Hubungan Tingkat Partisipasi Peserta Program Csr Pt. Pertamina Dengan Tingkat Taraf Hidup Masyarakat Desa Karangsong

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM
CSR PT. PERTAMINA DENGAN TARAF HIDUP
MASYARAKAT DESA KARANGSONG

NERISSA ARVIANA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Tingkat
Partisipasi Peserta Program CSR PT. Pertamina dengan Taraf Hidup Masyarakat
Desa Karangsong adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun

tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Nerissa Arviana
NIM I34110013

iii

ABSTRAK
NERISSA ARVIANA. Hubungan Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR PT.
Pertamina dengan Tingkat Taraf Hidup Masyarakat Desa Karangsong. Dibimbing
oleh MURDIANTO.
Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan wujud kepedulian dan
tanggung jawab sosial perusahaan kepada lingkungan dan masyarakat. PT.
Pertamina merupakan salah satu perusahaan yang telah melaksanakan CSR guna
menunjang operasionalisasi perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis hubungan tingkat partisipasi dengan keberhasilan program,
hubungan keberhasilan program dengan taraf hidup peserta dan hubungan
partisipasi dengan taraf hidup peserta program. Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah mengombinasikan pendekatan kuantitatif dengan pendekatan
kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan lemah antara
partisipasi dengan keberhasilan program, tidak terdapat hubungan antara tingkat
keberhasilan program dengan taraf hidup, serta tidak terdapat hubungan antara
tingkat partisipasi dengan taraf hidup peserta program.
Kata kunci: CSR, partisipasi, keberhasilan program, taraf hidup

ABSTRACT
NERISSA ARVIANA. The relation of the level of participation program
participants CSR PT. Pertamina with the level of standard life of the village
Karangsong. Guided by MURDIANTO.
Corporate Social Responsibility (CSR) is a form of concern and social
responsibility a company to its environment and community PT. Pertamina is one
of the companies which has already implemented in order to support the company
operational of CSR. This study attempts to analyze their level of participation with
relations effectiveness of the program, effectiveness of the program level of
relations with life of participants and relations with the life quality of

participation participate in the program. The approach were used in this research
combined with a qualitative approach of a quantitative approach. The results of
research shows that there are weak links between participation with effectiveness
of the program, there was no correlation between the level of effectiveness of the
program with living standard, and there was no correlation between the level of
participation by the life quality of its participants.
Key words: CSR, participation, the success of the program, living standard

iv

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI PESERTA
PROGRAM CSR PT. PERTAMINA DENGAN TARAF HIDUP
MASYARAKAT DESA KARANGSONG

NERISSA ARVIANA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

v

Judul Skripsi : Hubungan Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR PT. Pertamina
dengan Taraf Hidup Masyarakat Desa Karangsong
Nama
: Nerissa Arviana
NIM
: I34110013

Disetujui oleh

Ir. Murdianto, M.Si

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Siti Amanah, MSc
Ketua Departemen

Tanggal Lulus : ______________

vi

PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi yang bejudul “Hubungan Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR PT.
Pertamina dengan Taraf Hidup Masyarakat Desa Karangsong” ini dengan baik.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat terselesaikan dengan baik tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
rasa terima kasih kepada:
1. Bapak Ir Murdianto, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah dengan sabar

membimbing dan memberi masukan serta kritik kepada penulis selama
penulisan skripsi ini,
2. Ayahanda Arsyam dan Ibunda Asnimar serta kakak-kakakku (Mega Putri
Armanesa, Ricky Putra Armando, Wastu Ayu Diamahesa dan Mardian Putri)
yang telah menjadi sumber inspirasi dan telah memberikan dukungan baik
moril maupun materiil kepada penulis,
3. Tim pendamping CSR PT Pertamina, Mas Aris, Kak Irma, Kak Wulan, Mas
Maul, Kak Alvi, Mas Puguh yang telah membantu dalam proses penelitian di
Indramayu.
4. Teman satu kelompok bimbingan Rielisa AP. Hutagaol, Fitri Andriani Sidik,
Hanung dan Audy yang selalu memberi semangat dan menjadi teman diskusi
dalam penulisan skripsi ini,
5. Sahabat-sahabatku Nisa, Dudu, Rina, Nanda, dan Yunita serta seluruh keluarga
SKPM 48 yang telah memberikan semangat kepada penulis.
Akhirnya penulis berharap semoga Karya Ilmiah ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak.

Bogor, Agustus 2015

Nerissa Arviana


vii

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Partisipasi
Corporate Social Responsibility
Keberhasilan Program CSR
Taraf Hidup
Kerangka Pemikiran
Hipotesis Penelitian

PENDEKATAN LAPANGAN
Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Teknik Pengambilan Responden dan Informan
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Definisi Operasional
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Kondisi Geografis
Kondisi Ekonomi
Kependudukan dan Struktur Sosial
Program Corporate Social Responsibility
Program Peternakan
Program Perikanan Budidaya
Program Perikanan Tangkap
Program Pengolahan Bandeng Tanpa Duri
Ikhtisar
TINGKAT PARTISIPASI PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN
EKONOMI LOKAL CSR PT. PERTAMINA
Tahap Perencanaan

Program Peternakan
Program Perikanan Budidaya
Program Perikanan Tangkap
Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR PT. Pertamina pada Tahap
Perencanaan
Tahap Pelaksanaan
Program Peternakan
Program Perikanan Budidaya
Program Perikanan Tangkap

xi
xiv
xiv
1
1
2
3
3
5
5

5
7
9
10
11
12
13
13
13
14
14
14
15
17
17
17
18
19
20
21

22
23
24
25
25
25
26
26
27
27
28
28
29

viii

Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR PT. Pertamina pada Tahap
Pelaksanaan
Tahap Evaluasi
Program Peternakan
Program Perikanan Budidaya
Program Perikanan Tangkap
Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR PT. Pertamina pada Tahap
Evaluasi
Tahap Pelaporan
Program Peternakan
Program Perikanan Budidaya
Program Perikanan Tangkap
Tingkat Partisipasi Peserta Program CSR PT. Pertamina pada Tahap
Pelaporan
Tingkat Partisipasi peserta program Pemberdayaan Ekonomi Lokal CSR
PT. Pertamina
Ikhtisar
TINGKAT
KEBERHASILAN
PROGRAM
PEMBERDAYAAN
EKONOMI LOKAL CSR PT. PERTAMINA
Tingkat Manfaat
Program Peternakan
Program Perikanan Budidaya
Program Perikanan Tangkap
Tingkat Manfaat Keseluruhan Peserta Program CSR PT. Pertamina
Tingkat Keberlanjutan
Program Peternakan
Program Perikanan Budidaya
Program Perikanan Tangkap
Tingkat Keberlanjutan Keseluruhan Peserta Program CSR PT.
Pertamina
Tingkat Kesesuaian
Program Peternakan
Program Perikanan Budidaya
Program Perikanan Tangkap
Tingkat Kesesuaian Keseluruhan Peserta Program CSR PT. Pertamina
Tingkat Pemberdayaan
Program Peternakan
Program Perikanan Budidaya
Program Perikanan Tangkap
Tingkat Pemberdayaan Keseluruhan Peserta Program CSR PT.
Pertamina
Tingkat Keberhasilan Program Pemberdayaan Ekonomi Lokal CSR PT.
Pertamina
Ikhtisar
TARAF HIDUP PESERTA PROGRAM PEMBERDAYAAN EKONOMI
LOKAL CSR PT. PERTAMINA
Program Peternakan
Program Perikanan Budidaya

29
31
31
31
32
33
33
33
34
34
35
36
37
39
39
39
40
41
42
43
43
44
44
45
46
46
47
47
48
49
49
50
50
51
52
53
55
55
56

ix

Program Perikanan Tangkap
Taraf Hidup Keseluruhan Peserta Sebelum Mendapatkan Bantuan
Program
Taraf Hidup Keseluruhan Peserta Setelah Mendapatkan bantuan
Program
Ikhtisar
HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI, KEBERHASILAN DAN
TINGKAT TARAF HIDUP MASYARAKAT DESA KARANGSONG
Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Tingkat Keberhasilan Program
Pemberdayaan Ekonomi Lokal CSR PT. Pertamina
Hubungan Tingkat Keberhasilan Program dengan Taraf Hidup
Masyarakat Desa Karangsong
Hubungan Tingkat Partisipasi dengan Taraf Hidup Peserta Program
CSR PT. Pertamina
Ikhtisar
PENUTUP
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

57
58
58
60
61
61
62
63
64
65
65
65
67
83

x

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Pendekatan penelitian
Jumlah Keluarga Pra KS dan KS I berdasarkan alasan di Desa
Karangsong
Tingkat pendidikan dan jumlah penduduk Desa Karangsong
Tingkat partisipasi peserta program peternakan pada tahap
perencanaan tahun 2015
Tingkat partisipasi peserta program perikanan budidaya pada tahap
perencanaan tahun 2015
Tingkat partisipasi peserta program perikanan tangkap pada tahap
perencanaan tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat partisipasi peserta program CSR PT.
Pertamina pada tahap perencanaan di Desa Karangsong tahun 2015
Tingkat partisipasi peserta program peternakan pada tahap
pelaksanaan tahun 2015
Tingkat partisipasi peserta program perikanan budidaya pada tahap
pelaksanaan tahun 2015
Tingkat partisipasi peserta program perikanan tangkap pada tahap
pelaksanaan tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat partisipasi peserta program CSR PT.
Pertamina pada tahap pelaksanaan di Desa Karangsong tahun 2015
Tingkat partisipasi peserta program peternakan pada tahap evaluasi
tahun 2015
Tingkat partisipasi peserta program perikanan budidaya pada tahap
evaluasi tahun 2015
Tingkat partisipasi peserta program perikanan tangkap pada tahap
evaluasi tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat partisipasi peserta program CSR PT.
Pertamina pada tahap evaluasi di Desa Karangsong tahun 2015
Tingkat partisipasi peserta program peternakan pada tahap pelaporan
tahun 2015
Tingkat partisipasi peserta program perikanan budidaya pada tahap
pelaporan tahun 2015
Tingkat partisipasi peserta program perikanan tangkap pada tahap
pelaporan tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat partisipasi peserta program CSR PT.
Pertamina pada tahap pelaporan di Desa Karangsong tahun 2015
Keseluruhan tingkat partisipasi peserta program pemberdayaan
ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat manfaat peserta program peternakan
tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat manfaat peserta program perikanan
budidaya tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat manfaat peserta program perikanan
tangkap tahun 2015

13
18
19
25
26
26
27
28
28
29
30
31
32
32
33
33
34
35
35
36
39
40
41

xi

24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44

45

46

Jumlah dan persentase tingkat manfaat peserta program
pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat keberlanjutan peserta program
peternakan tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat keberlanjutan peserta program
perikanan budidaya tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat keberlanjutan peserta program
perikanan tangkap tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat keberlanjutan peserta program
pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat kesesuaian peserta program peternakan
tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat kesesuaian peserta program perikanan
budidaya tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat kesesuaian peserta program perikanan
tangkap tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat kesesuaian peserta program
pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat pemberdayaan peserta program
peternakan tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat pemberdayaan peserta program
perikanan budidaya tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat pemberdayaan peserta program
perikanan tangkap tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat pemberdayaan peserta program
pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2015
Jumlah dan persentase tingkat keberhasilan peserta program
pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2015
Jumlah dan persentase taraf hidup peserta program peternakan
sebelum mengikuti program CSR PT. Pertamina tahun 2011
Jumlah dan persentase taraf hidup peserta program peternakan setelah
mengikuti program CSR PT. Pertamina tahun 2015
Jumlah dan persentase taraf hidup peserta program perikanan
budidaya sebelum mengikuti program CSR PT. Pertamina tahun 2011
Jumlah dan persentase taraf hidup peserta program perikanan
budidaya setelah mengikuti program CSR PT. Pertamina tahun 2015
Jumlah dan persentase taraf hidup peserta program perikanan tangkap
sebelum mengikuti program CSR PT. Pertamina tahun 2011
Jumlah dan persentase taraf hidup peserta program perikanan tangkap
setelah mengikuti program CSR PT. Pertamina tahun 2015
Jumlah dan persentase taraf hidup keseluruhan peserta sebelum
mengikuti program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina
tahun 2011
Jumlah dan persentase taraf hidup keseluruhan peserta setelah
mengikuti program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina
tahun 2015
Hubungan tingkat partisipasi dengan tingkat keberhasilan program
pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2015

42
43
44
44
45
46
47
47
48
49
50
50
51
52
55
55
56
56
57
57
58

58

61

xii

47
48

Hubungan tingkat keberhasilan dengan taraf hidup peserta program
pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2015
Hubungan tingkat partisipasi dengan taraf hidup peserta program
pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina tahun 2015

63
64

xiii

DAFTAR GAMBAR

1
2
3
4
5

Kerangka pemikiran hubungan tingkat partispasi peserta program
CSR PT. Pertamina dengan taraf hidup masyarakat Desa Karangsong
Kumpulan peternak bersama tim pendamping teknis CSR
Survey peserta baru oleh tim ahli IPB
Buku catatan pendapatan nelayan
Produk olahan bandeng Desa Karangsong

12
23
24
25
26

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8

Jadwal pelaksanaan penelitian
Peta Desa Karangsong
Data sensus responden
Hasil uji reabilitas
Hasil uji wilcoxon
Hasil uji Korelasi Rank Spearman
Dokumentasi
Tulisan tematik

71
72
73
74
74
77
79
80

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki kekayaan
sumberdaya alam yang berlimpah. Kekayaan sumberdaya alam ini membuat
semakin banyak perusahaan atau perseroan terbatas yang dibangun untuk
memanfaatkan sumberdaya alam yang ada di Indonesia. Banyaknya perusahaan
yang dibangun tidak terlepas dari kondisi masyarakat sekitar perusahaan dan
kondisi lingkungan. Tidak jarang perusahaan harus berkonflik dengan masyarakat
sekitar perusahaan beroperasi. Asy’ari (2009) dalam penelitiannya menjelaskan
kesalahpahaman dan konflik yang terjadi antara PT Newmont dengan masyarakat
sekitar perusahaan beroperasi. Hal ini dikarenakan warga menuntut ganti rugi
pada PT Newmont yang dianggap melakukan pencemaran di desa mereka dan
melakukan eksplorasi tambang di daerah eksplorasi Dodo, Kecamatan Ropang
yang diklaim oleh warga Labangkar sebagai tempat pemakaman nenek moyang
mereka. Selain itu, tuntutan beberapa nelayan setempat yang mengatakan bahwa
kegiatan tambang PT Newmont telah mengurangi hasil tangkapan mereka. Hasil
penelitian di atas menunjukkan bahwa sangat penting bagi perusahaan untuk
memiliki tanggung jawab terhadap kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan bagi
masyarakat sekitar perusahaan itu beroperasi untuk menghindari konflik dan
kesalahpahaman dengan masyarakat sekitar serta sebagai upaya untuk
meningkatkan taraf hidup masyarakat. Salah satu wujud kepedulian dan tanggung
jawab perusahaan adalah dengan menjalankan Corporate Social Responsibility
(CSR).
Pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) dapat memberikan
keuntungan bagi perusahaan jika dilaksanakan secara tepat. Penerapan CSR yang
tepat dapat menaikkan citra perusahaan dan menarik simpati masyarakat dan
berdampak positif bagi masyarakat sekitar perusahaan itu berdiri atau bagi
masyarakat luas. Selain itu, kewajiban perusahaan untuk melaksanakan CSR juga
sudah ditetapkan oleh pemerintah melalui UU No. 40 Tahun 2007 Bab V Pasal 74
tentang Perseroan Terbatas yang menyebutkan bahwa tanggung jawab sosial dan
lingkungan adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan
ekonomi berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan
yang bermanfaat, baik bagi perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun
masyarakat pada umumnya.
Pelaksanaan CSR tidak hanya sebagai upaya bagi perusahaan untuk
menggugurkan kewajibannya atas Undang-Undang yang telah ditetapkan oleh
pemerintah, namun benar-benar sebagai wujud kepedulian perusahaan terhadap
kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan sehingga pelaksanaan CSR dapat berjalan
tepat sasaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan perusahaan agar pelaksanaan
CSR berjalan tepat sasaran adalah dengan melibatkan partispasi aktif masyarakat
secara langsung. Partisipasi masyarakat merupakan kunci keberhasilan
pelaksanaan program CSR, karena dengan adanya partisipasi masyarakat suatu
program baru dapat dijalankan. Berdasarkan penelitian Rosyida dan Nasdian
(2011), tingkat partisipasi masyarakat dapat dilihat dari keterlibatan anggota
kelompok terhadap kegiatan dalam tahapan penyelenggaraan program yang

2
dilaksanakan, baik pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap monitoring
evaluasi, maupun tahap pelaporan. Adanya partisipasi dari masyarakat, akan lebih
memungkinkan bagi perusahaan untuk terus menjalankan program CSR-nya
sehingga program yang diadakan dapat menjadi lebih efektif.
Pertamina merupakan salah satu perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik
Negara) yang bergerak dibidang pertambangan meliputi minyak, gas serta energi
baru dan terbarukan. Salah satu perusahaannya terletak di Kabupaten Indramayu.
Sebagai perusahaan yang memanfaatkan sumber daya alam untuk produksinya,
Pertamina memiliki tanggung jawab terhadap kondisi sosial, ekonomi dan
lingkungan khususnya di wilayah yang masuk ke dalam Ring 1, Ring 2 dan Ring
3 perusahaan. Adapun bidang yang menjadi fokus Pertamina dalam menjalankan
Visi Misi CSR nya adalah bidang pendidikan, lingkungan, pemberdayaan
masyarakat dan kesehatan. Dalam pengembangan CSR PT. Pertamina telah
disusun kriteria untuk mencapai keberhasilan pelaksanaan CSR di seluruh wilayah
operasi perusahaan, kriteria tersebut adalah: berkelanjutan, bermanfaat, dekat
wilayah operasi, publikasi dan mendukung PROPER (Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan).
Mutmainna (2014) menyebutkan beberapa program CSR PT. Pertamina
Indramayu yang diinisiasikan khususnya di dua desa dalam Ring 1 yakni Desa
Balongan, dan Desa Majakerta adalah program budidaya lele, perikanan tangkap,
dan peternakan. Selain di Desa Majakerta dan Desa Balongan, program
pemberdayaan ekonomi lokal ini juga diadakan di Desa Karangsong yang
merupakan desa yang berada di Ring 3. Ring 3 menjadi perhatian bagi Pertamina
karena pada tahun 2011 pernah terjadi tumpahan minyak oleh kapal tanker di
sekitar tempat warga mencari ikan. Hal ini menyebabkan warga menuntut ganti
rugi kepada pihak PT. Pertamina. Salah satu upaya yang dilakukan oleh
PT.Pertamina untuk meredam konflik tersebut adalah dengan melaksanakan CSR.
Program yang dilakukan oleh PT. Pertamina adalah Program Pemberdayaan
Ekonomi Lokal yang merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat
melalui kegiatan CSR Pertamina yang bekerjasama dengan P4W (Pusat
Pengkajian, Pengembangan, dan Perencanaan Wilayah) LPPM IPB. Program
pemberdayaan ekonomi lokal ini juga merupakan salah satu upaya Pertamina
untuk meningkatkan taraf hidup peserta program CSR PT. Pertamina.
Berdasarkan kondisi tersebut, menjadi menarik untuk dikaji lebih lanjut mengenai
bagaimana hubungan tingkat partisipasi peserta program CSR PT.
Pertamina dengan tingkat taraf hidup masyarakat Desa Karangsong?

Rumusan Masalah
Corporate Social Responsibility yang telah diterapkan oleh PT. Pertamina
salah satunya adalah Program Pemberdayaan Ekonomi Lokal yang bekerjasama
dengan P4W LPPM IPB. Latar belakang dibuatnya program ini adalah sebagai
salah satu bentuk tanggung jawab PT. Pertamina terhadap masyarakat di sekitar
perusahaan beroperasi. Penginisiasian program ini diawali dengan social mapping
yang dilakukan oleh tim ahli dan tim pendamping teknis CSR PT. Pertamina
dengan tujuan melihat permasalahan dan kebutuhan masyarakat setempat. Hal ini
juga dimaksudkan sebagai langkah awal untuk menarik partisipasi masyarakat
terhadap program yang akan dilaksanakan. Tingginya tingkat partisipasi

3
masyarakat juga diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan program. Oleh
karena itu, pertanyaan yang akan dikaji lebih lanjut adalah Bagaimana hubungan
tingkat partisipasi peserta program CSR PT. Pertamina dengan tingkat
keberhasilan program CSR PT. Pertamina?
Salah satu tujuan CSR PT. Pertamina adalah untuk meningkatkan
perekonomian peserta program. Oleh karena itu, salah satu program yang menjadi
fokus CSR PT. Pertamina adalah program pemberdayaan ekonomi lokal. Program
ini dibuat sesuai dengan permasalahan, kebutuhan masyarakat dan kondisi alam
yang ada di Desa Karangsong. Dengan penyesuaian ini diharapkan program ini
dapat berjalan dengan lebih efektif dan berhasil sehingga tujuan CSR PT.
Pertamina untuk meningkatkan perekonomian peserta program dapat terwujud.
Oleh karena itu, menjadi menarik untuk melihat Bagaimana hubungan tingkat
keberhasilan program CSR PT. Pertamina dengan tingkat taraf hidup
masyarakat Desa Karangsong?

1.
2.
3.

1.

2.

3.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah:
Menganalisis hubungan tingkat partisipasi peserta program CSR PT.
Pertamina dengan tingkat keberhasilan program CSR Pertamina.
Menganalisis hubungan tingkat keberhasilan program CSR PT. Pertamina
dengan tingkat taraf hidup masyarakat Desa Karangsong.
Menganalisis hubungan tingkat partisipasi peserta program CSR PT.
Pertamina dengan tingkat taraf hidup masyarakat Desa Karangsong.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan berguna untuk banyak pihak, di antaranya:
Akademisi
Hasil penelitian dapat menjadi salah satu sumber informasi mengenai
hubungan tingkat partisipasi masyarakat dalam program CSR dengan
keberhasilan program dan hubungannya dengan peningkatan taraf hidup
peserta program CSR, serta menjadi referensi untuk penelitian-penelitian
selanjutnya. Selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
khasanah dalam kajian ilmu pengetahuan mengenai CSR.
Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan bahan pertimbangan
bagi perusahaan dalam menyusun dan mengambil keputusan berkaitan
dengan program CSR yang dilaksanakan agar sesuai dengan kebutuhan
masyarakat.
Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
masyarakat mengenai program CSR yang beroperasi di daerah sekitar tempat
tinggal mereka. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat
digunakan masyarakat untuk lebih berpartisipasi dalam program CSR serta
memahami keterlibatan dan peran mereka dalam program pemberdayaan
tersebut.

4

5

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka
Partisipasi
Nasdian (2014) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif, inisiatif
diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka
sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme)
dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi tersebut dapat
dikategorikan: Pertama, warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah
dipikirkan atau dirancang oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain. Kedua,
partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah
mereka sendiri. Titik tolak dari partisipasi adalah memutuskan, bertindak,
kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subjek yang sadar.
Nasdian (2014) juga menyatakan bahwa selama ini, peran serta masyarakat hanya
dilihat dalam konteks yang sempit, artinya manusia cukup dipandang sebagai
tenaga kasar untuk mengurangi biaya pembangunan. Dengan kondisi ini,
partisipasi masyarakat “terbatas” pada implementasi atau penerapan program;
masyarakat tidak dikembangkan dayanya menjadi kreatif dari dalam dirinya dan
harus menerima keputusan yang sudah diambil “pihak luar”. Akhirnya partisipasi
menjadi bentuk yang pasif dan tidak memiliki “kesadaran kritis”.
Pengertian partisipasi menurut Sutrisno (1955:222) seperti dikutip oleh
Nasution (2009) terdiri dari dua definisi, yaitu: Pertama, partisipasi adalah
dukungan masyarakat terhadap rencana/proyek pembangunan yang dirancang dan
tujuannya dirancang oleh perencana; Kedua, partisipasi mayarakat dalam
pembangunan merupakan kerja sama yang erat antara perencana dan rakyat dalam
merencanakan, melaksanakan, melestarikan dan mengembangkan hasil
pembangunan yang telah dicapai. Menurut Nasution (2009) partisipasi masyarakat
dalam pembangunan desa merupakan salah satu prasyarat utama untuk
keberhasilan proses pembangunan di pedesaan.
Arnstein (1969) menyatakan bahwa partisipasi masyarakat identik dengan
kekuasaan masyarakat (citizen participation is citizen power) yaitu
mendefinisikan strategi partisipasi yang didasarkan pada distribusi kekuasaan
antara masyarakat atau pemerintah. Arnstein juga menjelaskan ada delapan atau
tingkatan partisipasi masyarakat, yaitu:
1. Manipulation (Manipulasi)
Dengan mengatasnamakan partisipasi, masyarakat diikutkan sebagai “stempel
karet” dalam bentuk penasihat. Tujuannya adalah untuk dipakai sebagai
formalitas semata dan untuk dimanfaatkan dukungannya. Tingkat ini
bukanlah tingkat partisipasi masyarakat yang murni, karena telah
diselewengkan dan dipakai sebagai alat publikasi oleh penguasa.
2. Therapy (Terapi)
Pada tingkat terapi atau pengobatan ini, pemegang kekuasaan sama dengan
ahli kesehatan jiwa. Mereka menganggap ketidakberdayaan sebagai penyakit
mental. Dengan berpura-pura mengikutsertakan masyarakat dalam suatu
perencanaan, mereka sebenarnya menganggap masyarakat sebagai

6

3.

4.

5.

6.

7.

8.

sekelompok orang yang memerlukan pengobatan. Meskipun masyarakat
dilibatkan dalam berbagai kegiatan namun pada dasarnya kegiatan tersebut
bertujuan untuk menghilangkan lukanya dan bukan menemukan penyebab
luka.
Informing (Menginformasikan)
Dengan memberi informasi kepada masyarakat akan hak, tanggung jawab,
dan pilihan mereka merupakan langkah awal yang sangat penting dalam
pelaksanaan partisipasi masyarakat. Namun seringkali pemberian informasi
dari penguasa kepada masyarakat tersebut bersifat satu arah. Masyarakat
tidak memiliki kesempatan untuk memberikan umpan balik dan tidak
memiliki kekuatan untuk negoisasi. Apalagi ketika informasi disampaikan
pada akhir perencanaan, masyarakat hanya memiliki sedikit kesempatan
untuk mempengaruhi program. Komunikasi satu arah ini biasanya dengan
menggunakan media pemberitahuan pamflet dan poster.
Concultation (Konsultasi)
Meminta pendapat merupakan salah satu langkah logis menuju partisipasi
penuh. Namun konsultasi ini masih merupakan partisipasi semu karena tidak
ada jaminan bahwa pendapat mereka akan diperhatikan. Cara yang sering
digunakan dalam tingkat ini adalah jajak pendapat, pertemuan warga dan
dengar pendapat. Jika pemegang kekuasaan membatasi usulan masyarakat,
maka kegiatan tersebut hanyalah partisipasi palsu. Partisipasi masyarakat
diukur dari frekuensi kehadiran dalam pertemuan, seberapa banyak brosur
yang dibawa pulang dan juga seberapa banyak kuisioner dijawab.
Placation (Menenangkan)
Pada tingkat ini masyarakat sudah memiliki beberapa pengaruh meskipun
dalam beberapa hal pengaruh tersebut tidak memiliki jaminan akan
diperhatikan. Masyarakat memang diperbolehkan untuk memberikan
masukan atau mengusulkan rencana akan tetapi pemegang kekuasaanlah yang
berwenang untuk menentukan.
Partnership (Kemitraan)
Pada tingkatan ini kekuasaan disalurkan melalui negoisasi antara pemegang
kekuasaan dan masyarakat. Masyarakat sepakat untuk sama-sama memikul
tanggung jawab dalam perencanaan dan pengambilan keputusan. Aturan
ditentukan melalui mekanisme take and give, sehingga diharapkan tidak
mengalami perubahan secara sepihak. Kemitraan berjalan efektif bila dalam
masyarakat ada kekuasaan yang terorganisir, pemimpin bertanggung jawab,
masyarakat mampu membayar honor yang cukup tinggi bagi pemimpinnya
serta adanya sumber dana untuk menyewa teknisi, pengacara dan organisator
masyarakat.
Delegated Power (Pendelegasian Kekuasaan)
Negosiasi antara masyarakat dengan pejabat pemerintah bisa mengakibatkan
terjadinya dominasi kewenangan pada masyarakat terhadap rencana atau
program tertentu. Pada tingkat ini masyarakat menduduki mayoritas kursi,
sehingga memiliki kekuasaan dalam menentukan suatu keputusan. Selain itu
masyarakat juga memegang peranan penting dalam menjamin akuntabilitas
program tersebut.
Citizen Control (Kontrol Masyarakat)

7
Pada tingkat ini masyarakat menginginkan adanya jaminan bahwa
kewenangan untuk mengatur program atau kelembagaan diberikan kepada
mereka, bertanggung jawab penuh terhadap kebijakan dan aspek-aspek
manajerial dan bisa mengadakan negosiasi apabila ada pihak ketiga yang
akan mengadakan perubahan. Dengan demikian, masyarakat dapat
berhubungan langsung dengan sumber-sumber dana untuk memperoleh
bantuan atau pinjaman tanpa melewati pihak ketiga.
Berdasarkan
kedelapan
tangga
tersebut,
Arnstein
(1969)
mengelompokkannya lagi menjadi tiga tingkat berdasarkan pembagian kekuasaan,
yaitu: (1) Non-participation, (2) Tokenism, (3) Kekuatan warga negara (Citizen
Power). Tangga pertama (Manipulation) dan kedua (Therapy) termasuk ke dalam
tingkatan non-partisipasi atau tidak ada partisipasi. Tangga ketiga (Informing),
keempat (Concultation), dan kelima (Placation) termasuk ke dalam tingkat
tokenisme atau sekedar justifikasi masyarakat mengiyakan. Selanjutnya pada
tangga keenam (Partnership), ketujuh (Delegated Power), kedelapan (Citizen
Power) termasuk kedalam tingkat citizen power dimana masyarakat telah
memiliki kekuasaan. Rosyida dan Nasdian (2011) menyatakan bahwa pengukuran
tingkat partisipasi dilakukan berdasarkan keterlibatan anggota kelompok simpan
pinjam terhadap kegiatan dalam tahapan penyelenggaraan program yang
dilaksanakan, baik pada tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap evaluasi
maupun tahap pelaporan.
Nasdian (2014) menyatakan meskipun sulit mencapai partisipasi yang murni,
banyak cara yang bisa ditempuh untuk mengembangkan partisipasi di tingkat
komunitas. Pada dasarnya orang-orang akan berpartisipasi dalam kegiatan
komunitas apabila kondisi-kondisinya kondusif untuk melakukan kegiatan
tersebut. Kondisi-kondisi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Warga komunitas akan berpartisipasi kalau mereka memandang penting isuisu dan aktivitas tertentu.
2. Warga komunitas berpartisipasi apabila mereka merasa bahwa tindakannya
akan membawa perubahan, khususnya di tingkat rumah tangga atau individu,
kelompok dan komunitas.
3. Perbedaan bentuk-bentuk partisipasi harus diakui dan dihargai. Jenis
partisipasi yang harus dihargai tidak hanya keterlibatan dalam kegiatankegiatan formal, (kepanitiaan, pertemuan, dan lain-lain) tetapi juga kegiatan
lainnya (menyiapkan konsumsi, membuat notulen, kegiatan kesenian, dan
lain-lain).
4. Orang harus dimungkinkan untuk berpartisipasi dan didukung dalam
partisipasinya. Ini berarti bahwa isu-isu seperti ketersediaan transportasi,
keamanan, waktu, dan lokasi aktivitas serta lingkungan tempat aktivitas
terjadi merupakan sesuatu hal yang penting dan perlu dipertimbangkan oleh
proses yang didasarkan pada komunitas.
5. Struktur dan proses partisipasi hendaknya tidak bersifat menjauhkan.
Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial
perusahaan merupakan suatu konsep bahwa organisasi khususnya perusahaan
memiliki tanggung jawab terhadap pemegang saham, karyawan, konsumen,
masyarakat dan lingkungan yang berkaitan dengan operasional perusahaan

8
(Mulyadi, et.al 2012). Konsep CSR (Corporate Social Responsibility) memiliki
beberapa definisi yang dikemukakan oleh banyak ahli. Definisi CSR berasal dari
konsep dan pemikiran yang dicetuskan oleh John Elkington (1997) dalam
bukunya yang berjudul “Cannibals with Forks, The Triple Bottom Line of
Twentieth Century Business”, dimana dalam buku tersebut Elkington
mengemukakan konsep “3P” (profit, people, dan planet) yang menerangkan
bahwa dalam menjalankan operasional perusahaan, selain mengejar profit atau
keuntungan ekonomis sebuah korporasi harus dapat memberikan kontribusi positif
bagi people (masyarakat) dan berperan aktif dalam menjaga kelestarian
lingkungan (planet) (Wibisono, 2007). Hal ini sesuai dengan penjelasan dalam
penelitian yang dilakukan Rosyida dan Nasdian (2011).
G.R Steiner-Miner (Djaslim Saladin, 2004:157) seperti yang dikutip oleh
Mulyadi et.al (2012) memandang tanggung jawab sosial dari dua sudut yaitu: (1)
Sudut
pandang
konseptual:
bahwa
para
usahawan
seyogyanya
mempertimbangkan kepentingan sosial masyarakat dalam pengambilan keputusan
mereka. (2) Program sosial perusahaan spesifik : perusahaan perlu membuat
program spesifik yang mungkin dapat ditempuh perusahaan. Menurut Wibisono
(2007) umumnya perusahaan-perusahaan yang telah berhasil menerapkan CSR
menggunakan tahapan implementasi CSR sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan: Tahap ini terdiri atas tiga langkah utama, yaitu
Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness
Building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran mengenai
arti penting CSR dan komitmen manajemen. Upaya ini dapat dilakukan
melalui seminar, lokakarya, diskusi kelompok, dan lain-lain. CSR Assesment
merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi
aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah
yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi
penerapan CSR secara efektif. Pada tahap membangun CSR manual, hasil
assessment merupakan dasar untuk penyusunan manual atau pedoman
implementasi CSR. Uapaya yang dapat dilakukan melalui benchmarking,
menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari
luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan
keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna
tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif, dan efisien.
2. Tahap Implementasi (pelaksanaan): Pada tahap ini terdapat beberapa poin
yang harus diperhatikan seperti pengorganisasian sumber daya, penyusunan
untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan,
pengawasan, pelaksanaan, pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian
untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. Tahap implementasi ini terdiri
atas tiga langkah utama yakni sosialisasi, pelaksanaan, dan internalisasi.
3. Tahap Evaluasi: Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke
waktu untuk mengukur keberhasilan penerapan CSR sehingga membantu
perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian
perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan
perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi. Evaluasi
seharusnya tetap dilakukan baik saat kegiatan berhasil atau mengalami
kegagalan.

9
4.

Tahap Pelaporan: Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem
informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun
keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan.

Aktivitas CSR yang dilakukan oleh perusahaan dapat memberikan banyak
manfaat bagi pembentukan citra perusahaan, meningkatkan kepercayaan dan
kesejahteraan masyarakat maupun bagi penanam saham dan lingkungan sekitar
perusahaan beroperasi. Saat ini sudah dapat banyak ditemui para ahli yang
mendefinisikan CSR. Namun sayangnya, tidak jarang juga ditemui penyamaan
definisi antara CSR dengan CD, padahal antara CSR dan CD sangatlah berbeda.
Kumalasari (2012) menyatakan bahwa CD lebih berfokus dan menyasar
kelompok masyarakat yang spesifik, yaitu mereka yang mengalami masalah.
Akan tetapi CSR mempunyai cakupan yang lebih luas, yaitu terhadap seluruh
pemangku kepentingan, sehingga dapat disimpulkan bahwa CD merupakan
bagian dari CSR dan CSR merupakan bagian yang sangat berhubungan dengan
pembangunan berkelanjutan.
Keberhasilan Program CSR
Indikator keberhasilan adalah suatu hal yang sangat penting untuk setiap
pelaksanaan program CSR. Hal ini dibutuhkan untuk mengetahui kinerja program
yang sudah terlaksana. Adanya indikator keberhasilan membuat perusahaan dapat
melakukan evaluasi untuk menyiapkan rencana strategis selanjutnya yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki kinerja dari program sebelumnya. Dalam upaya
pengembangan masyarakat, terdapat ciri-ciri atau indikator yang menunjukkan
terjadinya upaya pengembangan masyarakat seperti yang diungkapkan oleh
Chaskin (2001) seperti dikutip oleh Saputro (2010), yaitu: a sense of community
(rasa memiliki terhadap komunitas); a level of commitment (tingkat komitmen);
the ability to solve problems (kemampuan untuk memecahkan masalah); dan
access to resources (akses kepada sumber daya). Salah satu contoh penerapan
indikator ini adalah pada penerapan CSR PT. Telkom yang menekankan pada
penggunaan indikator ketiga, yaitu access to resources (akses kepada sumber
daya) terutama setelah tidak adanya intervensi program dari PT Telkom. Sumber
daya merupakan salah satu komponen penting dalam pengembangan kapasitas
masyarakat (Saputro 2010). Chaskin (1999) seperti dikutip oleh Saputro (2010)
berpendapat bahwa terdapat dua penekanan yang harus diperhatikan pada
indikator ini yakni : (1) penggunaan sumber daya dapat diperoleh baik dari dalam
komunitas (internal) maupun dari luar komunitas (eksternal); dan (2) akses
terhadap sumber daya yang dibutuhkan oleh komunitas itu sangat beragam.
Selanjutnya, karena karaktersitiknya yang berbeda tersebut, maka perolehan
sumber daya komunitas dapat dipandang dalam perspektif yang luas maupun
secara lebih sempit.
Prayogo dan Hilarius (2012) menggunakan beberapa indikator untuk menilai
keberhasilan suatu program CSR yaitu:
1. Efectivity (manfaat), dimaksudkan sebagai tingkat manfaat program
pengentasan kemiskinan terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan
akses pelayanan para penerima (beneficiaries) berdasarkan jenis dan tingkat
kebutuhannya;

10
2.

3.

4.

5.

6.

Relevance (kesesuaian), dimaksudkan sebagai tingkat kesesuaian program
pengentasan kemiskinan terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan
akses pelayanan bagi penerima berdasarkan kemampuan dan potensi lokal;
Sustainability (Keberlanjutan), dimaksudkan sebagai tingkat keberlanjutan
program pengentasan kemiskinan dapat dilakukan oleh penerima jika bantuan
selesai/dihentikan, baik keberlanjutan secara substansial (program) maupun
secara manajemen;
Impact (Dampak), dimaksudkan seberapa besar (substansial) dan luasan
(geografis) akibat positif yang ditularkan oleh program pengentasan
kemiskinan;
Empowerment (Pemberdayaan), dimaksudkan sebagai seberapa signifikan
tingkat pemberdayaan dirasakan penerima akibat program, baik dari segi
keahlian maupun organisasi/manajemen;
Participation (Partisipasi), dimaksudkan sebagai seberapa besar tingkat
partisipasi masyarakat lokal dalam program pengentasan kemiskinan.

PT. Pertamina merupakan salah satu BUMN yang peduli dengan kondisi
sosial ekonomi dan lingkungan masyarakat. Wujud kepedulian tersebut
dibuktikan melalui penyelenggaran program CSR. Indikator yang digunakan
untuk mengukur keberhasilan atau keberhasilan penyelenggaraan program CSR
yang sudah dijalankan, PT. Pertamina juga memiliki beberapa indikator untuk
menilai keberhasilan program CSR yang telah dijalankan, yaitu: bermanfaat,
berkelanjutan, dekat wilayah operasi, publikasi, dan mendukung proper.
Pengukuran dan penerapan indikator keberhasilan menjadi penting sebagai salah
satu alat untuk mengukur keberhasilan keberhasilan program. Hal lain yang dapat
digunakan untuk melihat keberhasilan keberhasilan suatu program CSR adalah
dengan menggunakan kriteria evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk melihat hal yang
belum tercapai dari suatu tujuan dan sasaran program, sehingga dapat dibuat suatu
kebijakan baru atau strategi baru untuk meningkatkan kinerja program CSR agar
program yang dijalankan berikutnya dapat lebih efektif.
Taraf Hidup
Program CSR di bidang ekonomi kerap dikaitkan dengan usaha untuk
meningkatkan taraf hidup keluarga. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Pertiwi
(2014) yang menyatakan bahwa taraf hidup menjadi sangat penting untuk
diperhatikan sebagaimana yang telah diungkapkan oleh berbagai definisi CSR
bahwa salah satu tujuan diadakannya program adalah adanya peningkatan taraf
hidup khususnya taraf hidup ekonomi. Beberapa penelitian yang telah lalu
menggunakan indikator kesejahteraan menurut BPS untuk mengukur taraf hidup.
Seperti Penelitian Lestari (2010) yang menggunakan indikator kesejahteraan
menurut BPS pada tahun 1995, yaitu kependudukan, kesehatan dan gizi,
pendidikan, ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi, perumahan dan
lingkungan, sosial dan budaya. Di samping itu, menurut BPS 2014 indikator yang
dapat digunakan untuk mengukur kesejahteraan rakyat yaitu kependudukan,
kesehatan dan gizi, pendidikan dan ketenagakerjaan, taraf dan pola konsumsi,
perumahan dan lingkungan, kemiskinan dan sosial lainnya. Selanjutnya dari
beberapa sumber di atas, penelitian ini akan menggunakan beberapa indikator
untuk mengukur taraf hidup masyarakat di antaranya: tingkat pendapatan

11
keluarga, tingkat pengeluaran keluarga (pangan dan non pangan), kualitas
pendidikan keluarga, kepemilikan alat produksi, dan kualitas kesehatan.

Kerangka Pemikiran
Menurut Prayogo dan Hilarius (2012), keberhasilan program CSR dapat
dinilai dari beberapa indikator yaitu manfaat, kesesuaian, keberlanjutan, dampak,
pemberdayaan dan partisipasi. Tingkat partisipasi dalam penelitian ini menjadi
variabel yang berdiri sendiri karena menurut Irwanto dan Prabowo (2010),
partisipasi mempunyai pengaruh dan hubungan kuat dengan keberhasilan program
CSR. Hal ini dikarenakan, dengan tingginya tingkat partisipasi masyarakat akan
membuat program CSR berjalan lebih efektif. Selanjutnya untuk mengetahui
sejauh mana tingkatan partisipasi masyarakat pada setiap proses tersebut, dapat
digunakan analisis tipologi tingkatan partisipasi masyarakat dari Arnstein (1969)
yang sifatnya hirearkhi dari non participation (tidak ada partisipasi), degrees of
tokenism (derajat penghargaan), hingga degrees of citizen power (derajat
kekuasaan masyarakat).
Dalam pengembangan CSR PT. Pertamina, PT.
Pertamina telah menyusun kriteria atau indikator yang dapat digunakan untuk
mencapai keberhasilan pelaksanaan CSR di seluruh wilayah operasi perusahaan.
Indikator tersebut adalah: bermanfaat, berkelanjutan, dekat wilayah operasi,
publikasi dan mendukung Proper. Penelitian ini menggunakan indikator menurut
Prayogo dan Hilarius (2012) yaitu: bermanfaat, berkelanjutan, kesesuaian
program dan pemberdayaan untuk mengukur keberhasilan program. Indikator
dampak tidak digunakan karena pengaruh kuat yang akan dilihat dalam penelitian
ini adalah pengaruh positif yang dapat dirasakan peserta program CSR PT.
Pertamina yang sudah tercakup ke dalam aspek manfaat. Di samping itu untuk
pemilihan indikator taraf hidup disesuaikan dengan kondisi lokasi penelitian yaitu
tingkat pendapatan keluarga, tingkat pengeluaran keluarga, kualitas pendidikan
keluarga,
kepemilikan
alat
produksi,
dan
kualitas
kesehatan.

12
Tingkat Partisipasi (X1):
- Tahap perencanaan (X11)
- Tahap pelaksanaan (X12)
- Tahap evaluasi (X13)
- Tahap pelaporan (X14)

Tingkat Keberhasilan Program
CSR PT. Pertamina (X2):
- Tingkat Manfaat (X21)
- Tingkat Keberkelanjutan (X22)
- Tingkat Kesesuaian Program
(X23)
- Tingkat Pemberdayaan (X24)

Taraf Hidup (Y1):
- Tingkat Pendapatan (Y11)
- Tingkat Pengeluaran (Y12)
- Kualitas pendidikan (Y13)
- Kepemilikan alat produksi (Y14)
- Kualitas Kesehatan (Y15)

Gambar 1. Kerangka pemikiran hubungan tingkat partisipasi peserta program CSR
PT. Pertamina dengan taraf hidup masyarakat Desa karangsong

Berhubungan
Secara Kuantitatif

1.
2.
3.

Hipotesis Penelitian
Diduga terdapat hubungan antara tingkat partisipasi masyarakat dengan
keberhasilan program CSR.
Diduga terdapat hubungan antara tingkat keberhasilan program CSR dengan
taraf hidup peserta program CSR.
Diduga terdapat hubungan antara tingkat partisipasi dengan taraf hidup
peserta program CSR

13

PENDEKATAN LAPANGAN

Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif
didukung dengan
pendekatan kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui metode survei
dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen untuk pengumpulan informasi.
Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan
menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun
1989). Pendekatan kuantitatif ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan
mengenai hubungan tingkat partisipasi masyarakat dengan keberhasilan program
pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina, hubungan tingkat keberhasilan
program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT. Pertamina dengan taraf hidup
peserta program serta hubungan tingkat partisipasi peserta program pemberdayaan
ekonomi lokal CSR PT. Pertamina dengan tingkat taraf hidup masyarakat. Di
samping itu pendekatan kualitiatif dilakukan dengan melakukan wawancara
mendalam dan observasi kepada informan menggunakan panduan pertanyaan.
Informasi yang diperoleh melalui pendekatan kualitatif ini digunakan sebagai
interpretasi terhadap data yang didapatkan dari pendekatan kuantitatif.
Tabel 1. Pendekatan Penelitian
No
1.

2.

3.

Tujuan
Hubungan tingkat partisipasi penerima
program CSR PT. Pertamina dengan
keberhasilan program CSR PT. Pertamina di
Desa Karangsong
Hubungan keberhasilan program CSR
Pertamina dengan taraf hidup penerima
program CSR PT. Pertamina di Desa
Karangsong
Hubungan tingkat partisipasi penerima
program CSR PT. Pertamina dengan taraf
hidup penerima program tersebut

Pendekatan
Kuantitatif Kualitatif












Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian mengenai hubungan tingkat partisipasi masyarakat pada program
CSR PT. Pertamina dengan tingkat taraf hidup masyarakat ini dilakukan di Desa
Karangsong, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat.
Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) karena desa
tersebut merupakan salah satu desa binaan CSR PT. Pertamina. Penelitian
dilaksanakan dalam waktu enam bulan yang dimulai pada Bulan Januari hingga
Bulan Juli 2015. Kegiatan penelitian meliputi penyusunan proposal skripsi,
kolokium, perbaikan proposal skripsi, pengambilan data lapangan, penulisan draft

14
skripsi, uji petik, sidang skripsi, dan perbaikan skripsi. Rincian mengenai waktu
penelitian dapat dilihat pada tabel yang terdapat pada Lampiran 1.
Teknik Pengambilan Responden dan Informan
Penelitian ini menggunakan sumber data dari responden dan informan. Unit
analisis penelitian ini adalah rumah tangga yang mengikuti program CSR PT.
Pertamina. Rumah tangga menjadi unit analisis karena taraf hidup dapat dilihat
dari kondisi keluarga. Responden akan diwawancarai sesuai dengan kuesioner
yang telah dibuat dan jawabannya dianggap dapat mewakili kondisi dirinya
sebagai salah satu anggota dari program pemberdayaan ekonomi lokal CSR PT.
Pertamina. Metode yang digunakan adalah sensus dengan jumlah responden
sebanyak 43 orang (Lampiran 3) yang merupakan peserta program pemberdayaan
ekonomi lokal CSR PT. Pertamina. Pemilihan informan dilakukan secara sengaja
(purposive). Informan kunci yang dipilih adalah pihak CSR PT. Pertamina,
koordinator CSR Desa Karangsong, pengurus program CSR Desa Karangsong,
serta kepala Desa Karangsong.
Teknik Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder. Data primer merupakan data yang didapatkan langsung di lapangan dari
responden dan informan dengan menggunakan kuesioner maupun wawancara
mendalam. Di samping itu data sekunder diperoleh dari penelusuran dokumendokumen ataupun menggunakan literatur pendukung. Teknik pengumpulan data
pada metode kuantitatif dilakukan dengan melakukan wawancara kepada
responden sesuai dengan pertanyaan yang terdapat pada kuesioner, sedangkan
pada metode kualitatif dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam
kepada informan serta penelusuran dokumen.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
Data kuesioner yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif. Analisis data
kuantitatif dilakukan dengan metode tabel frekuensi dan tabulasi silang. Sebelum
melakukan pengambilan data di lapangan, kuesioner diolah terlebih dahulu
dengan uji reliability untuk mengetahui kelayakan kuesioner untuk digunakan di
lapangan. Kelayakan kuesioner dilihat dari nilai signifikasi alpha, jika nilai
signifikasi alpha > 0.90 maka reabilitas sempurna, nilai alpha 0.70 – 0.90
reabilitas tinggi, 0.50 – 0.70 reabilitas moderat dan nilai alpha < 0.50 reabilitas
rendah. Hasil uji reliability dari kuesioner yang akan digunakan yaitu didapatkan
nilai alpha cronbach’s sebesar 0.798 (Lampiran 4). Berdasarkan nilai alpha yang
didapatkan maka kuisioner memiliki reabilitas tinggi dan dianggap layak untuk
digunakan di lapangan. Setelah seluruh data kuantitatif terkumpul, kemudian akan
dilakukan pengkodean data. Kegiatan ini bertujuan untuk menyeragamkan data.
Data yang dikumpulkan selanjutnya diolah secara statistik deskriptif dengan
mengunakan aplikasi Microsoft Exel 2010 dan software SPSS (Statistical
Program for Social Sciences) for Windows versi 16.0. Selanjutnya, untuk melihat
hubungan yang signifikan antar variabel digunakan uji statistik non-parametrik
melalui Korelasi Rank Spearman (untuk data yang berbentuk ordinal). Variabel

15
yang diukur dalam pen