Analisis Sektor Perekonomian Unggulan Daerah Kabupaten Batu Bara

(1)

ANALISIS SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DAERAH

KABUPATEN BATU BARA

TESIS

Oleh

ASRUL AZIS

097003053/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2012

S

E K

O L A

H

P A

S C

A S A R JA

N


(2)

ANALISIS SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DAERAH

KABUPATEN BATU BARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ASRUL AZIS

097003053/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2012


(3)

Judul Tesis : ANALISIS SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA

Nama Mahasiswa : Asrul Azis Nomor Pokok : 097003053

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Drs. Robinson Tarigan, M.R.P) (Kasyful Mahalli, SE, M.Si) Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada Tanggal: 10 Mei 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Drs. Robinson Tarigan, M.R.P Anggota : 1. Kasyful Mahalli, SE.M.Si

2. Dr. Drs. H.B. Tarmizi, SU 3. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS 4. Agus Suriadi, S.Sos. M.Si


(5)

ANALISIS SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA

ABSTRAK

Untuk mengetahui sektor perekonomian unggulan daerah Kabupaten Batu Bara diperlukan suatu metode yang berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada.

Untuk menjawab permasalahan, maka digunakan beberapa metode analisis data, yaitu: 1) Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk memperoleh klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah Kabupaten Batu Bara.; 2) Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Batu Bara; 3) Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor perekonomian wilayah Kabupaten Batu Bara, dan 4) Analisis deskriptif untuk mengetahui sektor perekonomian unggulan Kabupaten Batu Bara

Berdasarkan hasil analisis menurut Tipologi Klassen menunjukkan bahwa

hanya terdapat 1 (satu) sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat, yaitu sektor industri pengolahan, sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang maju tapi tertekan. Hasil perhitungan indeks Location Quotient sektor yang merupakan sektor basis (LQ > 1), yaitu sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hasil analisis shift share menunjukkan bahwa sektor yang merupakan yang memiliki potensi lokal besar di Kabupaten Batu Bara, yaitu sektor industri pengolahan. Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis Tipologi Klassen, Location Quotient (LQ), dan Shift Share menunjukkan bahwa terdapat satu sektor yang merupakan sektor perekonomian unggulan dengan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat, merupakan sektor basis, dan potensi lokal lebih besar yaitu sektor industri pengolahan.

Kata kunci : Tipologi klassen, location question, Shift share, sektor perekonomian unggulan.


(6)

ANALYSIS OF LEADING ECONOMIC SECTORS OF DISTRICT BATU BARA

ABSTRACT

To find out the pre-eminent economy of District Batu Bara area we need a method that is useful to assess and project the region's economic growth. Henceforth be used as a guide to determine what actions should be taken to accelerate the existing growth rate.

To answer the problem, then use several methods of data analysis, namely: 1) Analysis of Typology Klassen used to obtain the classification of the growth sectors of the economy of District Batu Bara area.; 2) Analysis of Location Quotient (LQ) is used to determine the basis and non-base sector in the economy of District Batu Bara, 3) Shift Share Analysis is used to determine changes and shifts in the economy of District Batu Bara, and 4) a descriptive analysis to determine the pre-eminent economy of District Batu Bara.

Based on the analysis according to the typology Klassen shows that there is only 1 (one) and advanced sectors are growing rapidly, the manufacturing sector, while trade, hotels and restaurants sector is advanced but depressed. Location Quotient calculation results of the index that sector is a sector basis (LQ> 1), namely manufacturing, and trade, hotels and restaurants. Shift share analysis results indicate that the sector is having a large local potential in District Batu Bara, the manufacturing sector. Based on calculations of the typology analysis Klassen, Location Quotient (LQ), and Shift Share indicate that there is one sector which is the leading economic sectors classified by the criteria in the advanced sector and rapid growth, a sector basis, and the potential for greater local manufacturing sector.


(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan taufik dan hidayah

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul: Analisis Sektor

Perekonomian Unggulan Daerah Kabupaten Batu Bara. Tesis ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan tesis ini banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada yang terhormat: Bapak Prof. Drs. Robinson Tarigan, M.R.P, selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan Bapak Kasyful Mahalli, SE, M.Si selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberi saran dan arahannya sejak awal perkuliahan hingga penyelesaian tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara, Medan.

2. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE. selaku Ketua Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapk/Ibu dosen pembanding sekaligus penguji tesis yang telah memberikan

masukan-masukan demi kesempurnaan tesis ini.

4. Seluruh dosen Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara atas segala keikhlasannya dalam memberikan ilmu pengetahuan dan pengalamannya.

5. Bappeda Pemerintah Daerah Kabupaten Batu Bara yang telah membantu penulis

dalam pengumpulan data.

6. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda (Alm) dan

Ibunda yang telah membesarkan, mendidik dan membimbing penulis hingga dewasa serta memberi motivasi dalam peneyelesaian pendidikan ini.

7. Hafni Sahara Nasution, SE isteri tercinta dan Raisyah Aqila Lubis boru panggoaran yang senantiasa berdoa dan memberikan dorongan dan perhatian yang tulus ikhlas sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.


(8)

Penulis menyadari bahwa tesis yang dikerjakan sebatas kemampuan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan sehat, saran dan masukan dari semua pihak. Akhir kata, semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan.

Medan, April 2012 Penulis


(9)

RIWAYAT HIDUP

Asrul Azis, lahir di Desa Lumban Dolok Kecamatan Siabu Kabupaten Mandailing Natal pada tanggal 6 Juni 1978 anak ketiga dari enam bersaudara Ayah almarhum H. Lokot Parlagutan Lubis dan Ibu Hj. Sarinabun Siregar. Isteri Hafni Sahara Nasution, SE dan telah dikaruniai seorang putrid Raisyah Aqila Lubis.

Tammat Sekolah Dasar Inpres 144446 Lumban Dolok pada tahun 1990, melanjutkan ke SMP Negeri Huraba di Huraba Kecamatan Siabu pada tahun 1993. Menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas SMA Negeri Siabu di Mandailing natal pada tahun 1996. Pada Tahun 1997 melanjutkan pendidikan di Institut Teknologi Medan jurusan Teknik Sipil dan memperoleh sarjana pada tahun 2004.

Pada bulan maret 2009 sampai sekarang bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil pada Kabupaten Batu Bara pada dinas Bappeda. Dan pada tahun 2010 melanjutkan pendidikan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.


(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Pembangunan Ekonomi Daerah ... 9

2.2. Produk Domestik Regional Bruto ... 12

2.3. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory) ... 15

2.4. Pengembangan Sektor Perekonomian Unggulan sebagai Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah... 17

2.5. Penelitian Terdahulu ... 20

2.6. Kerangka Pemikiran ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 26

3.1. Lokasi Penelitian ... 26

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 26

3.3. Analisis Data ... 27

3.4. Definisi dan Batasan Variabel Operasional ... 34

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Batu Bara ... 36

4.1.1. Sejarah Singkat Kabupaten Batu Bara ... 36

4.1.2. Kondisi Geografis Kabupaten Batu Bara ... 44

4.1.3. Kondisi Ekonomi Kabupaten Batu Bara ... 46

4.1.3.1. Produk domestik regional bruto (PDRB) ... 46

4.1.3.2. Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara ... 48

4.1.3.1. Produk domestik regional bruto (PDRB) ... 46

4.2. Hasil Penelitian ... 50

4.2.1. Klasifikasi Pertumbuhan Sektor Perekonomian Wilayah Kabupaten Batu Bara ... 50


(11)

4.2.2. Analisis Location Quetiont (LQ) ... 52

4.2.3. Analisis Shift Share ... 54

4.2.4. Sektor Perekonomian Unggulan ... 60

4.2.4. 1. Analisis sektor pertanian ... 60

4.2.4. 2. Analisis sektor pertambangan dan penggalian . 61 4.2.4. 3. Analisis sektor industri pengolahan ... 62

4.2.4. 4. Analisis sektor listrik, gas dan air minum ... 63

4.2.4. 5. Analisis sektor bangunan ... 64

4.2.4. 6. Analisis sektor perdagangan, hotel dan restoran 65 4.2.4. 7. Analisis sektor pengangkutan dan komunikasi . 67 4.2.4. 8. Analisis sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan . ... 68

4.2.4. 7. Analisis sektor jasa-jasa . ... 69

4.3. Sektor Perekonomian Unggulan dan Pengembangan Wilayah . 71 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

5.1. Kesimpulan ... 80

5.2. Saran ... 81


(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5. 4.6. 4.7. 4.8. 4.9. 4.10. 4.11. 4.12. 4.13.

Klasifikasi sektor PDRB menurut Tiplogi Klassen ………. Data PDRB menurut sektor Kabupaten Batu Bara berdasarkan harga konstan tahun 2000 periode tahun 2007-2010 (jutaan rupiah) ………... Data kontribusi PDRB menurut sektor Kabupaten Batu Bara berdasarkan harga konstan tahun 2000 periode tahun 2007-2010 (%) ………... Data laju pertumbuhan menurut sektor Kabupaten Batu Bara tahun 2007-2010 (%) ………... Laju pertumbuhan kontribusi sektor PDRB Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Batu Bara tahun 2007-2010 ……….. Klasifikasi sektor PDRB Kabupaten Batu Bara tahun 2007-2010 berdasarkan tipologi klassen ………. Hasil perhitungan indeks location quetiont (LQ) Kabupaten Batu Bara tahun 2007-2010 ………... Hasil perhitngan national share Kabupaten Batu Bara tahun 2007-2010 ………... Hasil perhitungan proportional shift (P) Kabupaten Batu Bara Tahun 2007-2010 ………... Hasil perhitungan differential shift (D) Kabupaten Batu Bara tahun 2007-2010……… Kontribusi sektor PDRB Kabupaten Batu Bara tahun 2007-2010 (%)……... Analisis sektor pertanian ……….. Analisis sektor pertambangan dan penggalian……….. Analisis sektor industri pengolahan………..

29 47 48 49 51 52 53 56 57 58 59 60 61 63


(13)

4.14. 4.15. 4.16. 4.17. 4.18 4.19 4.20

4.21

4.22

Analisis sektor listrik, gas dan air……….. Analisis sektor bangunan……….. Analisis sektor perdagangan, hotel dan restoran……… Analisis sektor pengangkutan dan komunikasi……….. Analisis sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan……… Analisis sektor jasa-jasa………. Rekapitulasi sektor perekonomian Kabupaten Batu Bara Periode tahun 2007-2010………... Hasil analisis LQ sub sektor industri pengolahan Kabupaten Batu Bara tahun 2007-2010 ………. Jumlah perusahaan industri besar/sedang menurut kecamatan di Kabupaten Batu Bara Tahun 2003-2009………...

64 65 66 67 68 69

70

72

75


(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 4.5.

Kerangka konseptual penelitian ………. Peta administrasi Kabupaten Batu Bara ………

PT. Inalum ………. Hasil produksi PT. Ianlum ……… PT. Multimas Nabati Asahan (MNA) ………... Hasil produksi PT. MNA ………..

25 45 73 73 74 74


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Data PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2007-2010 (Milyar Rupiah) ……….. 84

2. Data Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2007-2010 (%) ……… 84

3. Data Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2007-2010 (%) ……… 85

4. Data PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Batu Bara Tahun

2007-2010 (jutaan rupiah) ……… 85

5. Data Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Batu Bara

2007-2010 (%) ……….. 86

6. Data Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten

Batu Bara 2007-2010 (%) ……… 86

7. Hasil Analisis LQ Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Batu Bara

Tahun 2007-2010 ………. 87

8. Hasil Uji Shift Share Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Batu Bara

Tahun 2007-2010 ……….. 87

9. Data PDRB Sub Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Batu Bara

Tahun 2007-2009 (jutaan rupiah) ………. 88

10. Data PDRB Sub Sektor Industri Pengolahan Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2007-2009 (milyar rupiah) ……….. 88

11. Hasil Analisis LQ Sub Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Batu Bara


(16)

ANALISIS SEKTOR PEREKONOMIAN UNGGULAN DAERAH KABUPATEN BATU BARA

ABSTRAK

Untuk mengetahui sektor perekonomian unggulan daerah Kabupaten Batu Bara diperlukan suatu metode yang berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada.

Untuk menjawab permasalahan, maka digunakan beberapa metode analisis data, yaitu: 1) Analisis Tipologi Klassen digunakan untuk memperoleh klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian wilayah Kabupaten Batu Bara.; 2) Analisis Location Quotient (LQ) digunakan untuk menentukan sektor basis dan non basis dalam perekonomian wilayah Kabupaten Batu Bara; 3) Analisis Shift Share digunakan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor perekonomian wilayah Kabupaten Batu Bara, dan 4) Analisis deskriptif untuk mengetahui sektor perekonomian unggulan Kabupaten Batu Bara

Berdasarkan hasil analisis menurut Tipologi Klassen menunjukkan bahwa

hanya terdapat 1 (satu) sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat, yaitu sektor industri pengolahan, sedangkan sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan sektor yang maju tapi tertekan. Hasil perhitungan indeks Location Quotient sektor yang merupakan sektor basis (LQ > 1), yaitu sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Hasil analisis shift share menunjukkan bahwa sektor yang merupakan yang memiliki potensi lokal besar di Kabupaten Batu Bara, yaitu sektor industri pengolahan. Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis Tipologi Klassen, Location Quotient (LQ), dan Shift Share menunjukkan bahwa terdapat satu sektor yang merupakan sektor perekonomian unggulan dengan kriteria tergolong ke dalam sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat, merupakan sektor basis, dan potensi lokal lebih besar yaitu sektor industri pengolahan.

Kata kunci : Tipologi klassen, location question, Shift share, sektor perekonomian unggulan.


(17)

ANALYSIS OF LEADING ECONOMIC SECTORS OF DISTRICT BATU BARA

ABSTRACT

To find out the pre-eminent economy of District Batu Bara area we need a method that is useful to assess and project the region's economic growth. Henceforth be used as a guide to determine what actions should be taken to accelerate the existing growth rate.

To answer the problem, then use several methods of data analysis, namely: 1) Analysis of Typology Klassen used to obtain the classification of the growth sectors of the economy of District Batu Bara area.; 2) Analysis of Location Quotient (LQ) is used to determine the basis and non-base sector in the economy of District Batu Bara, 3) Shift Share Analysis is used to determine changes and shifts in the economy of District Batu Bara, and 4) a descriptive analysis to determine the pre-eminent economy of District Batu Bara.

Based on the analysis according to the typology Klassen shows that there is only 1 (one) and advanced sectors are growing rapidly, the manufacturing sector, while trade, hotels and restaurants sector is advanced but depressed. Location Quotient calculation results of the index that sector is a sector basis (LQ> 1), namely manufacturing, and trade, hotels and restaurants. Shift share analysis results indicate that the sector is having a large local potential in District Batu Bara, the manufacturing sector. Based on calculations of the typology analysis Klassen, Location Quotient (LQ), and Shift Share indicate that there is one sector which is the leading economic sectors classified by the criteria in the advanced sector and rapid growth, a sector basis, and the potential for greater local manufacturing sector.


(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah

daerah dan masyarakatnya mengelola sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan pertumbuhan ekonomi dalam wilayah tersebut.

Arsyad (1999) menyatakan tujuan utama pembangunan ekonomi daerah adalah untuk meningkatkan jumlah dan jenis peluang kerja untuk masyarakat daerah. Dalam upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah dan masyarakatnya harus secara bersama-sama mengambil inisiatif pembangunan daerah. Oleh karena itu, pemerintah daerah beserta partisipasi masyarakatnya dan dengan menggunakan sumber daya-sumber daya yang ada harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. Pencapaian tujuan pembangunan ekonomi daerah dibutuhkan kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous development), dengan menggunakan potensi sumberdaya lokal. Identifikasi sektor ekonomi potensial menjadi kebutuhan bagi optimalisasi proses dan keberhasilan pembangunan ekonomi.

Pembangunan ekonomi daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas


(19)

pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan menjadi kurang optimal. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan.

Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu tolak ukur yang dapat dipakai untuk meningkatkan adanya pembangunan suatu daerah dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi. Sirojuzilam dan Mahalli (2010) menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak kebijaksanaan pemerintah yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang terjadi.

Menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, pemerintah daerah mempunyai kewenangan yang lebih luas untuk mengatur dan mengelola berbagai urusan penyelenggaran pemerintah bagi kepentingan dan kesejahteraan masyarakat daerah yang bersangkutan. Sedangkan dalam hal pembiayaan dan keuangan daerah diatur dalam UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah tidak hanya kesiapan aparat pemerintah saja, tetapi juga masyarakat untuk mendukung pelaksanaan Otonomi Daerah dengan pemanfaatan sumber-sumber daya secara optimal.

Kabupaten Batu Bara dibentuk pada tanggal 15 Juli 2007, hasil dari pemekaran Kabupaten Asahan, yang wilayahnya terdiri dari 7 (tujuh) kecamatan diantaranya,


(20)

yaitu Kecamatan Medang Deras, Kecamatan Sei Suka, Kecamatan Air Putih, Kecamatan Lima Puluh, Kecamatan Talawi, Kecamatan Tanjung Tiram, dan Kecamatan Sei Balai dengan luas 92.220 hektare (ha).

Sebagai salah satu daerah otonom yang memiliki kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan serta memberikan pelayanan kepada masyarakat, memiliki kewenangan yang luas untuk mengelola, merencanakan dan memanfaatkan potensi ekonomi secara optimal, yang dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat di Kabupaten Batu Bara.

Pada era otonomi daerah paradigma baru dalam pembangunan daerah, keberhasilan pembangunan tidak hanya diukur dari kemajuan fisik yang diperoleh atau berapa besar Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang dapat diterima. Keberhasilan pembangunan harus dapat diukur dengan parameter yang lebih luas dan lebih strategis yang meliputi semua aspek kehidupan baik materil dan non materil.

Dalam pembiayaan pembangunan, maka diperlukan penerimaan yang memadai. Sampai saat ini penerimaan daerah Kabupaten Batu Bara masih didominasi oleh subsidi bantuan dari Pemerintah Pusat. Walaupun berbagai kebijakan telah dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Batu Bara untuk mengurangi seminimal mungkin ketergantungannya kepada Pemerintah Pusat dan bertekad menjadikan Pendapatan Asli Daerah sebagai sumber pembiayaan utama dalam rangka penyelenggaraan otonomi daerah.

Salah satu cara untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah dalam pembiayaan pembangunan, maka pelaksanaan pembangunan harus diawali


(21)

berdasarkan prioritas dan pemilihan sasaran-sasaran yang mempunyai nilai strategis dan memberikan dampak yang positif dalam meningkatkan citra Kabupaten Batu Bara dengan membangun sektor-sektor ekonomi yang memiliki potensi untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Batu Bara.

Untuk mengetahui sektor unggulan daerah Kabupaten Batu Bara diperlukan suatu metode yang berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah. Untuk selanjutnya dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan tindakan-tindakan apa yang harus diambil untuk mempercepat laju pertumbuhan yang ada.

Tarigan (2007) menyatakan bahwa kegiatan ekonomi dikelompokkan atas kegiatan basis dan kegiatan non basis. Kegiatan basis adalah semua kegiatan baik penghasil produk maupun penyedia jasa yang mendatangkan uang dari luar wilayah. Lapangan kerja dan pendapatan di sektor basis adalah fungsi permintan yang bersifat

exogenous (tidak tergantung pada kekuatan intern/permintaan lokal). Sedangkan kegiatan non basis adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi lokal, karena itu permintaan sektor ini sangat dipengaruhi oleh tingkat kenaikan pendapatan masyarakat setempat. Dengan demikian sektor ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Atas dasar anggapan diatas, satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis. Oleh karena itu analisis basis sangat berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah


(22)

Dalam menggunakan pendekatan model basis ekonomi pada umumnya didasarkan atas nilai tambah maupun lapangan kerja. Namun menggunakan data pendapatan (nilai tambah) adalah lebih tepat dibandingkan menggunakan data lapangan kerja. Hal ini dikarenakan lapangan kerja memiliki bobot yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

Salah satu indikator ekonomi yang sangat diperlukan untuk mengukur kinerja pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan indikator penting di suatu wilayah yang dapat mengindikasikan totalitas produksi neto barang/jasa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan wilayah.

Wilayah Batu Bara dengan luas ± 92.220 Ha mempunyai potensi wilayah yang

dapat dikembangkan sebagai sektor pertanian dan perkebunan, industri, perdagangan dan sektor-sektor lainnya. Kabupaten Batu Bara memiliki potensi daerah yang cukup menonjol di sektor perindustrian, pertanian, perikanan dan perkebunan khususnya di sektor industri dengan keberadaan PT.INALUM, PT.Multimas Nabati dan PT. Domba Mas.

Kegiatan perekonomian masyarakat Batu Bara dari hasil produksi tanaman pangan wilayah Batu Bara berupa padi sawah, jagung, ubi rambat, ubi kayu, kacang kedelai, kacang tanah, kacang hijau terpusat di pasar yang terletak di setiap kecamatan- kecamatan. Keberadaan pasar Batu Bara tersebut sangat menunjang perekonomian masyarakat yang mengandalkan sektor pertanian dan perdagangan. Selain menampung hasil pertanian setempat, pasar tersebut juga menampung hasil pertanian dari


(23)

kecamatan-kecamatan lain yang ada di wilayah Batu Bara sebelum didistribusikan ke berbagai tempat. Hal ini telah memberikan kontribusi dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat sekaligus memberikan dampak positif bagi upaya meningkatkan pendapatan daerah.

Hasil perkebunan di wilayah Batu Bara terdiri dari hasil perusahaan perkebunan dan hasil perkebunan rakyat. Produksi perkebunan ini didominasi oleh kelapa sawit, karet, dan kakao. Hasil perkebunan lain yang juga dimiliki adalah kelapa, cengkeh dan kulit manis.

Bila dilihat dari dari sisi geografis, kondisi wilayah Kabupaten Batu Bara sebahagian terdiri dari daerah laut. Sebahagian besar penduduk bermukim di wilayah pantai dan pesisir, dengan mata pencaharian utama pada sektor perikanan/ nelayan dan perkebunan.

Kegiatan perikanan yang dilakukan terdiri dari penangkapan dan budidaya. Kegiatan penangkapan ikan terutama dilakukan di lepas pantai, hal ini disebabkan wilayah Kabupaten Batu Bara merupakan daerah daratan dan sebahagian lagi lautan yang bersebelahan dengan Selat Malaka, sedangkan kegiatan budidaya yang dilakukan yaitu budidaya laut, kolam, maupun budidaya pantai.

Dalam melaksanakan pembangunan dengan sumber daya yang terbatas sebagai konsikuensinya harus difokuskan kepada pembangunan sektor-sektor yang memberikan dampak pengganda (multiplier effect) yang besar terhadap sektor-sektor lainnya atau perekonomian secara keseluruhan. Dengan demikian strategi kebijakan


(24)

pembangunan harus memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan pekerjaan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Khususnya Kabupaten Batu Bara, analisis yang mendalam untuk mengetahui penentuan sektor perekonomian unggulan daerah belum pernah dilakukan. Untuk itu penulis merasa tertarik untuk menganalisis penentuan sektor perekonomian unggulan daerah Kabupaten Batu Bara.

1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimanakah klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian Kabupaten Batu Bara ?

2. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor basis dan non basis dalam perekonomian Kabupaten Batu Bara ?

3. Bagaimanakah perubahan dan pergeseran sektor perekonomian Kabupaten Batu

Bara ?

4. Sektor-sektor apakah yang menjadi sektor unggulan perekonomian Kabupaten

Batu Bara ?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian Kabupaten Batu Bara.

2. Menganalisis sektor basis dan non basis dalam perekonomian Kabupaten Batu

Bara.

3. Menganalisis perubahan dan pergeseran sektor perekonomian Kabupaten Batu


(25)

4. Menentukan sektor-sektor unggulan perekonomian Kabupaten Batu Bara.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Bagi Pemerintah Kabupaten Batu Bara merupakan sebagai bahan informasi dan

pertimbangan untuk perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Batu Bara.

2. Bagi Penulis merupakan penambahan waawasan dalam khasanah bidang ilmu

pengembangan wilayah.

3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang terkait dengan pembangunan dan perencanaan ekonomi daerah.


(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan Ekonomi Daerah

Wilayah adalah kumpulan daerah berhamparan sebagai satu kesatuan geografis dalam bentuk dan ukurannya. Wilayah memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia serta posisi geografis yang dapat diolah dan dimanfaatkan secara efisien dan efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).

Nugroho dan Dahuri (2004) perencanaan pembangunan dapat diartikan sebagai upaya menghubungkan pengetahuan atau teknik yang dilandasi kaidah-kaidan ilmiah ke dalam praksis (praktik-praktik yang dilandasai oleh teori) dalam perspektif kepentingan orang banyak atau publik. Menurut Sirojuzilam dan Mahalli (2010) dalam upaya pembangunan regional, masalah yang terpenting yang menjadi perhatian para ahli ekonomi dan perencanaan wilayah adalah menyangkut proses pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pembangunan

Dalam perencanaan pembangunan nasional maupun dalam perencanaan pembangunan daerah, pendekatan perencanaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu pendekatan sektoral dan pendekatan regional (wilayah). Pendekatan sektoral dengan memfokuskan perhatian pada sektor-sektor kegiatan yang ada di wilayah tersebut. Pendekatan ini mengelompokkan kegiatan ekonomi atas sektor-sektor yang seragam atau dianggap seragam. Pendekatan regional melihat pemanfaatan ruang serta interaksi berbagai kegiatan dalam ruang wilayah. Jadi, terlihat perbedaan fungsi ruang yang satu


(27)

dengan ruang lainnya dan bagaimana ruang itu saling berinteraksi untuk diarahkan kepada tercapainya kehidupan yang efisien dan nyaman. Perbedaan fungsi terjadi karena perbedaan lokasi, perbedaan potensi, perbedaan aktivitas utama pada masing-masing ruang yang harus diarahkan untuk bersinergi agar saling mendukung penciptaan pertumbuhan yang serasi dan seimbang (Tarigan, 2006).

Sasaran utama dari pembangunan nasional adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi serta pemerataan hasil-hasilnya demikian juga ditujukan bagi pemantapan stabilitas nasional. Hal tersebut sangat ditentukan keadaan pembangunan secara kedaerahan. Dengan demikian para perencana pembangunan nasional harus mempertimbangkan aktifitas pembangunan dalam konteks kedaerahan tersebut sebab masyarakat secara keseluruhan adalah bisnis dan bahkan merupakan faktor yang sangat menentukan bagi keberhasilan pembangunan nasional.

Pembangunan wilayah bukanlah semata-mata terdorong oleh rendahnya tingkat hidup masyarakat melainkan merupakan keharusan dalam meletakkan dasar-dasar pertumbuhan ekonomi nasional yang sehat, untuk masa yang akan datang. Dengan dilaksanakannya pembangunan daerah diharapkan dapat menaikkan taraf hidup masyarakat sekaligus merupakan landasan pembangunan nasional akan berhasil apabila pembangunan masyarakat berhasil dengan baik.

Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah terhadap pola kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum tentu memberi manfaat yang sama bagi daerah yang lain (Munir, 2002).


(28)

Pada dasarnya pembangunan daerah dilakukan dengan usaha-usaha sendiri dan bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam arti ekonomi pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian dan usaha-usaha pertanian serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan berarti pula merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk.

Dalam strategi pembangunan wilayah aspek-aspek pokok yang penting dipecahkan adalah : di daerah-daerah mana serangkaian pembangunan selayaknya dijalankan. Untuk beberapa proyek letak daerahnya sudah khusus dan tidak dapat lagi dipindahkan, seperti proyek bendungan untuk tenaga listrik dan irigasi, proyek pertambangan dan sebagainya.

Sebelum suatu daerah menyusun berbagai langkah-langkah dalam pembangunan daerahnya dengan demikian suatu daerah mempunyai kekuasaan yang lebih terbatas dalam usaha mencapai tujuan pembangunannya sebab program pembangunan daerah yang akan dilaksanakan suatu daerah tidak dapat bertentangan dengan program pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Jadi pada hakekatnya perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh sesuatu daerah merupakan pelengkap perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat yaitu membuat suatu program untuk menyebarkan proyek-proyek ke berbagai daerah dengan tujuan agar penyebaran tersebut akan memberikan sumbangan yang optimal kepada usaha pemerintah untuk membangun.

Namun dalam prakteknya tujuan tersebut tidak selalau tercapai karena perencanaan yang jauh dari sempurna oleh sesuatu daerah, organisasi tidak efisien,


(29)

kurangnya informasi mengenai potensi daerah dan berbagai faktor lain. Sebagai akibat banyaknya kekurangan dalam merumuskan dan melaksanakan penyebaran proyek-proyek ke berbagai daerah, pemerintah daerah dengan bantuan badan perencana daerah yang bersangkutan haruslah secara aktif membantu perumusan rencana pembangunan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat.

Dalam mewujudkan sasaran jangka panjang pembangunan, yakni menuju masyarakat yang adil dan makmur telah dilakukan berbagai upaya yang mengarah pada tercapainya cita-cita tersebut. Pembangunan daerah yang merupakan rangkaian yang utuh dari pembangunan nasional pada beberapa tahun terakhir telah mulai menunjukkan kemajuan yang berarti dalam meningkatkan kinerja dari daerah tersebut. Proses pembangunan bukan hanya ditentukan oleh aspek ekonomi semata, namun demikian pertumbuhan ekonomi merupakan unsur yang penting dalam proses pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi masih merupakan target utama dalam rencana pembangunan daerah disamping pembangunan sosial. Pertumbuhan ekonomi setiap daerah akan sangat bervariasi sesuai dengan potensi ekonomi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Simanjuntak, 2003).

2.2. Produk Domestik Regional Bruto

Dalam ruang lingkup suatu negara dikenal istilah yang disebut : Gross National Product (GNP) yang berarti Produk Nasional Kotor, sedangkan dalam suatu kesatuan wilayah yang lebih rendah hal ini disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dinyatakan sebagai Produk Nasional Kotor yang


(30)

dapat mencakup suatu negara kesatuan wilayah tertentu. Apabila ditarik pengertian tersebut dalam suatu wilayah (region) tertentu maka diperoleh Produk Regional Kotor yang sebenarnya merupakan perkiraan pendapatan yang diterima oleh penduduk suatu wilayah yakni jumlah seluruh pendapatan sebagai balas jasa penggunaan faktor-faktor produksi oleh wilayah. Dengan kata lain Produk Domestik Regional Bruto dapat diartikan sebagai : Estimasi total produk barang dan jasa yang diterima oleh masyarakat suatu daerah sebagai balas jasa dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya. Dalam hal ini maka pendapatan yang dihasilkan atas penggunaan faktor-faktor tetapi berada di luar wilayah tersebut tidaklah diperhitungkan.

Mankiw (2006) dalam konsep dasar ekonomi makro indikator yang digunakan dalam mengukur pertumbuhan ekonomi, adalah produk domestik bruto (PDB). Dalam konsep regional Produk Domestik Bruto dikenal sebagai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).

Produk domestik regional bruto (PDRB) merupakan satu indikator ekonomi untuk mengukur kemajuan pembangunan di suatu wilayah. Sebagai nilai dari semua barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor ekonomi, PDRB bermanfaat untuk mengetahui tingkat produk netto atau nilai tambah yang dihasilkan seluruh faktor produksi, besarnya laju pertumbuhan ekonomi, dan pola/struktur perekonomian pada satu tahun atau periode di suatu negara atau wilayah tertentu (Prihatin, 1999).

Berdasarkan lapangan usaha, PDRB dibagi dalam sembilan sektor, sedangkan secara makro ekonomi dibagi menjadi tiga kelompok besar yang disebut sebagai sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer apabila outputnya masih merupakan proses


(31)

tingkat dasar dan sangat bergantung kepada alam, yang termasuk dalam sektor ini adalah sektor Pertanian dan sektor Pertambangan dan Penggalian. Untuk sektor ekonomi yang outputnya berasal dari sektor primer dikelompokkan ke dalam sektor sekunder, yang meliputi sektor Industri Pengolahan, sektor Listrik, Gas dan Air Minum serta sektor Bangunan. Sedangkan sektor-sektor lainnya, yakni sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Bank dan Lembaga Keuangan lainnya serta sektor Jasa-Jasa dikelompokkan ke dalam sektor tersier (Prihatin, 1999).

Produk Domestik Regional Bruto secara keseluruhan maupun sektoral umumnya disajikan dalam dua bentuk yaitu penyajian atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan dengan suatu tahun dasar. Penyajian atas dasar harga berlaku menunjukkan besaran nilai tambah bruto masing-masing sektor, sesuai dengan keadaan pada tahun sedang berjalan. Dalam hal ini penilaian terhadap produksi, biaya antara ataupun nilai tambahnya dilakukan dengan menggunakan harga berlaku pada masing-masing tahun.

Penyajian atas dasar harga konstan merupakan penyajian harga yang berlaku secara berkala, perkembangan pendapatan regional dapat diartikan sebagai perkembangan karena mengingkatnya produksi juga diikuti oleh meningkatnya harga-harga. Oleh karena itu penyajian seperti ini masih dipengaruhi oleh adanya faktor perubahan harga (inflasi/deflasi).

Penyajian atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan harga tetap suatu tahun dasar. Dalam hal ini semua barang dan jasa yang dihasilkan, biaya antara


(32)

yang digunakan ataupun nilai tambah masing-masing sektor dinilai berdasarkan harga-harga pada tahun dasar. Penyajian seperti ini akan memperlihatkan perkembangan produktivitas secara riil karena pengaruh perubahan harga (inflasi/deflasi) sudah dikeluarkan. Angka PDRB secara absolut memberikan gambaran besarnya tingkat produksi suatu wilayah. Angka PDRB yang dinilai dengan harga konstan memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut yang diwakili oleh peningkatan produksi berbagai sektor.

Dari uraian-uraian tersebut dapat diperlihatkan adanya kenaikan PDRB maupun pendapatan regional perkapita, perubahan dan pergeseran strukur ekonomi menurut sektor-sektor primer, sekunder maupun tertier. Pergeseran struktur pada masing-masing sektor yang bersangkutan seperti sektor pertanian, industri, perdagangan, pemerintahan dan sektor-sektor lainnya.

2.3. Teori Basis Ekonomi (Economic Base Theory)

Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian

daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive Advantage) yang

cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor-sektor lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries

(Sjafrizal, 2008).

Aktivitas basis memiliki peranan sebagai penggerak utama (primer mover) dalam pertumbuhan suatu wilayah. Semakin besar ekspor suatu wilayah ke wilayah lain akan semakin maju pertumbuhanan wilayah tersebut, dan demikian sebaliknya.


(33)

Setiap perubahan yang terjadi pada sektor basis akan menimbulkan efek ganda (multiplier effect) dalam perekonomian regional (Adisasmita, 2005).

Teori basis ekspor murni dikembangkan pertama kali oleh Tiebout. Teori ini membagi kegiatan produksi/jenis pekerjaan yang terdapat di dalam satu wilayah atas sektor basis dan sektor non basis. Kegiatan basis adalah kegiatan yang bersifat

exogenous artinya tidak terikat pada kondisi internal perekonomian wilayah dan sekaligus berfungsi mendorong tumbuhnya jenis pekerjaan lainnya. Sedangkan kegiatan non basis adalah kegiatan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat di daerah itu sendiri. Oleh karena itu, pertumbuhannya tergantung kepada kondisi umum perekonomian wilayah tersebut. Artinya, sektor ini bersifat endogenous (tidak bebas tumbuh). Pertumbuhannya tergantung kepada kondisi perekonomian wilayah secara keseluruhan. Sektor basis ekonomi suatu wilayah dapat dianalisis dengan teknik

Location Quotient (LQ), yaitu suatu perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor/industri di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor/industri tersebut secara nasional (Tarigan, 2007).

Analisis LQ digunakan untuk menentukan komoditas unggulan dari segi

produksinya. Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menentukan kegiatan basis dan bukan basis, diantaranya adalah teknik Location Quotient (LQ). Pendekatan ini sering digunakan untuk mengukur basis ekonomi. Dalam teknik LQ

pengukuran dari kegiatan ekonomi secara relatif berdasarkan nilai tambah bruto atau tenaga kerja. Analisis LQ juga dapat digunakan untuk menetukan komoditas unggulan dari sisi produksinya.


(34)

Asumsi yang digunakan dalam teknik ini adalah semua penduduk disetiap daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan pada tingkat regional/nasional (pola permintaan secara geografis sama), produktivitas tenaga kerja, dan setiap industri menghasilkan barang yang homogen pada setiap sektor (Arsyad, 1999). Pendekatan LQ mempunyai dua kelebihan diantaranya adalah sebagai berikut: a. Memperhitungkan ekspor, baik secara langsung maupun tidak lansung (barang

antara).

b. Metode ini tidak mahal dan dapat diterapkan pada data distrik untuk mengetahui kecendrungan.

Kelebihan analisis LQ yang lainnya adalah analisis ini bisa dibuat menarik apabila dilakukan dalam bentuk time series/trend, artinya dianalisis selama kurun waktu tertentu. Dalam hal ini perkembangan LQ bisa dilihat untuk suatu komoditi tertentu dalam kurun waktu yang berbeda, apakah terjadi kenaikan atau penurunan (Tarigan, 2005).

2.4. Pengembangan Sektor Perekonomian Unggulan sebagai Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah

Permasalahan pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan kebijakan-kebijakan pembangunan yang di dasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif-inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan ekonomi (Arsyad, 1999).


(35)

Sebelum diberlakukannya otonomi daerah, ketimpangan ekonomi regional di Indonesia disebabkan karena pemerintah pusat menguasai dan mengendalikan hampir sebagian besar pendapatan daerah yang ditetapkan sebagai penerimaan negara, termasuk pendapatan dari hasil sumber daya alam dari sektor pertambangan, perkebunan, kehutanan, dan perikanan/kelautan. Akibatnya daerah-daerah yang kaya sumber daya alam tidak dapat menikmati hasilnya secara layak.

Tambunan (2001) menurut pemikiran ekonomi klasik bahwa pembangunan ekonomi di daerah yang kaya sumber daya alam akan lebih maju dan masyarakatnya lebih makmur dibandingkan di daerah yang miskin sumber daya alam. Hingga tingkat tertentu, anggapan ini masih bisa dibenarkan, dalam artian sumber daya alam harus dilihat sebagai modal awal untuk pembangunan yang selanjutnya harus dikembangkan terus.

Berdasarkan pengalaman negara-negara maju, pertumbuhan yang cepat dalam sejarah pembangunan suatu bangsa biasanya berawal dari pengembangan beberapa sektor primer. Pertumbuhan cepat tersebut menciptakan efek bola salju (snow ball effect) terhadap sektor-sektor lainnya, khususnya sektor sekunder. Pembangunan ekonomi dengan mengacu pada sektor unggulan selain berdampak pada percepatan pertumbuhan ekonomi juga akan berpengaruh pada perubahan mendasar dalam struktur ekonomi.

Pengertian sektor unggulan pada dasarnya dikaitkan dengan suatu bentuk perbandingan, baik itu perbandingan berskala internasional, regional maupun nasional. Pada lingkup internasional, suatu sektor dikatakan unggul jika sektor tersebut mampu


(36)

bersaing dengan sektor yang sama dengan negara lain. Sedangkan pada lingkup nasional, suatu sektor dapat dikategorikan sebagai sektor unggulan apabila sektor di wilayah tertentu mampu bersaing dengan sektor yang sama yang dihasilkan oleh wilayah lain, baik di pasar nasional ataupun domestik (Tambunan, 2001).

Penentuan sektor unggulan menjadi hal yang penting sebagai dasar perencanaan pembangunan daerah sesuai era otonomi daerah saat ini, di mana daerah memiliki kesempatan dan kewenangan untuk membuat kebijakan yang sesuai dengan potensi daerah demi mempercepat pembangunan ekonomi daerah untuk peningkatan kemakmuran masyarakat.

PDRB merupakan informasi yang sangat penting untuk mengetahui output

pada sektor ekonomi dan melihat pertumbuhan di suatu wilayah tertentu (provinsi/kabupaten/kota). Dengan bantuan data PDRB, maka dapat ditentukannya sektor unggulan (leading sektor) di suatu daerah/wilayah. Sektor unggulan adalah satu grup sektor/subsektor yang mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di suatu daerah terutama melalui produksi, ekspor dan penciptaan lapangan pekerjaan, sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting terutama dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi di daerah. Manfaat mengetahui sektor unggulan, yaitu mampu memberikan indikasi bagi perekonomian secara nasional dan regional. Sektor unggulan dipastikan memiliki potensi lebih besar untuk tumbuh lebih cepat dibandingkan sektor lainnya dalam suatu daerah terutama adanya faktor pendukung terhadap sektor unggulan tersebut yaitu akumulasi modal, pertumbuhan tenaga kerja yang terserap, dan kemajuan teknologi


(37)

(technological progress). Penciptaan peluang investasi juga dapat dilakukan dengan memberdayakan potensi sektor unggulan yang dimiliki oleh daerah yang bersangkutan (Rachbini, 2001).

Keunggulan komperatif bagi suatu komoditi bagi suatu negara atau daerah adalah bahwa komoditi itu lebih unggul secara relatif dengan komoditi lain di daerahnya. Pengertian unggul dalam hal ini adalah dalam bentuk perbandingan dan bukan dalam bentuk nilai tambah riil. Keunggulan komperatif adalah suatu kegiatan ekonomi yang secara perbandingan lebih menguntungkan bagi pengembangan daerah (Tarigan, 2005). Sedangkan sektor unggulan adalah sektor yang memiliki keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif dengan produk sektor sejenis dari daerah lain serta memberikan nilai manfaat yang besar. Sektor unggulan juga memberikan nilai tambah dan produksi yang besar, memiliki multiplier effect yang besar terhadap perekonomian lain, serta memiliki permintaan yang tinggi baik pasar lokal maupun pasar ekspor.

2.5. Penelitian Terdahulu

Amir dan Riphat (2005) melakukan studi tentang Analisis Sektor Unggulan

untuk Evaluasi Kebijakan Pembangunan Jawa Timur menggunakan Tabel

Input-Output 1994 dan 2000, menggunakan analisis input-output yang telah banyak

digunakan untuk menganalisis sektor unggulan, yang biasanya dilihat menggunakan angka pengganda (multiplier) sektor ekonomi dan tingkat keterkaitan antar sektor perekonomian. Tingkat keterkaitan antar sektor perekonomian akan diukur dengan menggunakan pure total linkage yaitu tingkat keterkaitan suatu sektor dengan sektor


(38)

lainnya sebagai penjumlahan atas angka daya penyebaran (backward linkage) dan daya

kepekaan (forward linkage). Hasil studi menunjukkan bahwa selama periode

penelitian telah terjadi pergeseran dalam sektor-sektor unggulan dan proses industrialisasi. Kebijakan strategi pembangunan harus diarahkan kepada kebijakan yang memberikan dampak yang optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan pekerjaan. Berdasarkan analisis sektor unggulan menggunakan angka pengganda (output, pendapatan dan lapangan kerja) dan keterkaitan sektoral (pure total linkage) direkomendasikan untuk menjadikan Jawa Timur sebagai pusat industri (industri lainnya dan indutri makanan, minuman dan tembakau), pusat perdagangan, dan pusat pertanian.

Supangkat (2002) melakukan studi tentang Analisis Penentuan Sektor Prioritas dalam Peningkatan Pembangunan Daerah Kabupaten Asahan, menggunakan pendekatan sektor pembentuk PDRB. Hasil studi menunjukkan bahwa sektor pertanian dan industri pengolahan berpeluang untuk dijadikan sebagai sektor prioritas bagi peningkatan pembangunan di daerah Kabupaten Asahan, terutama sub sektor perkebunan, perikanan dan industri besar, serta sedang.

Marhayanie (2003) melakukan studi tentang Identifikasi Sektor Ekonomi Potensial dalam Perencanaan Pembangunan Kota Medan, menggunakan metode analisis linkage. Hasil studi menunjukkan bahwa analisis angka pengganda diperoleh bahwa sektor ekonomi yang potensial dalam perencanaan pembangunan Kota Medan adalah sektor industri pengolahan. Sektor yang memberikan kontribusi terbesar pada total PDRB Kota Medan pada tahun 2000 adalah sektor perdagangan, restoran dan


(39)

hotel, yaitu sebesar 29,76%, sedangkan sedangkan yang terkecil adalah sektor pertambangan dan galian sebesar 0,01%. Hasil analisis linkage dengan Tabel I-O tahun 2000, sektor bangunan memiliki backward linkage terbesar yaitu 2,22 dan yang terkecil sektor keuangan, persewaan dan jasa-jasa perusahaan sebesar 1,37, sedangkan sktor yang memiliki forward linkage terbesar adalah sektor industri pengolahan yaitu sebesar 3,80 dan yang terkecil sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 1,07.

2.6. Kerangka Pemikiran

Kabupaten Batu Bara yang merupakan salah satu Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara. Analisis mengenai faktor penentu pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara dibutuhkan sebagai dasar utama untuk perumusan kebijakan pembangunan ekonomi daerah di masa mendatang. Sehingga dengan mengetahui faktor-faktor tersebut, pembangunan daerah Kabupaten Batu Bara dapat diarahkan ke sektor-sektor yang secara potensial dapat mendorong percepatan pembangunan daerah dan menciptakan pengembangan wilayah.

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan ukuran kinerja makro kegiatan ekonomi di suatu wilayah. PDRB suatu wilayah menggambarkan struktur ekonomi daerah, peranan sektor-sektor ekonomi dan pergeserannya, serta menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi, baik secara total maupun per sektor. Perkembangan PDRB atas dasar harga konstan merupakan salah satu indikator penting untuk melihat seberapa besar pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil pembangunan. Oleh karena itu strategi pembangunan diupayakan untuk menggali


(40)

potensi yang ada, agar dapat memacu pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di daerah.

Klasifikasi pertumbuhan sektor yaitu analisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi posisi perekonomian suatu daerah dengan mengacu pada perekonomian daerah yang lebih tinggi. Hasil analisis akan menunjukkan posisi sektor dalam PDRB yang diklasifikasikan atas sektor maju dan tumbuh pesat, sektor potensial atau masih dapat berkembang, sektor relatif tertinggal, dan sektor maju tapi tertekan. Berdasarkan klasifikasi ini dapat dijadikan dasar bagi penentuan kebijakan pembangunan atas posisi perekonomian yang dimiliki terhadap perekonomian daerah yang menjadi referensi.

Sektor basis dan non basis merupakan kegiatan ekonomi wilayah berdasarkan teori ekonomi basis diklasifikasikan ke dalam dua sektor, yaitu sektor basis dan non basis. Analisis ini diperlukan untuk mengidentifikasi kegiatan ekonomi daerah yang bersifat ekspor dan non ekspor dan mengetahui laju pertumbuhan sektor basis dari tahun ke tahun. Pertumbuhan beberapa sektor basis akan menentukan pembangunan daerah secara keseluruhan, sementara sektor non basis hanya merupakan konsekuensi-konsekuensi dari pembangunan daerah. Barang dan jasa dari sektor basis yang di ekspor akan menghasilkan pendapatan bagi daerah, serta meningkatkan konsumsi dan investasi. Peningkatan pendapatan tidak hanya menyebabkan kenaikan permintaan terhadap sektor basis, tetapi juga akan meningkatkan permintaan terhadap sektor non basis yang berarti juga mendorong kenaikan investasi sektor non basis.


(41)

Perubahan dan pergeseran sektor dibutuhkan untuk mengetahui perubahan dan pergeseran sektor pada perekonomian suatu daerah. Hasil analisis akan menggambarkan kinerja sektor-sektor dalam PDRB suatu daerah dibandingkan wilayah referensi. Apabila penyimpangan positif, maka dikatakan suatu sektor dalam PDRB memiliki keunggulan kompetitif atau sebaliknya.

Pembangunan yang dilaksanakan diharapkan berimplikasi pada pertumbuhan ekonomi. Pembangunan yang berorientasi pada pencapaian target sektoral, keberhasilannya dapat dilihat dari kontribusi sektor terhadap pembentukan PDRB dari tahun ke tahun. Pertumbuhan positif menunjukkan adanya peningkatan perekonomian dan apabila negatif berarti terjadinya penurunan dalam kegiatan perekonomian. Pertumbuhan perekonomian mengakibatkan terjadinya perubahan perkembangan pembangunan suatu daerah.

Perencanaan pembangunan ekonomi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, salah satunya dapat dicapai dengan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi itu sendiri dapat meningkat, bila ada satu atau beberapa sektor ekonomi yang berkembang lebih cepat dari pada sektor-sektor lain. Dengan demikian, sektor yang mempunyai perkembangan lebih cepat dari sektor lain akan menjadi suatu sektor unggulan.

Sektor perekonomian unggulan yang dimiliki Kabupaten Batu Bara akan memberikan pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara, hal ini disebabkan akan memberikan keuntungan kompetitif atau komparatif yang selanjutnya akan mendorong pengembangan ekspor barang maupun jasa.


(42)

Sektor perekonomian unggulan yang diperoleh melalui analisis dapat menjadi dasar pertimbangan dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Batu Bara di masa mendatang dalam pengembangan wilayah. Adapun kerangka konseptual yang

dijadikan dasar dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian Keterangan :

Perta = Sektor Pertanian

PP = Sektor Pertambangan dan Penggalian

IP = Sektor Industri Pengolahan

LGA = Sektor Listrik, Gas dan Air

Bgn = Sektor Bangunan

PHR = Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

PK = Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

KPJ = Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

JJ = Sektor Jasa-jasa

Perta

Klasifikasi Pertumbuhan Sektor

Sektor Basis dan Non Basis

Perubahan dan Pergeseran Sektor

Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Kabupaten Batu Bara


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Batu Bara Provinsi Sumatera Utara. Pertimbangan penelitian dilaksanakan di Kapubaten Batu Bara disebabkan Kabupaten tersebut merupakan daerah pemekaran wilayah Kabupaten dari Kabupaten induk Kabupaten Asahan. Selain itu menentukan sektor-sektor perekonomian unggulan dapat digunakan sebagai informasi dan dapat diprioritaskan dalam perencanaan pembangunan Kabupaten Batu Bara.

3.2. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, antara lain PDRB Kabupaten Batu Bara dan Provinsi Sumatera Utara periode 2007-2010, data ini digunakan untuk analisis klasifikasi pertumbuhan sektor, analisis sektor basis dan non basis, dan analisis perubahan dan pergeseran sektor ekonomi. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Batu Bara dan Provinsi Sumatera Utara, dan data sekunder lainnya yang berhubungan dengan tujuan penelitian ini, seperti pertumbuhan ekonomi Kabupaten Batu Bara dan pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Utara.


(44)

3.3. Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan pertama, klasifikasi pertumbuhan sektor perekonomian Kabupaten Batu Bara menggunakan analisis Tipologi Klassen. Tipologi Klassen merupakan salah satu alat analisis ekonomi regional yang dapat digunakan untuk mengetahui klasifikasi sektor perekonomian wilayah Kabupaten Batu Bara. Tipologi Klassen digunakan dengan tujuan mengidentifikasi posisi sektor perekonomian Kabupaten Batu Bara dengan memperhatikan sektor perekonomian Sumatera Utara sebagai daerah referensi.

Alat analisis Klassen Typology (Tipologi Klassen) digunakan untuk

mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi Klassen pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah (Kuncoro dan Aswandi, 2002).

Analisis Tipologi Klassen menghasilkan empat klasifikasi sektor dengan karakteristik yang berbeda sebagai berikut (Sjafrizal, 2008) :

1. Sektor yang maju dan tumbuh dengan pesat (developed sector) (Kuadran I). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam

PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut

terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si > s dan ski > sk.


(45)

2. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) (Kuadran II). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih kecil

dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski)

yang lebih besar dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si < s dan

ski

3. Sektor potensial atau masih dapat berkembang (developing sector) (Kuadran III). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (si) yang lebih besar dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s), tetapi memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan s

> sk.

i > s dan ski

4. Sektor relatif tertinggal (underdeveloped sector) (Kuadran IV). Kuadran ini merupakan kuadran yang laju pertumbuhan sektor tertentu dalam PDRB (s

< sk.

i) yang

lebih kecil dibandingkan laju pertumbuhan sektor tersebut dalam PDRB daerah yang menjadi referensi (s) dan sekaligus memilki nilai kontribusi sektor terhadap PDRB (ski) yang lebih kecil dibandingkan kontribusi sektor tersebut terhadap

PDRB daerah yang menjadi referensi (sk). Klasifikasi ini dilambangkan dengan si


(46)

Klasifikasi sektor PDRB menurut Tipologi Klassen sebagaimana tercantum pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Klasifikasi Sektor PDRB menurut Tipologi Klassen

Kuadran I Kuadran II

Sektor yang maju dan tumbuh dengan Sektor maju tapi tertekan

pesat (developed sector) (Stagnant sector)

si > s dan ski > sk si < s dan ski > sk

Kuadran III Kuadran IV

Sektor potensial atau masih dapat Sektor relatif tertinggal

berkembang (developing sector) (underdeveloped sector)

si > s dan ski < sk si < s dan ski < sk

Sumber : Sjafrizal, 2008

Untuk menjawab perumusan masalah kedua, menentukan sektor basis dan non basis dalam perekonomian Kabupaten Batu Bara menggunakan analisis Location Quotient (LQ). Analisis LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan dari PDRB Kabupaten Batu Bara yang menjadi pemacu pertumbuhan. Analisis LQ digunakan untuk mengkaji kondisi perekonomian, mengarah pada identifikasi spesialisasi kegiatan perekonomian. Sehingga nilai LQ yang sering digunakan untuk penentuan sektor basis dapat dikatakan sebagai sektor yang akan mendorong tumbuhnya atau berkembangnya sektor lain serta berdampak pada penciptaan lapangan kerja. Untuk mendapatkan nilai LQ menggunakan metode yang mengacu pada formula yang dikemukakan oleh Tarigan (2007) sebagai berikut:


(47)

Si/S LQ = ---

Ni/N Keterangan :

LQ : Nilai Location Quotient

Si : PDRB Sektor i di Kabupaten Batu Bara S : PDRB total di Kabupaten Batu Bara Ni : PDRB Sektor i di Provinsi Sumatera Utara N : PDRB total di Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan formulasi yang ditunjukkan dalam persamaan di atas, maka ada tiga kemungkingan nilai LQ yang dapat diperoleh, yaitu:

1. Nilai LQ = 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kabupaten Batu Bara menunjukkan hasil yang sama dengan sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara.

2. Nilai LQ > 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kabupaten Batu Bara menunjukkan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara.

3. Nilai LQ < 1. Ini berarti bahwa tingkat spesialisasi sektor i di daerah Kabupaten Batu Bara menunjukkan hasil yang lebih kecil dibandingkan dengan sektor yang sama dalam perekonomian Provinsi Sumatera Utara.

Apabila nilai LQ>1, maka dapat disimpulkan bahwa sektor tersebut merupakan sektor basis dan potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian Kabupaten Batu Bara. Sebaliknya apabila nilai LQ<1, maka sektor


(48)

tersebut bukan merupakan sektor basis dan kurang potensial untuk dikembangkan sebagai penggerak perekonomian Kabupaten Batu Bara.

Data yang digunakan dalam analisis Location Quotient (LQ) ini adalah PDRB Kabupaten Batu Bara dan Provinsi Sumatera Utara tahun 2007-2010 menurut lapangan usaha atas dasar harga konstan tahun 2000.

Untuk menjawab perumusan masalah ketiga perubahan dan pergeseran sektor perekonomian Kabupaten Batu Bara menggunakan analisis Shift Share. Analisis Shift Share digunakan untuk menganalisis dan mengetahui pergeseran dan peranan perekonomian di daerah. Analisis itu dipakai untuk mengamati struktur perekonomian dan pergeserannya dengan cara menekankan pertumbuhan sektor di daerah, yang dibandingkan dengan sektor yang sama pada tingkat daerah yang lebih tinggi atau nasional. Perekonomian daerah yang didominasi oleh sektor yang lamban pertumbuhannya akan tumbuh dibawah tingkat pertumbuhan perekonomian daerah di atasnya.

Shift Share merupakan teknik yang sangat berguna dalam menganalisis

perubahan struktur ekonomi daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Analisis ini bertujuan untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan membandingkannya dengan daerah yang lebih besar.

Analisis ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 bidang yang berhubungan satu dengan yang lainnya (Arsyad 1999 ; Tarigan, 2007)), yaitu pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis :


(49)

a) perubahan pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.

b) Pergeseran proporsional (proportional shift) mengukur perubahan relatif,

pertumbuhan atau penurunan, pada daerah dibandingkan dengan perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah terkonsentrasi pada sektor-sektor yang tumbuh lebih cepat daripada perekonomian yang dijadikan acuan.

c) Pergeseran diferensial (differential shift) membantu kita dalam menentukan seberapa jauh daya saing sektor-sektor daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadika acuan. Oleh karena itu, jika pergeseran diferensial dari suatu sektor adalah positif, maka sektor tersebut lebih tinggi daya saingnya daripada sektor yang sama pada perekonomian yang dijadikan acuan.

Menurut Tarigan (2007) rumus dari analisis Shift Share adalah sebagai berikut:

Δ E r = E r, t – E r, t-n

Artinya, pertambahan lapangan kerja regional adalah banyaknya lapangan kerja pada tahun akhir (t) dikurangi dengan jumlah lapangan kerja pada tahun awal (t – n). Persamaan di atas berlaku untuk total lapangan kerja di wilayah tersebut. Hal ini dapat juga dilihat secara per sektor sebagai berikut.

Δ E r, i = E r, i, t – E

Artinya, pertambahan lapangan kerja regional sektor i adalah jumlah lapangan kerja sektor i pada tahun akhir (t) dikurangi dengan lapangan kerja sektor i pada tahun awal (t - n).


(50)

Pertambahan lapangan kerja regional sektor i ini dapat diperinci atas pengaruh dari

National Share, Proportional Shift, dan Differential Shift. Dalam notasi aljabar hal itu adalah :

Δ E r, i, t = (Ns i + P r, i + D r, i

Peranan National Share (Ns )

i

Ns

) adalah seandainya pertambahan lapangan kerja regional sektor i tersebut sama dengan proporsi pertambahan lapangan kerja nasional secara rata-rata. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut.

i, t = E r, i, t-n (E N, t / E N, t-n) – E r, i, t-n

Proportional shift adalah melihat pengaruh sektor i secara nasional terhadap pertumbuhan lapangan kerja sektor i pada region yang dianalisis. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut.

P r, i, t = {(E N, i, t / E N, i, t-n) - (E N, t / E N, t-n)} x E r, i, t-n

Differential shift (D r, i) menggambarkan penyimpangan antara pertumbuhan sektor i di wilayah analisis terhadap pertumbuhan sektor i secara nasional. Hal ini dapat dituliskan sebagai berikut.

D r, i, t = {E r, i, t – ( E N, i, t / E N, i, t-n) E r, i, t-n}

dimana :

Δ = pertambahan, angka akhir tahun (tahun t) dikurangi dengan angka awal (tahun t – n)

N = National atau wilayah nasional/wilayah yang lebih tinggi jenjangnya r = region atau wilayah analisis


(51)

i = sektor industri

t = tahun

t-n = tahun awal

Ns = National share

P = Proportional shift

D = Differential shift

Untuk menjawab perumusan masalah keempat, sektor-sektor apakah yang menjadi sektor unggulan perekonomian Kabupaten Batu Bara menggunakan analisis deskriptif berdasarkan hasil analisis tipologi klassen, analisis LQ dan analisis shift share.

3.4. Definisi dan Batasan Variabel Operasional

1. Pertumbuhan ekonomi, dapat dilihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

daerah yang diteliti yang dalam penyajiannya dikelompokkan menjadi (sembilan) kelompok lapangan usaha (sektor). Dalam penyajian ini PDRB di hitung berdasarkan harga tetap (harga konstan), yaitu harga-harga yang berlaku pada tahun dasar yang dipilih yakni tahun dasar 2000, perhitungan dari harga konstan dipilih karena dalam hal ini sudah dibersihkan dari unsur inflasi.

2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan nilai tambah bruto (gross value added) yang timbul dari seluruh sektor perekonomian di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu berdasarkan harga konstan.


(52)

3. Sektor-sektor ekonomi, adalah sektor pembentuk angka PDRB yang berperan dalam menentukan laju pertumbuhan ekonomi, yang mencakup 9 (sembilan) sektor utama.

4. Pendekatan model basis ekonomi, merupakan suatu pendekatan yang membagi

perekonomian menjadi dua sektor yaitu kegiatan-kegiatan basis dan kegiatan bukan basis.

5. Kegiatan basis (basic activities) merupakan kegiatan-kegiatan yang mengekspor barang-barang dan jasa-jasa ke tempat-tempat di luar batas perekonomian masyarakat bersangkutan, atau yang memasarkan barang-barang dan jasa-jasa mereka kepada orang-orang yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat.

6. Kegiatan-kegiatan bukan basis (non basic activities) merupakan kegiatan kegiatan yang menyediakan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang-orang yang bertempat tinggal di dalam batas-batas perekonomian masyarakat bersangkutan. Kegiatan-kegiatan ini tidak mengekspor barang-barang, jadi luas lingkup produksi mereka dan daerah pasar mereka yang terutama adalah bersifat lokal.

7.

Sektor perekonomian unggulan merupakan sektor perekonomian yang memiliki

peranan relatif besar dibanding sektor-sektor perekonomian lainnya terhadap perekonomian Kabupaten Batu Bara (PDRB).


(53)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Kabupaten Batu Bara 4.1.1 Sejarah singkat Kabupaten Batu Bara

Perjalanan Sultan Aceh “Sultan Iskandar Muda” ke Johor dan Malaka pada tahun 1612 dapat dikatakan sebagai awal dari Sejarah Asahan. Dalam perjalanan tersebut, rombongan Sultan Iskandar Muda beristirahat di kawasan sebuah hulu sungai, yang kemudian dinamakan Asahan. Perjalanan dilanjutkan ke sebuah “Tanjung” yang merupakan pertemuan antara sungai Asahan dengan sungai Silau, kemudian bertemu dengan Raja Simargolang. Di tempat itu juga, Sultan Iskandar Muda mendirikan sebuah pelataran sebagai “Balai” untuk tempat menghadap, yang kemudian berkembang menjadi perkampungan. Perkembangan daerah ini cukup pesat sebagai pusat pertemuan perdagangan dari Aceh dan Malaka, sekarang ini dikenal dengan “Tanjung Balai”.

Dari hasil perkawinan Sultan Iskandar Muda dengan salah seorang puteri Raja Simargolang lahirlah seorang putera yang bernama Abdul Jalil yang menjadi cikal bakal dari kesultanan Asahan. Abdul Jalil dinobatkan menjadi Sultan Asahan I. Pemerintahan kesultanan Asahan dimulai tahun 1630 yaitu sejak dilantiknya Sultan Asahan yang I s.d. XI. Selain itu di daerah Asahan, pemerintahan juga dilaksanakan oleh datuk-datuk di Wilayah Batu Bara dan ada kemungkinan kerajaan-kerajaan kecil lainnya.


(54)

Tanggal 22 September 1865, kesultanan Asahan berhasil dikuasai Belanda. Sejak itu, kekuasaan pemerintahan dipegang oleh Belanda. Kekuasaan pemerintahan Belanda di Asahan/Tanjung Balai dipimpin oleh seorang Kontroler, yang diperkuat dengan Gouverments Besluit tanggal 30 September 1867, Nomor 2 tentang pembentukan Afdeling Asahan yang berkedudukan di Tanjung Balai dan pembagian wilayah pemerintahan dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu:

1. Onder Afdeling Batu Bara 2. Onder Afdeling Asahan

3. Onder Afdeling Labuhan Batu.

Kerajaan Sultan Asahan dan pemerintahan Datuk-Datuk di wilayah Batu Bara tetap diakui oleh Belanda, namun tidak berkuasa penuh sebagaimana sebelumnya. Wilayah pemerintahan Kesultanan dibagi atas Distrik dan Onder Distrik yaitu:

1. Distrik Tanjung Balai dan Onder Distrik Sungai Kepayang. 2. Distrik Kisaran.

3. Distrik Bandar Pulau dan Onder Distrik Bandar Pasir Mandoge.

Sedangkan wilayah pemerintahan Datuk-datuk di Batu Bara dibagi menjadi wilayah Self Bestuur yaitu:

1. Self Bestuur Indrapura 2. Self Bestuur Lima Puluh 3. Self Bestuur Pesisir


(55)

Pemerintahan Belanda berhasil ditundukkan Jepang (tanggal 13 Maret 1942), sejak saat itu Pemerintahan Fasisme Jepang disusun menggantikan Pemerintahan Belanda. Pemerintahan Fasisme Jepang dipimpin oleh Letnan T. Jamada dengan struktur pemerintahan Belanda yaitu Asahan Bunsyu dan bawahannya Fuku Bunsyu Batu bara. Selain itu, wilayah yang lebih kecil di bagi menjadi Distrik yaitu Distrik Tanjung Balai, Kisaran, Bandar Pulau, Pulau Rakyat dan Sei Kepayang.

Pemerintahan Fasisme Jepang berakhir pada tanggal 14 Agustus 1945 dan 17 Agustus 1945 Kemerdekaan Negara Republik Indonesia diproklamirkan. Sesuai dengan perkembangan Ketatanegaraan Republik Indonesia, maka berdasarkan UU Nomor 1 Tahun 1945, Komite Nasional Indonesia Wilayah Asahan di bentuk pada bulan September 1945. Pada saat itu pemerintahan yang di pegang oleh Jepang sudah tidak ada lagi, tapi pemerintahan Kesultanan dan pemerintahan Fuku Bunsyu di Batu Bara masih tetap ada.

Tanggal 15 Maret 1946, berlaku struktur pemerintahan Republik Indonesia di Asahan dan wilayah Asahan di pimpin oleh Abdullah Eteng sebagai kepala wilayah dan Sori Harahap sebagai wakil kepala wilayah, sedangkan wilayah Asahan dibagi atas 5 (lima) Kewedanan, yaitu:

1. Kewedanan Tanjung Balai 2. Kewedanan Kisaran

3. Kewedanan Batubara Utara 4. Kewedanan Batubara Selatan 5. Kewedanan Bandar Pulau.


(56)

Pada Konferensi Pamong Praja se-Keresidenan Sumatera Timur pada bulan Juni 1946 diadakan penyempurnaan struktur pemerintahan, yaitu:

1. Sebutan Wilayah Asahan diganti dengan Kabupaten Asahan 2. Sebutan Kepala Wilayah diganti dengan sebutan Bupati 3. Sebutan Wakil Kepala Wilayah diganti dengan sebutan Patih

4. Kabupaten Asahan dibagi menjadi 15 (lima belas ) Wilayah Kecamatan terdiri dari; a. Kewedanan Tanjung Balai dibagi atas 4 (empat) Kecamatan, yaitu :

Kecamatan Tanjung Balai Kecamatan Air Joman Kecamatan Simpang Empat Kecamatan Sei Kepayang

b. Kewedanan Kisaran dibagi atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu : Kecamatan Kisaran

Kecamatan Air Batu Kecamatan Buntu Pane

c. Kewedanan Batubara Utara terdiri atas 2 (dua) Kecamatan, yaitu : Kecamatan Medang Deras

Kecamatan Air Putih

d. Kewedanan Batu Bara Selatan terdiri atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu: Kecamatan Talawi

Kecamatan Tanjung Tiram Kecamatan Lima Puluh


(57)

e. Kewedanan Bandar Pulau terdiri atas 3 (tiga) Kecamatan, yaitu : Kecamatan Bandar Pulau

Kecamatan Pulau Rakyat

Kecamatan Bandar Pasir Mandoge.

Berdasarkan keputusan DPRD-GR Tk. II Asahan No. 3/DPR-GR/1963 Tanggal 16 Pebruari 1963 diusulkan ibukota Kabupaten Asahan dipindahkan dari Kotamadya Tanjung Balai ke kota Kisaran dengan alasan supaya Kotamadya Tanjung Balai lebih dapat mengembangkan diri dan juga letak Kota Kisaran lebih strategis untuk wilayah Asahan. Hal ini baru teralisasi pada tanggal 20 Mei 1968 yang diperkuat dengan peraturan pemerintah Nomor 19 Tahun 1980, Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 28, Tambahan Negara Nomor 3166.

Pada tahun 1982, Kota Kisaran ditetapkan menjadi Kota Administratif berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 1982, Lembaran Negara Nomor 26 Tahun 1982.

Dengan adanya Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 821.26-432 tanggal 27 Januari 1986 dibentuk Wilayah Kerja Pembantu Bupati Asahan dengan 3 (tiga) wilayah Pembantu Asahan, yaitu :

1. Pembantu Bupati Wilayah-I berkedudukan di Lima Puluh meliputi : a. Kecamatan Medang Deras

b. Kecamatan Air Putih c. Kecamatan Lima Puluh d. Kecamatan Talawi


(58)

e. Kecamatan Tanjung Tiram

2. Pembantu Bupati Wilayah-II berkedudukan di Air Joman meliputi : a. Kecamatan Air Joman

b. Kecamatqan Meranti c. Kecamatan Tanjung Balai d. Kecamatan Simpang Empat e. Kecamatan Sei Kepayang

3. Pembantu Bupati Wilayah-III berkedudukan di Buntu Pane meliputi: a. Kecamatan Buntu Pane

b. Kecamatan Bandar Pasir Mandoge c. Kecamatan Air Batu

d. Kecamatan Pulau Rakyat e. Kecamatan Bandar Pulau

Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri RI Nomor 4 Tahun 1981 dan Peraturan Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 1983 tentang Pembentukan, Penyatuan, Pemecahan dan Penghapusan Desa di Daerah Tingkat II Asahan telah dibentuk 40 ( empat puluh) Desa Persiapan dan Kelurahan Persiapan sebanyak 15 (lima belas) yang tersebar dibeberapa Kecamatan, yang peresmian pendefinitifan-nya dilaksanakan oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara pada tanggal 20 Pebruari 1997, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara Nomor 146/2622/SK/Tahun 1996 tanggal 7 Agustus 1996.


(1)

Sirojuzilam. 2005. Regional planning and development.

wahana hijau

. Jurnal

Perencanaan Dan Pengembangan Wilayah. Sekolah Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara. Medan. Vol.1 Nomor 1 Agustus 2005.

Sirojuzilam dan Mahalli, K. 2010.

Regional. pembangunan, perencanaan dan

ekonomi

. USU Press. Medan

Sjafrizal, 2008.

Ekonomi regional, teori dan aplikasi

, Baduose Media, Cetakan

Pertama, Padang.

Tambunan, D. 2001. Pembangunan dan Ketimpangan wilayah pantai barat dan pantai

timur Sumatera Utara.

Tesis

. Program Pascasarjana USU, Medan.

Tarigan, R. 2005.

Perencanaan pembangunan wilayah

. Edisi Revisi. Bumi Aksara.

Jakarta.

Tarigan, R. 2007.

Ekonomi regional. teori dan aplikasi

. Edisi Revisi. Bumi Aksara.

Jakarta.


(2)

Lampiran 1. Data PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sumatera Utara Tahun

2007-2010 (Milyar Rupiah)

Sektor 2007 2008 2009 2010

Pertanian 23856.15 25300.64 26526.92 27875.20 Pertambangan dan Penggalian 1229.05 1304.35 1322.98 1400.65 Industri Pengolahan 23615.20 24305.23 24977.11 26105.21 Listri, Gas dan Air Minum 739.92 777.94 816.06 873.65 Bangunan 6559.30 7090.65 7554.36 8066.15 Perdagangan, Hotel dan Restoran 18366.28 19515.52 20574.43 21914.84 Pengangkutan dan Komunikasi 9076.56 9883.24 10630.44 11633.90 Keuangan dan Jasa 6720.62 7479.84 7939.21 8795.15 Jasa-jasa 9609.20 10519.06 11216.75 11976.16

Jumlah 99772.28 106176.47 111558.26 118640.90

Lampiran 2. Data Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sumatera

Utara Tahun 2007-2010 (%)

Sektor 2007 2008 2009 2010 Jumlah

Rata-rata Pertanian 24.34 23.91 23.83 23.78 95.86 23.97 Pertambangan dan Penggalian 1.20 1.23 1.23 1.19 4.85 1.21 Industri Pengolahan 24.07 23.67 22.89 22.39 93.02 23.26 Listri, Gas dan Air Minum 0.79 0.74 0.73 0.73 3.00 0.75 Bangunan 6.52 6.57 6.68 6.77 26.54 6.64 Perdagangan, Hotel dan Restoran 18.31 18.41 18.38 18.44 73.54 18.39 Pengangkutan dan Komunikasi 8.85 9.10 9.31 9.53 36.78 9.20 Keuangan dan Jasa 6.40 6.74 7.04 7.12 27.30 6.83 Jasa-jasa 9.51 9.63 9.91 10.05 39.10 9.78 Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 400.00 100.00


(3)

Lampiran 3. Data Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2007-2010 (%)

Sektor 2007 2007 2009 2010 Jumlah

Rata-rata Pertanian 4.98 6.06 4.85 5.08 20.96 5.24 Pertambangan dan Penggalian 9.78 6.13 1.43 5.87 23.20 5.80 Industri Pengolahan 5.09 2.92 2.76 4.52 15.30 3.82 Listri, Gas dan Air Minum 0.22 5.14 4.90 7.06 17.31 4.33 Bangunan 7.78 8.10 6.54 6.77 29.20 7.30 Perdagangan, Hotel dan Restoran 7.43 6.26 5.43 6.51 25.63 6.41 Pengangkutan dan Komunikasi 9.90 8.89 7.56 9.44 35.78 8.95 Keuangan dan Jasa 12.43 11.30 6.14 10.78 40.65 10.16 Jasa-jasa 8.25 9.47 6.63 6.77 31.12 7.78

Jumlah 6.88 6.42 5.07 6.35 24.72 6.18

Lampiran 4. Data PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Batu Bara Tahun

2007-2010 (Jutaan Rupiah)

Sektor 2007 2008 2009 2010

Pertanian 1043904.38 1075828.11 1119713.26 1169627.31 Pertambangan dan Penggalian 7807.22 8057.48 8372.63 8711.49 Industri Pengolahan 3366709.78 3542548.35 3720824.93 3904256.23 Listri, Gas dan Air Minum 41453.05 43522.84 45979.83 48604.61 Bangunan 114536.95 121136.06 128516.24 136459.86 Perdagangan, Hotel dan Restoran 1577615.20 1632325.20 1666658.19 1724844.74 Pengangkutan dan Komunikasi 138051.13 147737.65 158157.75 169074.37 Keuangan dan Jasa 90825.92 92639.67 98824.40 105502.86 Jasa-jasa 103710.70 110869.92 119173.30 127409.48 Jumlah 6484614.3 6774665.28 7066220.53 7394490.95

Lampiran 5. Data Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Batu Bara

2007-2010 (%)

Sektor 2007 2008 2009 2010 Jumlah

Rata-rata Pertanian 16.10 15.88 15.85 15.82 63.64 15.91 Pertambangan dan Penggalian 0.12 0.12 0.12 0.12 0.48 0.12 Industri Pengolahan 51.92 52.29 52.66 52.80 209.67 52.42 Listri, Gas dan Air Minum 0.64 0.64 0.65 0.66 2.59 0.65


(4)

Perdagangan, Hotel dan Restoran 24.33 24.09 23.59 23.33 95.34 23.83 Pengangkutan dan Komunikasi 2.13 2.18 2.24 2.29 8.83 2.21 Keuangan dan Jasa 1.40 1.37 1.40 1.43 5.59 1.40 Jasa-jasa 1.60 1.64 1.69 1.72 6.65 1.66 Jumlah 100.00 100.00 100.00 100.00 400.00 100.00

Lampiran 6. Data Laju Pertumbuhan PDRB Menurut Lapangan Usaha Kabupaten

Batu Bara 2007-2010 (%)

Sektor

2007 2008 2009 2010 Jumlah

Rata-rata Pertanian 2.58 3.06 4.08 4.46 14.18 3.54 Pertambangan dan Penggalian 2.34 3.21 3.91 4.05 13.51 3.38 Industri Pengolahan 4.71 5.22 5.03 4.93 19.89 4.97 Listri, Gas dan Air Minum 3.20 4.99 5.65 5.71 19.55 4.89 Bangunan 3.55 5.76 6.09 6.18 21.58 5.40 Perdagangan, Hotel dan Restoran 3.04 3.47 2.10 3.49 12.10 3.03 Pengangkutan dan Komunikasi 5.82 7.02 7.05 6.90 26.79 6.70 Keuangan dan Jasa 5.81 2.00 6.68 6.76 21.24 5.31 Jasa-jasa 5.98 6.90 7.49 6.91 27.28 6.82

Jumlah 3.98 4.47 4.30 4.65 17.40 4.35

Lampiran 7. Hasil Analisis LQ Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Batu Bara

Tahun 2007-2010

Sektor 2007 2008 2009 2010 Total Rata-rata Pertanian 0.6733 0.6664 0.6664 0.6732 2.6793 0.6698 Pertambangan dan

Penggalian 0.0977 0.0968 0.0999 0.0998 0.3943 0.0986 Industri Pengolahan 2.1935 2.2843 2.3519 2.3996 9.2293 2.3073 Listri, Gas dan Air Minum 0.8620 0.8768 0.8895 0.8926 3.5210 0.8802 Bangunan 0.2687 0.2677 0.2686 0.2714 1.0764 0.2691 Perdagangan, Hotel dan

Restoran 1.3216 1.3109 1.2789 1.2628 5.1742 1.2936 Pengangkutan dan

Komunikasi 0.2340 0.2343 0.2349 0.2332 0.9364 0.2341 Keuangan dan Jasa 0.2079 0.1941 0.1965 0.1925 0.7910 0.1978 Jasa-jasa 0.1661 0.1652 0.1677 0.1707 0.6697 0.1674

Lampiran 8. Hasil Uji

Shift Share

Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Batu Bara

Tahun 2007-2010


(5)

Sektor N P D ΔY Pertanian 197.4199 -21.5532 -50.1438 125.7229 Pertambangan dan Penggalian 1.4765 -0.3864 -0.1858 0.9043 Industri Pengolahan 636.7017 -281.7121 182.5569 537.5465 Listri, Gas dan Air Minum 7.8395 -0.3477 -0.3402 7.1516 Bangunan 21.6609 4.6515 -4.3894 21.9229 Perdagangan, Hotel dan Restoran 298.3537 6.4581 -157.5823 147.2295 Pengangkutan dan Komunikasi 26.1078 12.7884 -7.8729 31.0232 Keuangan dan Jasa 17.1767 10.8595 -13.3593 14.6769 Jasa-jasa 19.6134 5.9328 -1.8474 23.6988

Jumlah 1226.3501 -263.3092 -53.1642 909.8766

Lampiran 9. Data PDRB Sub Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Batu Bara Tahun

2007-2009 (Jutaan Rupiah)

Sub Sektor Industri Pengolahan

2007

2008

2009

Industri Makanan/Minuman dan Tembakau

1948203.5 2053669.32 2154585.63

Industri Pakaian

13988.7

14181.47

14347.9

Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan

20787

21308.94

21889.6

Industri Kertas, Cetakan dan Penerbitan

54.39

56.89

59.61

Industri Kimia dan Pupuk

253389.34

264760.89

275866.96

Industri Semen dan Barang Galian Bukan

Logam

3157.99

3248.56

3432.84

Industri Logam Dasar Besi dan Baja

1055901.98 1112503.35 1176351.08

Industri Alat/Angkutan, Mesin dan

Peralatannya

4249.39

4344.77

4429.1

Industri Barang Lainnya

66978.36

68438.15

69851.91

3366710.65 3542512.34 3720814.63

Lampiran 10. Data PDRB Sub Sektor Industri Pengolahan Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2007-2009 (Milyar Rupiah)

Sub Sektor Industri Pengolahan

2007

2008

2009

Industri Makanan/Minuman dan Tembakau

7556.86

7777.67

7992.68

Industri Pakaian

1469.54

1512.48

1554.29

Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan

1131.42

1164.48

1196.67

Industri Kertas, Cetakan dan Penerbitan

751.74

773.71

795.10


(6)

Logam

Industri Logam Dasar Besi dan Baja

4071.28

4190.24

4306.08

Industri Alat/Angkutan, Mesin dan

Peralatannya

4474.35

4605.09

4732.39

Industri Barang Lainnya

1180.76

1215.26

1248.86

23615.2 24305.23 24977.11

Lampiran 11. Hasil Analisis LQ Sub Sektor Industri Pengolahan Kabupaten Batu Bara

Tahun 2007-2009

Sub Sektor Industri Pengolahan

2007

2008

2009

Industri Makanan/Minuman dan Tembakau

1.8083

1.8116

1.8096

Industri Pakaian

0.0668

0.0643

0.0620

Industri Barang Kayu dan Hasil Hutan

0.1289

0.1256

0.1228

Industri Kertas, Cetakan dan Penerbitan

0.0005

0.0005

0.0005

Industri Kimia dan Pupuk

1.0963

1.0886

1.0799

Industri Semen dan Barang Galian Bukan

Logam

0.0156

0.0153

0.0154

Industri Logam Dasar Besi dan Baja

1.8192

1.8216

1.8338

Industri Alat/Angkutan, Mesin dan

Peralatannya

0.0067

0.0065

0.0063

Industri Barang Lainnya

0.3979

0.3864

0.3755