Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Dengan Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian (Kasus: Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

(1)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI

PENYULUH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN

PELAKSANAAN TUGAS POKOK

PENYULUHAN PERTANIAN

(Kasus: Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

Oleh :

ABDUL QALIK

060309035

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2011


(2)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI

PENYULUH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN

PELAKSANAAN TUGAS POKOK

PENYULUHAN PERTANIAN

(Kasus: Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

Oleh :

ABDUL QALIK

060309035/PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2011


(3)

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI

PENYULUH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN

PELAKSANAAN TUGAS POKOK

PENYULUHAN PERTANIAN

(Kasus: Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

SKRIPSI

Oleh :

ABDUL QALIK

060309035/PKP

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

Ketua

Anggota

(Ir. Yusak Maryunianta, MSi) (Emalisa, SP, MSi)

NIP.19620624 198603 1 001

NIP. 19721118 199802 2 001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2011


(4)

ABSTRAK

ABDUL QALIK (060309035) dengan judul penelitian HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PENYULUH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PELAKSANAAN TUGAS POKOK PENYULUH PERTANIAN (Kasus: Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi, dan Ibu Emalisa, SP, MSi.

Salah satu strategi dasar yang ditempuh dalam pembangunan pertanian adalah penerapan pendekatan sosial ekonomi dengan memanfaatkan secara optimal sumber daya pertanian dalam suatu kawasan ekosistem. Keterkaitan dan keterpaduan strategi tersebut dalam pelaksanaan pembangunan pertanian diharapkan dapat menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi baik di pasar domestik maupun internasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi penyuluh di lokasi penelitian, mengetahui pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian, mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian, serta mengetahui apakah terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, memahami bahasa daerah, jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan, tingkat kosmopolitan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan wilayah kerja penyuluhan pertanian tempat bertugas) terhadap keberhasilan tugas pokok penyuluh di daerah penelitian. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive), yakni di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut memiliki jumlah penyuluh paling banyak dan WKPP paling banyak yang dibawahi BPP desa Pematang Sijonam. Metode penentuan objek penelitian dalam dalam penelitian ini digunakan metode sensus, yaitu sebesar 19 orang penyuluh. Metode analisis yang digunakan adalah uji Rank korelation method dari Spearman.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan: Tidak terdapat hubungan antara umur, tingkat pendidikan, memahami bahasa daerah, jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan penyuluh, tingkat kosmopolitan, jarak tempat tinggal penyuluh, dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. Terdapat hubungan antara lama menjadi penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.


(5)

RIWAYAT HIDUP

ABDUL QALIK, dilahirkan di Simpang Gambus pada tanggal 21 Juni 1988 dari ayahanda Zulkifli M. Yusuf dan ibunda Marseh. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal di SD Negeri 017718 Limapuluh, Asahan tahun 2000, SMP Negeri 2 Air Putih, Asahan tahun 2003, SMA Negeri 1 Air Putih, Asahan tahun 2006. Tahun 2006 penulis diterima di Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan, antara lain Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP), dan Forum Silaturrahim Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian.

Pada bulan Juni 2010 penulis melaksanakan praktik kerja lapangan (PKL) di Desa Lae Hole II, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi. Kemudian Bulan Februari 2011 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmad, hidayah, serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PENYULUH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PELAKSANAAN TUGAS POKOK PENYULUH PERTANIAN (Kasus: Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai)

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada kedua orang tua yang selalu memberi motivasi dan dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi, selaku ketua komisi pembimbing, yang telah banyak memberikan arahan dan masukan dalam penyelesaian skripsi ini. Tak lupa pula ucapan terima kasih kepada Ibu Emalisa, SP, MSi, selaku anggota komisi pembimbing, yang juga banyak memberi semangat, dorongan, dan bimbingan selama penulisan skripsi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis haturkan kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Salmiah dan Bapak Dr. Ir. Satia Negara, M.Ec, selaku ketua dan sekretaris program studi Agribisnis FP USU

2. Seluruh staff pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis

3. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian ini dan turut serta membantu penulis dalam memperoleh data yang diperlukan.


(7)

Saya ucapkan banyak terima kasih kepada seluruh teman-teman seperjuangan di stambuk 2006 program studi Agribisnis Fakultas Pertanian USU, yang telah banyak membantu penulis dalam menemukan arti pentingnya hidup bersama.

Ucapan terima kasih kepada Ahmad Adhali, Bonardo, Ulpan, Rico A. Yuza, Ulpan Affandi, dan Evan Triputra yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini hingga selesai.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, November 2011


(8)

DAFTAR ISI

Hal.

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang... 1

Identifikasi Masalah ... 4

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 6

Tinjauan Pustaka... 6

Landasan Teori ... 12

Kerangka Pemikiran ... 16

Hipotesis Penelitian ... 18

METODE PENELITIAN ... 19

Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19

Metode Objek Penelitian ... 21

Metode Pengumpulan Data ... 21

Metode Analisis Data ... 21

Defenisi dan Batasan Operasional ... 25

Defenisi ... 25

Batasan Operasional ... 27

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN... 28

Deskripsi Daerah Penelitian ... 28

Geografis Kecamatan Perbaungan... 28

Keadaan Penduduk ... 28

Karakteristik Penyuluh Sampel ... 29

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

Karakteristik Penyuluh Sampel ... 30

Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian ... 32

Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian ... 37

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh dengan Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian ... 38


(9)

KESIMPULAN DAN SARAN ... 45 Kesimpulan... 45 Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA


(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Kecamatan yang dibawahi BPP Pematang Sijonam beserta

Penyuluh dan wilayah kerjanya ... 19 2. Uraian tugas pokok dan fungsi PPL ... 22 3. Jumlah penduduk laki-laki dan perempuan kecamatan Perbaungan

Tahun 2008 ... 28 4. Distribusi penduduk Kecamatan Perbaungan

menurut mata pencaharian tahun 2008 ... 29 5. Saran dan prasarana Kecamatan Perbaungan ... 30 6. Karakteristik sosial ekonomi penyuluh di Kecamatan Perbaungan ... 31 7. Tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok


(11)

ABSTRAK

ABDUL QALIK (060309035) dengan judul penelitian HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PENYULUH DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN PELAKSANAAN TUGAS POKOK PENYULUH PERTANIAN (Kasus: Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai). Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi, dan Ibu Emalisa, SP, MSi.

Salah satu strategi dasar yang ditempuh dalam pembangunan pertanian adalah penerapan pendekatan sosial ekonomi dengan memanfaatkan secara optimal sumber daya pertanian dalam suatu kawasan ekosistem. Keterkaitan dan keterpaduan strategi tersebut dalam pelaksanaan pembangunan pertanian diharapkan dapat menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi baik di pasar domestik maupun internasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi penyuluh di lokasi penelitian, mengetahui pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian, mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian, serta mengetahui apakah terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, memahami bahasa daerah, jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan, tingkat kosmopolitan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan wilayah kerja penyuluhan pertanian tempat bertugas) terhadap keberhasilan tugas pokok penyuluh di daerah penelitian. Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive), yakni di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut memiliki jumlah penyuluh paling banyak dan WKPP paling banyak yang dibawahi BPP desa Pematang Sijonam. Metode penentuan objek penelitian dalam dalam penelitian ini digunakan metode sensus, yaitu sebesar 19 orang penyuluh. Metode analisis yang digunakan adalah uji Rank korelation method dari Spearman.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan: Tidak terdapat hubungan antara umur, tingkat pendidikan, memahami bahasa daerah, jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan penyuluh, tingkat kosmopolitan, jarak tempat tinggal penyuluh, dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. Terdapat hubungan antara lama menjadi penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.


(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah (non formal) yang diberikan kepada petani dan keluarganya agar berubah perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living), dan bermasyarakat lebih baik

(better community) serta menjaga kelestarian lingkungannya (better environment) (Departemen Pertanian, 2009).

Tujuan penyuluhan pertanian mengadakan komunikasi dengan sasarannya adalah untuk mengadakan perubahan-perubahan perilaku. Karena perubahan ini, maka sasaran akan terbiasa dengan hal-hal yang baru. Perubahan ini memerlukan waktu yang agak lama sampai sasaran melaksanakan anjuran yang diterapkan oleh penyuluh. Dalam hal ini telah terjadi suatu proses mental yang disebut proses adopsi (Wiriatmadja, 1986).

Dalam upaya menggambarkan penyuluhan pertanian secara menyeluruh dan terpadu diperlukan suatu perencanaan secara matang dan terarah. Perencanaan penyuluhan pertanian di tingkat Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian (WKPP) dituangkan dalam Rencana Kerja Penyuluh Pertanian (RKPP), Yang bertujuan untuk mengantisipasi perkembangan teknologi pertanian serta teknologi penyampaian informasi penyuluhan kepada petani. Untuk meningkatkan kemampuan penyuluh pertanian diperlukan peningkatan pengetahuan, keterampilan serta sikap petani yang diasah melalui pelatihan, pendidikan serta pengalaman langsung, sehingga tercipta profesionalisme penyuluh secara baik


(13)

yang pada akhirnya akan menjadikan petani lebih sejahtera (Dinas Pertanian, 2009).

Perbedaan letak geografis dan letak administratif dapat mendorong perkembangan yang berbeda pada suatu wilayah. Hal ini terlihat dengan adanya perbedaan perkembangan kondisi wilayah maupun kondisi masyarakatnya. Keberhasilan penyuluhan yang terjadi pada suatu desa akan mendorong perubahan karakteristik masyarakatnya, dimana akan mempengaruhi produktivitas kerja petani terkait dalam penerimaan materi penyuluhan sehingga petani dapat menerapkan inovasi dari materi penyuluhan yang diterima (Deptan, 2009).

Penyelenggaraan penyuluhan pertanian akan berjalan dengan baik apabila ada persamaan persepsi antara penyuluh dan petani serta pihak-pihak yang berkepentingan. Penyuluhan pertanian dilaksanakan secara bersama-sama oleh pemerintah, provinsi dan kabupaten/kota, namun harus jelas keserasian hubungan antar susunan pemerintahan tersebut (Ilham, 2010).

Pembangunan pertanian dalam era globalisasi saat ini telah mengalami banyak perubahan dimana pembangunan yang selama ini terkesan berdiri sendiri, selanjutnya lebih mencerminkan keterkaitan yang erat dengan sektor lainnya. Sehubungan dengan hal tersebut salah satu strategi dasar yang ditempuh dalam pembangunan pertanian adalah penerapan pendekatan sosial ekonomi dengan memanfaatkan secara optimal sumber daya pertanian dalam suatu kawasan ekosistem melalui penyuluh pertanian. Keterkaitan dan keterpaduan strategi tersebut dalam pelaksanaan pembangunan pertanian diharapkan dapat menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi baik di pasar domestik maupun internasional (Sudaryanto, dkk., 2002).


(14)

Pada masa pemerintahan Orde Baru, penyuluh lapang mempunyai prestasi yang cukup gemilang. Kunjungan untuk latihan dan suvervisi (Lakususi) yang menerapkan beberapa komponen teknologi, walaupun masih penuh dengan kekurangan, system ini sempat mengantarkan Indonesia sebagai negara yang berhasil mencapai swasembada pangan. Sejalan dengan perkembangan, perhatian kepada penyuluh dan kegiatan penyuluhan semakin menurun, puncaknya adalah era otonomi ketika penyuluh tidak lagi punya program dan tugas yang pasti. Pada era otonomi, kondisi pertanian tidak lebih baik, begitu juga dengan perkembangan penyuluh. Berbagai kebijakan dan beragamnya aturan yang disebabkan oleh otonomi menyebabkan kegiatan penyuluhan semakin lemah dan sulit diharapkan mampu mengangkat pertumbuhan sektor pertanian, apalagi perkembangan perekonomian masyarakat. Suatu saat negara kita akan mengalami masa stagnansi yang sangat lama, sementara persaingan yang sejalan dengan era globalisasi semakin tajam, sehingga sistem perencanaan yang paling tepat untuk pembangunan pertanian adalah perencanaan yang dimulai dari bawah, yaitu metode partisipatif. Metode ini dapat menampung semua masalah, aspirasi, dan inspirasi masyarakat sesuai kondisi, potensi dan lingkungannya (Daniel, 2010).

Karakteristik sosial ekonomi penyuluh dapat mempengaruhi PPL dalam keberhasilannya melaksanakan tugas. Peran PPL yang begitu penting dalam peningkatan produksi tanaman pangan dan untuk membangun perekonomian rakyat, khususnya di Kabupaten Serdang Bedagai, mendorong untuk dilakukannya penelitian mengenai hubungan karakteristik sosial ekonomi penyuluh pertanian di kecamatan Perbaungan.


(15)

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan dalam penelitian ini.

1. Bagaimana karakteristik sosial ekonomi penyuluh di lokasi penelitian 2. Bagaimana pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah

penelitian

3. Bagaimana tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian

4. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, memahami bahasa daerah, jumlah tanggungan keluarga, gaji penyuluh, total pendapatan, tingkat kosmopolitan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas) dengan keberhasilan tugas pokok penyuluh di daerah penelitian.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah yang dikemukakan di atas, maka penelitian diarahkan untuk mencapai tujuan :

1. Mengetahui karakteristik sosial ekonomi penyuluh di lokasi penelitian 2. Mengetahui pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah

penelitian

3. Mengetahui tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian

4. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, memahami


(16)

bahasa daerah, jumlah tanggungan keluarga, gaji penyuluh, total pendapatan, tingkat kosmopolitan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas) terhadap keberhasilan tugas pokok penyuluh di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi para pengambil keputusan dan kebijakan dalam upaya peningkatan kinerja penyuluh pertanian


(17)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA

PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Tugas pokok penyuluh pertanian adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk mengembangkan kemampuan petani dalam menguasai, memanfaatkan dan menerapkan teknologi baru sehingga mampu bertani lebih baik, beruasaha lebih menguntungkan serta membina kehidupan berkeluarga yang lebih sejahtera. Tugas pokok penyuluh pertanian adalah:

1. Menyelenggarakan kunjungan secara berkesinambungan kepada kelompok tani sesuai sistem kerja LAKU

2. Menyelenggarakan penyuluhan pertanian dengan materi yang terpadu, mendinamsisasikan kelompok tani dengan pendekatan kelompok

3. Menyusun bersama program penyuluhan di Balai Penyuluhan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat

4. Memanfaatkan metode penyuluhan dan memantapkan system kerja LAKU (antara lain: demonstrasi demonstrasi Sipedes, kursus kursus tani desa) 5. Bersama sama dengan kontak tani dan tokoh tokoh masyarakat

menyelenggarakan gerakan massal di wilayah kerja (antara lain : pemberantasan hama, gotong royong, dan sebagainya)

6. Menyusun rencana kerja di tingkat WKPP 7. Membantu menyusun RDK/ RDKK kelompok 8. Membantu menyusun administrasi kelompok


(18)

(Departemen Pertanian, 2008).

Penyuluhan merupakan keterlibatan seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya memberikan pendapat sehingga dapat membuat keputusan yang benar. Kegiatan tersebut dilakukan oleh seseorang yang disebut penyuluh pertanian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Kartasapoetra (1994), yang menyatakan penyuluh pertanian merupakan agen bagi perubahan perilaku petani, yaitu mendorong petani mengubah perilakunya menjadi petani dengan kemampuan yang lebih baik dan mampu mengambil keputusan sendiri, yang selanjutnya akan memperoleh kehidupan yang lebih baik. Melalui peran penyuluh, petani diharapkan menyadari akan kebutuhannya, melakukan peningkatan kemampuan diri, dan dapat berperan di masyarakat dengan lebih baik.

Penyuluhan pertanian merupakan sarana kebijaksanaan yang dapat digunakan pemerintah untuk mendorong pembangunan pertanian. Di lain pihak, petani mempunyai kebebasan untuk menerima atau menolak saran yang diberikan agen penyuluhan pertanian. Dengan demikian penyuluhan hanya dapat mencapai sasarannya jika perubahan yang diinginkan sesuai dengan kepentingan petani. Tujuan utama kebijakan pembangunan pertanian adalah meningkatkan produksi pangan dalam jumlah yang sama dengan permintaan akan bahan pangan yang semakin meningkat dengan harga bersaing di pasar dunia. Pembangunan seperti ini harus berkelanjutan dan seringkali harus dilakukan dengan cara yang berbeda dari cara yang terdahulu. Oleh karena itu, organisasi penyuluhan pertanian yang efektif sangat penting di dalam situasi tersebut terutama di negara yang sedang berkembang (Ilham, 2010).


(19)

Van Den Ban dan Hawkins (1999), menyatakan bahwa konsep dasar penyuluhan pertanian adalah suatu bentuk pengaruh sosial yang disadari. Komunikasi yang disengaja melalui informasi adalah untuk membantu petani membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang benar serta mengubah perilaku petani menjadi lebih baik.

Peranan merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status) seseorang yang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukan menunjukkan dia menjalankan perannya. Hak dan kewajiban harus saling berkaitan yang dijalankan seseorang sesuai dengan ketentuan peranan yang seharusnya dilakukan dan sesuai dengan harapan peranan yang dilakukan (Soedijanto, 1996).

Menurut Fashihullisan (2009), peranan penyuluhan dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu: menyadarkan masyarakat atas peluang yang ada untuk merencanakan hingga menikmati hasil pembangunan, memberikan kemampuan masyarakat untuk menentukan program pembangunan, memberi kemampuan masyarakat dalam mengontrol masa depannya sendiri, dan memberi kemampuan dalam menguasai lingkungan sosialnya. Peran seorang pekerja pengembangan masyarakat dapat dikategorikan ke dalam empat peran, yaitu :

1. Peran fasilitator (Facilitative Roles), 2. Peran pendidik (Educational Roles),

3. Peran utusan atau wakil (Representasional Roles), dan 4. Peran teknikal (Technical Roles)

Mosher (1997), menguraikan tentang peran penyuluh pertanian, yaitu: sebagai guru, penganalisa, penasehat, sebagai organisator, sebagai pengembang


(20)

kebutuhan perubahan, penggerak perubahan, dan pemantap hubungan masyarakat petani. Kartasapoetra (1994), juga menjelaskan tentang peran penyuluh yang sangat penting bagi terwujudnya pembangunan pertanian modern, yaitu pembangunan pertanian berbasis rakyat. Peran penyuluh tersebut adalah:

1. Sebagai peneliti; mencari masukan terkait dengan ilmu dan teknologi, penyuluh menyampaikan, mendorong, mengarahkan dan membimbing petani mengubah kegiatan usahataninya dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi. 2. Sebagai pendidik; meningkatkan pengetahuan untuk memberikan informasi

kepada petani, penyuluh harus menimbulkan semangat dan kegairahan kerja para petani agar dapat mengelola usahataninya secara lebih efektif, efisien, dan ekonomis.

3. Sebagai penyuluh; menimbulkan sikap keterbukaan bukan paksaan, penyuluh berperan serta dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan hidup para petani beserta keluarganya.

Dapat dilihat bahwa peran penyuluh sangat berat, mengharuskannya memiliki kemampuan tinggi, Oleh karena itu, kualitas dari penyuluh harus terus ditingkatkan sehingga mampu berperan dalam memberikan penyuluhan dan mewujudkan pembangunan pertanian.

Peranan agen penyuluhan pertanian adalah membantu petani membentuk pendapat yang sehat dan membuat keputusan yang baik dengan cara berkomunikasi dan memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan petani. Peranan utama penyuluhan lebih dipandang sebagai proses membantu petani untuk mengambil keputusan sendiri dengan cara menambah pilihan bagi mereka,


(21)

dan menolong petani mengembangkan wawasan mengenai konsekuensi dari masing masing pilihan tersebut.

Menurut Van Den Ban dan Hawkins (1999), agen penyuluhan dapat membantu petani memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, dan menemukan cara mengubah struktur atau situasi yang menghalanginya untuk mencapai tujuan tersebut. Mereka dapat membantu petani meramalkan peluang keberhasilan dengan segala konsekuensinya, dengan memberikan wawasan luas yang dapat dipengaruhi oleh berbagai aspek sosial dan aspek ekonomi.

Menurut Rasyid (2001), belum optimalnya peranan penyuluhan pertanian dapat disebabkan oleh rendahnya tingkat partisipasi petani terhadap penyuluh pertanian sebagai akibat rendahnya mutu pelayanan penyuluhan pertanian. Selain itu lemah dan tidak sistematisnya sistem pendanaan sehingga menjadi salah satu penyebab rendahnya kinerja penyuluh pertanian dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Penyuluh pertanian ke depan adalah penyuluh pertanian yang dapat menciptakan dirinya sebagai mitra dan fasilitator petani dengan melakukan peranan yang sesuai antara lain sebagai: penyedia jasa pendidikan (educator),

motivator, konsultan (pembimbing), dan pendamping petani.

Terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kemampuan penyuluh, baik secara internal maupun eksternal. Faktor internal tersebut meliputi; tingkat pendidikan, motivasi, kepribadian dan harga diri serta keadaan sosial budaya penyuluh. Adapun faktor eksternal tersebut meliputi; manajemen organisasi penyuluhan, insentif atau fasilitas yang diperoleh penyuluh dalam menjalankan tugasnya serta tingkat partisipasi sasaran yang berada di bawah koordinasinya.


(22)

Faktor-faktor tersebut harus diperhatikan oleh pihak pimpinan organisasi sehingga dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengupayakan peningkatan kompetensi penyuluh (Departemen Pertanian, 2009).

Berdasarkan Undang undang Republik Indonesia Nomor 16 (2006), Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan, Bab 2, pasal 4, bahwa fungsi sistem penyuluhan adalah sebagai berikut:

a) Memfasilitasi proses pembelajaran pelaku utama dan pelaku usaha

b) Mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya

c) Meningkatkan kemampuan kepemimpinan, manajerial, dan kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha

d) Membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan e) Membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon

peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha

f) Menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan

g) Melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan.


(23)

Menurur Suwandi (2006), metode penyuluhan pertanian partisipatif yaitu masyarakat berpartisipasi secara interaktif, analisis-analisis dibuat secara bersama yang akhirnya membawa kepada suatu rencana tindakan. Partisipasi disini menggunakan proses pembelajaran yang sistematis dan terstruktur melibatkan metode-metode multidisiplin, dalam hal ini kelompok ikut mengontrol keputusan lokal. Berdasarkan atas UU SP3K pasal 26 ayat 3, dikatakan bahwa "Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan pendekatan partisipatif melalui mekanisme kerja dan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan serta kondisi pelaku utama dan pelaku usaha". Hal-hal yang berkaitan dengan penyusunan PRA antara lain penyuluhan pertanian, metode, dan teknik penyuluhan seperti demplot, wawancara, anjangsana, pendekatan kelompok dan pendekatan individu. Penyuluh partisipatif merupakan pendekatan penyuluhan dari bawah ke atas untuk memberikan kekuasaan kepada petani agar dapat mandiri, yaitu kekuasaan dalam peran, keahlian, dan sumberdaya untuk mengkaji desanya sehingga tergali potensi yang terkandung, yang dapat diaktualkan, termasuk permasalahan yang ditemukan.

Landasan Teori

Perlu diingat bahwa tugas penyuluhan di masa depan akan sangat berbeda dengan yang selama ini dilakukan. Cakupan tugasnya akan jauh lebih luas, bukan terbatas pada penyuluhan peningkatan produksi, tetapi juga penyuluhan usahatani, pengolahan hasil, dan pemasaran, serta pengorganisasian masyarakat petani dalam berbagai bentuk wadah dan untuk berbagai tujuan. Kemampuan kemampuan professional di bidang bidang itu perlu dikuasai para penyuluh pertanian masa


(24)

depan. Untuk itu perlu diutamakan peningkatan kemampuan professional penyuluh ( Mardikanto, 1992).

Dalam kegiatan penyuluhan pertanian, penyuluh mempunyai beberapa faktor sosial dan ekonomi yang mempengaruhinya. Beberapa faktor sosial ekonomi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Faktor sosial a. Umur

Umur pada umumnya sangat berpengaruh terhadap aktivitas sehari hari. Tenaga kerja dalam usia sangat produktif (22-65 tahun) memiliki potensi kerja yang masih produktif (Anonimous, 1991).

b. Tingkat pendidikan

Pendidikan sangat berpengaruh dengan perilaku seorang PPL. Tetapi apabila ini terlalu ditekankan, maka hal ini akan dapat menyebabkan kesulitan di kemudian harinya. Karena seorang penyuluh yang memiliki pendidikan yang tinggi belum tentu memiliki kemampuan menyuluh yang baik (Suhardiyono, 1992).

c. Lama menjadi penyuluh

Orang orang yang lama berada pada suatu pekerjaan akan memiliki kemampuan yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang tingkat senioritasnya lebih rendah (Suhardiyono, 1992).

d. Tingkat Kosmopolitan

Tingkat kosmopolitan dapat diketahui dengan melihat frekuensi seseorang keluar dari desanya ke desa lain atau ke kota, koran yang dibaca, siaran TV yang ditonton, dan siaran radio yang didengar (Mosher, 1997).


(25)

e. Memahami bahasa daerah

Memahami bahasa daerah di tempat penyuluh bertugas akan memudahkan penyuluh dalam berkomunikasi. Menggunakan bahasa daerah juga akan dapat meningkatkan tingkat adopsi petani, karena penggunaan bahasa yang sama akan lebih mendapatkan kepercayaan. 2. Faktor ekonomi

f. Jumlah tanggungan keluarga

Semakin besar jumlah tanggungan keluarga maka akan semakin besar pula tuntutan kebutuhan keuangan rumah tangga. Kegagalan penyuluh dalam penyuluhan pertanian akan berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan keluarga (Soekartawi, 1988).

g. Gaji penyuluh

Gaji penyuluh merupakan pendapatan penyuluh pertanian dari pekerjaan sebagai penyuluh, penyuluh yang telah diangkat menjadi pegawai negeri ataupun tenaga harian lepas.

h. Total pendapatan

Meningkatnya pendapatan maka pengeluaran untuk keperluan rumah tangga pun akan ikut meningkat. Menurunnya pendapatan akan menurunkan pula pengeluaran untuk konsumsi dan modal (Tohir, 1991). i. Jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas

Tempat tinggal penyuluh yang terlalu jauh dengan WKPP tempat penyuluh bertugas bisa menjadi penyebab penyuluh tidak mengetahui masalah masalah yang dihadapi petani, karena petani tidak bisa menceritakan masalahnya kepada penyuluh. Selain itu, penyuluh juga akan


(26)

mengeluarkan biaya yang lebih besar jika jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat penyuluh bertugas terlalu jauh, dan dapat menyebabkan keterlambatan hadir penyuluh.


(27)

Kerangka Pemikiran

Penyuluhan bermula dari adanya kebutuhan untuk meningkatkan hasil pertanian agar dapat mencukupi kebutuhan pribumi. Penyuluhan dilandasi pula oleh kenyataan adanya kesenjangan yang cukup jauh antara praktek praktek yang dilakukan para petani di satu pihak dan adanya teknologi teknologi yang lebih maju di lain pihak. Kebutuhan peningkatan produksi pertanian diperhitungkan akan dapat dipenuhi seandainya teknologi teknologi maju yang ditemukan oleh para ahli dapat dipraktekkan oleh para petani sebagai produsen primer (Mardikanto, 1992)

Penyuluh memiliki beberapa tugas pokok yang harus dilaksanakan dalam melaksanakan kegiatan penyuluhan pertanian. Tugas pokok tersebut dilaksanakan agar para petani mampu menerapkan teknologi baru, sehingga mampu berusahatani dengan lebih baik, berusahatani lebih menguntungkan, hidup lebih sejahtera dan membentuk masyarakat tani yang lebih sejahtera.

Setiap penyuluh mempunyai beberapa faktor sosial dan faktor ekonomi yang mungkin mempengaruhinya dalam kegiatan penyuluhan pertanian atau pelaksanaan tugas pokok penyuluhan pertanian. Faktor sosial adalah umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, dan memahami bahasa daerah. Sedangkan faktor ekonomi adalah jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan, tingkat kosmopolitan, dan jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas.


(28)

Penyuluh

Tugas Pokok Faktor Sosial:

1. Umur 2. Tingkat

Pendidikan 3. Lama Menjadi

Penyuluh 4. Memahami

bahasa daerah 5. Tingkat

Kosmopolitan

Faktor Ekonomi:

1. Jumlah Tanggungan Keluarga

2. Gaji penyuluh 3. Total Pendapatan

Penyuluh

4. Jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas

Keberhasilan Tugas Pokok Skema kerangka pemikiran

Skema Kerangka Pemikiran Menunjukkan mempengaruhi


(29)

Hipotesis Penelitian

1. Pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di Kecamatan Perbaungan telah berhasil dengan kriteria tingkat keberhasilan tinggi.

2. Terdapat hubungan antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh (umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, memahami bahasa daerah, status kerja penyuluh, jumlah tanggungan keluarga, gaji penyuluh, total pendapatan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas, pekerjaan lainnya) terhadap keberhasilan tugas pokok penyuluh di Kecamatan Perbaungan.


(30)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara sengaja (purposive), yakni di Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, berdasarkan pertimbangan bahwa daerah tersebut memiliki jumlah penyuluh paling banyak dan WKPP paling banyak dalam satu wilayah kerja BPP desa Pematang Sijonam. Jumlah penyuluh di Kecamatan Perbaungan adalah 19 orang penyuluh dengan 23 WKPP.

Penyuluh Pertanian di BPP desa Pematang Sijonam yang tergolong aktif dan bermanfaat bagi petani dan masyarakat menjadi faktor pendorong bagi peneliti untuk melakukan penelitian di daerah tersebut. BPP desa Pematang Sijonam membawahi tiga kecamatan, yaitu Kecamatan Perbaungan, Kecamatan Pantai Cermin dan Kecamatan Pegajahan, dengan jumlah penyuluh pada masing masing kecamatan dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel 1. Kecamatan yang dibawahi BPP Pematang Sijonam beserta penyuluh dan wilayah kerjanya

No Kecamatan Penyuluh Wilayah Kerja Penyuluh

1 Perbaungan 1. Suparyadi

2. Erwin Siregar, SPt

3. Dosep Ginting, SP

4. Erika Elvyani, SP

5. Yenni Sriwahyuni, SP

6. Amat Giran

7. Bungaria S, SP

8. Zulkarnain Nst, SPt

9. Nunung Israq A, SP

10.Jainal Sitopu, SP

11.Suriadi, SP

12.Erpalinda Br. Trg, SP

13.Ruly Andri Nst

14.Sumardi

Desa Cinta Air Desa Kota Galuh

Kel. Simpang Tiga Pekan Desa Lida Tanah

Desa Kesatuan Desa Suka Beras Desa Bengkel Desa Deli Muda Kel. Tualang

Desa Pematang Tatal Desa Lubuk Cemara Desa Jambur Pulau Desa Sei Naga Lawan Desa Suka Jadi Desa Tanah Merah Desa Lubuk Dendang Desa Lubuk Bayas Desa Sei Sijenggi


(31)

16.Arlina Affindarni

17.Ir. Syariffuddin

18.Jumahadi Darwin

19.Hardianto, SP

Desa Sei Buluh Desa Lubuk Rotan Desa Pematang Sijonam Desa Melati II

Desa Citaman Jernih

2 Pantai Cermin 1. Marasi Rumapea

2. Rudy Syahrizal

3. Juliani Sitorus

4. Sugiono, SP

5. Nanang Lesmana, SPt

6. Siswo Aji, Amd

7. Adi Ahmad

8. Asyah Raini

9. Sutrisno

10.Surya Syahputra, SP

11.Fitri Anggraini. Srg, SST

12.Ruji Asmaji

Desa Naga Kisar Desa Kota Pari Kuala Lama Besar II Terjun Ujung Rambung Cilawan

Sementara Lubuk Saban Pantai Cermin Kiri Pematang Kasih Pantai Cermin Kanan Arah Payung

3 Pegajahan 1. Sukawati

2. Teguh Sutoto, SPt

3. Surya Ningsih, SP

4. Sri Sumarsih, SP

5. Sukadi

6. Safrina, SP

7. Nurlis 8. Sutiran Lestari Dadi Desa Senna Pondok Tengah Suka Raja Tnjung Putus Jati Mulya Suka Sari

Petuaran Hulu dan Hilir Karang Anyar

Pegajahan Bingkat sumber: Ka. BP3K Pematang Sijonam

Dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa jumlah penyuluh di Kecamatan Perbaungan adalah 19 orang. Dan itu merupakan jumlah terbesar dibanding jumlah penyuluh yang ada di Kecamatan Pantai Cermin dan Kecamatan Pegajahan. Selain itu, di Kecamatan Perbaungan juga pernah ada seorang penyuluh yang mendapatkan penghargaan sebagai penyuluh terbaik untuk daerah Sumatera Utara.


(32)

Metode Penentuan objek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah penyuluh pertanian lapangan di Kecamatan Perbaungan yang terdiri dari 19 orang. Penelitian dilakukan secara sensus, artinya seluruh penyuluh yang ada di Kecamatan Perbaungan menjadi objek dalam penelitian ini.

Metode Pengumpulan Data

Data penelitian ini terdiri dari data primer dan data skunder. Data primer diperoleh dari keterangan yang diberikan penyuluh sebagai responden dengan menggunakan daftar kuisioner yang telah disiapkan. Data skunder diperoleh dari informasi dari lembaga atau instansi yang mendukung penelitian.

Metode Analisis Data

1. Masalah satu dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan cara menjelaskan karakteristik sosial ekonomi penyuluh pertanian di Kecamatan Perbaungan. 2. Masalah dua dianalisis secara deskriptif, yaitu dengan menjelaskan

pelaksanaan tugas tugas pokok penyuluh pertanian yang dilaksanakan oleh penyuluh di Kecamatan Perbaungan.

3. Analisis data untuk masalah tiga atau hipotesa pertama digunakan metode pemberian skor. Tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh di Kecamatan Perbaungan dilihat dari tingkat partisipasi penyuluh terhadap pelaksanaan tugas pokok penyuluhan pertanian.


(33)

Tabel 2. Uraian tugas pokok dan fungsi PPL

No Tugas Pokok Indikator Skor

1 Menyelenggarakan

kunjungan secara berkesinambungan kepada kelompok tani sesuai sistem kerja LAKU

A : 25 – 32 kali kunjungan ke 16 kelompok tani dalam sebulan

B : 16 – 24 kali kunjungan ke 16 kelompok tani dalam sebulan

C : <16 kali kunjungan ke 16 kelompok tani dalam sebulan

3 2 1

2 Menyelenggarakan

penyuluhan pertanian dengan materi yang terpadu,

mendinamsisasikan kelompok tani dengan pendekatan kelompok

A : Selalu

B : Kadang – kadang C : Tidak pernah

3 2 1

3 Menyusun bersama

program penyuluhan di Balai Penyuluhan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat

A : Selalu

B : Kadang – kadang C : Tidak pernah

3 2 1

4 Memanfaatkan metode

penyuluhan dan memantapkan system kerja LAKU (antara lain: demonstrasi demonstrasi Sipedes, kursus kursus tani desa)

A : Selalu

B : Kadang – kadang C : Tidak pernah

3 2 1

5 Bersama sama dengan

kontak tani dan tokoh tokoh masyarakat menyelenggarakan gerakan massal di wilayah kerja (antara lain : pemberantasan hama, gotong royong, dan sebagainya)

A : Selalu

B : Kadang – kadang C : Tidak pernah

3 2 1

6 Menyusun rencana

kerja di tingkat WKPP

A : 1 kali dalam setahun B : 1 kali dalam dua tahun C : 1 kali dalam ≥3 tahun

3 2 1

7 Membantu menyusun

RDK/ RDKK kelompok

A : PPL membantu 12 – 16 kelompok tani B : PPL membantu 7 – 11 kelompok tani

3 2 1


(34)

C : PPL membantu 1 – 6 kelompok tani

8 Membantu menyusun

administrasi kelompok

A : PPL membantu 12 – 16 kelompok tani B : PPL membantu 7 – 11 kelompok tani C : PPL membantu 1 – 6 kelompok tani

3 2 1

9 Membantu menyusun

administrasi kelompok

A : Selalu

B : Kadang – kadang C : Tidak pernah

3 2 1

Menurut Irianto (2004) untuk mengukur range dari 2 variabel digunakan rumus: Range = Data terbesar – Data terkecil

Jumlah kriteria

Range = 6

3 9 27− =

Jumlah skor tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian antara lain 9 – 27 dengan range 6, sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut : 9 – 15 = Tingkat keberhasilan rendah

16 – 21 = Tingkat keberhasilan sedang 22 – 27 = Tingkat keberhasilan tinggi

4. Hipotesa kedua diuji dengan metode korelasi (Rank Korelation Methode) dari Spearman, dengan rumus sebagai berikut :

Dimana

rs = koefisien korelasi Spearman

= jumlah kuadrat perbedaan antara karakteristik social ekonomi Penyuluh dengan pelaksanaan tugas pokok


(35)

Kemudian diuji dengan uji t, dengan rumus sebagai berikut :

Dengan uji kriteria sebagai berikut : Dimana :

Jika th ≤ tα, berarti Ho diterima (tidak ada hubungan) Jika th > tα, berarti Ho ditolak (ada hubungan) Atau dapat juga diuji dengan menggunakan SPSS.

Definisi dan Batasan Operasional Definisi

1. Tugas pokok penyuluh pertanian adalah melakukan kegiatan penyuluhan pertanian untuk mengembangkan kemampuan petani dalam menguasai, memanfaatkan dan menerapkan teknologi baru sehingga mampu bertani lebih baik, beruasaha lebih menguntungkan serta membina kehidupan berkeluarga yang lebih sejahtera.

2. Tugas pokok yang diukur dalam penelitian ini adalah tugas pokok penyuluh di BPP Pematang Sijonam, khususnya daerah Kec. Perbaungan. 3. Karakteristik adalah ciri khas seseorang yang membedakan antara orang

yang satu dengan orang yang lain.

4. Karakteristik sosial adalah suatu ciri yang dilhat dari faktor sosial seorang penyuluh. Pada penelitian ini, karakteristik sosial penyuluh yang akan diteliti adalah:


(36)

b) Tingkat pendidikan c) Lama menjadi penyuluh d) Tingkat kosmopolitan e) Memahami bahasa daerah.

5. Karakteristik ekonomi adalah suatu ciri yang dilihat dari faktor ekonomi seorang penyuluh. Pada penelitian ini, karakteristik ekonomi penyuluh yang akan diteliti adalah:

a) Jumlah tanggungan keluarga b) Gaji penyuluh

c) Total pendapatan Penyuluh

d) Jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas. 6. Umur adalah lama waktu hidup penyuluh pada saat dilakukan penelitian

(tahun).

7. Tingkat pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang telah ditempuh penyuluh (tahun).

8. Lama menjadi penyuluh adalah lama seorang penyuluh telah bekerja sebagai petugas penyuluh pertanian (tahun).

9. Memahami bahasa daerah adalah memahami dan bisa berkomunikasi dengan bahasa daerah tempat penyuluh bertugas.

10.Jumlah tanggungan keluarga adalah jumlah anggota yang belum berpenghasilan dan menjadi tanggung jawab penyuluh (orang).

11.Gaji penyuluh adalah pendapatan penyuluh dari bekerja sebagai penyuluh pertanian (Rp/ Bln).


(37)

12.Pendapatan penyuluh adalah jumlah pendapatan dari bekerja sebagai penyuluh pertanian ditambah dengan pendapatan pekerjaan lainnya di samping sebagai penyuluh (Rp/ Bln).

13.Total pendapatan penyuluh adalah jumlah pendapatan dari bekerja sebagai penyuluh ditambah dengan pekerjaan lain.

14.Tingkat kosmopolitan penyuluh adalah tingkat keterbukaan penyuluh terhadap dunia luar yang dapat meningkatkan pengetahuan umum penyuluh.

15.Jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas adalah jarak antara tempat tinggal penyuluh dengan desa/ kelurahan tempat penyuluh tersebut bertugas (WKPP).

Batasan operasional

1. Daerah penelitian adalah di Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara.

2. Objek penelitian adalah Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) di Kecamatan Perbaungan dalam wilayah kerja BPP Pematang Sijonam, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Umatera Utara.


(38)

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

Deskripsi Daerah Penelitian

a. Geografis Kecamatan Perbaungan

Kecamatan Perbaungan merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera Utara, yang memiliki luas wilayah 17,859 Ha dan terdiri dari 24 desa dan 4 kelurahan. Letak dari permukaan laut ± 0 – 65 meter.

Adapun batas – batas wilayah Kecamatan Perbaungan adalah sebagai berikut: - Sebelah Utara : Kecamatan Pantai Cermin

- Sebelah Selatan : Kecamatan Pegajahan

- Sebelah Timur : Kecamatan Teluk Mengkudu

- Sebelah Barat : Kecamatan Pagar Merbau Kab. Deli Serdang

Tabel 3. Luas Wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian dan Persentase terhadap luas Kecamatan Perbaungan

No Desa/ Kelurahan Luas

Wilayah/ Kilometer (km2)

Persentase terhadap luas kecamatan

(%)

1 Adolina 16.740 15.00

2 Melati II 11.800 10.57

3 Tanjung Buluh 7.390 6.62

4 Sei Buluh 1.230 1.10

5 Sei Sejenggi 2.710 2.43

6 Desa Muda Hulu 3.770 3.38

7 Melati I 1.170 1.05

8 Ciaman Jene 1.620 1.45

9 Batang Terap 1.970 1.76

10 Simpang Tiga Pekan 1.780 1.59

11 Kota Galuh 3.000 2.60

12 Tualang 5.040 4.52

13 Bengkel 1.370 1.23

14 Desa Muda Hilir 4.630 4.15

15 Tanah Merah 3.390 3.04


(39)

18 Lubuk Rotan 3.640 3.26

19 Kesatuan 3.320 2.97

20 Lidah Tanah 4.500 4.12

21 Pematang Tatal 1.890 1.69

22 Lubuk Dendang 1.760 1.58

23 Suka Beras 3.260 2.92

24 Cinta Air 3.520 3.15

25 Pematang Sijonam 4.710 4.22

26 Lubuk Cemara 2.500 2.24

27 Jambur Pulau 2.470 2.21

28 Sukajadi 1.950 1.75

Jumlah 111.620 100.00

Sumber : Kantor Camat Perbaungan. b. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kecamatan Perbaungan adalah 97.788 jiwa dengan jumlah penduduk Laki – laki 48.238 jiwa dan 49.550 jiwa. Untuk melihat gambaran yang jelas dari komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 4. Jumlah penduduk laki – laki dan perempuan Kecamatan Perbaungan tahun 2008

No Desa/ Kelurahan Laki – laki Perempuan Jumlah

(Jiwa) (%) (Jiwa) (%) (Jiwa) (%)

1 Adolina 569 1 556 1 1.125 1

2 Batang Terap 1.639 3 1.815 4 3.454 4

3 Bengkel 1.901 4 2.118 5 4.019 4

4 Cinta Air 655 1 646 1 1.301 1

5 Cintaman Jernih 3.581 8 3.780 8 7.361 8

6 Deli Muda Ilir 489 1 478 1 967 1

7 Deli Muda Ulu 249 0,5 242 0,5 491 0,5

8 Jambur Pulau 1.906 4 2.037 4 3.943 4

9 Kesatuan 1.038 2 1.115 2 2.153 2

10 Kota Galuh 1.671 3 1.692 3 3.363 4

11 Lidah Tanah 1.915 4 1.797 4 3.712 4

12 Lubuk Bayas 1.061 2 995 2 2.056 2

13 Lubuk Cemara 564 1 615 1 1.179 1

14 Lubuk Dendang 632 2 603 1 1.235 1

15 Lubuk Rotan 1.135 2 1.175 2 2.310 2

16 Melati I 745 2 761 2 1.506 2

17 Melati II 6.671 15 6.657 13 13.328 14

18 Pematang Sijonam 2.030 4 1.972 4 4.002 4


(40)

20 Simpang Tiga Pekan

5.139 11 6.563 13 12.702 13

21 Suka Beras 408 1 384 1 792 1

22 Suka Jadi 1.731 4 1.571 3 3.302 4

23 Sungai Buluh 1.728 4 1.906 4 3.634 4

24 Sungai Naga

Lawan

1.313 3 1.287 2 2.600 3

25 Sungai Sijenggi 2.155 4 2.222 5 4.377 4

26 Tanah Merah 1.485 3 1.449 3 2.934 3

27 Tanjung Buluh 254 0,5 195 0,5 449 0,5

28 Tualang 3.750 8 4.135 8 7.885 8

Jumlah 48.238 49.550 97.788

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2009

Dari Tabel 3, dapat dilihat bahwa penduduk wanita lebih banyak dibandingkan penduduk laki – laki, yaitu sebanyak 49.550 jiwa. Penduduk laki- laki sebanyak 48.238 jiwa.

Berdasarkan mata pencahariannya, distribusi penduduk Kecamatan Perbaungan dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Distribusi penduduk kecamatan Perbaungan menurut mata pencaharian tahun 2008

No Mata Pencaharian Jumlah

(Jiwa)

Persentase (%)

1 PNS 1037 1,8

2 ABRI/ Polri 137 0,2

3 Karyawan 3.418 5,9

4 Wiraswasta 11.820 20,4

5 Jasa 1.803 3,1

6 Tani 13.083 22,5

7 Nelayan 250 0,4

8 Buruh 5.509 9,5

9 Lainnya 21.037 36,2

Jumlah 58.094 100

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2009

Tabel 4, menunjukkan bahwa sebanyak 1,8% penduduk bekerja sebagai PNS, 0,2% ABRI/ Polri, 5,9% Karyawan, 20,4% wiraswasta, 3,1% jasa, 22,5 % (13.083 jiwa) Petani, 0,4 % (250 jiwa) sebagai nelayan, 9,5% Buruh, dan 36,2% Lain – lain termasuk supir, pensiunan.


(41)

c. Karakteristik Penyuluh Sampel

Karakteristik penyuluh yang menjadi objek penelitian ini meliputi Umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, jumlah tanggungan, memahami bahasa daerah, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan, total pendapatan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Karakteristik sosial ekonomi penyuluh di Kecamatan Perbaungan

No. Karakteristik Satuan Rataan Range

1 Umur Tahun 36.00 25 – 43

2 Tingkat Pendidikan Tahun 15.00 12 – 16 3 Lama Menjadi Penyuluh Tahun 3.00 2 – 5 4 Memahami Bahasa Daerah Skor 6.37 3 – 8 5 Tingkat Kosmopolitan Skor 19.79 18 – 22 6 Jumlah Tanggungan

Keluarga

Orang 2.00 0 – 5 7 1.Pendapatan Penyuluh

2.Total Pendapatan

Rp 1.000.000 Rp 1.000.000

1.36 2.81

0.7 – 2.5 1.7 – 16.0 8 Jarak Tempat Tinggal

Penyuluh ke WKPP

Km 7 1 – 25

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1

Tabel 6 dapat dilihat bahwa rata-rata umur penyuluh adalah 36 tahun dengan range 25 tahun – 43 tahun, hal ini menunjukkan bahwa penyuluh di Kecamatan Perbaungan tergolong dalam usia produktif. Rata-rata tingkat pendidikan Penyuluh di daerah penelitian adalah 15 tahun atau setingkat dengan S1 yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penyuluh tinggi. Rata-rata lama menjadi penyuluh adalah 3 tahun. Rata-rata skor penyuluh yang memahami bahasa daerah adalah 6.37 dalam kriteria sedang, penyuluh di Kecamatan Perbaungan pada umumnya bisa memahami bahasa daerah tapi belum bisa mengucapkan/ berbicara dgn bahasa setempat. Rata-rata skor tingkat kosmopolitan adalah 19.79 dalam kriteria sedang, artinya penyuluh memiliki tingkat kosmopolitan yang cukup untuk membantu dalam pelaksanaan tugas


(42)

pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga penyuluh adalah 2 orang, artinya rata-rata jumlah tanggungan keluarga penyuluh sudah sesuai dengan program KB yang dianjurkan pemerintah. Rata-rata pendapatan penyuluh adalah Rp 1.360.000 per bulan, Rata-rata total pendapatan penyuluh adalah Rp 2.810.000 per bulan, artinya total pendapatan penyuluh lebih besar dari UMR di Kabupaten Serdang Bedagai sebesar Rp 1.081.500 per bulan, dan rata-rata jarak tempat tinggal penyuluh ke WKPP adalah 7 km, yang berarti tidak terlalu jauh dari tempat tinggal penyuluh.


(43)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Penyuluh Sampel

Karakteristik penyuluh yang menjadi objek penelitian ini meliputi Umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, jumlah tanggungan, memahami bahasa daerah, tingkat kosmopolitan, jumlah tanggungan, total pendapatan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP. Lebih jelas dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Karakteristik sosial ekonomi penyuluh di Kecamatan Perbaungan

No. Karakteristik Satuan Rataan Range

1 Umur Tahun 36.00 25 – 43

2 Tingkat Pendidikan Tahun 15.00 12 – 16 3 Lama Menjadi Penyuluh Tahun 3.00 2 – 5 4 Memahami Bahasa Daerah Skor 6.37 3 – 8 5 Tingkat Kosmopolitan Skor 19.79 18 – 22 6 Jumlah Tanggungan

Keluarga

Orang 2.00 0 – 5

7 3. Gaji Penyuluh 4. Total Pendapatan

Rp 1.000.000 Rp 1.000.000

1.36 2.81

0.7 – 2.5 1.7 – 16.0

8 Jarak Tempat Tinggal Penyuluh ke WKPP

Km 7.00 1 – 25

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1

Tabel 6 dapat dilihat bahwa rata-rata umur penyuluh adalah 36 tahun dengan range 25 tahun – 43 tahun, hal ini menunjukkan bahwa penyuluh di Kecamatan Perbaungan tergolong dalam usia produktif. Rata-rata tingkat pendidikan Penyuluh di daerah penelitian adalah 15 tahun atau setingkat dengan S1 yang menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penyuluh tinggi. Rata-rata lama


(44)

bahasa daerah adalah 6.37 dalam kriteria sedang, penyuluh di Kecamatan Perbaungan pada umumnya bisa memahami bahasa daerah tapi belum bisa mengucapkan/ berbicara dgn bahasa setempat. Rata-rata skor tingkat kosmopolitan adalah 19.79 dalam kriteria sedang, artinya penyuluh memiliki tingkat kosmopolitan yang cukup untuk membantu dalam pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian. Rata-rata jumlah tanggungan keluarga penyuluh adalah 2 orang, artinya rata-rata jumlah tanggungan keluarga penyuluh sudah sesuai dengan program KB yang dianjurkan pemerintah. Rata-rata pendapatan penyuluh adalah Rp 1.360.000 per bulan, Rata-rata total pendapatan penyuluh adalah Rp 2.810.000 per bulan, artinya total pendapatan penyuluh lebih besar dari UMR di Kabupaten Serdang Bedagai sebesar Rp 1.081.500 per bulan, dan rata-rata jarak tempat tinggal penyuluh ke WKPP adalah 7 km, yang berarti tidak terlalu jauh dari tempat tinggal penyuluh.

Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian

1. Menyelenggarakan kunjungan secara berkesinambungan kepada kelompok tani sesuai sistem kerja LAKU

Penyuluh mengunjungi setiap kelompok tani 1 kali dalam 2 minggu atau 2 kali dalam 1 bulan, yakni pada hari Senin, Selasa, Kamis, atau Jum’at, sedangkan pada hari Rabu penyuluh berkumpul di kantor Kecamatan Perbaungan untuk mendapatkan pengarahan rutin oleh Kepala Bapeluh. Kunjungan penyuluh kepada masing masing kelompok tani dilaksanakan selama ±90 menit. Penyuluh mengunjungi 1 atau 2 kelompok tani dalam satu hari, sehingga dalam 2 minggu penyuluh dapat mengunjungi 16 kelompok tani, dan dalam satu bulan penyuluh telah mengunjungi setiap kelompok tani 2 kali dalam satu bulan.


(45)

2. Menyelenggarakan penyuluhan pertanian dengan materi yang terpadu, mendinamisasikan kelompok tani dengan pendekatan kelompok

Penyuluh menyelenggarakan penyuluhan dengan materi penyuluhan pertanian yang terpadu, terkadang bergantung pada masalah yang terjadi di lapangan. Penyuluh melakukan pendekatan kelompok pada kelompok tani di Kecamatan Perbaungan dengan mengadakan suatu kegiatan yg dapat mempererat hubungan antar kelompok tani. Misalanya seperti mengadakan arisan kelompok, perwiritan, dan lain sebagainya.

3. Menyusun bersama program penyuluhan di balai penyuluhan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat

Penyuluh menyusun program penyuluhan bersama tokoh masyarakat yang dilaksanakan di Balai Penyuluhan, tokoh masyarakat yang dilibatkan antara lain adalah Kepala Desa, Kepala Lingkungan, Ketua Kelompok Tani. Penyuluh akan menanyakan kepada tokoh masyarakat tentang apa yang akan dikembangkan di desa dalam penyusunan program penyuluhan dan pelaksanaannya, penyuluh akan mendiskusikan dan mempertimbangkan kembali pendapat dari tokoh masyarakat untuk dimasukkan ke dalam program penyuluhan.

4. Memanfaatkan metode penyuluhan dan memantapkan sistem kerja LAKU (antara lain: demonstrasi Sipedes, kursus tani desa)

Metode penyuluhan yang dilakukan di Kecamatan Perbaungan antara lain adalah ceramah dan diskusi, demplot, SLPTT (Sekolah Lapang Penyuluh Tingkat Terpadu). Penyuluh akan melakukan Tanya jawab kepada petani/ peserta setelah


(46)

memberikan penyuluhan, hal ini untuk mencari tahu apakah petani sudah mengerti dan memahami akan apa yang sudah disampaikan penyuluh.

5. Bersama dengan kontak tani dan tokoh masyarakat menyelenggarakan gerakan massal di wilayah kerja (antara lain: pemberantasan hama, gotong royong, dan sebagainya)

Penyuluh mengajak kontak tani dan lapisan masyarakat lainnya untuk turut berpartisipasi dalam menyelenggarakan gerakan massal seperti, gotong royong, gopryokan, dan lain sebagainya, tetapi tokoh masyarakat biasanya hanya memantau kegiatan massal yang dilaksanakan tersebut. Gopryokan merupakan suatu kegiatan yang dikerjakan beramai ramai, misalnya untuk mengerjakan lahan atau memberantas hama secara manual.

6. Menyusun rencana kerja di tingkat WKPP

Penyuluh melakukan penyusunan rencana kerja 1 kali dalam setahun, biasanya dilakukan pada akhir tahun atau bulan desember untuk rencana kerja tahun depan. Rencana kerja di tingkat WKPP disusun berdasarkan kebutuhan di lapangan, isi dari rencana kerja tersebut adalah jadwal kunjungan kelompok tani, dan materi penyuluhan. Materi penyuluhan yang dijadwalkan di rencana kerja sifatnya fleksibel, dapat berubah sesuai dengan keadaan di lapangan.

7. Membantu menyusun RDK/ RDKK kelompok

Penyuluh bertugas mengawasi dalam menyusun RDK/ RDKK kelompok, karena RDK/ RDKK kelompok tani itu adalah wewenang kelompok tani tersebut. Penyuluh hanya membimbing dan mengarahkan kelompok tani, hal ini dilakukan


(47)

karena terkadang petani tidak mengerti dan membutuhkan arahan dalam penyusunan RDK/ RDKK kelompok tersebut.

8. Membantu menyusun administrasi kelompok

Penyuluh bertugas membimbing dan mengarahkan kelompok tani dalam menyusun administrasi kelompok. Karena jika tidak dibimbing dan diarahkan, biasanya kelompok tani tidak dapat menyusun administrasi kelompok tersebut dengan baik.

9. Melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh kepala bapelluh

Tugas lain yang dibebankan oleh Kepala Bapelluh adalah seperti mengikuti pelatihan keluar kota, rapat koordinasi, apel pagi, atau mengikuti acara masyarakat di desa. Penyuluh harus melaksanakan tugas pokok ini seperti tugas pokok yang lainnya, tetapi terkadang keadaan cuaca sering menjadi penghambat penyuluh. Penyuluh yang tidak melaksanakannya maka akan diberi surat peringatan, dan jika sudah mendapat surat peringatan sebanyak tiga kali maka penyuluh yang bersangkutan akan diberi sanksi. Sanksi yang diberikan kepada penyuluh itu dapat berupa apel pagi di kabupaten.


(48)

Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian

Hasil analisis mengenai tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian dapat diuraikan pada Tabel 7.

Tabel 8. Tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian Kecamatan Perbaungan

No. Uraian Skor yang

diharapkan

Skor yang diperoleh

% Ketercapaian

1 Menyelenggarakan kunjungan secara

berkesinambungan kepada kelompok tani sesuai system kerja LAKU

3 2.84 95

2 Menyelenggarakan penyuluhan pertanian

dengan materi yang terpadu, mendinamisasikan kelompok tani dengan pendekatan kelompok

3 2.74 91

3 Menyusun bersama program penyuluhan

di Balai Penyuluhan dan melaksanakan kegiatan penyuluhan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat

3 2,84 95

4 Memanfaatkan metode penyuluhan dan

memantapkan system kerja LAKU

3 2.79 93

5 Bersama sama dengan kontak tani dan

tokoh tokoh masyarakat menyelenggarakan gerakan massal di wilayah kerja

3 2.74 91

6 Menyusun rencana kerja di tingkat

WKPP

3 3 100

7 Membantu menyusun RDK/ RDKK

kelompok

3 2.74 91

8 Membantu menyusun administrasi

kelompok

3 2.79 93

9 Melaksanakan tugas lain yang

dibebankan oleh Kepala Bapelluh

3 1.53 51

Rata-rata 27 24 89

Sumber : Analisis data lampiran 4

Dari Tabel 7 diperoleh bahwa skor tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di Kecamatan Perbaungan adalah sebesar 24, dengan persentase 89%. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian adalah tinggi. Pelaksanaan tugas pokok penyuluhan prtanian dengan tingkat keberhasilan tinggi ini diperoleh


(49)

dari kesungguhan penyuluh dalam melaksanakan tugas pokok Kecamatan Perbaungan.

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh dengan Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian

Karakteristik sosial ekonomi penyuluh yang diteliti adalah umur, tingkat pendidikan, lama menjadi penyuluh, memahami bahasa daerah, jumlah tanggungan keluarga, total pendapatan, tingkat kosmopolitan, jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas. Hasil analisis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Hubungan umur dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian

Umur merupakan salah satu faktor sosial yang berkaitan dengan cara berfikir dan pandangan dalam melaksanakan tugas pokok penyuluh pertanian. Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman dengan SPSS pada lampiran 5 diperoleh koefisien korelasi (rs) = - 0.027 artinya korelasi antara umur penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian adalah sebesar 0.027, dan dengan tingkat signifikansi 0.913 (>0.05) artinya hubungan antara umur dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian tidak signifikan. Dengan demikian Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara umur dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.


(50)

Hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa penyuluh yang memiliki umur muda maupun tua, tidak memiliki hubungan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. umur yang lebih tua belum tentu memiliki tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian yang lebih besar. Hal ini dikarenakan, baik penyuluh yang masih muda ataupun yang sudah tua, tetap melaksanakan tugas pokok penyuluh pertanian sebagaimana mestinya. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara umur dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian ditolak.

2. Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian

Tingkat pendidikan formal yang dimiliki penyuluh akan menunjukkan tingkat pengetahuan dan wawasan yg luas untuk diterapkan dalam pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman dengan SPSS pada lampiran 6 diperoleh koefisien korelasi (rs) = 0.135 artinya korelasi antara tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian sebesar 0.135, dan tingkat signifikansi 0.583 (>0.05) artinya hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian tidak signifikan. Dengan demikian Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

Penyuluh yang memiliki pendidikan lebih tinggi ataupun lebih rendah tidak menunjukkan adanya hubungan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan


(51)

tugas pokok penyuluhan pertanian. Penyuluh dengan tingkat pendidikan tinggi ataupun lebih rendah tetap melaksanakan tugas pokok dengan baik, sehingga tingkat keberhasilannya juga tinggi. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian ditolak.

3. Hubungan lama menjadi penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian

Lama menjadi penyuluh akan membantu penyuluh dalam melaksanakan tugas pokok penyuluh dengan pengalaman yang dimilikinya. Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman dengan SPSS pada lampiran7 diperoleh koefisien korelasi (rs) = - 0.484 artinya korelasi antara lama menjadi penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian adalah sebesar 0.484, dan dengan tingkat signifikansi 0.036 (<0.05) artinya hubungan antara lama menjadi penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian signifikan. Dengan demikian Ho ditolak dan H1 diterima, artinya terdapat hubungan antara umur dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

Semakin lama menjadi penyuluh, maka semakin tinggi tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. Hal ini dikarenakan, semakin lama menjadi penyuluh, semakin tinggi tingkat pengalamannya. Penyuluh juga akan memiliki tingkat kepercayaan yang lebih dari para petani, sehingga lebih memudahkan dalam pelaksanaan tugas pokok. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara lama menjadi penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian diterima.


(52)

4. Hubungan memahami bahasa daerah dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian

Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman dengan menggunakan SPSS pada lampiran 8 diperoleh koefisien korelasi (rs) = - 0.157, artinya korelasi antara memahami bahasa daerah dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian sebesar 0.157, dan tingkat signifikansi 0.522 (>0.05) artinya hubungan antara memahami bahasa daerah dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian tidak signifikan. Dengan demikian Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara memahami bahasa daerah dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

Penyuluh yang memahami bahasa daerah dan penyuluh yang kurang memahami bahasa daerah tidak memiliki hubungan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluhan pertanian, karena petani dapat mengerti apa yang disampaikan penyuluh baik dengan bahasa daerah maupun dengan bahasa Indonesia. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara memahami bahasa daerah dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian ditolak.

5. Hubungan tingkat kosmopolitan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian

Tingkat kosmopolitan yang dimiliki penyuluh akan dapat menambah pengetahuannya, dan dapat membantu penyuluh dalam melaksanakan tugas pokok penyuluh pertanian di daerah penelitian. Hasil pengujian yang dilakukan


(53)

diperoleh koefisien korelasi (rs) = 0.244, artinya korelasi antara tingkat kosmopolitan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian sebesar 0.244, dan tingkat signifikansi 0.315 (>0.05) artinya hubungan antara tingkat kosmopolitan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian tidak signifikan. Dengan demikian Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara tingkat kosmopolitan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

Penyuluh yang memiliki tingkat kosmopolitan yang lebih besar ataupun tidak, tidak ada hubungannya dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. Hal ini dikarenakan penyuluh dapat mengakses informasi dengan mudah melalui internet, televisi, koran, dan sumber informasi lainnya, sehingga penyuluh dengan tingkat kosmopolitan tinggi ataupun rendah tetap mendapatkan informasi terbaru. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara tingkat kosmopolitan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian ditolak

6. Hubungan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian

Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman dengan SPSS pada lampiran 10 diperoleh koefisien korelasi (rs) = - 0.030, artinya korelasi antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian sebesar 0.030, dan tingkat signifikansi 0.902 (>0.05) artinya hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian tidak signifikan. Dengan demikian Ho diterima dan H1 ditolak, artinya


(54)

tidak terdapat hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

Banyak atau sedikitnya jumlah tanggungan penyuluh, tidak memiliki hubungan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. Penyuluh tetap memaksimalkan pelaksanaan tugas pokok, baik penyuluh yang memiliki jumlah tanggungan sedikit ataupun banyak. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian ditolak.

7. Hubungan gaji penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian

Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman dengan SPSS pada lampiran 11 diperoleh koefisien korelasi (rs) = 0.012, artinya korelasi antara gaji penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian sebesar 0.012, dan tingkat signifikansi 0.960 (>0.05) artinya hubungan antara gaji penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian tidak signifikan. Dengan demikian Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara gaji penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian

Besar atau kecilnya gaji penyuluh, tidak memiliki hubungan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian, karena penyuluh khususnya di Kecamatan Perbaungan sangat mengutamakan tanggung jawabnya sebagai penyuluh pertanian, dan penyuluh di Kecamatan Perbaungan mengerjakan tugasnya kebanyakan karena sesuai dengan hobi mereka. Hipotesis


(55)

yang menyatakan terdapat hubungan antara gaji penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian ditolak.

8. Hubungan total pendapatan penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian

Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman dengan SPSS pada lampiran 12 diperoleh koefisien korelasi (rs) = 0.313, artinya korelasi antara total pendapatan penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian sebesar 0.313, dan tingkat signifikansi 0.193 (>0.05) artinya hubungan antara total pendapatan penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian tidak signifikan. Dengan demikian Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara total pendapatan penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian

Besar atau kecilnya total pendapatan penyuluh, tidak memiliki hubungan dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. Hal ini dikarenakan, banyak penyuluh yang mengerjakan tugasnya karena kepeduliannya terhadap pertanian, khususnya di WKPP mereka. Meskipun penyuluh memiliki penghasilan yang besar di luar gaji penyuluh, mereka tetap bertanggung jawab terhadap tugasnya sebagai penyuluh pertanian. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara total pendapatan penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian ditolak.


(56)

9. Hubungan jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugasdengantingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian

Hasil pengujian yang dilakukan berdasarkan analisis korelasi Rank Spearman dengan menggunakan SPSS pada lampiran 13 diperoleh koefisien korelasi (rs) = - 0.125, artinya korelasi antara jarak tempat tinggal penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian sebesar 0.125, dan tingkat signifikansi 0.611 (>0.05) artinya hubungan antara jarak tempat tinggal penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian tidak signifikan. Dengan demikian Ho diterima dan H1 ditolak, artinya tidak terdapat hubungan antara jarak tempat tinggal penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

Jauh atau dekatnya tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tidak ada hubungannya dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian, karena penyuluh petanian di Kecamatan Perbaungan pada umumnya memiliki kendaraan pribadi yang dapat mengakses ke WKPP dengan mudah. Hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan antara jarak tempat tinggal penyuluh dengan WKPP tempat bertugas dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian ditolak.


(57)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Adapun yang menjadi kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

1. Karakteristik sosial ekonomi penyuluh di Kecamatan Perbaungan tergolong baik. Rata-rata umur penyuluh adalah 36 thn, dengan range 25 tahun – 43 tahun. Rata-rata tingkat pendidikan Penyuluh di daerah penelitian adalah 15 tahun, atau setingkat dengan S1. Rata-rata lama menjadi penyuluh adalah 3 tahun. Rata-rata skor penyuluh yang memahami bahasa daerah adalah 6.37 dalam kriteria sedang. Rata-rata skor tingkat kosmopolitan adalah 19.79 dalam kriteria sedang. rata jumlah tanggungan keluarga adalah 2 orang. Rata-rata gaji penyuluh adalah Rp 1.360.000 per bulan. Rata-Rata-rata total pendapatan penyuluh adalah Rp 2.810.000, dan rata-rata jarak tempat tinggal penyuluh ke WKPP adalah 6.84 km.

2. Pelaksanaan tugas pokok penyuluhan pertanian di Kecamatan Perbaungan berjalan dengan baik, sesuai dengan tugas pokok yang ada. Penyuluh memiliki laporan pelaksanaan tugas bulanan yang ditandatangani oleh kelompok tani, sebagai bukti bahwa penyuluh benar sudah melaksanakan tugasnya. Penyuluh yang tidak menjalankan tugas sebagaimana mestinya akan menerima surat peringatan.

3. Tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian di Kecamatan Perbaungan adalah 89%, atau dalam kriteria tinggi.

4. Tidak terdapat hubungan antara umur, tingkat pendidikan, memahami bahasa daerah, jumlah tanggungan keluarga, gaji penyuluh, total pendapatan


(58)

penyuluh, tingkat kosmopolitan, jarak tempat tinggal penyuluh, dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian. Terdapat hubungan antara lama menjadi penyuluh dengan tingkat keberhasilan pelaksanaan tugas pokok penyuluh pertanian.

Saran

1. Saran untuk Pemerintah

Agar Pemerintah memberikan motivasi yang lebih besar kepada penyuluh, supaya penyuluh memiliki semngat yang lebih dalam melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh Kepala Bapelluh.

2. Saran untuk Penyuluh

Penyuluh sebaiknya lebih aktif dalam melaksanakan tugas lain yang dibebankan oleh Kepala Bapelluh.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous. 1991. Prosiding, “Temu Karya Ilmiah Perikanan Rakyat, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan”. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian.

Daniel, Moehar. 2010.

Departemen Pertanian. 2009. Dasar Dasar Penyuluhan Pertanian.

Departemen Pertanian. 2010. Modul diklat tugas dan fungsi penyuluhan

pertanian

Dinas Pertanian. 2009. Rencana Kerja PPL WKPP Sei Mencirim. Deli serdang: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Fashihullisan. 2009.

diakses 9 februari 2010.

Ilham, T. 2010. Diversifikasi Pangan dan Penyuluhan Pertanian Sebagai Upaya Mewujudkan Ketahanan Nasional. Kompas. Diakses 8 Januari 2010. Irianto, A. 2004. Statistik Konsep Dasar dan Aplikasinya. Kencana. Jakarta.

Kartasapoetra, A.G. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.

Mardikanto, Totok. 1992. Peyuluhan Pembangunan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press.

Mosher, A.T. 1997. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Jakarta: Yasa Guna.

Rasyid, M.A. 2001. Sangat Diperlukan Kegiatan Penyuluhan Pertanian. Ekstensia. Vol 13 tahun VII. September 2001.

Soedijanto, 1996. Administrasi Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Universitas terbuka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Soehardiyono, L. 1992. Petunjuk Bagi Penyuluhan Pertanian. Jakarta: Erlangga. Soekartawi, 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Jakarta: UI Press.


(60)

Sudaryanto, dkk., 2001. Perspektif pengembangan ekonomi kedelai di Indonesia. Forum Agro Ekonomi 19(1):1−20.

Suwandi. 2006. Penyuluhan Partisipatif. Bogor: Cekza Blog. Tohir, 1991. Seuntai Pengetahuan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Van Den Ban, A.W dan Hawkins, 1999. Penyuluhan Pertanian. Yogyakarta: Kanisius.


(61)

Lampiran 1. Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Pertanian Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai

No. Penyuluh Umur (Thn) Tingkat Pendidikan (Thn) Kursus/ Pelatihan/ Lokakarya Lama Menjadi Penyuluh (Thn) Memahami Bahasa Daerah (Skor) Tingkat Kosmopolitan (Skor)

1 40 16 1 2 5 18

2 30 16 2 5 7 22

3 36 16 1 2 8 18

4 26 12 2 5 7 22

5 38 16 2 4 7 21

6 27 16 2 4 4 19

7 41 16 1 3 3 19

8 36 16 2 4 7 21

9 40 16 1 2 7 16

10 25 14 2 3 5 19

11 39 16 2 4 8 18

12 36 12 1 4 8 21

13 40 16 1 2 7 22

14 37 16 1 2 7 19

15 43 16 1 3 6 21

16 42 12 2 3 5 21

17 40 16 1 4 8 18

18 29 12 1 2 5 19

19 34 16 1 3 7 22

Jumlah 679 286 27 61 121 376

Rata-rata 35.74 15.05 1.42 3.21 6.37 19.79

No. Penyuluh Jumlah Tanggungan Keluarga (Orang) Gaji Penyuluh (Rp 1.000.000/ Bln) Total Pendapatan (Rp 1.000.000/ Bln)

Jarak Tempat Tinggal ke WKPP

(km)

1 3 2.5 4.5 8

2 0 1.3 2.8 5

3 4 2.5 4.0 3

4 0 0.7 1.9 25

5 1 1.3 2.8 10

6 3 1.3 3.3 10

7 3 1.3 3.3 2

8 3 1.3 3.3 1

9 3 2.5 4.0 2

10 0 1.0 1.8 1

11 4 1.3 2.3 4

12 3 0.7 2.2 20

13 3 1.3 2.3 12

14 1 1.3 2.5 1

15 2 1.3 3.3 10

16 3 1.3 2.1 1

17 5 1.3 2.3 3

18 2 0.7 1.7 4

19 2 1.0 - 8

Jumlah 45 25.9 50.6 130


(62)

Lampiran 2. Pemahaman Bahasa Daerah

No. Sampel Parameter Jumlah

1 2 3

1 2 1 2 5

2 3 2 2 7

3 3 2 3 8

4 3 2 2 7

5 3 2 2 7

6 2 1 1 4

7 1 1 1 3

8 3 2 2 7

9 3 2 2 7

10 2 1 2 5

11 3 2 3 8

12 3 3 2 8

13 3 2 2 7

14 3 2 2 7

15 2 2 2 6

16 2 1 2 5

17 3 2 3 8

18 2 1 2 5

19 3 2 2 7

Jumlah 49 31 39 121


(63)

Lampiran 3. Tingkat Kosmopolitan

No. Sampel

Parameter Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 2 3 2 2 2 2 2 2 1 18

2 3 3 3 3 3 2 2 2 1 22

3 2 3 2 2 2 2 2 2 1 18

4 3 3 3 3 3 2 2 2 1 22

5 3 3 2 3 2 2 2 3 1 21

6 3 3 2 2 2 2 2 2 1 19

7 3 3 2 2 2 2 2 2 1 19

8 2 3 2 3 2 2 2 2 2 21

9 2 2 1 2 2 2 2 2 1 16

10 3 3 2 2 2 2 2 2 1 19

11 2 3 1 2 2 2 3 2 1 18

12 3 3 3 2 2 2 2 3 1 21

13 3 3 3 3 3 2 2 2 1 22

14 3 3 2 2 2 2 2 2 1 19

15 2 3 3 2 2 2 3 3 1 21

16 3 3 3 3 3 2 2 1 1 21

17 2 3 1 3 2 1 3 2 1 18

18 2 3 3 2 2 2 2 2 1 19

19 3 3 3 2 2 1 3 3 2 22

Jumlah 49 56 43 45 42 36 42 41 21 376 Rata-rata 2.58 2.95 2.26 2.37 2.21 1.89 2.21 2.12 1.1 19.79


(64)

Lampiran 4. Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok No.

Sampel

Parameter Skor Kriteria

1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 3 2 3 3 2 3 3 3 1 23 Tinggi

2 3 3 3 3 2 3 3 3 1 24 Tinggi

3 2 3 3 3 3 3 3 2 3 25 Tinggi

4 3 3 3 3 3 3 2 2 1 23 Tinggi

5 3 3 3 3 3 3 2 3 1 24 Tinggi

6 3 2 2 3 3 3 3 3 2 24 Tinggi

7 3 3 3 3 3 3 3 2 2 25 Tinggi

8 3 3 3 3 3 3 2 3 2 25 Tinggi

9 2 3 3 3 3 3 3 3 2 25 Tinggi

10 3 3 3 3 2 3 3 3 1 24 Tinggi

11 2 2 3 2 2 3 3 3 1 21 Sedang

12 3 3 3 3 3 3 3 2 1 24 Tinggi

13 3 3 3 3 3 3 3 3 2 26 Tinggi

14 3 3 3 2 3 3 3 3 1 24 Tinggi

15 3 3 3 3 3 3 2 3 1 24 Tinggi

16 3 3 3 2 3 3 3 3 1 24 Tinggi

17 3 2 2 2 2 3 2 3 1 20 Sedang

18 3 2 3 3 3 3 3 3 2 25 Tinggi

19 3 3 2 3 3 3 3 3 3 26 Tinggi

Jumlah 5 52 54 53 52 57 52 53 29 456


(65)

Lampiran 5

Correlations

Tingkat Keberhasilan

Pelaksanaan

Tugas Pokok Umur

Spearman's rho Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok

Correlation Coefficient 1.000 -.027

Sig. (2-tailed) . .913

N 19 19

Umur Correlation Coefficient -.027 1.000

Sig. (2-tailed) .913 .


(66)

Lampiran 6

Correlations

Tingkat Keberhasilan

Pelaksanaan Tugas Pokok

Tingkat Pendidikan Spearman's rho Tingkat Keberhasilan

Pelaksanaan Tugas Pokok

Correlation Coefficient 1.000 .135

Sig. (2-tailed) . .583

N 19 19

Tingkat Pendidikan Correlation Coefficient .135 1.000

Sig. (2-tailed) .583 .


(67)

Lampiran 7

Correlations

Tingkat Keberhasilan

Pelaksanaan Tugas Pokok

Lama Menjadi Penyuluh Spearman's rho Tingkat Keberhasilan

Pelaksanaan Tugas Pokok

Correlation Coefficient 1.000 -.484(*)

Sig. (2-tailed) . .036

N 19 19

Lama Menjadi Penyuluh Correlation Coefficient -.484(*) 1.000

Sig. (2-tailed) .036 .

N 19 19


(68)

Lampiran 8

Correlations

Tingkat Keberhasilan

Pelaksanaan Tugas Pokok

Memahami Bahasa Daerah Spearman's rho Tingkat Keberhasilan

Pelaksanaan Tugas Pokok

Correlation Coefficient 1.000 -.157

Sig. (2-tailed) . .522

N 19 19

Memahami Bahasa Daerah

Correlation Coefficient -.157 1.000

Sig. (2-tailed) .522 .


(69)

Lampiran 9

Correlations

Tingkat Keberhasilan

Pelaksanaan Tugas Pokok

Tingkat Kosmopolitan Spearman's rho Tingkat Keberhasilan

Pelaksanaan Tugas Pokok

Correlation Coefficient 1.000 .244

Sig. (2-tailed) . .315

N 19 19

Tingkat Kosmopolitan Correlation Coefficient .244 1.000

Sig. (2-tailed) .315 .


(1)

Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok

Memahami Bahasa Daerah Spearman's rho Tingkat Keberhasilan

Pelaksanaan Tugas Pokok

Correlation Coefficient 1.000 -.157

Sig. (2-tailed) . .522

N 19 19

Memahami Bahasa Daerah

Correlation Coefficient -.157 1.000

Sig. (2-tailed) .522 .

N 19 19


(2)

Correlations

Tingkat Keberhasilan

Pelaksanaan Tugas Pokok

Tingkat Kosmopolitan Spearman's rho Tingkat Keberhasilan

Pelaksanaan Tugas Pokok

Correlation Coefficient 1.000 .244

Sig. (2-tailed) . .315

N 19 19

Tingkat Kosmopolitan Correlation Coefficient .244 1.000

Sig. (2-tailed) .315 .

N 19 19


(3)

Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok

Jumlah Tanggungan

Keluarga Spearman's rho Tingkat Keberhasilan

Pelaksanaan Tugas Pokok

Correlation Coefficient 1.000 -.030

Sig. (2-tailed) . .902

N 19 19

Jumlah Tanggungan Keluarga

Correlation Coefficient -.030 1.000

Sig. (2-tailed) .902 .

N 19 19


(4)

Correlations

Tingkat Keberhasilan

Pelaksanaan

Tugas Pokok Gaji Penyuluh Spearman's rho Tingkat Keberhasilan

Pelaksanaan Tugas Pokok

Correlation Coefficient 1.000 .012

Sig. (2-tailed) . .960

N 19 19

Gaji Penyuluh Correlation Coefficient .012 1.000

Sig. (2-tailed) .960 .

N 19 19


(5)

Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok

Total Pendapatan Spearman's rho Tingkat Keberhasilan

Pelaksanaan Tugas Pokok

Correlation Coefficient 1.000 .313

Sig. (2-tailed) . .193

N 19 19

Total Pendapatan Correlation Coefficient .313 1.000

Sig. (2-tailed) .193 .

N 19 19


(6)

Correlations

Tingkat Keberhasilan

Pelaksanaan Tugas Pokok

Jarak Tempat Tinggal Penyuluh Dengan WKPP Tempat Bertugas Spearman's rho Tingkat Keberhasilan

Pelaksanaan Tugas Pokok

Correlation Coefficient 1.000 -.125

Sig. (2-tailed) . .611

N 19 19

Jarak Tempat Tinggal Penyuluh Dengan WKPP Tempat Bertugas

Correlation Coefficient -.125 1.000

Sig. (2-tailed) .611 .

N 19 19


Dokumen yang terkait

Perbandingan Peran Penyuluh Pertanian Lapangan (Ppl) Di Desa Lubuk Bayas Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai Dengan Desa Karang Anyar Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang Terhadap Pengembangan Usahatani Padi Organik Di Provinsi Sumatera

9 143 67

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Terhadap Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian (Studi Kasus di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai)

7 95 75

Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Dengan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian (Studi Kasus : BPP Medan Krio Kec. Sunggal Kab. Deli Serdang)

1 39 91

PENGARUH KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PENYULUH TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PELAKSANAAN TUGAS POKOK PENYULUH PERTANIAN

1 2 16

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Penyuluh Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 11

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Penyuluh Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 8

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Penyuluh Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 16

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Penyuluh Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai

1 3 3

Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Penyuluh Pertanian Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Penyuluh Pertanian Kabupaten Serdang Bedagai

0 0 15

TUGAS EKONOMI pokok penyuluh PERTANIAN

0 0 14