Analisis Hubungan Tingkat Keberhasilan Dengan Karakteristik Program Csr

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT KEBERHASILAN
DENGAN KARAKTERISTIK PROGRAM CSR
(Kasus Program CSR PT Holcim Indonesia, Desa Bantarjati)

RIZA RYANDA
I34120164

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN
MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “ANALISIS
HUBUNGAN TINGKAT KEBERHASILAN DENGAN KARAKTERISTIK
PROGRAM CSR” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi
pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi
mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan

dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Juni 2016

Riza Ryanda
NIM I34120164

ABSTRAK
RIZA RYANDA. Analisis Hubungan Tingkat Keberhasilan dengan Karakteristik
Program CSR. Di bawah bimbingan MAHMUDI SIWI
Perusahaan sebagai organisasi yang berada di lingkungan masyarakat
memiliki peranan untuk berkontribusi dalam mengatasi permasalahan sosial yang
terjadi. Melalui kegiatan CSR, perusahaan dapat turut berpartisipasi dalam
mengatasi permasalahan sosial, lingkungan, serta ekonomi. Pelaksanaan kegiatan
CSR saat ini sudah diwajibkan bagi setiap perusahaan khususnya yang bergerak
dalam pemanfaatan sumber daya alam dan sudah diatur dalam undang-undang
oleh pemerintah. Pada saat ini tingkat keberhasilan pelaksanaan kegiatan CSR
mengacu pada perbedaan karakteristik program CSR. Penelitian ini bertujuan

untuk melihat hubungan antara tingkat keberhasilan dengan karakteristik program
CSR. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode kuantitatif yang
didukung oleh data kualitatif di Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal,
Kabupaten Bogor dengan menggunakan analisis korelasi rank spearman. Hasil
penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara tingkat keberhasilan CSR
Holcim dengan karakteristik program CSR pada non penerima program. Hasil lain
menunjukkan bahwa pada penerima program tidak terdapat hubungan antara
tingkat keberhasilan CSR dengan karakteristik program CSR.
Kata kunci: CSR, keberhasilan CSR, karakteristik CSR.
ABSTRACT
RIZA RYANDA. Analysis of Relationship between the Level of Success and CSR
Program Characteristics. Supervised by MAHMUDI SIWI
Company as an organization that usually appear in society has an
important role to contribute in a social problem that occured. Through CSR
program, a corporate can participate in solving social problem, environmental
problem, and economic problem. The implementation of CSR is now required for
every company, especially those company that engaged in the utilization of
natural resources and is set ini law by the government. Nowadays, the level of
success of CSR activities lead to the different characteristics of CSR program.
This study aim to see the correlation between the level of success with the CSR

program characteristics. This study used a quantitative method and supported by
qualitative data in Bantarjati Village, Klapanunggal Subdistrict, Bogor used rank
spearman correlation analysis. The result of this sudy reveal a correlation
between the level of success and CSR program characteristics on non
beneficiaries respondent. Another result showed that on the beneficiaries there is
no correlation between the level of success and CSR program characteristics.
Keywords:CSR, the success of CSR, CSR characteristics.

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT KEBERHASILAN
DENGAN KARAKTERISTIK PROGRAM CSR
(Kasus Program CSR PT Holcim Indonesia, Desa Bantarjati)

RIZA RYANDA
I34120164

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi
Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat


DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2016

ix

PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Analisis Hubungan Tingkat Keberhasilan dengan Karakteristik
Program CSR” ini dengan baik. Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi
syarat kelulusan pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengebangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Penulis menyadari bahwa laporan skripsi ini dapat terselesaikan dengan
baik karena dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
2.


3.
4.

5.

6.

Bapak Mahmudi Siwi, SP, M.Si sebagai pembimbing yang telah memberikan
saran dan masukan selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini
Bapak Dadang Sudjana dan Ibu Aryani Sismin Satyaningtijas selaku orang
tua, serta Regi Ryanda dan seluruh keluarga yang selalu memberikan saran,
dukungan, do’a untuk penulis dalam menyelesaikan laporan skripsi
Kepada pemerintah Desa Bantarjati, tokoh masyarakat, serta seluruh
responden yang telah membantu proses penyelesaian skripsi
M. Rizki Rachmasaputra yang selalu memberikan semangat dan dukungan
serta seluruh anggota Beskem Foundation, Wulan Mustika, Yudhiansyah Eka
Saputra, Widya Hasian, Yunita Wini Damayanti sebagai teman seperjuangan
setiap saat dalam proses penulisan skripsi ini
Para sahabat Hana Hilaly, Andi Putri, Nadya Apriella, Almira Devina,

Meliani Rosalina, Tazkiyah Syakira dan Inez Kania yang selama beberapa
tahun ini selalu memberikan dukungan kepada penulis.
Pihak lain yang turut membantu dan memberikan semangat serta doa kepada
penulis dalam proses penulisan skripsi ini.

Bogor, Juni 2016

Riza Ryanda
NIM. I34120164

xi

DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah Penelitian
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Definisi dan Karakteristik CSR

Kinerja CSR
Community Development dalam CSR
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
PENDEKATAN LAPANGAN
Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu
Teknik Penentuan Informan dan Responden
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Umum Desa Penelitian
Kondisi Demografi dan Sosial Budaya
Kondisi Ekonomi dan Ketenagakerjaan
Kondisi Pendidikan
Profil Pelaksanaan CSR Holcim
Gambaran Umum Holcim
CSR Holcim
Gambaran Responden Penelitian

Ikhtisar
TINGKAT KEBERHASILAN PROGRAM CSR
Tingkat Efektivitas Program CSR Holcim
Tingkat Kesesuaian Program CSR Holcim
Tingkat Keberlanjutan Program CSR Holcim
Tingkat Pemberdayaan Program CSR Holcim
Tingkat Partisipasi Program CSR Holcim
Tingkat Keberhasilan Program CSR Holcim
Ikhtisar
KARAKTERISTIK PROGRAM CSR
Ikhtisar
HUBUNGAN TINGKAT KEBERHASILAN DENGAN KARAKTERISTIK
PROGRAM CSR
Ikhtisar
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA

1

1
2
3
4
5
5
8
10
11
12
13
13
13
13
14
15
16
19
19
22

22
23
25
25
26
27
31
33
33
34
35
37
38
39
40
41
42
43
44
45

45
45
47

xii

LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

49
57

DAFTAR TABEL
1.

Karakteristik Tahap-Tahap Kedermawanan Sosial

6

2.

Perbandingan Model Pengukuran Kinerja CSR

9

3.

Kebutuhan Data dan Metode Pengumpulan Data

14

4.

Definisi Operasional

16

5.

Daftar kepala desa beserta tahun jabatan di Desa Bantarjati

19

6.
7.

Jumlah dan persentase lahan menurut tata guna Desa Bantarjati tahun
2016
Jumlah sarana dan prasarana pemerintah Desa Bantarjati 2016

20
20

8.

Panjang sarana dan prasarana perhubungan di Desa Bantarjati 2016

20

9.

Jumlah sarana dan prasarana olah raga Desa Bantarjati 2016

21

10.

Jumlah sarana dan prasarana kesehatan Desa Bantarjati 2016

21

11.

Jumlah tenaga medis Desa Bantarjati 2016

21

12.

Jumlah sarana dan prasarana rumah ibadah Desa Bantarjati 2016

22

13.

Jumlah dan persentase penduduk menurut mata pencaharian
masyarakat Desa Bantarjati tahun 2016
Jumlah dan persentase sarana dan prasarana perekonomian dan
perdagangan di Desa Bantarjati tahun 2016
Jumlah sarana dan prasarana pendidikan Desa Bantarjati 2016

14.
15.
16.

23
23
24

18.

Jumlah sarana dan prasarana pendidikan Islam di Desa Bantarjati
tahun 2016
Jumlah dan persentase tingkat pendidikan penduduk Desa Bantarjati
2016
Jumlah investasi CSR PT Holcim Indonesia Tbk

19.

Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan jenis kelamin

28

20.

Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan tingkat usia

28

21.

Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan tingkat
pendidikan
Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan jenis pekerjaan

28
29

24.

Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan status dalam
keluarga
Jumlah dan persentase sebaran responden berdasarkan jenis program

29
29

25.

Bentuk Bantuan Program CSR Holcim di Desa Bantarjati

33

26.

Jumlah dan persentase responden menurut tingkat efektivitas program
CSR Holcim di Desa Bantarjati 2016

34

17.

22.
23.

24
24
27

xiii

27.
28.
29.
30.
31.
32.
33.
34.

Jumlah dan persentase responden menurut tingkat kesesuaian
program CSR Holcim di Desa Bantarjati 2016
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat keberlanjutan
program CSR Holcim di Desa Bantarjati 2016
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat pemberdayaan
program CSR Holcim di Desa Bantarjati 2016
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi program
CSR Holcim di Desa Bantarjati 2016
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat keberhasilan CSR
Holcim di Desa Bantarjati 2016
Jumlah dan persentase responden menurut karakteristik CSR di Desa
Bantarjati 2016
Jumlah dan persentase responden menurut tingkat keberhasilan CSR
Holcim dan karakteristik program CSR di Desa Bantarjati 2016
Korelasi antara keberhasilan CSR Holcim dengan karakteristik
program CSR

35
36
37
38
39
41
43
44

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pemikiran

11

DAFTAR LAMPIRAN
1. Peta Desa Bantarjati

49

2. Dokumentasi penelitian

50

3. Tulisan tematik

51

xiv

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan berkelanjutan di Indonesia tidak terlepas dengan berbagai
bidang yang ada, salah satunya adalah bidang perekonomian. Sistem ekonomi
kerakyatan yang dianut oleh perekonomian di Indonesia membutuhkan peran dari
berbagai pihak. Suherman (2006) menjelaskan bahwa peran dunia usaha cukup
strategis dalam membantu pemerintah dalam menggerakkan, bahkan
mempercepat laju roda perekonomian daerah. Menurut Prasetyo (2009)
pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak sepenuhnya bertumpu pada kekuatan dan
potensi domestik (ekonomi rakyat), sehingga rentan terhadap gejolak eksternal.
Salah satu bentuk kegiatan perekonomian adalah adanya kegiatan usaha yang
dilakukan oleh suatu perusahaan maupun perindustrian. Pada dasarnya perusahaan
dan industri didirikan untuk kegiatan usaha yang dilakukan tersebut memiliki
tujuan untuk mendapatkan laba yang sebesar-besarnya. Selain sebagai penggerak
perekonomian, perusaahan juga memiliki kontribusi yang besar pada masyarakat
yaitu dalam hal penciptaan lapangan pekerjaan. Dalam pelaksanaan kegiatan
usaha tersebut seringkali perusahaan juga memiliki dampak yang negatif terhadap
para pemangku kepetingan yang terlibat seperti kesenjangan sosial dan kerusakan
lingkungan bagi masyarakat. Pihak perusahaan dalam menanggapi dampak
negatif tersebut diwajibkan untuk membuat sebuah komitmen yang telah
disepakati bersama yang dikenal dengan Corporate Social Responsibility
(selanjutnya akan ditulis dengan CSR).
Tanggung jawab sosial perusahaan telah dijelaskan dalam UU No.40 tahun
2007 pasal 74 tentang Perseroan Terbatas (PT) ayat 1 yang menyatakan bahwa
perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan
dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan
lingkungan. Dilanjutkan dengan ayat 2 yang menyatakan bahwa tanggung jawab
sosial dan lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban
perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya perseroan yang
pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran.
Siregar (2007) menjelaskan bahwa bagian terpenting dari program CSR adalah
aturan yang mewajibkan programnya harus berkelanjutan (sustainable). Siregar
(2007) menyatakan salah satu contoh program CSR yang dapat dilakukan oleh
perusahaan dengan semangat keberlanjutan antara lain pengembangan Bio Energi,
perkebunan rakyat, dan pembangkit listrik tenaga air swadaya masyarakat. CSR
merupakan salah satu bentuk upaya yang dilakukan oleh pihak perusahaan untuk
dapat menciptakan keseimbangan kepada masyarakat dan lingkungan tempat
pelaksanaan kegiatan usahanya. Hal tersebut berarti bahwa perusahaan harus
dapat bersikap adil tidak hanya bagi pemegang saham, tetapi juga bagi para
pemangku kepentingan lainnya seperti pekerja, konsumen, masyarakat, dan
lingkungan. Merujuk pendapat Sukada et.al (2007) CSR didefinisikan sebagai
segala upaya manajemen yang dijalankan entitas bisnis untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan berdasar keseimbangan pilar ekonomi, sosial, dan
lingkungan (triple bottom lines) dengan meminimumkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif di setiap pilar.

2

Penerapan CSR juga dapat berfungsi sebagai jembatan hubungan yang
harmonis antara perusahaan dan lingkungannya. Para stakeholder terkait, dalam
hal ini masyarakat lokal, juga memiliki hubungan yang erat dengan
pengimplementasian program CSR dari suatu perusahaan karena hal tersebut
berkaitan dengan keberlangsungan kehidupan masyarakat lokal setempat.
Kesejahteraan dan taraf hidup para stakeholder juga menjadi bagian penting
dalam pengimplementasian program CSR suatu perusahaan. Perkembangan CSR
di Indonesia masih membutuhkan perhatian lebih karena menurut Mapisangka
(2009) di antara ribuan perusahaan yang ada diindikasikan belum semua
perusahaan benar-benar menerapkan konsep CSR dalam kegiatan perusahaannya.
Mapisangka (2009) juga menjelaskan bahwa dalam lingkungan bisnis perusahaan,
masyarakat di sekitar perusahaan pada dasarnya merupakan pihak yang perlu
mendapatkan apresiasi yang dapat diwujudkan dalam bentuk peningkatan
kesejahteraan hidup mereka melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat oleh
pihak CSR perusahaan. Menurut Saidi et.al (2003) sumbangan sosial perusahaan
memiliki dua dimensi yaitu karitas (charity) dan filantropi, dimana karitas adalah
bantuan yang sifatnya sesaat, sedangkan filantropi adalah sumbangan yang
ditujukan untuk kegiatan investasi sosial atau kegiatan yang diarahkan pada
penguatan kemandirian masyarakat.
Salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan yang
memiliki wilayah konsesi yang berbatasan langsung dengan tempat tinggal
penduduk adalah PT. Holcim Indonesia Tbk. (selanjutnya disebut Holcim).
Aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh perusahaan tersebut tersebar di
beberapa wilayah Indonesia salah satunya berada di Kecamatan Klapanunggal,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang
pertambangan, perusahaan Holcim tersebut juga telah menjalankan kegiatan CSR
sebagaimana yang telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007
tentang perseroan terbatas.
Keberhasilan suatu program CSR yang dijalankan perusahaan Holcim
tidak hanya dapat memberikan dampak yang positif bagi perusahaan saja, tetapi
juga pada masyarakat lokal setempat yang dapat dilihat berdasarkan karakteristik
program CSR yang dilaksanakan perusahaan. Fenomena tersebut memunculkan
suatu pertanyaan yaitu, bagaimana hubungan tingkat keberhasilan CSR
perusahaan dengan karakteristik program CSR?
Rumusan Masalah Penelitian
Keberadaan sebuah perusahaan terutama yang bergerak di bidang yang
berhubungan dengan sumber daya alam seharusnya memiliki dampak yang baik
bagi masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut beroperasi khususnya
terhadap kesejahteraan kehidupan masyarakatnya. Namun tidak jarang pula
perusahaan tersebut justru memberikan dampak yang negatif bagi masyarakatnya.
Budimanta et al. (2004) menjelaskan bahwa CSR adalah tentang nilai standar
yang dilakukan berkaitan dengan beroperasinya korporat. Berdasarkan hal
tersebut dapat disimpulkan bahwa sebuah perusahaan yang beroperasi khususnya
yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya alam memiliki tanggung jawab
pada lingkungannya terhadap dampak yang akan ditimbulkan dari kegiatan
operasinya tersebut. Berbagai perusahaan memiliki standar pelaksanaan CSR

3

yang berbeda-beda. Seperti penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh
Dody Prayogo dan Hilarius (2012), kegiatan CSR yang dilaksanakan diukur
melalui enam variabel yaitu tingkat efektivitas, tingkat keberlanjutan, tingkat
kesesuaian, dampak kesejahteraan, tingkat partisipasi, dan tingkat pemberdayaan.
Kegiatan perusahaan yang dilaksanakan oleh pihak CSR tersebut memiliki tujuan
untuk menjembatani hubungan antara perusahaan dengan masyarakat. Salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan yang melaksanakan CSR
adalah Holcim. Keadaan ini melahirkan pertanyaan mengenai, bagaimanakah
keberhasilan program CSR yang dilakukan perusahaan Holcim?
Keberhasilan program CSR yang dilaksanakan oleh perusahaan yang
diukur berdasarkan variabel-variabel tersebut dapat menimbulkan perbedaan
pendapat dalam masyarakat disekitarnya. Terdapat masyarakat yang tinggal di
sekitar perusahaan yang berpendapat bahwa program CSR perusahaan merupakan
sebuah tanggung jawab yang harus dilakukan dan terdapat pula masyarakat yang
menganggap CSR sebagai bentuk kepedulian sosial, serta masyarakat yang
menganggap pihak CSR perusahaan sebagai mitra dalam bekerja sama
membangun desa. Hal tersebut tergantung pada karakteristik program CSR yang
dilaksanakan. Saidi (2003) menjelaskan bahwa terdapat tiga karakteristik
pelaksanaan program CSR yaitu karitas (charity), filantropi (philanthropy), dan
corporate citizenship. Setiap karakteristik memiliki ciri kegiatan yang berbedabeda satu sama lain. Berdasarkan fenomena tersebut, maka muncullah pertanyaan
kedua mengenai, bagaimana karakteristik program CSR yang dilakukan
perusahaan Holcim di Desa Bantarjati?
Studi tentang korporasi maupun tentang CSR sebelumnya telah banyak
dilakukan. Keberadaan CSR dalam lingkungan masyarakat diharapkan tidak
hanya sekedar aktivitas kewajiban perusahaan semata tetapi juga lebih
mengedepankan kesadaran perusahaan dalam upaya memberdayaan masyarakat.
Saidi (2003) menyatakan bahwa kedermawanan sosial perusahaan juga
berhubungan dengan beberapa hal, antara lain adalah motivasi yang mendorong
perusahaan untuk melakukan kedermawanan sosial, cara pengambilan keputusan
dan nilai-nilai yang akan dicapai dalam memberikan sumbangan. Kedua rumusan
permasalahan sebelumnya mengenai tingkat keberhasilan CSR dan karakteristik
program CSR apabila dihubungkan akan memunculkan pertanyaan khusus ketiga
yaitu mengenai, bagaimana hubungan tingkat keberhasilan CSR dengan
karakteristik program CSR yang dilaksanakan di pedesaan?
Tujuan Penelitian
Penulisan skripsi dengan judul “Analisis Hubungan Tingkat Keberhasilan
dengan Karakterisik Program CSR” ini memiliki rumusan tujuan:
1. Melakukan analisis mengenai keberhasilan program Corporate Social
Responsibility yang dilaksanakan oleh perusahaan.
2. Melakukan analisis mengenai karakteristik program Corporate Social
Responsibility yang dilaksanakan oleh perusahaan.
3. Melakukan analisis mengenai hubungan pelaksanaan keberhasilan
Corporate Social Responsibility yang dilaksanakan perusahaan terhadap
karakteristik program CSR.

4

Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memiliki beberapa manfaat untuk
mahasiswa selaku pengamat dan akademisi, masyarakat, dan pemerintah. Adapun
manfaat yang dapat diperoleh yaitu:
1. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini memberikan tambahan khazanah pengetahuan mengenai
hubungan pelaksanaan program Corporate Social Responsibility terhadap
karakteristik program CSR.
2. Bagi Masyarakat
Penelitian ini dapat membantu atau mengarahkan masyarakat dalam
menyikapi keberadaan program Corporate Social Responsibility suatu
perusahaan yang berada di sekitar pemukiman masyarakat.
3. Bagi Pemerintah
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan pertimbangan
dalam menentukan kebijakan yang berkaitan dengan pelaksanaan program
Corporate Social Responsibility yang dapat memberikan dampak positif dan
negatif terhadap kelangsungan hidup masyarakat di sekitar perusahaan.

5

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Definisi dan Karakteristik Corporate Social Responsibility (CSR)
Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility
(CSR) merupakan sebuah kesepakatan dari World Summit on Sustainable
Development (WS-SD) di Johannesburg Afrika Selatan 2002 yang ditujukan
untuk mendorong seluruh perusahaan di dunia dalam rangka terciptanya suatu
pembangunan yang berkelanjutan (sustainable development)1 . Konsep CSR
sebetulnya bukan merupakan konsep baru dalam dunia bisnis, di tingkat
internasional Philip Kotler telah mengungkapkan bahwa CSR hendaknya bukan
merupakan aktivitas yang hanya merupakan kewajiban perusahaan secara
formalitas kepada lingkungan sosialnya, namun CSR seharusnya merupakan
sentuhan moralitas perusahaan terhadap lingkungan sosialnya sehingga CSR
merupakan denyut nadi perusahaan (Ambadar 2008). Definisi CSR menurut
pendapat Jalal (2010) seperti yang dikutip Nasdian (2014) bahwa tanggung jawab
sosial perusahaan merupakan upaya manajemen yang dijalankan oleh perusahaan
berdasarkan keseimbangan pilar ekonomi, sosial dan lingkungan dengan
meminimumkan dan mengkompensasi dampak negatif serta memaksimalkan
dampak positif pada setiap pilar. Menurut Ambadar (2008) Corporate Social
Responsibility (CSR) merupakan salah satu upaya untuk menciptakan
keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara keseimbangan antara
mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup
(triple bottom line). Bangun (2010) menjelaskan secara singkat bahwa CSR
merupakan suatu komitmen sukarela yang berkelanjutan dari suatu perusahaan
untuk berperilaku etis dan berkontribusi secara positif kepada pelanggan,
karyawan, masyarakat, lingkungan, serta stakeholders lainnya secara seimbang.
Perusahaan yang baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit)
melainkan pula memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan
kesejahteraan masyarakat (people) (Nasdian 2014).
Moratis dan Cochius (2011) seperti yang dikutip Nasdian (2014)
menjelaskan bahwa secara umum tuntutan dan harapan terhadap CSR bersifat
multidimensional: (1) turut menyumbang pembangunan ekonomi (dimensi
ekonomi); (2) melebihi kewajiban hukum/regulasi (dimensi kesukarelaan); (3)
kepedulian terhadap lingkungan dalam pengelolaan operasi bisnis (dimensi
lingkungan); (4) mengintegrasikan kepentingan sosial dalam operasi bisnis
(dimensi sosial); dan (5) interaksi dengan pemangku kepentingan perusahaan
(dimensi pemangku kepentingan). Menurut Wibisono (2007) manfaat penerapan
tanggung jawab sosial bagi perusahaan dapat diidentifikasi diantaranya
mempertahankan atau mendongkrak reputasi dan citra perusahaan, mendapatkan
1 Mapisangka, A. 2009. Implementasi CSR terhadap Kesejahteraan Hidup Masyarakat.
[Internet]. [diunduh 13 September 2015]. Malang (ID): Universitas Negeri Malang. Vol.
1, No.1. Dapat diunduh dari: http://fe.um.ac.id/wp-content/uploads/2010/03/ANDI_MCSR.pdf

6

lisensi sosial dari masyarakat sekitar perusahaan untuk terus dapat beroperasi,
mereduksi resiko bisnis perusahaan melalui adanya hubungan yang harmonis
dengan para stakeholders perusahaan, melebarkan akses terhadap sumberdaya,
membentangkan akses menuju market, mereduksi biaya, memperbaiki hubungan
dengan stakeholders, memperbaiki hubungan dengan regulator, meningkatkan
semangat dan produktivitas karyawan dan peluang mendapatkan penghargaan.
Menurut Saidi (2003) terdapat tiga karakteristik tahap-tahap
kedermawanan sosial, yaitu charity, philanthropy, dan Good Corporate
Citizenship (GCC).
Tabel 1. Karakteristik tahap-tahap kedermawanan sosial

Paradigma

Motivasi

Misi

Pengelolaan

Charity
Agama, tradisi,
adaptasi

Norma, etika dan
hukum universal

Pencerahan diri &
rekonsiliasi
dengan ketertiban
sosial

Mengatasi
masalah setempat

Mencari dan
mengatasi akar
masalah

Memberikan
kontribusi kepada
masyarakat

Jangka pendek,
mengatasi
masalah sesaat

Terencana,
terorganisir dan
terprogram

Terinternalisasi
dalam kebijakan
perusahaan

Kepanitiaan

Yayasan/dana
abadi/
profesionalitas

Keterlibatan baik
dana maupun
sumber daya lain

Orang miskin

Masyarakat luas

Masyarakat luas
dan perusahaan

Hibah sosial

Hibah
pembangunan

Hibah ( sosial &
pembangunan
serta keterlibatan
sosial)

Pengorganisasian

Penerima manfaat

Kontribusi

Insipirasi

Philanthropy

Good Corporate
Citizenship
(GCC)

Kewajiban

Kepentingan bersama

Saidi (2003) menjelaskan bahwa karitas (charity) biasanya dimaksudkan
untuk memberi bantuan untuk kebutuhan dan kendala yang sifatnya sesaat dan
mendesak seperti menolong korban bencana alam dengan memberikan bantuan
uang. Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan bahwa karakteristik program CSR
yang bersifat charity hanya memberikan bantuan pada masyarakat yang sifatnya
sementara dan hanya sekedar untuk merespon kebutuhan masyarakat. Selain itu
Saidi (2003) juga menjelaskan bahwa philanthropy merupakan hibah yang

7

ditujukan untuk kegiatan yang bersifat investasi sosial sehingga philanthropy
diharapkan mampu menghasilkan penguatan masyarakat dan sekaligus modal
sosial. Dalam melakukan investasi sosial perusahaan tidak hanya melihat cash
donation sebagai satu-satunya bentuk sumbangan yang bisa diberikan, tapi
melihat peluang-peluang lain dalam memberikan bantuan dalam bentuk non-cash.
Salah satu kegiatan CSR yang memiliki karakteristik philanthropy adalah melalui
peningkatan kapasitas dan peningkatan peluang ekonomi bagi masyarakat.
Berbeda dengan karakteristik charity, philanthropy tidak hanya berupa bantuan
yang sifatnya sementara melainkan lebih mengarah kepada keberlanjutan kegiatan
CSR yang tujuannya adalah meningkatkan kemampuan masyarakat sekitar. Saidi
(2003) menjelaskan bahwa philanthropy sifatnya lebih eksternal dan kurang
melihat aspek internal perusahaan. Karakteristik program CSR yang lain adalah
good corporate citizenship (GCC) dimana karakteristik ini memiliki cakupan arti
yang lebih luas dibandingkan dengan karakteristik charity dan philanthropy.
Ambadar (2008) menjelaskan bahwa dalam aktualisasi (GCC) maka kontribusi
dunia usaha untuk turut serta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat
harus mengalami metamorfosis dan lebih menekankan pada penciptaan
kemandirian masyarakat seperti pemberdayaan. Sukada et.al (2007) menjelaskan
bahwa corporate citizenship mengacu pada hubungan timbal balik antara
perusahaan dengan masyarakat, berkenaan dengan hak dan tanggung jawab
masing-masing. Konsep corporate citizenship sebetulnya lebih luas dari CSR
karena mengandung pengertian hak dan kewajiban selain itu juga memandang
perusahaan sebagai pihak yang menjamin dipenuhinya hak-hak warga negara
yang berada di wilayah jangkauan operasinya (Sukada et.al 2007).
Kotler dan Lee dalam Ambadar (2008) mengajukan enam prakarsa sebagai
pesan utama CSR, untuk melakukan tindak kebajikan sebagai bagian dari kegiatan
perusahaan, dalam rangka pencapaian bisnis, yaitu:
1. Cause promotions, inisiatif perusahaan untuk mengalokasikan dana atau
bantuan dalam bentuk barang dan sumber daya lain, untuk meningkatkan
kesadaran dan perhatian tentang masalah sosial tertentu, atau dalam rangka
rekruitmen sukarelawan.
2. Cause-related marketing, komitmen perusahaan untuk mendonasikan
sejumlah presentase tertetu dari pendapatan tertentu untuk hal yang
berkaitan dengan penjualan produk.
3. Corporate social marketing, upaya perusahaan memberi dukungan pada
pembangunan dan/atau pelaksanaan kegiatan yang ditujukan untuk
mengubah sikap dan perilaku masyarakat dalam rangka memperbaiki
kesehatan masyarakat, pelestarian lingkungan dan lainnya.
4. Corporate philanthropy, pemberian sumbangan sebagai kegiatan amal
(charity), yang sering kali dalam bentuk hibah tunai, donasi dan/atau
dalam bentuk barang.
5. Community volunteering, perwujudan dukungan dan dorongan
perusahaan kepada karyawan, mitra pemasaran dan/atau anggota franchise
untuk menyediakan dan mengabdikan waktu dan tenaga mereka untuk
membantu kegiatan sosial tertentu.
6. Socially responsible business practics, adopsi praktek-praktek bisnis yang
bersifat diskresi serta berbagai investasi yang mendukung pemecahan
masalah sosial tertentu.

8

Berdasarkan artikel How Should Civil Society (and Government) Respond
to Corporate Social Responsibility? dalam Ambadar (2008) menelaah motivasi
yang mendasari kalangan bisnis menerima konsep CSR tanpa memahami fungsi
yang sebenarnya. Pertama bersifat akomodatif, kebijakan bisnis yang hanya
bersifat kosmetik, seadanya (superficial), dan tidak lengkap (partial). CSR
dilakukan untuk memberi citra sebagai perusahaan yang tanggap terhadap
kepentingan sosial. Kedua, bersifat legitimatif dengan tujuan untuk memengaruhi
wacana. Namun program CSR yang bersifat wacana sudah bermanfaat sebagai
langkah awal dalam proses “metamorfosa” menjadi program CSR yang benar.
Menurut Widiyanto (2007) seperti yang dikutip Ardianto dan Machfudz (2011)
terdapat dua bentuk praktek CSR di Indonesia. Pertama, tanggung jawab
institusional perusahaan yang terikat dengan peraturan perundang-undangan,
seperti BUMN, yang disyaratkan memberikan sumbangan keuntungan dari tahun
ke tahun atau pengusaha hak pengawasan hutan (HPH) diwajibkan melaksanakan
program pembinaan masyarakat desa yang berada di sekitar kawasan hutan.
Kedua, adalah tanggung jawab sukarela yang tidak terikat dengan peraturan
perundang-undangan, tetapi tetap dilaksanakan karena dianggap penting oleh
perusahaan.
Penelitian mengenai pelaksanaan CSR di Indonesia sudah banyak
dilakukan. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan oleh Mapisangka
(2009) mengenai implementasi CSR yang dilakukan dengan mengukur
pelaksanaan CSR berdasarkan tiga variabel yaitu Corporate Social Responsibility
Goal, Corporate Social Issue, dan Corporate Relation Program. Hasil penelitian
Mapisangka (2009) menyatakan bahwa dari ketiga variabel yang diukur tersebut,
variabel corporate relation program menjadi variabel yang memiliki pengaruh
paling besar terhadap peningkatan kesejahteraan hidup di masyarakat lingkungan
perusahaan. Selain itu, penelitian lain juga dilakukan oleh Ariefianto (2015)
mengenai pelaksanaan CSR terhadap keberdayaan masyarakat. Berdasarkan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ariefianto (2015), keberhasilan pelaksanaan
program CSR PT Semen Indonesia Tbk yang dibagi ke dalam bidang ekonomi,
kesehatan, pendidikan, dan pembangunan sarana umum mampu meningkatkan
keberdayaan masyarakat disekitar perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat
berdasarkan adanya pengusaha-pengusaha baru setelah adanya program CSR yang
kemudian dapat menolong diri sendiri dan orang lain. Peneliti lain mengenai
pelaksanaan program CSR dilakukan oleh Wahyuningrum et.al (2011) yang
menyatakan bahwa program CSR memiliki pengaruh secara simultan maupun
parsial terhadap perubahan perilaku masyarakat.
Kinerja CSR
Praktik CSR di Indonesia diharapkan dapat membantu masyarakat untuk
berkembang. Pelaksanaan CSR tersebut masih mengalami beberapa permasalahan
yang sering terjadi. Permasalahan terbesar dalam pelaksanaan CSR di Indonesia
adalah kegiatan CSR yang dilakukan oleh sebuah perusahaan masih banyak yang
berupa bantuan yang sifatnya sementara dan belum mengedepankan konsep
pemberdayaan. Selain itu, masih terdapat banyaknya kegiatan atau program CSR
yang tidak berkelanjutan. Hal tersebut berarti bahwa dalam proses
pelaksanaannya, kegiatan CSR perlu dievaluasi. Fadilah (2009) menjelaskan
bahwa perusahaan yang sukses dalam menjalankan CSR memiliki tiga nilai dasar

9

(core value) yang ditanamkan secara mengakar dalam perusahaan yaitu (1)
ketangguhan ekonomi, (2) tanggung jawab lingkungan dan (3) akuntabilitas
sosial. Fadilah (2009) juga menyatakan apabila kinerja keuangan suatu
perusahaan tercermin dalam laporan keuangan, maka kinerja CSR akan dapat
disimak melalui sebuah laporan yang disebut laporan berkelanjutan (sustainability
report). Dalam prakteknya, ada yang menggunakan nama lain untuk laporan jenis
ini, misalnya laporan CSR (CSR report), laporan sosial (social report), laporan
lingkungan (environment report) atau laporan sosial dan lingkungan (soccial and
environment report) (Fadilah 2009). Rahmadhani et.al (2011) menjelaskan salah
satu model pengukuran kinerja CSR yang sering digunakan oleh perusahaan
adalah dengan menggunakan Global Reporting Initiative (GRI). Model
pengukuran kinerja GRI diwujudkan dalam bentuk kerangka pelaporan yang
harus dilakukan oleh perusahaan (Rahmadhani et.al 2011). Melalui laporan ini
akan terungkap apakah perusahaan sudah menjalankan akuntabilitas sosial dan
lingkungan secara optimal (Fadilah 2009).
Tabel 2. Perbandingan model pengukuran kinerja CSR
Model Pengukuran
Kelebihan
Kelemahan
Kinerja
Dapat
mengidentifikasi
keseluruhan stakeholder
dalam perusahaan.
Dapat
mengidentifikasi
stakeholder want and
need dan stakeholder
Tidak dapat memberikan
contribution
pada
PRISM
panduan/pedoman
keseluruhan stakeholders.
mengukur kinerja CSR.
Mempertimbangkan dan
memperhatikan
ukuran
kinerja
lain
seperti
strategi,
proses,
dan
kapabilitas yang dimiliki
perusahaan.
Indikator kinerja CSR
GRI
hanya
dapat
melakukan
identifikasi
terhadap keinginan dan
kebutuhan stakeholders.
GRI merupakan standar
Indikator kinerja CSR
internasional yang dapat
GRI
tidak
dapat
memberikan
GRI
mengidentifikasi
panduan/pedoman
stakeholders
secara
mengukur kinerja CSR
lengkap.
Indikator kinerja CSR
GRI
tidak
dapat
melakukan
identifikasi
kontribusi stakeholders.
Sumber: Ramadhani et.al (2011)

10

Menurut Prayogo dan Hilarius (2012) dalam sejumlah implementasi
program CSR/CD beragam variabel digunakan untuk menggambarkan dan
mengukur tingkat keberhasilan program. Pada konteks ini, program CSR/CD
korporasi harus dilihat sebagai sebuah proses dalam pengertian bagaimana
korporasi berpartisipasi dalam pembangunan lokal. Variabel proses yang
digunakan dalam studi ini adalah:
1. Effectivity dimaksudkan sebagai tingkat manfaat program pengentasan
kemiskinan terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses
pelayanan para penerima berdasarkan jenis dan tingkat kebutuhannya.
2. Relevance dimaksudkan sebagai tingkat kesesuaian program pengentasan
kemiskinan terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan akses
pelayanan bagi penerima berdasarkan kemampuan dan potensi lokal.
3. Sustainability dimaksudkan sebagai tingkat keberlanjutan program
pengentasan kemiskinan dapat dilakukan oleh penerima jika bantuan
selesai/dihentikan, baik keberlanjutan secara substansial maupun
manajemen.
4. Impact dimaksudkan seberapa besar dan luasan geografis akibat positif
yang ditularkan oleh program pengentasan kemiskinan.
5. Empowerment dimaksudkan sebagai seberapa signifikan tingkat
pemberdayaan dirasakan penerima akibat program, baik dari segi keahlian
maupun organisasi.
6. Participation dimaksudkan sebaai seberapa besar tingkat partisipasi
masyarakat lokal dalam program pengentasan kemiskinan.
Berdasarkan penjelasan GRI (2002) seperti yang dikutip Ramadhani et.al
(2011) kerangka pelaporan GRI mengandung isi umum dan sektor yang secara
spesifik telah disetujui oleh berbagai pemangku kepentingan di seluruh dunia dan
dapat diaplikasikan secara umum dalam melaporkan kinerja keberlanjutan dari
sebuah organisasi. Selain dengan menggunakann standar pengukuruan GRI,
kinerja CSR juga dapat diukur dengan menggunakan model pengukuran kinerja
PRISM. Kennerley and Neely (2002) seperti yang dikutip Ramadhani et.al (2011)
menjelaskan bahwa model pengukuran kinerja PRISM merupakan salah satu
model pengukuran kinerja yang menggambarkan kinerja organisasi sebagai
bangun tiga dimensi yang memiliki lima bidang sisi, yaitu dari sisi stakeholder
satisfaction, strategies, processes, capabilities dan stakeholder contribution.
Ramadhani et.al (2011) menjelaskan kelebihan dan kelemahan dari GRI dan
PRISM pada tabel 2.
Community Development (Comdev) dalam CSR
Merujuk pada pendapat Shardlow (1998) seperti yang dikutip Ambadar
(2008) pemberdayaan masyarakat (Comdev) intinya adalah bagaimana individu,
kelompok atau komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dan
mengusahakan untuk membentuk masa depan sesuai keinginan mereka. Comdev
sering kali diimplementasikan dalam bentuk (a) proyek-proyek pembangunan
yang memungkinkan anggota masyarakat memperoleh dukungan dalam
memenuhi kebutuhannya atau melalui (b) kampanye dan aksi sosial yang
memungkinkan kebutuhan-kebutuhan tersebut dapat dipenuhi oleh pihak-pihak
lain yang bertanggung jawab (Payne 2008) seperti yang dikutip (Ambadar 2008).

11

Dalam melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan, pihak perusahaan melalui
kegiatan Corporate Social Responsibility sering dikaitkan dengan masalah
pemberdayaan masyarakat atau comdev. Menurut Ambadar (2008) comdev
diyakini merupakan sebuah aktualisasi dari CSR yang lebih bermakna daripada
hanya sekedar aktivitas charity ataupun tujuh dimensi CSR lainnya, antara lain:
community relation. Hal tersebut juga disebabkan karena dalam pelaksanaan
Comdev, terdapat kolaborasi kepentingan bersama antara perusahaan dengan
komunitas, adanya partisipasi, produktivitas dan keberlanjutan. Comdev juga
merupakan ruh pelaksanaan aktivitas CSR perusahaan. Menurut Ambadar (2008)
diharapkan dengan aktivitas CSR yang bernapaskan Comdev dapat mencapai
tujuan strategis perusahaan disamping untuk mencapai profit optimum, tetapi juga
dapat bermanfaat bagi komunitas.
Kerangka Pemikiran
Kerangka permikiran dalam penelitian ini dapat dilihat berdasarkan tingkat
keberhasilan program CSR yang dijalani perusahaan. Tingkat keberhasilan CSR
perusahaan dalam penelitian ini diukur berdasarkan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Prayogo dan Hilarius (2012) tetapi hanya lima variabel yang
digunakan untuk mengukur keberhasilan CSR dalam penelitian ini yaitu variabel
efektivitas, kesesuaian, keberlanjutan, pemberdayaan, dan partisipasi. Pengukuran
keberhasilan CSR dengan menggunakan kelima variabel tersebut dapat
memberikan gambaran mengenai bagaimana pelaksanaan kegiatan CSR suatu
perusahaan dilaksanakan.
Pelaksanaan kegiatan CSR yang dilakukan perusahaan dapat mengacu
pada perbedaan karakteristik mengenai sejauh mana pelaksanaan CSR yang telah
dilakukan oleh perusahaan. Karakteristik pelaksanaan program CSR tersebut
menurut Saidi (2003) dibagi berdasarkan charity, philanthropy, maupun corporate
citizenship. Menurut Saidi (2003) karitas (charity) biasanya dimaksudkan untuk
memberi bantuan untuk kebutuhan dan kendala yang sifatnya sesaat dan
mendesak sementara philanthropy adalah hibah yang ditujukan untuk kegiatan
investasi sosial. Corporate citizenship mengacu pada hubungan timbal balik
antara masyarakat dan perusahaan berkaitan dengan kewajiban dari masingmasing pihak.
Keberhasilan Program
CSR:
(X)
1. Tingkat Efektivitas
2. Tingkat Kesesuaian
3. Tingkat Keberlanjutan
4. Tingkat Pemberdayaan
5. Tingkat Partisipasi
Keterangan:

Karakteristik CSR:
1. Charity
2. Philantrophy
3. Corporate
Citizenship

: berhubungan
Gambar 2. Kerangka Pemikiran

12

Karakteristik program CSR yang bersifat charity adalah ketika motivasi
perusahaan melakukan program CSR didasarkan karena agama dan tradisi
sementara misi dalam melakukan kegiatan CSR tersebut hanya mengatasi masalah
sesaat. Karakteristik philanthropy adalah ketika aktvitas CSR didorong oleh
norma dan etika hukum, bukan sekedar untuk memenuhi kewajiban semata.
Selanjutnya karakteristik corporate citizenship adalah ketika misi perusahaan
dalam melakukan kegiatan CSR adalah untuk memberikan kontribusi pada
masyarakat.
Pada akhirnya, penelitian ini bertujuan untuk melihat apa sebenarnya
hubungan antara tingkat keberhasilan program CSR yang dijalankan perusahaan
dengan karakteristik program CSR di pedesaan.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka hipotesis penelitian yang
muncul adalah:
1. Tingkat keberhasilan CSR yang diukur berdasarkan tingkat efektivitas,
tingkat kesesuaian, tingkat keberlanjutan, tingkat pemberdayaan, dan
tingkat partisipasi memiliki hubungan karakteristik program CSR di
pedesaan.

13

PENDEKATAN LAPANGAN
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
yang didukung dengan data kualitatif. Metode kuantitatif yang digunakan adalah
penelitian survei dengan cara mengambil sample dan menggunakan kuesioner
sebagai alat pengumpulan data primer (Singarimbun dan Effendi 1989). Data
kualitatif diperoleh dengan cara wawancara mendalam dan observasi untuk dapat
membantu penyusunan pertanyaan dalam pembuatan kuesioner. Setelah kuesioner
diperbaiki, selanjutnya dapat dilakukan proses pengumpulan data yang sesuai
dengan metode kuantitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini berguna untuk
menggali informasi mendalam mengenai data kuantitatif yang telah diambil
sebelumnya. Penelitian survei digunakan untuk mengetahui hubungan tingkat
keberhasilan program Corporate Social Responsibility (CSR) dengan karakteristik
program CSR di pedesaan. Pengertian survey dibatasi pada penelitian yang
datanya dikumpulkan dari sampel atas populasi untuk mewakili seluruh populasi
(Singarimbun dan Effendi 1989). Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian
eksplanatori yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih
variabel. Penelitian eksplanatori dapat menjelaskan mengenai bagaimana korelasi
antara dua atau lebih variabel maupun kekuatan hubunganya.
Lokasi dan Waktu
Waktu pelaksanaan penelitian yaitu terhitung dari pengambilan data
sekunder pada bulan Februari 2016, kemudian pengambilan data primer yang
dilaksanakan pada bulan Maret 2016. Pengolahan dan analisis data akan
dilakukan setelah data diperoleh yaitu pada awal bulan April 2016. Penulisan draft
skripsi pada bulan April 2016 hingga awal Mei 2016. Kegiatan penelitian ini
terdiri dari penyusunan proposal penelitian, kolokium, pengambilan data
lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi, uji petik, sidang
skripsi, dan perbaikan skripsi.
Lokasi penelitian bertempat di Desa Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal
sebagai desa operasional CSR PT Holcim di Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Lokasi ini dipilih secara purposive karena lokasi ini termasuk salah satu lokasi
operasional CSR PT Holcim. Selain itu, pemilihan lokasi juga dikarenakan Desa
Bantarjati memiliki program yang dijalankan oleh pihak CSR dari perusahaan
Holcim, sehingga penelitian ini bertujuan untuk membandingkan karakteristik
program CSR terhadap proses implementasi CSR dalam satu desa kepada pihak
penerima program dan bukan penerima program CSR.
Teknik Penentuan Informan dan Responden
Subjek yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah warga di Desa
Bantarjati, Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Unit analisis
yang diambil adalah individu penerima manfaat dan bukan penerima manfaat di
desa tersebut yang dipilih secara purposive. Sample yang dipilih adalah individu

14

penerima program dan bukan penerima program yang dipilih secara cluster
sampling dengan jumlah total responden sebanyak 60 responden. Pemilihan
metode sampling ini dilakukan dengan mempertimbangkan apabila dilakukan
perbandingan antara penerima program dan bukan penerima program CSR dari
perusahaan Holcim dalam satu desa yang sama.
Pemilihan terhadap informan dilakukan dengan menggunakan teknik
snowball dan jumlahnya tidak ditentukan. Penetapan informan dengan
menggunakan cara ini memungkinkan perolehan data dari satu informan ke
informan lainnya. Pencarian informasi ini akan berhenti apabila tambahan
informan tidak lagi menghasilkan pengetahuan baru atau sudah memenuhi untuk
data yang diperlukan. Pihak yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah
petugas kecamatan, aparatur desa, pihak perusahaan, dan tokoh masyarakat
setempat, yang dianggap mengetahui dengan jelas mengenai pelaksanaan program
CSR di Desa Bantarjati.
Teknik Pengumpulan Data
Tabel 3. Kebutuhan data dan metode pengumpulan data dalam penelitian
Sumber Data
Metode
No.
Kebutuhan Data
Pengumpulan
Primer
Sekunder
Data
1.
Gambaran umum lokasi
Data
Studi
penelitian
monografi
dokumen
desa
2.
Sejarah
tata
guna, Elit
desa, Data
Studi
penguasaan,
dan masyarakat
monografi
dokumen,
pemilikan lahan.
setempat,
desa,
hasil survei
tokoh
penelitian
(kuesioner),
masyarakat.
akademis.
wawancara
mendalam
(daftar
pertanyaan)
3.
Keadaan kesejahteraan Elit
desa, BPS,
Studi
masyarakat
masyarakat
monografi
dokumen,
setempat,
desa,
hasil survei
tokoh
penelitian
(kuesioner),
masyarakat.
akademis.
wawancara
mendalam
(daftar
pertanyaan)
4.
Kegiatan CSR yang
PT. Holcim
Studi
dilakukan korporasi
dokumen
5.
Respons dan pandangan Masyarakat
Survei
masyarakat
terhadap setempat, elit
(kuesioner),
pelaksanaan
program desa,
tokoh
wawancara
CSR
masyarakat.
mendalam
(daftar
pertanyaan)

15

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer didapat langsung di lapangan melalui proses wawancara
mendalam, survei, dan observasi yang dilakukan langsung kepada responden
maupun informan. Data primer juga dapat diperoleh dengan bantuan kuesioner
kepada penerima program dan bukan penerima program CSR perusahaan PT
Holcim serta wawancara yang dilakukan terhadap informan yang sudah
ditentukan. Sebelumnya akan dilakukan uji coba penggunaan kuesioner kepada 10
responden yang memiliki karakteristik yang sama dengan sampel. Hasil dari uji
coba kuesioner tersebut akan dilihat hasil validitas dan hasil realibilitas sebagai
masukan untuk menyempurnakan dan memperbaiki pertanyaan dalam kuesioner.
Setelah kuesioner diperbaiki, kemudian dilakukan wawancara kuesioner kepada
sampel penelitian. Hasil dari wawancara kuesioner tersebut kemudian dituang ke
dalam catatan harian yang berisi uraian rinci. Hasil wawancara terstruktur dari
pertanyaan dalam kuesioner menjadi dasar merumuskan panduan pertanyaan
wawancara mendalam dengan informan.
Data sekunder diperoleh dari dokumen-dokumen tertulis di kantor
kelurahan dan kantor Kecamatan Klapanunggal. Data sekunder dokumendokumen yang terkait dengan penelitian ini dapat berupa data monografi lokasi
penelitian, program-program CSR yang dilaksanakan, serta data penerima
program CSR desa. Data sekunder dalam penelitian dapat diperoleh juga melalui
buku, internet, skripsi/thesis, serta hasil riset dan penelitian yang berkaitan dengan
topik penelitian. Data sekunder yang dapat digunakan untuk memperkuat data
kuantitatif dan kualitatif diperoleh melalui studi literatur yang berkaitan dengan
penelitian.Penjelasan mengenai kebutuhan data dan metode yang digunakan
dalam pengumpulan data dapat dilihat pada Tabel 3.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Penelitian ini mempunyai dua jenis data yang akan diolah dan dianalisis,
yaitu data kuantitatif dan data kualitatif. Unit analisis yang diambil adalah
individu penerima program CSR dan bukan penerima program dari Desa
Bantarjati yang dipilih secara purposive. Data kuantitatif diolah dengan
menggunakan bantuan aplikasi Microsoft Excell 2007 dan SPSS 22. Aplikasi
Microsoft Excell 2007 akan digunakan untuk membantu pembuatan tabel
frekuensi, grafik, diagram, serta tabel tabulasi silang untuk melihat data awal
responden pada masing-masing variabel secara tunggal, sedangkan aplikasi SPSS
21 digunakan untuk membantu dalam uji statistik yang akan menggunakan uji
korelasi Rank Spearman. Uji korelasi Rank Spearman digunakan untuk
mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal.
Dalam penelitian ini, uji Rank Spearman digunakan untuk melihat ada atau
tidaknya korelasi antara keberhasilan CSR dengan karakteristik program CSR.
Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian
data, dan verifikasi. Proses reduksi data dimulai dari proses pemilihan,
penyederhanaan, abstraksi, hingga transformasi data hasil wawancara mendalam,
observasi, dan studi dokumen. Tujuan dari reduksi data adalah untuk
mempertajam, menggolongkan, mengarahkan, dan membuang data yang tidak
perlu. Proses penyajian data dapat berupa narasi, diagram, dan matriks. Proses
verifikasi adalah langkah terakhir yaitu penarikan kesimpulan dari hasil yang telah

16

diolah pada tahap reduksi data. Pendekatan kualitatif akan dikumpulkan dengan
menggunakan panduan pertanyaan sebagai acuan atau pemandu dalam melakukan
wawancara mendalam. Data kualitatif yang diperoleh dari hasil wawancara
mendalam dan pengamatan di lapangan akan dituang ke dalam catatan lapang.
Tabel 4. Definisi operasional
Indikator

Definisi

Definisi
Operasional
& skor
Kategori

Skala
Pengukuran

1. Keberhasilan Program CSR
adalah hasil kerja yang telah dicapai dari pelaksanaan program CSR yang dapat dilihat
berdasarkan lima variabel.
Keberhasilan
program
CSR 1. Rendah = Ordinal
Tingkat
perusahaan dengan kaitannya dalam
skor < 15
Efektivitas
mengatasi permasalahan yang ada di 2. Sedang =
masyarakat.
skor 15 17
3. Tinggi =
skor >17
Keselarasan
maupun
kecocokan 1. Rendah =
Ordinal
Tingkat
skor
<
15
antara
program
CSR
yang
Kesesuaian
dilaksanakan dengan kebutuhan yang 2. Sedang =
skor 15 – 17
ada dalam masyarakat.
3. Tinggi =
skor > 17
Tingkat
keberlanjutan

Kelangsungan pelaksanaan program 1. Rendah =
CSR yang dapat berjalan secara terus skor < 13
2. Sedang =
menerus.
skor 13 – 15
3. Tinggi =
skor > 15

Ordinal

Tingkat
Pemberdayaan

Kemampuan program CSR dalam hal 1. Rendah =
meningkatkan
kemampuan
atau skor < 14
2. Sedang =
keberdayaan masyarakat.
skor 14 - 16
3. Tinggi =
skor > 16

Ordinal

Tingkat
Partisipasi

Peran serta masyarakat dalam
pelaksanaan program CSR, baik
dalam
proses
perencanaan,
pelaksanaan, dan monitoring dan
evaluasi, menikmati hasil. Partisipasi

1. Rendah =
skor < 13
2. Sedang =
skor 13 - 17
3. Tinggi =
skor > 17

Ordinal

17

Indikator

Definisi

Definisi
Operasional
& skor
Kategori

Skala
Pengukuran

mengikuti teori Uphoff.
2. Karakteristik program CSR adalah ciri khas yang melekat pada program CSR
yang dilaksanakan perusahaan berdasarkan sifat kegiatan at