuk mengarahkan pembangunan di Kota Bandar Lampung dengan memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan


(55)

✰✱

masyarakat dan pertahanan keamanan, perlu ditetapkan kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung.

Penataan ruang di Kota Bandar Lampung perlu disinergikan dengan kerangka dasar pertimbangan perencanaan wilayah eksternal yang mencakup kawasan metropolitan Bandar Lampung; dan bahwa dengan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, maka strategi dan arahan kebijakan struktur dan pola ruang wilayah nasional perlu dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandar Lampung.

Berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Daerah Kota Bandar Lampung tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun 2011 – 2030 pemerintah menetapkan enam Kawasan Wilayah Pengembangan (KWP)yakni:

a. Kawasan wilayah pengembangan (KWP) Tanjung Karang.

Kawasan ini dikembangkan dengan fungsi utama serta diarahkan untuk kegiatan perdagangan umum, jasa umum dan fungsi ganda ruko.

b. Kawasan Wilayah Pengembangan (KWP) Teluk Betung.

Kawasan ini dikembangkan dengan fungsi utama serta diarahkan untuk pusat pemerintahan, perdagangan grosir dan jasa umum.

c. Kawasan Wilayah Pengembangan (KWP) Panjang.

Kawasan ini dikembangkan dengan fungsi utama serta diarahkan untuk pusat pelabuhan, industry, terminal barang, rekreasi/pariwisata, daerah konservasi dan permukiman buruh/karyawan.


(56)

✲✳

Kawasan ini dikembangkan dengan fungsi utama serta dirahkan untuk pusat pendidikan tinggi, kebudayaan, perumahan sekala kecil dan pusat kegatan regional.

f. Kawasan Wilayah Pengembangan (KWP) Langkapura.

Kawasan ini dikembangkan dengan fungsi utama serta diarahkan untuk perumahan sekala besar (type villa), pengembangan holtikultura dan kawasan konservasi.

h. Kawasan Wilayah Pengembangan (KWP) Sukarame.

Kawsan ini dikembangkan dengan fungsi utama serta diarahkan untuk perumahan, pusat pengembangan dan pusat pelayanan lokal.


(57)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan tentang analisis penentuan sektor unggulan

perekonomian wilayah kota Bandar Lampung dengan sektor pembentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB )Kota Bandar Lampung dapat ditentukan beberapa kesimpulan :

1. Hasil analisisTipology Klassenmenunjukkan bahwa sektor yang

tergolong sektor maju dan tumbuh dengan cepat adalah sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

2. Hasil analisis Location Quotient menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan,sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa merupakan sektor basis. 3. Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tahun

2005-2012 tidak banyak terjadi pergeseran sektor hal ini dapat dilihat pada tahun 2005 sektor industri pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan adalah sektor yang memiliki keunggulan kompetitif. Pada tahun 2006 sektor mengalami pergeseran menjadi sektor industri pengolahan. Pada tahun 2007 bergeser ke sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, industri pengolahan dan bangunan. tahun 2008 bergeser menjadi sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor jasa dan sektor


(58)

66

bangunan. Tahun 2009 bergeser ke sektor industri pengolahan 2010 bergeser ke sektor industri pengolahan ditahun 2011 sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 2012 sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

4. Hasil overlay dari gabungan tiga analisis yaitu LQ,Shift Sharedan

TipologyKlassen menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tahun 2005-2012 terdapat 2 sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat dan berdaya saing tiggi yaitu sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Dari hasil penggabungan metode perhitungan di atas diperoleh sektor unggulan di Kota Bandar Lampung yaitu sektor Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan yang memiliki kriteria sektor yang maju dan cepat tumbuh, sebagai basis sektor, memiliki pertumbuhan yang cepat dan berdayasaing tinggi..

B. SARAN

Berdasarkan pembahasan diatas maka penulis dapat memberikan saran kepada beberapa pihak diantaranya :

1. Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam upaya meningkatkan PDRB agar lebih mengutamakan pengembangan sektor sektor unggulan dengan tidak mengabaikan sektor lain dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

2. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebagai sektor unggulan dan memiliki kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian wilayah Kota Bandar Lampung perlu mendapatkan prioritas pengembangan,


(59)

67

sehingga memberikan dampak yang positif bagi peningkatan pendapatan masyarakat dan lapangan pekerjaan.


(60)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R, 2005.Dasar-dasar Ekonomi Wilayah, Graha Ilmu, Yogyakarta. Adisasmita, R, 2008. Ekonomi Archipelago, Graha Ilmu, Yogyakarta

Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE, Yogyakarta.

Kuznets dalam Jhingan (2000;53) Teori pertumbuhan ekonomi.

Badan Pusat Statistik . (2000-2010). Lampung Dalam Angka.BPS. Kota Bandar Lampung.

Bungin, Buchin, 2001.Metodologi Penelitian Sosial: Format Kuantitatif dan Kualitatif,Airlangga University Press.

Glasson, Jhon, 1977.Pengantar Perencanaan Regional:Terjemahan Paul Sitohang, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Jhingan, M.L, 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Jhingan, M.L, 1992.Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Terjemahan. D. Guritno Rajawali, Jakarta.

Kuncoro, M, 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Erlangga, Jakarta.

Richardson, Harry, 1985.Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional, Edisi Revisi 2001. Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta.


(61)

Safi’i, H.M, 2007.Strategi dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah: Perspektif Teoritik, Averroes Press, Malang.

Sirojuzilam, 2008.“Disparitas Ekonomi Dan Perencanaan Regional.

_______ , 2005.Beberapa Aspek Pembangunan Regional,ISEI, Bandung. Susantono, Bambang, 2009.Strategi Dalam Penataan Ruang dan Pengembangan

Wilayah,Kata Hasta Pustaka, Jakarta Selatan.

Sambodo dalam Harisman 2007; Sektor unggulan dalam faktor anugerah(endowment factors).

Tarigan, Robinson, 2002.Perencanaan Pembangunan Wilayah: Pendekatan Ekonomi dan Ruang,Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Medan.

______ , 2003.Perencanaan Pembangunan Wilayah, Bumi Aksara, Jakarta. ______ , 2005.Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi, PT Bumi

Aksara, Jakarta.

Todaro, Michael, 2006.Pembangunan Ekonomi, Edisi Ke-9, PT Gelora Akasara Pratama, Jakarta.

Sukirno, Sadono, 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan dasar Kebijakan, LPFE-UI, Jakarta.

Fahrurrazi, 2009.Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Kabupaten Aceh Utara Dengan Pendekatan PDRB

Tambunan, Tulus T. H, 2001. Transformasi Ekonomi di Indonesia: Teori & Penemuan Empiris. Salemba Empat Jakarta.

Novita, Urai Dian,2010.Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Kota Singkawang Dengan Pendekatan PDRB


(1)

✲✳

Kawasan ini dikembangkan dengan fungsi utama serta dirahkan untuk pusat pendidikan tinggi, kebudayaan, perumahan sekala kecil dan pusat kegatan regional.

f. Kawasan Wilayah Pengembangan (KWP) Langkapura.

Kawasan ini dikembangkan dengan fungsi utama serta diarahkan untuk perumahan sekala besar (type villa), pengembangan holtikultura dan kawasan konservasi.

h. Kawasan Wilayah Pengembangan (KWP) Sukarame.

Kawsan ini dikembangkan dengan fungsi utama serta diarahkan untuk perumahan, pusat pengembangan dan pusat pelayanan lokal.


(2)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Penelitian yang dilakukan tentang analisis penentuan sektor unggulan

perekonomian wilayah kota Bandar Lampung dengan sektor pembentuk Produk Domestik Regional Bruto (PDRB )Kota Bandar Lampung dapat ditentukan beberapa kesimpulan :

1. Hasil analisisTipology Klassenmenunjukkan bahwa sektor yang

tergolong sektor maju dan tumbuh dengan cepat adalah sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

2. Hasil analisis Location Quotient menunjukkan bahwa sektor industri pengolahan, listrik, gas dan air bersih, bangunan,sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan sektor jasa merupakan sektor basis. 3. Hasil analisis Shift Share menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tahun

2005-2012 tidak banyak terjadi pergeseran sektor hal ini dapat dilihat pada tahun 2005 sektor industri pengolahan, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan adalah sektor yang memiliki keunggulan kompetitif. Pada tahun 2006 sektor mengalami pergeseran menjadi sektor industri pengolahan. Pada tahun 2007 bergeser ke sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, industri pengolahan dan bangunan. tahun 2008 bergeser menjadi sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, sektor jasa dan sektor


(3)

66

bangunan. Tahun 2009 bergeser ke sektor industri pengolahan 2010 bergeser ke sektor industri pengolahan ditahun 2011 sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 2012 sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan

4. Hasil overlay dari gabungan tiga analisis yaitu LQ,Shift Sharedan

TipologyKlassen menunjukkan bahwa dalam kurun waktu tahun 2005-2012 terdapat 2 sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan yang cepat dan berdaya saing tiggi yaitu sektor industri pengolahan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Dari hasil penggabungan metode perhitungan di atas diperoleh sektor unggulan di Kota Bandar Lampung yaitu sektor Keuangan, Persewaan dan jasa perusahaan yang memiliki kriteria sektor yang maju dan cepat tumbuh, sebagai basis sektor, memiliki pertumbuhan yang cepat dan berdayasaing tinggi..

B. SARAN

Berdasarkan pembahasan diatas maka penulis dapat memberikan saran kepada beberapa pihak diantaranya :

1. Pemerintah Kota Bandar Lampung dalam upaya meningkatkan PDRB agar lebih mengutamakan pengembangan sektor sektor unggulan dengan tidak mengabaikan sektor lain dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan.

2. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebagai sektor unggulan dan memiliki kontribusi yang cukup besar dalam perekonomian wilayah Kota Bandar Lampung perlu mendapatkan prioritas pengembangan,


(4)

67

sehingga memberikan dampak yang positif bagi peningkatan pendapatan masyarakat dan lapangan pekerjaan.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R, 2005.Dasar-dasar Ekonomi Wilayah, Graha Ilmu, Yogyakarta. Adisasmita, R, 2008. Ekonomi Archipelago, Graha Ilmu, Yogyakarta

Arsyad, Lincolin, 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE, Yogyakarta.

Kuznets dalam Jhingan (2000;53) Teori pertumbuhan ekonomi.

Badan Pusat Statistik . (2000-2010). Lampung Dalam Angka.BPS. Kota Bandar Lampung.

Bungin, Buchin, 2001.Metodologi Penelitian Sosial: Format Kuantitatif dan Kualitatif,Airlangga University Press.

Glasson, Jhon, 1977.Pengantar Perencanaan Regional:Terjemahan Paul Sitohang, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta. Jhingan, M.L, 2004. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Jhingan, M.L, 1992.Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Terjemahan. D. Guritno Rajawali, Jakarta.

Kuncoro, M, 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Erlangga, Jakarta.

Richardson, Harry, 1985.Dasar-Dasar Ilmu Ekonomi Regional, Edisi Revisi 2001. Lembaga Penerbit FE-UI, Jakarta.


(6)

Safi’i, H.M, 2007.Strategi dan Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah: Perspektif Teoritik, Averroes Press, Malang.

Sirojuzilam, 2008.“Disparitas Ekonomi Dan Perencanaan Regional.

_______ , 2005.Beberapa Aspek Pembangunan Regional,ISEI, Bandung. Susantono, Bambang, 2009.Strategi Dalam Penataan Ruang dan Pengembangan

Wilayah,Kata Hasta Pustaka, Jakarta Selatan.

Sambodo dalam Harisman 2007; Sektor unggulan dalam faktor anugerah(endowment factors).

Tarigan, Robinson, 2002.Perencanaan Pembangunan Wilayah: Pendekatan Ekonomi dan Ruang,Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, Medan.

______ , 2003.Perencanaan Pembangunan Wilayah, Bumi Aksara, Jakarta. ______ , 2005.Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi, Edisi Revisi, PT Bumi

Aksara, Jakarta.

Todaro, Michael, 2006.Pembangunan Ekonomi, Edisi Ke-9, PT Gelora Akasara Pratama, Jakarta.

Sukirno, Sadono, 1985. Ekonomi Pembangunan: Proses, Masalah dan dasar Kebijakan, LPFE-UI, Jakarta.

Fahrurrazi, 2009.Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Kabupaten Aceh Utara Dengan Pendekatan PDRB

Tambunan, Tulus T. H, 2001. Transformasi Ekonomi di Indonesia: Teori & Penemuan Empiris. Salemba Empat Jakarta.

Novita, Urai Dian,2010.Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Wilayah Kota Singkawang Dengan Pendekatan PDRB