Pengaruh Modal Sosial Terhadap Tingkat Keberhasilan Program Csr Pt Pertamina Indramayu.

1

PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TINGKAT
KEBERHASILAN PROGRAM CSR PT PERTAMINA INDRAMAYU

HANUNG SURYO PANGGONDO NAGORO

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

iii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh
Modal Sosial terhadap Tingkat Keberhasilan Program CSR PT Pertamina

Indramayu” adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan
belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada
Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015

Hanung Suryo Panggondo Nagoro
NIM I34110131

iv

v

ABSTRAK
HANUNG SURYO PANGGONDO NAGORO. Pengaruh Modal Sosial
terhadap Tingkat Keberhasilan program CSR PT Pertamina Indramayu. Di bawah
bimbingan MURDIANTO

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis seberapa besar pengaruh
modal sosial terhadap tingkat keberhasilan program CSR PT Pertamina
Indramayu. Adapun modal sosial berupa kepercayaan, norma dan jaringan.
Sementara itu tingkat keberhasilan program meliputi tingkat partisipasi, tingkat
pendapatan dan skala usaha. Penelitian ini dilakukan di Desa Balongan
Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tingkat keberhasilan program CSR PT Pertamina Indramayu dipengaruhi
oleh partisipasi masyarakat yang tinggi dan adanya peningkatan pendapatan yang
diterima responden setelah mengikuti program ini. Modal sosial yang dimiliki
masyarakat berupa tingkat kepercayaan masyarakat yang kuat, sehingga norma
dan jaringan yang diterapkan dapat berjalan secara efektif.
Kata kunci: modal sosial, tingkat keberhasilan, program pengembangan
masyarakat, dan partisipasi

ABSTRACT
HANUNG SURYO PANGGONDO NAGORO. Influence of Social Capital to
the Success Rate of CSR programs PT Pertamina Indramayu. Supervised by
MURDIANTO
This aims of this research was to analyze the influence of social capital to
the success rate of CSR programs PT Pertamina Indramayu. The social capital

was trust, norms, and networks. While the success rate of the program includes
the participation rate, income level and scale of business. The research took place
in Balongan Village, Balongan Sub-District, Indramayu. The results showed that
the success rate of the CSR programs PT Pertamina Indramayu affected by high
public participation and increase of level income received by the respondent after
followed this program. The social capital owned by the comuunity haved a strong
level of public confidence, so that the norms and networks can run effectively.
Keywords: community development, participation, social capital and success rate
of CSR programs

vi

vii

PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TINGKAT
KEBERHASILAN PROGRAM CSR PT PERTAMINA
INDRAMAYU

HANUNG SURYO PANGGONDO NAGORO


Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Responden
pada
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Responden

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015

viii

x

xi

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang bejudul “Pengaruh Modal Sosial Terhadap Tingkat Keberhasilan
Program CSR PT Pertamina Desa Balongan Kecamatan Balongan Kabupaten
Indramayu” ini dengan baik. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat
terselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Ir. Murdianto, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah dengan
sabar membimbing dan memberi masukan serta kritik kepada penulis
selama penulisan skripsi ini,
2. Ayahanda Dr Cahyono Tri Wibowo, SE. MM dan Ibunda Sri MujiHarini
Ritanung, SE serta adik-adikku (Cahyani Nur Aisyah dan Rawda Syarifa
Jannah) yang telah menjadi sumber inspirasi dan telah memberikan
dukungan baik moril maupun materiil kepada penulis,
3. Keluarga Seperjuangan dan sahabat-sahabatku di IPB Pengaruh Modal
Sosial Terhadap Tingkat Keberhasilan Program CSR PT Pertamina Desa
Balongan Kecamatan Indramayu Kabupaten Indramayu yang telah
memberikan dukungan baik semangat, doa dan masukannya terutama Dwi
Kurniati Putri dan para ikaners: Muh. Dhiaurrahman, Luki Setyawan,
Mutiara Fadhila, Soraya Feruzia dan Afiefah Muthaharah.
4. Teman satu kelompok bimbingan Rielisa AP. Hutagaol, Fitri Andriani

Sidik, Nerissa Arviana dan Audy Agung Permadi yang selalu memberi
semangat dan menjadi teman diskusi dalam penulisan skripsi ini,
5. Tim pendamping CSR PT Pertamina, Mas Aris, Kak Irma, Kak Wulan,
Mas Maul, Kak Alvi, Mas Puguh yang telah membantu dalam proses
penelitian di Indramayu.
6. Teman teman seperjuangan SKPM 48 yang telah memberikan semangat
dan doanya dalam penyelesaian skripsi ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2015

Hanung Suryo Panggondo Nagoro

xii

xiii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR
DAFTAR GRAFIK
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)
Definisi Modal Sosial
Definisi Pengembangan Masyarakat
Definisi Keberhasilan Program
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian
Definisi Operasional
PENDEKATAN LAPANGAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Penelitian
Teknik Penentuan Informan dan Responden

Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
GAMBARAN LOKASI PENELITIAN
Kondisi Geografis
Kondisi Demografis
Kondisi Sosial Ekonomi
Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina
Kelompok Pengolahan Bahan Pangan
Kelompok Budidaya Lele
Kelompok Usaha Peternakan
Profil PT Pertamina Indramayu RU VI Balongan
Ikhtisar
KARAKTERISTIK RESPODEN PROGRAM CSR PT PERTAMINA
RU VI BALONGAN
Jenis Kelamin
Usia
Jenis Program CSR yang Diikuti
Tahun Keikutsertaan

xiii

xiv
xiv
1
1
2
3
3
5
5
5
6
8
9
10
11
11
15
15
15
16

16
17
19
19
20
20
21
22
22
22
23
24
25
25
26
26
27

xiv


Kepemilikan Rumah
Karakteristik Pendapatan
Karakteristik Skala Usaha
Ikhtisar
MODAL SOSIAL PADA PROGRAM CSR PT PERTAMINA
Tingkat Kepercayaan
Tingkat Norma
Tingkat Jaringan
Ikhtisar
PENGARUH MODAL SOSIAL TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN

27
28
29
31
33
33
36
38
40
41

Pengaruh Modal Sosial terhadap Tingkat Partisipasi
Pengaruh Modal Sosial terhadap Tingkat Pendapatan
Pengaruh Modal Sosial terhadap Skala Usaha
Ikhtisar
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

41
43
45
46
49
49
49
51
55
74

xv

DAFTAR TABEL
1
2

3
4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

Jumlah dan persentase jenis pekerjaan responden program CSR
PT
Pertamina Indramayu Tahun 2015
Jumlah dan Persentase Responden Menurut Jenis Kelamin
Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu
Tahun 2015
Usia responden yang mengikuti program CSR Desa Balongan,
Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun 2015
Jenis Program CSR yang diikuti oleh Responden Desa
Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun
2015
Jumlah dan Persentase Tahun keikutsertaan Program CSR PT
Pertamina, Desa Balongan, Kabupaten Indramayu Desa
Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun
2015
Kepemilikan rumah yang dimiliki oleh responden Program
CSR PT Pertamina Desa Balongan, Kecamatan Balongan,
Kabupaten Indramayu Tahun 2015
Jumlah dan pesentase pendapatan responden program CSR PT
Pertamina Desa Balongan, kecamatan Balongan, Kabupaten
Indramayu
Skala usaha yang diperoleh oleh responden rogram CSR PT
Pertamina Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten
Indramayu Tahun 2015
Jumlah dan pesentase pendapatan responden program CSR PT
Pertamina Desa Balongan, kecamatan Balongan, Kabupaten
Indramayu
Jumlah dan persentase tingkat norma pelaksanaan Program
CSR PT Pertamina, Kelompok Usaha Bersama di Desa
Balongan Kecamatan Indramyu
Jumlah dan persentase tingkat jaringan pelaksanaan Program
CSR PT Pertamina, Kelompok Usaha Bersama di Desa
Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun
2015
Hasil uji analisis regresi linear mengenai pengaruh modal
sosial terhadap tingkat partisipasi responden program CSR PT
Pertamina Desa Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten
Indramayu Tahun 2015
Hasil uji analisis regresi linear mengani pengaruh modal sosial
terhadap tingkat pendapatan responden program CSR PT
Pertamina Desa Balongan, kabupaten Indramayu Tahun 2015
Hasil uji analisis regresi linear mengenai pengaruh modal
sosial dengan skala usaha program CSR PT Pertamina Desa
Balongan Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun
2015
Uji korelasi rank spearman antara modal sosial dengan tingkat
partisipasi responden pelaksana CSR PT Pertamina Desa

20
25

26
26

27

28

29

30

34

37

38

41

43

45

67

xvi

Balongan, Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu Tahun
2015

DAFTAR GAMBAR
1
2
3

4

5

6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

1

2

Kerangka pemikiran pengaruh modal sosial terhadap keberhasilan
program CSR
Luas penggunaan lahan Desa Balongan, Kecamatan Balongan,
Kabupaten Indramayu tahun 2015
Kolam budidaya lele yang menggunakan terpal Program CSR PT
Pertamina Indramayu, Kecamatan Balongan, Kabupaten
Indramayu Tahun 2015
Bantuan motor tossa dari PT Pertamina untuk memudahkan
pengangkutan hasil panen lele Desa Balongan, Kecamatan
Balongan, Kabupaten Indramayu tahun 2015
Kios cengkir yang menjual hasil produksi pengolahan bahan
pangan seperti kue, terasi dan keripik Desa Balongan, Kecamatan
Balongan, Kabupaten Indramayu tahun 2015
Alat pengolahan kue kering
Proses pengolahan produksi terasi
Produksi kue dan keripik pada program pengolahan bahan pangan
Sertifikasi halal pada program pengolahan bahan pangan
Produksi terasi tiga putra dari
Hasil budidaya lele
Monitoring Dosen dari P4W IPB
Penetasan telur itik program peternakan CSR PT Pertamina
Indramayu Desa Balongan
Kelembagaan kelompok usaha bersama Desa Balongan
Pengolahan produk terasi
Pengiriman produk binaan ke beberapa kios daerah Indramayu
Gambar hasil produk pengolahan abon ikan peda
Wawancara mendalam bersama responden pengolahan terasi
Wawancara mendalam bersama responden budidaya lele
Wawancara mendalam bersama responden pengolahan kue
Wawancara mendalam bersama responden program peternakan
DAFTAR GRAFIK

10

Tingkat pendapatan yang diterima program CSR PT Pertamina
Desa Balongan Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu
Tahun 2015.
Sebaran skala usaha yang diterima program CSR PT Pertamina
Desa Balongan Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu
Tahun 2015

28

19
34

37

39

56
56
56
56
57
57
57
57
58
58
58
58
59
59
59
59

30

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Indonesia masih sangat rendah dibandingkan negara-negara di Asia Tenggara.
Pada 2005, Indonesia menduduki peringkat IPM 110 dari 117 negara, sedangkan
pada 2006 di peringkat 108 dari 189 negara. Peringkat IPM Indonesia juga masih
jauh tertinggal dibandingkan Malaysia pada peringkat 63, Singapura (25), dan
Thailand (77). Bahkan peringkat IPM Indonesia masih dibawah Vietnam (105).
Kondisi ini diperlukan upaya pelibatan swasta, pemerintah dan masyarakat dalam
meningkatkan indeks pembangunan manusia Indonesia secara bersinergi (Radyati
2008). Isu-isu mengenai tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Sosial
Responsibility/CSR) sudah cukup lama muncul di negara- negara maju. Isu
tersebut akhir-akhir ini juga mendapatkan perhatian yang cukup intens dari
berbagai kalangan, seperti pemerintah, perusahaan, akademisi, dan organisasi non
pemerintah di Indonesia. Respon pemerintah terhadap pentingnya CSR ini terlihat
dari dikeluarkannya Kebijakan Pemerintah melalui Keputusan Menteri BUMN
Nomor: Kep-236/MBU/2003 yang mengharuskan seluruh BUMN untuk
menyisihkan sebagian labanya untuk pemberdayaan masyarakat yang dikenal
dengan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL), yang
implementasinya ditindaklanjuti dengan Surat Edaran Menteri BUMN.
Surat Edaran No.433/MBU/2003 merupakan petunjuk pelaksanaan dari
Keputusan Menteri BUMN tersebut di atas. Lebih lanjut respons pemerintah
tersebut terlihat dari dikeluarkannya UU Nomor 40 Tahun 2007 Bab V Pasal 74
tentang Perseroan Terbatas, yang didalamnya memuat kewajiban perusahaan
khususnya perusahaan yang mengeksplorasi sumber daya alam untuk melakukan
CSR. Perusahaan-perusahaan yang melakukan berbagai kegiatan terencana perlu
menciptakan adanya kegiatan bisnis yang sesuai dengan yang diharapkan (Good
Bussiness). Salah satu caranya adalah dengan mengikuti peraturan yang telah
ditetapkan pemerintah untuk menerapkan Corporate Social Responsibility (CSR).
Meskipun, perusahaan sebagai pelaku dalam dunia bisnis memiliki tujuan yang
berorientasi pada pencapaian laba semaksimal mungkin, akan tetapi aktivitasaktivitas yang dilakukan oleh setiap perusahaan tersebut menimbulkan tanggung
jawab bagi perusahaan untuk menjaga keseimbangan dengan lingkungannya,
misalnya perusahaan pertambangan yang berlokasi dekat dengan pemukiman
suatu komunitas. Perusahaan pertambangan ini diharuskan melakukan tanggung
jawabnya tidak hanya pada lingkungan alam yang dieksploitasi, tetapi juga pada
masyarakat sekitar (komunitas lokal) yang secara langsung atau tidak langsung
terkena dampak dari kegiatan perusahaan pertambangan ini. Maka dari itu perlu
adanya tanggung jawab sosial perusahaan yang bertujuan melaksanakan program
CSR sebagai komitmen pada peran sertanya dalam mengolah sumber daya secara
adil, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, yang
diharapkan dapat meningkatkan kualitas hidup dari karyawan dan keluarganya
sekaligus juga peningkatan kualitas komunitas lokal dan masyarakat secara luas
(Wibisono 2007).
Pelaksanaan program CSR sudah semestinya dilakukan oleh PT Pertamina
yang merupakan salah satu perusahaan pengolahan minyak dan gas bumi negara

2

di Indonesia yang termasuk dalam BUMN. Komitmen penyediaan dana untuk
program CSR Pertamina adalah sebesar 1% dari perolehan laba perseroan dengan
pembagian dana sebesar 80% untuk program CSR perusahaan yang direncanakan
dan 20% dana untuk program yang sifatnya responsif (PT Pertamina 2011). Oleh
karena itu, PT Pertamina telah menerapkan beberapa program CSR bagi
masyarakat desa binaan sekitar perusahaan mereka. Salah satu program yang telah
dilaksanakan PT Pertamina yakni program bina desa mandiri yang salah satunya
berfokus pada program pemberdayaan ekonomi lokal.
PT Pertamina juga memperhatikan dalam IPM dalam merumuskan
program/kegiatan CSR untuk memperbaiki kondisi sosial maupun fisik pada
daerah perusahaan. Dalam pembangunan kemampuan manusia ini PT Pertamina
mendirikan pelatihan-pelatihan khusus bagi responden yang dilibatkan pada
program pengembangan responden ini, berupa pendidikan, infrastruktur, dan
ekonomi. Adanya pelatihan ini memiliki tujuan agar program yang diterapkan
berhasil yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat itu
sendiri. Kearifan lokal yang berupa modal sosial ini dapat menjadi modal dasar
yang dimiliki oleh masyarakat dalam menjalankan setiap program pemberdayaan.
Maka dari itu perlu adanya peran serta dari masyarakat yang kuat dalam
pelaksanaan program ini. Oleh karena itu, pertanyaan utama dalam proposal ini
adalah bagaimana pengaruh modal sosial terhadap tingkat keberhasilan
program CSR dalam rangka meningkatkan kesejahteraan responden yang
penerima program CSR?
Rumusan Masalah
Adanya perbedaan kondisi responden di berbagai wilayah di desa
Balongan mengakibatkan terjadinya lapisan dalam masyarakat, kondisi tersebut
terjadi karena perbedaan tingkat pendidikan dan pendapatan yang diperoleh
responden. Oleh karena itu pertanyaan penelitian selanjutnya adalah menganalisis
karakteristik responden di Desa Balongan?
Modal sosial yang dimiliki oleh responden tentunya memiliki kekhasan
yang berbeda, tergantung dengan kondisi sosial masyarakat yang berada pada
wilayah tertentu. Relasi yang dibangun dengan erat antar responden dapat
menciptakan modal sosial pada pelaksanaan program ini. Maka menarik untuk
diteliti bagaimana modal sosial yang terdapat pada peserta kegiatan program
CSR PT Pertamina?
Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi unsur penting bagi
perusahaan dalam menjamin keberlanjutan bisnisnya dan merupakan wujud
tanggung jawab sosial perusahaan terhadap sosial dan lingkungannya atas dampak
operasional yang telah dilakukan. Industri yang sangat menggantungkan kegiatan
operasionalnya kepada sumber daya alam ini telah memiliki kesadaran akan
dampak operasionalnya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Hal tersebut
terbukti dengan kerja keras PT Pertamina dalam melaksanakan berbagai program
CSR dengan baik yang bertujuan untuk memberikan manfaat terhadap masyarakat
di berbagai desa binaannya khususnya di Desa Balongan dan Desa Majakerta. PT
Pertamina telah berupaya melaksanakan program CSR-nya berlandaskan
kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki oleh respondennya. Namun belum diketahui

3

bagaimana pengaruh modal sosial terhadap tingkat keberhasilan program
pengembangan masyarakat?
Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian secara umum adalah untuk menganalisis pengaruh modal
sosial terhadap tingkat Keberhasilan Program CSR PT Pertamina dan secara
khusus bertujuan untuk:
1. Menganalisis karakteristik responden di Desa Balongan
2. Menganalisis modal sosial yang terdapat pada peserta kegiatan program
CSR PT Pertamina, dan
3. Menganalisis pengaruh modal sosial terhadap tingkat keberhasilan
program pengembangan masyarakat.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak
yang berminat maupun yang terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada:
1. Peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai CSR
dan mampu memaknai secara ilmiah fenomena yang terlihat. Sedangkan
untuk civitas akademika dapat memperoleh koleksi terbaru penelitian yang
akan memperkaya perkembangan pengetahuan mengenai CSR.
2. Kalangan non akademisi, seperti perusahaan bermanfaat menjadi bahan
pertimbangan dan data untuk mengevaluasi penerapan program CSR yang
telah dilaksanakan yang berbasiskan pengembangan masyarakat. Selain
itu, perusahaan dapat memiliki data dan informasi terbaru yang dapat
digunakan untuk meningkatkan efektifitas.
3. Masyarakat dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran mengenai
tingkat pendidikan masyarakat akibat dampak program CSR yang telah
dilaksanakan.
4. Pemerintah diharapkan dapat menentukan arah kebijakan dan peraturan
mengenai CSR yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.

4

5

PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Definisi Corporate Social Responsibility (CSR)
Definisi CSR menurut Bank Dunia yaitu lembaga keuangan global
merumuskan: “Corporate Social Responsibility is the commitment of business to
contribute to sustainable economic development working with employees and
their representatives, the local community and society at large to improve quality
of life, in ways that are both good for business and good for development”.
Menurut Elkington (1999) CSR merupakan kepedulian perusahaan yang didasari
tiga prinsip dasar yang dikenal dengan istilah Triple Bottom Lines yaitu profit,
people dan planet, yaitu:
1. Profit
Perusahaan tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi
yang memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang.
2. People
Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia,
beberapa perusahaan mengembangkan program CSR seperti pemberian
beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendiri sarana pendidikan dan
kesehatan, penguatan kapasitas ekonomi lokal dan ada yang merancang
berbagai skema perlindungan sosial warga setempat.
3. Planet
Perusahaan peduli terhadap lingkungan hidup dan berkelanjutan
keragaman hayati. Beberapa program CSR yang berpijak pada prinsip ini
biasanya berupa penghijauan lingkungan hidup, penyediaan sarana air
bersih, perbaikan pemukiman, dan pengembangan pariwisata.
Menurut (Ambadar 2008) CSR merupakan upaya untuk menciptakan
keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara keseimbangan antara
keuntungan, fungsi-fungsi sosial, dan pemeliharaan lingkungan. Perusahaan saat
ini tentunya telah mengalami perubahan dari yang bersifat memberi
kedermawanan kepada masyarakat, saat ini lebih menekankan pada upaya
penciptaan kemandirian masyarakat. Adapun beberapa tahapan untuk
meningkatkan kemandirian masyarakat menurut Wibisono (2007), yaitu :
1. Tahap perencanaan
Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR
Assessement, dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan
langkah utama membangun kesadaran pentingnya CSR dan komitmen
manajeman dalam berbagai upaya yaitu dapat berupa seminar, lokakarya,
dan lain-lain. CSR Assessement merupakan upaya memetakan kondisi
perusahaan dan mengidentifikasikan aspek-aspek yang perlu mendapatkan
prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun
struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif.
Langkah selanjutnya membangun CSR Manual Building, dapat melalui
bencmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli
independen dari luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu

6

memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh
elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu,
efektif dan efisien.
2. Tahap implementasi
Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang penting diperhatikan yaitu
penggorganisasian (organizing) sumber daya, penyusunan (staffing),
pengarahan (direction), pengawasan atau koreksi (controlling),
pelaksanaan sesuai rencana, dan penilaian (evaluation) tingkat pencapaian
tujuan. Tahap implementasi terdiri dari tiga langkah utama, yaitu
sosialisasi, pelaksanaan, dan internalisasi.
3. Tahap evaluasi
Tahap evaluasi perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu
untuk mengukur sejauh mana efektivitas penerapan CSR.
4. Tahap Pelaporan
Pelaporan diperlukan dalam rangka membangun sistem informasi baik
untuk keperluan pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan
inforrmasi material dan relevan mengenai perusahaan.
Definisi Modal Sosial
Modal sosial adalah suatu keadaan yang membuat masyarakat atau
sekelompok orang bergerak untuk mencapai tujuan bersama. Modal sosial beserta
komponen-komponennya menjadi perekat yang akan menjaga kesatuan
masyarakat suatu kelompok. Modal yang satu ini penting diwujudkan dalam
bentuk gerakan bersama, dalam konteks hubungan antar-individu dalam
komunitas, lembaga, asosiasi, kelompok, tim dan sejenisnya. Di dalam prosesnya,
gerakan itu ditopang oleh nilai dan norma yang khas, yaitu trust, saling memberi
dan menerima, toleransi, penghargaan, partisipasi, kerja sama dan proaktif, serta
nilai-nilai positif saling mengikat dan menjadi penentu kualitas serta energi sosial
yang dihasilkan agar dapat membawa kemajuan bersama. Pengikatan inilah yang
menyatukan setiap kelompok dan memberi aksi bersama yang dilakukan secara
efisien dan efektif menurut Djohan (2007). Secara lebih mendalam Burt (1992)
mendefinisikan, modal sosial adalah kemampuan masyarakat untuk melakukan
asosiasi satu sama lain dan selanjutnya menjadi kekuatan yang sangat penting
bukan hanya bagi kehidupan ekonomi akan tetapi juga setiap aspek eksistensi
sosial yang lain, sedangkan menurut Putnam (1993) modal sosial adalah sejenis
perekat sosial yang memfasilitasi tindakan di tingkat responden yang pada
gilirannya memungkinkan berbagai manfaat bagi kegiatan sosial kemasyarakatan.
Fukuyama (1995) mendefinisikan modal sosial sebagai serangkaian nilainilai atau norma-normal informal yang dimiliki bersama diantara suatu kelompok
yang memungkinkan terjalinnya kerjasama diantara mereka, sedangkan menurut
Cox dalam Suharto (1997) mendefinisikan modal sosial sebagai hubunganhubungan yang tercipta dan norma-norma yang membentuk kualitas dan kuantitas
hubungan sosial dalam masyarakat pada spektrum yang luas yaitu sebagai perekat
sosial (social glue) yang menjaga kesatuan masyarakat dalam suatu kelompok
secara bersama-sama.

7

Merujuk pada Ridel (1997) terdapat tiga parameter modal sosial yaitu
kepercayaan, norma-norma, dan jaringan.
1. Kepercayaan
Menurut Fukuyama (1995) kepercayaan merupakan harapan yang
berkembang pada masyarakat yang ditunjukkan dengan adanya
perilaku jujur, teratur, dan kerjasama berdasarkan norma-norma yang
dianut secara bersama. Pendapat lainnya yakni Cox dalam Suharto
(1997) Kepercayaan yang dibangun dapat mewujudkan adanya niat
baik dengan sesama manusia dalam mewujudkan hubungan yang erat
dan dapat meningkatkan kerjasama satu dengan lainnya. Putnam
(1995) menjelaskan kepercayaan antar masyarakat diciptakan dapat
menjadi modal yang baik, karena melibatkan lembaga-lembaga sosial
yang kuat dalam menciptakan suasana yang harmonis.
2. Norma
Menurut Putnam (1993) menyebutkan norma yang dibangun dan
berkembang berasal dari kerjasama yang sebelumnya dibangun dan
diciptakan untuk meningkatkan adanya kerjasama yang baik. Lawang
(2005) menjelaskan norma yang terdapat pada suatu kelompok terjadi
tidak hanya dalam satu komunikasi saja, tetapi terjalin dalam waktu
yang lama. Pelaksanaan norma yang dipegang bersama ini dijadikan
sebagai prinsip kebenaran, apabila ada yang melanggar maka anggota
tersebut berhak diberikan sanksi yang tegas.
3. Jaringan
Putnam (1993) menjelaskan jaringan-jaringan sosial yang erat dapat
memperkuat kerjasama antar masyarakat serta bermanfaat pada
peningkatan partisipasinya. Menurut Pranadji (2006) kerja sama dan
jaringan kerja yang terbentuk dalam masyarkat adalah pengembangan
operasional dari hubungan saling percaya antar anggota masyarakat di
bidang sosio-budaya, ekonomi, dan pemerintahan (politik). Pranadji
juga menyatakan dalam kehidupan sosial di pedesaan, seharusnya
kepercayaan tidak dilihat sekedar sebagai masalah personalitas
(psikologis) atau interpersonal melainkan mencakup juga aspek
ekstrapersonal dan intersubyektif.
Nasdian (2014) menjelaskan modal sosial terbagi dalam empat dimensi.
Pertama adalah integrasi (integration) yaitu ikatan yang kuat antar masyarakat,
keluarga dengan tetangga sekitarnya. Contohnya, ikatan-ikatan berdasarakan
kekerabatan, etnik, dan agama. Kedua, pertalian (linkage), yaitu ikatan dengan
komunitas lain diluar komunitas asal. Contohnya, jejaring (network) dan asosiasiasosiasi bersifat kewargaan yang menembus perbedaan kekerabatan, etnik dan
agama. Ketiga, integritas organisasional yaitu keefektifan dan kemampuan
institusi negara untuk menjalankan fungsinya termasuk kepastian hukum dan
menegakkan peraturan. Keempat, sinergi yaitu relasi antara pemimpin dan
institusi pemerintahan dengan komunitas (state-community relations). Sejalan
dengan penelitian Suharto (2006) Modal sosial ini tidak akan habis dipergunakan,
melainkan dapat semakin meningkat. Hal tersebut karena modal sosial
menunjukkan pada kemampuan orang dalam berhubungan dengan orang lain
secara konsisten dan intim.Sedangkan menurut Putnam (1995) Modal sosial dapat
melahirkan kehidupan sosial yang harmonis, karena ditandai dengan adanya

8

lembaga-lembaga sosial yang kokoh dalam mendukungnya. Peranan modal sosial
ini dapat membantu masyarakat dalam pelaksanaan, khususnya program yang
bergerak pada bidang pemberdayaan, hal ini dikarenakan modal sosial
mengandalakan jalinan relasi yang dibangun antar masyarakat.
Definisi Pengembangan Masyarakat
Pengembangan masyarakat ialah kegiatan yang dilakukan bersama
komunitas masyarakat dengan cara meningkatkan partisipasi aktif masyarakat
agar dapat memenuhi kebutuhan hidup dan menyelesaikan persoalan-persoalan
yang dialami oleh komunitas masyarakat. Menurut Suharto (2005) pengembangan
masyarakat adalah salah satu metode pekerjaan sosial yang tujuan utamanya untuk
memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan sumber-sumber
yang ada pada mereka serta menekankan pada prinsip partisipasi sosial, karena
masyarakat pesisir umumnya memiliki karakteristik yang heterogen dengan latar
belakang yang berbeda baik dari pendidikan, pendapatan dan status sosialnya.
Menurut Amanah (2005) program pengembangan masyarakat dapat dilakukan
berdasarkan kearifan lokal berupa peningkatan partisipasi masyarakat setempat
dan dapat berjalan secara berkelanjutan karena adanya pengoptimalan sumber
daya alam yang dimiliki oleh masyarakat setempat.
Agar pengembangan masyarakat yang akan diimplementasikan di daerah
sekitar perusahaan berjalan sesuai dengan yang diharapkan, seyogyanya antara
kelompok masyarakat perlu memiliki keinginan yang kuat dalam
mensejahterahkan daerahnya. Menurut Nasdian (2014) pengembangan masyarakat
didefinisikan sebagai kegiatan untuk membantu diri sendiri dalam meningkatkan
standar dan kualitas hidup masyarakat terutama di daerah pedesaan. Kegiatan
pengembangan masyarakat dapat berupa peningkatan keterampilan yang dimiliki
oleh masyarakat. Merujuk pada penelitian Ihsan (2002) masyarakat mampu
menjalankan program pengembangan masyarakat apabila masyarakat tersebut
diberikan pelatihan-pelatihan peningkatan kemampuannya dalam mengolah
sumber daya alam. Adanya pelatihan yang diterapkan menjadikan masyarakat
memiliki keinginan dalam diri untuk melakukan kegiatan program pengembangan
masyarakat.
Menurut Sikhondze (1999) orientasi pengembangan masyarakat haruslah
membantu sasaran agar mampu mengembangkan diri atas inovasi-inovasi yang
ditetapkan secara partisipasi dan sesuai dengan kebutuhan yang dimiliki oleh
masyarakat. Merujuk pada penelitian Arvianthy (2014) program pengembangan
masyarakat yang diterapkan melalui pemberian modal dalam menjalankan
kegiatan usaha ekonomi pada masyarakat pesisir dinilai sesuai dengan kebutuhan
masyarakat, karena masyarakat mengalami kesulitan memperoleh nafkah ketika
cuaca buruk yang dialami oleh masyarakat nelayan. Modal tersebut dapat
digunakan untuk pemanfaatan budidaya perikanan dan perikanan tangkap,
misalnya program pengembangan budidaya tambak udang.

9

Definisi Keberhasilan Program
Keberhasilan program merupakan suatu keadaan dimana program
pemberdayaan yang diterapkan mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya, serta adanya perubahan keadaan lebih baik dari masa sebelumnya.
Menurut Munajat (2007) Organisasi dapat dikatakan berhasil apabila telah
mencapai tujuan dari organisasi tersebut.
Salah satu dimensi keberhasilan adalah dimensi partisipasi, Menurut
Iskandar dan Wibowo (2015) partisipasi ini dimaksudkan untuk melibatkan
anggota baik dalam merencanakan usaha, jenis usaha apa yang layak menurut
anggota, berapa modal usaha yang diperlukan, dan tempat mana yang layak untuk
mengembangkan usaha dan lain-lain. Selain itu melalui partisipasi ini
dimaksudkan agar anggota dapat menikmati hasil-hasil pembangunan secara adil
dan ikut mengambil keputusan dalam menentukan tujuan dalam merumuskan
kebijaksanaan.
Selain partisipasi keberhasilan program juga dapat dilihat berdasarkan
tingkat pendapatan. Menurut Mubyarto (2000) pendapatan merupakan penerimaan
yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Pendapatan ini menjadi
salah satu indikator keberhasilan, karena dapat ditinjau dari perubahan pendapatan
sebelum dan sesudah program pemberdayaan ini dilaksanakan. Menurut
Muflikhati (2010) pendapatan keluarga merupakan penjumlahan dari seluruh
pendapatan yang diperoleh suatu keluarga. Pelaksanaan program pemberdayaan
ini diharapkan dapat meningkatakan pendapatan keluarga, serta dapat memenuhi
kebutuhan yang diperlukan oleh keluarga sehari-harinya.
Menurut Triutami (2013) Pemanfaatan modal sosial dapat menghasilkan
aspek keuntungan, produktivitas dan skala industri. Unsur modal sosial seperti
kepercayaan dapat membentuk jaringan pada penjualan hasil produksi dan norma
untuk merumuskan kesepakatan bersama. Berdasarkan hasil penelitian Haryadi
(1998) persepsi keberhasilan usaha sangatlah beragam, secara umum kriteria
keberhasilan usaha yaitu : peningkatan taraf hidup secara meterial, peningkatan
produktifitas usaha, peningkatan skala usaha dan peningkatan kemandirian
melalui kemampuan bersaing secara ketat.
Aspek keberhasilan program pemberdayaan ini diperoleh dari berbagai
sumber indikator variabel keberhasilan usaha, yang meliputi : tingkat partisipasi,
tingkat pendapatan, dan skala usaha.

10

KERANGKA PEMIKIRAN

Karakteristik responden yang beragam pada Program CSR PT Pertamina
dikarenakan pelaksanaan program mencakup semua masyarakat yang berminat
mengikuti kegiatan ini. Keberagaman yang berada pada kelompok dapat terjalin
secara harmonis melalui modal sosial yang terbangun pada kelompok. Modal
sosial memiliki peranan penting dalam mewujudkan tingkat keberhasilan program
CSR yang dijalankan. Unsur-unsur modal sosial tersebut meliputi kepercayaan,
norma, dan jaringan yang diciptakan. Modal sosial yang berada pada masyarakat
juga dapat berhubungan dengan karakteristik masyarakat pada program ini,
diantaranya jenis kelamin, usia, jenis program yang diikuti, tahun keikutsertaan,
status pernikahan, tingkat pendapatan yang dimiliki dan skala usaha. Modal sosial
yang diterapkan pada masyarakat program ini juga berpengaruh pada tingkat
keberhasilan program CSR yang dilakukan. Keberhasilan program CSR yang
diterapkan ini mencakup tingkat partisipasi, tingkat pendapat yang diterima
setelah program ini dijalankan, dan skala usaha yang diterima. Kerangka
pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.
Karakteristik
Responden
1. Jenis kelamin
2. Usia
3. Jenis Program
yang diikuti
4. Tahun
Keikutsertaan
program
5. Status
Pernikahan
6. Tingkat
pendapatan
7. Skala Usaha

Modal sosial
1. Tingkat
Keperca
yaan
2. Tingkat
Norma
3. Tingkat
Jaringan

Tingkat
Keberhasilan
Program CSR
1. Tingkat
Partisipasi
Peserta
2. Tingkat
Pendapatan
yang
diterima
peserta
3. Skala
Usaha

Gambar 1. Kerangka pemikiran pengaruh modal sosial terhadap keberhasilan
program CSR

Keterangan:
Variabel Berpengaruh

11

Hipotesis Penelitian
1. Diduga terdapat hubungan antara karakteristik responden dengan modal
sosial
2. Diduga terdapat pengaruh modal sosial terhadap tingkat keberhasilan
program

Definisi Operasional
Karakteristik Responden
1. Jenis kelamin adalah pengkategorian antara laki-laki dan perempuan. Jenis
kelain diukur menggunakan skala nominal. Adapun pengkategorian dan
pemberian kode yaitu:
1. Laki-laki:kode 1
2. Perempuan: kode 2
2. Usia adalah usia responden saat dia hidup sampai pada penelitian dilakukan
yang dinyatakan dalam satuan tahun. Usia diukur menggunakan data ordinal.
Adapun pengkategorian umur sebagai berikut:
1.Usia awal dewasa : 18-29 tahun
2.Usia pertengahan : 30-49 tahun
3.Usia tua
: >50 tahun
3.Jenis Program CSR adalah jenis program yang diikuti oleh responden CSR PT
Pertamina Indramayu. Adapun pengkategorian jenis program CSR dan diberi
kode yaitu:
1.Program pengolahan bahan pangan: kode 1
2.Program budidaya lele: kode 2
3.Program Peternakan: kode 3
4. Tahun keikutsertaan responden pada program CSR
Tahun keikutsertaan adalah rentang waktu yang dilakukan responden dalam
mengikuti program CSR. Pengukuran rentang waktu keikutsertaan ini diukur
menggunakan data nominal. Pengkategorian dan pemberian skor dibagi kedalam
empat kategori yaitu:
1. Tahun pertama: skor 1
2. Tahun Kedua: skor 2
3. Tahun Ketiga: skor 3
4. Tahun Keempat: skor 4
5. Status Perkawinan adalah status yang dimiliki oleh responden semenjak awal
mengikuti program CSR PT Pertamina. Status perkawinan ini diukur
menggunakan skala ordinal. Pengkodean status perkawinan ini dibagi ke dalam 4
kategori yaitu :
1. Belum Menikah: kode 1
2. Menikah: kode 2
3. Bercerai: kode 3
6. Kepemilikan rumah adalah status kepemilikan atas rumah yang ditempati oleh
responden sejak responden mengkuti kegiatan program CSR PT Pertamina.

12

Kepemilikan rumah ini diukur menggunakan skala ordinal. Pengkategorian
kepemilikan rumah dan pemberian skor ini dibagi kedalam tiga kategori yaitu :
1. Sendiri: skor 1
2. Menumpang: skor 2
3. Menyewa: skor 3
Modal Sosial
Modal sosial dalam hal ini dibagi kedalam 3 variabel yakni:
1. Tingkat kepercayaan adalah keadaan mempercayai atau meyakini
keberadaan orang lain dalam menjalankan pogram yang diikutinya. Jenis
data yang digunakan berbentuk data ordinal. Adapun pengkategorian dan
pemberian skor yaitu:
1. Rendah: 10-20 skor
2. Sedang: 21-30 skor
3. Tinggi:31-40 skor
2. Tingkat Norma adalah Pemahaman nilai-nilai yang dipahami, diyakini dan
dijalankan bersama oleh sekelompok orang. Jenis data yang digunakan
data ordinal. Adapun pengkategorian dan pemberian skor, yaitu:
1. Rendah: 10-20 skor
2. Sedang: 20-30 skor
3. Tinggi:30-40 skor
3. Tingkat Jaringan adalah kemudahan dalam memperoleh/mengakses
pendidikan, kerjasama, relasi,serta pelayanan responden lainnya. Data
yang digunakan menggunakan data ordinal. Adapun pengkategorian dan
pemberian skor, yaitu:
1. Rendah: 8-16 skor
2. Sedang: 17-24 skor
3. Tinggi:25-32 skor
Tingkat Partisipasi
Tingkat partisipasi adalah tingkatan keikutsertaan/keterlibatan yang
dicapai peserta program CSR dalam tangga partisipasi Arnstein (1969), baik
dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Partisipasi ini dikategorikan
menjadi tinggi, sedang dan rendah untuk ketiga aspek program CSR apabila
berada pada kriteria dibawah ini. Data yang digunakan menggunakan data ordinal.
Adapun pengkategorian dan pemberian skor, yaitu :
1. Rendah, apabila skor total 16-32
2. Sedang, apabila skor total 33-40
3. Tinggi, apabila skor total 40-54
Tingkat Keuntungan Pendapatan Individu
Tingkat keuntungan pendapatan individu diukur berdasarkan keuntungan
yang diterima oleh responden dalam kurun waktu satu tahun. Keuntungan ini
berdasarkan pengeluaran dan hasil yang diterima oleh responden yang mencakup
kebutuhan responden pada program CSR yang diikuti. Secara keseluruhan tingkat

13

pendapatan individu dalam satu tahun tersebut kemudian dibagi menjadi tiga
kategori yakni:
1. Rendah:
apabila tingkat pendapatan kurang dari rata-rata tingkat
pendapatan responden di lapang
2. Sedang: apabila pendapatan sama dengan rata-rata tingkat pendapatan
responden di lapang
3.Tinggi: apabila pendapatan lebih tinggi dari rata-rata tingkat pendapatan
responden di lapang.
Skala Usaha
Skala usaha adalah banyak hasil dan keuntungan yang diterima dari usaha
dan modal yang telah dilakukan oleh responden di lapang. Pengukuran skala
usaha ini diperoleh dari rata-rata modal, rata-rata biaya yang dikeluarkan dan ratarata dari keuntungan yang diperoleh. Pengukuran skala usaha ini diperoleh dari
kuesioner dan wawancara mendalam. Adapun pembagian skor dari kategori skala
usaha dibagi kedalam tiga kategori, sebagai berikut:
1. Rendah : jika pencapaian keuntungan usaha yang dilakukan oleh
responden kurang dari rata-rata keuntungan yang diterima oleh
responden lainnya di lapang.
2. Sedang: jika pencapaian keuntungan yang diperoleh sama dengan ratarata yang diperoleh dari responden lainnya lainnya di lapang.
3. Tinggi : jika pencapaian keuntungan yang diperoleh responden lebih
tinggi dari responden lainnya di lapang.

14

15

PENDEKATAN LAPANGAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di sekitar wilayah PT Pertamina RU VI Balongan
khususnya di Desa Balongan , Kecamatan Balongan, Kabupaten Indramayu, Jawa
Barat. Wilayah ini termasuk dalam wilayah Ring 1 operasi tambang minyak PT
Pertamina RU VI Balongan. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara
purposive (sengaja). Berdasarkan informasi terkait dengan keberadaan perusahaan
tambang PT Pertamina RU VI yang merupakan salah satu perusahaan yang
bergerak di bidang pertambangan dan pengolahan minyak dan gas bumi pada
kenyataannya tidak terlepas dari beberapa permasalahan yang terkait dengan
masyarakat disekitarnya. Hadirnya program CSR pemberdayaan ekonomi lokal
yang berfokus pada program budidaya lele, perikanan tangkap dan peternakan
bagi masyarakat berhubungan dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang
menjadi peserta program, sehingga menjadi relevan terhadap penelitian hubungan
tingkat keberhasilan program CSR dengan kondisi sosial ekonomi peserta
program. Waktu penelitian dapat dilihat pada lampiran 2. Kegiatan penelitian
meliputi penyusunan proposal skripsi, kolokium, perbaikan proposal penelitian,
pengambilan data lapangan, pengolahan dan analisis data, penulisan draft skripsi,
uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan skripsi.
Metode Penelitian
Penelitian tentang pengaruh modal sosial terhadap tingkat keberhasilan
program CSR PT Pertamina Indramayu ini merupakan pendekatan kuantitatif
dengan metode sensus yang didukung oleh data kualitatif. Metode penelitian
sensus yaitu penelitian yang mengambil semua unit populasi (Puspitawati dan
Herawati 2013). Informasi yang dikumpulkan dalam penelitian sensus adalah
informasi dari responden dengan menggunakan kuesioner. Unit analisa yang
digunakan pada penelitian ini adalah kelompok pelaksana program CSR PT
Pertamina. Sementara kombinasi pendekatan kuantitatif dan kualitatif dilakukan
dalam upaya memperkaya dan melengkapi data agar lebih memahami fenomena
sosial yang diteliti. Pendekatan kuantitatif diperoleh menggunakan kuesioner dan
pendekatan kualitatif dilakukan dengan wawancara pada kelompok program CSR
dan beberapa tokoh masyarakat di lingkungan tempat tinggal responden.
Pemilihan unit analisa yang digunakan adalah menggunakan cara
penarikan sampel menggunakan purposive sampling. Menurut Puspitawati dan
Herawati (2013) pusposive sampling yaitu pembatasan sampel dengan hanya
mengambil unit sampling yang sesuai dengan tujuan penelitian dan sesuai dengan
kriteria-kriteria tertentu.

16

Teknik Penentuan Informan dan Responden
Informan adalah orang yang termasuk dalam kegiatan ini yang
memberikan keterangan mengenai informasi atau data disekitar lingkungan
penelitian. Informan juga dikatakan sebagai pihak yang dapat mendukung
keberlangsungan informasi penelitian secara lancar. Informan kunci dalam
penelitian ini adalah pelaksana program CSR PT Pertamina, pemerintah desa, dan
pihak pendamping program CSR budidaya lele.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa Balongan,
Kabupaten Indramayu. Adapun unit penelitian atau populasi sasarannya adalah
individu yang mengikuti program CSR PT Pertamina Desa Balongan. Responden
dalam penelitian ini adalah seluruh individu yang mengikuti program CSR PT
Pertamina Indramayu. Pemilihan responden di wilayah ini dilakukan secara
sensus untuk semua responden yang menjadi penerima program CSR dari PT
Pertamina. Karakteristik dari responden yang akan diteliti merupakan populasi
responden Desa Balongan termasuk dalam ring 1 RU VI Pertamina Balongan.
Unit analisis adalah individu yang mengikuti program pemberdayaan ekonomi
lokal yang terdiri atas tiga jenis program berjumlah total 37 orang secara
keseluruhan dan mendapatkan bantuan dari program CSR tersebut. Program ini
terdiri atas program pengolahan bahan pangan yang berjumlah 11 orang, program
budidaya lele yang berjumlah 12 orang, dan program peternakan yang berjumlah
14 orang. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti mendata semua penerima
program. Untuk menguatkan kuesioner sebagai salah satu instrumen maka
dilakukan uji realibilitas.
Menurut Supranto (2010) aturan dalam penentuan nilai alpha yaitu jika
alpha > 0,90 maka realibilitas sempurna, jika nilai alpha 0,70 < alpha < 0,90 maka
realibilitas banyak, jika nilai alpha 0,70 < alpha < 0,5 maka realibilitas moderat.
Dan jika nilai alpha