Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina
HUBUNGAN TINGKAT PENERAPAN PRINSIP
PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN
KEBERHASILAN PROGRAM CSR PT PERTAMINA
MUTMAINNA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Tingkat
Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR
PT Pertamina adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Mutmainna
NIM I34100063
ii
ABSTRAK
MUTMAINNA. Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan
Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina. Di bawah
bimbingan TITIK SUMARTI.
Pelaksanaan Corporate Social Responsibilty (CSR) merupakan sebuah
keharusan bagi perusahaan sebagai wujud kepedulian terhadap kehidupan sosial
dan lingkungan disamping mengejar keuntungan ekonomi. Salah satu bentuk
pelaksanaan CSR adalah program pemberdayaan ekonomi lokal. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat penerapan prinsip pengembangan
masyarakat dengan keberhasilan program CSR PT Pertamina. Tingkat penerapan
prinsip pengembangan masyarakat diukur dari indikator kesesuaian program
dengan kebutuhan peserta, pendampingan program, dan partisipasi peserta dalam
program pemberdayaan ekonomi lokal. Ketercapaian indikator penerapan prinsip
pengembangan masyarakat diharapkan berhubungan dengan keberhasilan
program CSR PT Pertamina yang diukur dari tingkat partisipasi peserta dalam
kelompok usaha bersama (KUB), tingkat pendapatan individu peserta program per
tahun, dan tingkat keragaman nafkah peserta program. Penelitian yang
dilaksanakan di desa Balongan dan Desa Majakerta, Indramayu ini menggunakan
metode survei dengan 60 responden. Hasil penelitian menunjukkan (1) tingkat
penerapan prinsip pengembangan masyarakat berada pada tingkat sedang; (2)
tingkat partisipasi peserta dalam program KUB berada pada tingkat nonpartisipasi (rendah); tingkat pendapatan peserta berada pada tingkat pendapatan
rendah dan sedang; tingkat keragaman nafkah berada pada tingkat tinggi; (3)
tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat berhubungan positif dengan
tingkat partisipasi peserta dalam KUB; tidak berhubungan positif dengan tingkat
pendapatan per tahun individu peserta program; tidak berhubungan positif dengan
tingkat keragaman nafkah peserta program.
Kata Kunci : CSR, tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat,
keberhasilan program CSR, tingkat partisipasi.
iii
ABSTRACT
MUTMAINNA. Relationship Between The Principles Implementation Level of
Community Development with The Success of CSR Programs PT Pertamina.
Under the guidance of TITIK SUMARTI.
The Implementation of Corporate Social Responsibility (CSR) is a must
for the company as an expression of concern for the social life and environment in
addition to pursuit of economic profit. One form of implementation of CSR is the
empowerment of local economy. This study aims to analyze the relationship
between the principles implementation level of community development with the
success of CSR program PT Pertamina. The principles implementation level of
community development measured indicators of the program suitability to the
participants needs, mentoring programs and participation in local economic
development programs. Attainment the principles implementation level of
community development indicators are expected relate to the success of CSR
programs PT Pertamina that measured from the participation level in KUB, the
individual income level in one year, and diversity of income levels program
participants. This research conducted in Balongan and Majakerta village,
Indramayu using survey methods with 60 respondents. Results showed (1) the
principles implementation level of community development is at a medium level;
(2) the participation level in KUB is at the level of non-participation (low); the
individual income level is at the low and medium income level; diversity of
income levels are at a high level; (3) the principles implementation level of
community development is positively related to the participation level in KUB;
not positively related to the individual income level; not positively related to the
diversity of income levels program participants.
Keywords: CSR, the principles implementation level of community development,
the success level of CSR programs, participation level.
.
iv
HUBUNGAN TINGKAT PENERAPAN PRINSIP
PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN
KEBERHASILAN PROGRAM CSR PT PERTAMINA
MUTMAINNA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
v
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan
Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina
: Mutmainna
: I34100063
Disetujui oleh
Dr. Ir Titik Sumarti MC, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir Siti Amanah, M.Sc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
vi
vii
PRAKATA
Untaian rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta
Alam, yang masih memberikan nikmat waktu yang bermanfaat bagi penulis sehingga
skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan
Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina” dapat
diselesaikan tanpa hambatan dan masalah yang berarti. Shalawat senantiasa penulis
sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarga beliau, dan para sahabat hingga tabi’in
dan pengikutnya hingga hari akhir.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
rasa terima kasih kepada:
1. Etta dan Mama tercinta (Ir.H. Suwardi Tahe dan Hj. Nurasiah, S.PdI), adikadikku (Rahmadani, Nurul Muflihah, dan Rifkatul Amanah), Ta Tenry dan
seluruh keluarga. Sumber motivasi utama yang telah mendukung segala
pilihan penulis, memberikan doa, kasih sayang, dukungan moril maupun
materiil, pengertian dan kesabaran yang sangat berlimpah sampai saat ini.
2. Dr. Ir. Titik Sumarti MC, MS. selaku dosen pembimbing yang telah banyak
mencurahkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan, arahan,
saran serta kritik yang membangun dan sangat berarti selama penulisan
skripsi ini.
3. St. Khadijah Hardiyanti, Pratiwi Hamzah, Andi Nurzamzam Arman, Anis
Fauziyyah, Nur Mujahidah Syam, Fitriah Idris, Nydia Ainur S dan Nurul
Fajriah teman, sahabat, dan saudara yang telah memberikan dukungan dan
berbagi rasa selama hidup seatap di Wisma Cendana 53.
4. Dinasti Tri Ranti, Hermin Rahayu Pertiwi, Meziriati Hendri, Teman
sebimbingan (Gebyar Trisula, Chyntia Wijaya, Mona De Anesya), Saefihim,
Deslaknyo, seluruh keluarga SKPM 47, teman seperjuangan yang senantiasa
mendukung dalam proses pembelajaran, memberi semangat dan motivasi bagi
penulis.
5. Tim pendamping CSR PT Pertamina, Mas Rois, Mas Aris, Kak Irma, Kak
Wulan, Mas Maul, Kal Alvi, Mas Puguh yang telah membantu dalam proses
penelitian di Indramayu.
6. Keluarga IKAMI SUL-SEL-BAR (Amri Maulana, Nardi, Ceceng, Vivi, Ika,
Yunus, dll) teman satu rantau layaknya keluarga bagi penulis.
7. Keluarga besar HIMASIERA dan Sanggar Juara yang telah memberikan
kesempatan dan pengalaman berharga dalam aksi-aksi pemberdayaan
masyarakat. Serta praktikan Dasar-Dasar Komunikasi yang memberikan
banyak pembelajaran dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
8. Semua pihak yang telah memberikan doa, semangat, bantuan, dan kerjasama
selama ini.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
pembaca dalam memahami lebih jauh tentang “Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip
Pengembangan Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina”
Bogor, Juli 2014
Mutmainna
viii
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Definisi dan Tujuan Corporate Social Responsibility (CSR)
Isu dan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat
Konsep Partisipasi
Konsep Keberhasilan Program
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Definisi Operasional
PENDEKATAN LAPANGAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Penelitian
Teknik Penentuan Informan dan Responden
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
PROFIL DESA
Kondisi Geografis
Karakteristik Penduduk
Kondisi Ekonomi
Struktur Sosial Masyarakat
Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina
Program Pemberdayaan Ekonomi Lokal
Karakteristik Peserta Program Pemberdayaan Ekonomi Lokal
Ikhtisar
TINGKAT PENERAPAN PRINSIP PENGEMBANGAN MASYARAKAT
DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Kesesuaian Program dengan Kebutuhan Peserta
Pendampingan program
Partisipasi Peserta dalam Program Pemberdayaan Ekonomi Lokal
Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat dalam Upaya
Pemberdayaan Masyarakat
xiii
xiv
xiv
1
1
3
4
4
5
5
5
6
9
10
11
13
14
15
17
17
17
17
18
18
21
21
22
22
24
25
26
30
31
33
33
34
34
38
x
Ikhtisar
39
KEBERHASILAN PROGRAM CSR PT PERTAMINA
41
Tingkat Partisipasi Peserta dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB)
41
Tingkat Pendapatan
42
Tingkat Keragaman Nafkah
43
Ikhtisar
43
TINGKAT PENERAPAN PRINSIP PENGEMBANGAN MASYARAKAT
DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN PROGRAM CSR PT
PERTAMINA
45
Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat Dengan
Tingkat Partisipasi Peserta dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB)
45
Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat Dengan
Tingkat Pendapatan Peserta Program
46
Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat Dengan
Tingkat Keragaman Nafkah Peserta Program
48
Ikhtisar
49
SIMPULAN DAN SARAN
51
Simpulan
51
Saran
51
DAFTAR PUSTAKA
53
LAMPIRAN
55
RIWAYAT HIDUP
71
xi
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Tingkat partisipasi masyarakat menurut tangga partisipasi Arnstein
Definisi operasional tingkat penerapan prinsip pengembangan
masyarakat
Definisi operasional tingkat partisipasi.
Jumlah dan persentase jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
Tahapan pencapaian target program pemberdayaan ekonomi lokal
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat kesesuaian
program dalam program pemberdayaan ekonomi lokal PT Pertamina
pada tahun 2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat pendampingan
program dalam program pemberdayaan ekonomi lokal PT Pertamina
pada tahun 2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat partisipasinya
pada tahap perencanaan program pemberdayaan ekonomi lokal PT
Pertamina pada tahun 2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat partisipasinya
pada tahap pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi lokal PT
Pertamina pada tahun 2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat partisipasinya
pada tahap evaluasi program pemberdayaan ekonomi lokal PT
Pertamina pada tahun 2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat partisipasinya
dalam program pemberdayaan ekonomi lokal PT Pertamina pada tahun
2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat penerapan
prinsip pengembangan masyarakat dalam program pemberdayaan
ekonomi lokal PT Pertamina pada tahun 2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat partisipasinya
dalam Kelompok usaha bersama pada tahun 2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat pendapatan dari
pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi lokal PT Pertamina pada
tahun 2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat keragaman
nafkah setelah mengikuti program pemberdayaan ekonomi lokal PT
Pertamina pada tahun 2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat penerapan
prinsip pengembangan masyarakat dalam program CSR pemberdayaan
ekonomi lokal dan tingkat partisipasi peserta dalam Kelompok usaha
bersama pada tahun 2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat penerapan
prinsip pengembangan masyarakat dalam program CSR pemberdayaan
ekonomi lokal dan tingkat pendapatan peserta program CSR pada tahun
2014
11
15
16
23
26
33
34
35
36
36
37
38
41
42
43
46
47
xii
18 Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat penerapan
prinsip pengembangan masyarakat dalam program CSR pemberdayaan
ekonomi lokal dan tingkat keragaman nafkah peserta program CSR
pada tahun 2014
48
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran hubungan tingkat penerapan prinsip pengembangan
masyarakat dengan tingkat keberhasilan program CSR PT Pertamina
2 Luas penggunaan lahan Desa Balongan pada tahun 2013
3 Luas penggunaan lahan Desa Majakerta pada tahun 2013
4 Sosialisasi program perikanan tangkap kepada nelayan Desa Majakerta.
5 Proses pemanenan hasil program budidaya lele.
6 Proses monitoring program peternakan.
14
21
22
27
28
29
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
Peta lokasi penelitian
Alur waktu penelitian
Kerangka sampling dan sampel penelitian
Hasil pengolahan data
Dokumentasi
Prinsip-prinsip pengembangan masyarakat agar tercapainya
keberhasilan suatu program
7 Pertanyaan Mendalam
55
56
57
61
62
63
67
1
PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, masalah penelitian, tujuan penelitian, dan
kegunaan penelitian. Latar belakang penelitian menguraikan pentingnya penelitian
tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dan hubungannya dengan
keberhasilan CSR PT Pertamina dalam program pemberdayaan ekonomi lokal di
Desa Balongan dan Desa Majakerta, Indramayu. Pada bagian masalah penelitian
diuraikan permasalahan yang akan dianalisis oleh penulis yakni sejauhmana
tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dalam program
pemberdayaan ekonomi lokal, sejauhmana tingkat keberhasilan program CSR PT
Pertamina, dan bagaimana hubungan tingkat penerapan prinsip pengembangan
masyarakat dengan keberhasilan program CSR PT Pertamina. Tujuan penelitian
secara umum adalah untuk menganalisis hubungan tingkat penerapan prinsip
pengembangan masyarakat dengan keberhasilan program CSR PT Pertamina.
Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak
terkait.
Latar Belakang
Masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Balongan dan Desa Majakerta
Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu adalah masyarakat yang termasuk
dalam Ring 1 wilayah operasi kilang minyak PT Pertamina Balongan. Dari
pemaparan pendamping lapang CSR PT Pertamina di kedua desa tersebut,
diperoleh informasi bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat pada umumnya
belum mencapai kesejahteraan. Masyarakat disekitar perusahaan masih banyak
yang berada pada kondisi miskin karena tidak memadainya lapangan pekerjaan,
tingkat pendapatan yang masih rendah, kapasitas SDM yang lemah, kurangnya
pendidikan, dan tidak adanya akses yang diberikan untuk mengelola sumber daya
yang ada. Pada tahun 2010 terjadi konflik antara masyarakat dan perusahaan yang
mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi PT Pertamina. Permasalahan
tersebut dilandasi ketidakpuasan masyarakat terhadap perusahaan yang tidak
memedulikan kondisi sosial ekonomi mereka. Tidak adanya akses terhadap
lapangan kerja menjadi penyebab utama ketidakpuasan masyarakat.
Hal tersebut akhirnya berupaya diselesaikan dan diperbaiki kembali oleh
PT Pertamina dengan salah satu jalan yakni dilaksanakannya program Corporate
Social Responsibility (CSR) yang berfokus pada pemberdayaan ekonomi lokal.
Program pemberdayaan ekonomi lokal tersebut merupakan salah satu program,
khususnya di dua desa yakni Desa Balongan, dan Desa Majakerta, meliputi
kegiatan budidaya lele, perikanan tangkap, dan peternakan. Program
pemberdayaan ekonomi lokal merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan oleh CSR PT Petamina bekerjasama dengan P4W
(Pusat Pengkajian, Pengembangan, dan Perencanaan Wilayah) LPPM IPB. Upaya
pemberdayaan masyarakat tersebut merupakan salah satu strategi untuk menjaga
keberlanjutan PT Pertamina dalam menjalankan usahanya. Program
2
pemberdayaan ekonomi lokal tersebut sangat diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi berbagai pihak sehingga terbangun sinergi yang baik, khususnya
dalam memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Pelaksanaan program CSR sudah semestinya dilakukan oleh PT Pertamina
yang merupakan salah satu perusahaan pengolahan minyak dan gas bumi negara
di Indonesia yang termasuk dalam BUMN. Komitmen penyediaan dana untuk
program CSR Pertamina adalah sebesar 1% dari prognosis laba perseroan dengan
pembagian realisasi 80% dana untuk program CSR perusahaan yang direncanakan
dan 20% dana untuk program yang sifatnya responsif (EC1) (PT Pertamina 2011).
Oleh karena itu, PT Pertamina telah menerapkan beberapa program CSR bagi
masyarakat desa binaan sekitar perusahaan mereka. Salah satu program yang telah
dilaksanakan PT Pertamina yakni program bina desa mandiri yang salah satunya
berfokus pada program pemberdayaan ekonomi lokal.
Beberapa perusahaan besar yang bergerak di bidang pengelolaan sumber
daya alam telah mampu mengembangkan bentuk-bentuk kegiatan CSR-nya
dengan baik, namun beberapa perusahaan lainnya ada juga yang belum mampu
mengefektifkan pelaksanaan kegiatan CSR sehingga tercapai taraf keberhasilan.
Hal ini didorong oleh beberapa faktor, di antaranya adalah kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan tidak menerapkan konsep-konsep pengembangan
masyarakat misalnya tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tidak ada
pendampingan dan tidak dapat meningkatkan partisipasi masyarakat untuk ikut
menyukseskan program-program CSR tersebut. Faktor tersebut pada akhirnya
menyebabkan pelaksanaan kegiatan CSR tidak mampu berkembang secara efektif
untuk mencapai tujuannya, yakni memberdayakan masyarakat dan lingkungannya
agar kesejahteraan itu tercapai (Rahmawati 2010).
Menurut Mapisangka (2009), implementasi program CSR diarahkan pada
tercapainya peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat di sekitar perusahaan.
Hal ini karena perusahaan dan masyarakat pada dasarnya merupakan kesatuan
elemen yang dapat menjaga keberlangsungan perusahaan itu sendiri. Lebih jauh
lagi dalam lingkungan bisnis perusahaan, masyarakat disekitar perusahaan pada
dasarnya merupakan pihak yang perlu mendapatkan apresiasi. Apresiasi ini dapat
diwujudkan dalam bentuk peningkatan kondisi sosial ekonomi mereka melalui
kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh kegiatan CSR
perusahaan. Implementasi CSR merupakan perwujudan komitmen yang dibangun
oleh perusahaan yang bertujuan untuk memberikan kontribusi pada peningkatan
kualitas kehidupan masyarakat. Tanggung jawab sosial perusahaan tersebut dapat
dikatakan sebagai timbal balik perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan
sekitarnya karena perusahaan telah mengambil keuntungan atas masyarakat dan
lingkungan sekitarnya (Susiloadi 2008). Salah satu aturan dasar dari pemerintah
Indonesia yang membuat konsep CSR tersebut harus direalisasikan dan
diimplementasikan oleh setiap perusahaan di Indonesia karena diberlakukannya
Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas (UU-PT) yang salah satu pasal dalam
UU-PT 2007 tersebut, yakni dalam pasal 74 ayat 1, disebutkan bahwa setiap
perseroan yang menjalankan kegiatan usaha yang berkaitan dengan pengelolaan
sumber daya alam diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan tanggung jawab
sosial dan lingkungan. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, setiap perusahaan
kini wajib mengeluarkan dana perusahaannya untuk mengimplementasikan dan
membuat program CSR yang ditujukan bagi seluruh stakeholder terkait.
3
Bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dapat dijelaskan melalui
berbagai bentuk aktivitas perusahaan seperti program pembangunan atau
pengembangan komunitas, pelayanan komunitas, dan pemberdayaan komunitas.
Beberapa perusahaan besar telah mampu mengembangkan bentuk-bentuk kegiatan
CSR-nya dengan baik melalui berbagai macam program. Seringkali program CSR
yang dilakukan hanya berlandaskan prinsip partisipasi seluruh stakeholder demi
tercapainya keberhasilan program. Padahal keberhasilan suatu program dapat
tercapai secara efektif bila dalam pelaksanaannya menerapkan beberapa prinsip
pengembangan masyarakat yang dapat dilihat dari sejauhmana program tersebut
telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan menggunakan kealihan dari luar
yang diperlukan (pendampingan). Tidak hanya itu program juga harus bersifat
partisipatif. Ketika suatu program CSR dapat dilaksanakan berdasarkan prinsipprinsip pengembangan masyarakat dan terjadi partisipasi aktif dalam
pelaksanaannya maka program tersebut diharapkan mencapai keberhasilan
sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu,
penting untuk mengkaji hubungan tingkat penerapan prinsip pengembangan
masyarakat dengan keberhasilan program CSR PT Pertamina.
Rumusan Masalah
Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi unsur penting bagi
perusahaan dalam menjamin keberlanjutan bisnisnya dan merupakan wujud
tanggungjawab sosial perusahaan terhadap sosial dan lingkungannya atas dampak
operasional yang telah dilakukan. Industri yang sangat menggantungkan kegiatan
operasionalnya kepada sumber daya alam ini telah memiliki kesadaran akan
dampak operasionalnya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Hal tersebut
terbukti dengan kerja keras PT Pertamina dalam melaksanakan berbagai program
CSR dengan baik yang bertujuan untuk memberikan manfaat terhadap masyarakat
di berbagai desa binaannya khususnya di Desa Balongan dan Desa Majakerta. PT
Pertamina telah berupaya melaksanakan program CSR-nya berlandaskan prinsipprinsip pengembangan masyarakat. Namun belum diketahui sejauhmana tingkat
penerapan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat yang dilakukan PT
Pertamina pada program pemberdayaan ekonomi lokal. Oleh karena itu,
pertanyaan yang akan dikaji lebih lanjut adalah sejauhmana tingkat
penerapan prinsip pengembangan masyarakat dalam program
pemberdayaan ekonomi lokal.
Pelaksanaan program CSR PT Pertamina bekerjasama dengan P4W LPPM
IPB, fokus pada program pemberdayaan ekonomi lokal, dan berupaya
menerapkan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat. Hal tersebut tentunya
dilakukan demi tercapainya keberhasilan program. Program CSR pemberdayaan
ekonomi lokal telah memasuki tahun keempat, dan dalam pelaksanaannya
diharapkan memberikan pengaruh terhadap tingkat partisipasi peserta dalam
KUB, tingkat pendapatan peserta program dalam setahun dan tingkat keragaman
nafkah peserta program. Namun belum diketahui sejauhmana keberhasilan
program CSR dalam program pemberdayaan ekonomi lokal yang telah dicapai PT
Pertamina. Oleh karena itu, menjadi penting untuk dianalisis sejauhmana
keberhasilan program CSR PT Pertamina.
4
PT Pertamina berusaha menjaga keberlanjutan perusahaannya dengan jalan
melaksanakan tanggung jawabnya untuk memberikan manfaat kepada seluruh
stakeholder terkait. Hal tersebut khususnya ditujukan pada masyarakat desa
binaannya melalui berbagai program CSR misalnya program pelatihan dan
bantuan modal usaha untuk beternak, budidaya, pengolahan sumber daya alam,
dll. Khusunya di Desa Balongan dan Desa Majakerta, program yang dijalankan
yakni budidaya lele, perikanan tangkap dan peternakan. Program tersebut
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat sehingga
dapat tercapai keberhasilan program CSR. Namun belum diketahui apakah ada
hubungan antara tingkat penerapan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat
dengan keberhasilan program CSR. Oleh karena itu, sangat penting mengkaji
bagaimana hubungan tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat
dengan keberhasilan program CSR PT Pertamina.
Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian secara umum adalah untuk menganalisis “Hubungan
Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat dengan Keberhasilan
Program CSR PT Pertamina” dan secara khusus bertujuan untuk:
1. Menganalisis tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dalam
program pemberdayaan ekonomi lokal.
2. Menganalisis keberhasilan program CSR PT Pertamina, dilihat dari:
tingkat partisipasi peserta dalam KUB, tingkat pendapatan peserta program
dalam setahun dan tingkat keragaman nafkah peserta program.
3. Menganalisis hubungan tingkat penerapan prinsip pengembangan
masyarakat dengan keberhasilan program CSR PT Pertamina.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang
berminat maupun yang terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada :
1. Peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai CSR
dan mampu memaknai secara ilmiah fenomena yang terlihat. Sedangkan
untuk civitas akademika dapat memperoleh koleksi terbaru penelitian yang
akan memperkaya perkembangan pengetahuan mengenai CSR.
2. Kalangan non akademisi, seperti perusahaan bermanfaat menjadi bahan
pertimbangan dan data untuk mengevaluasi penerapan program CSR yang
telah dilaksanakan yang berbasiskan pengembangan masyarakat. Selain itu
perusahaan dapat memiliki data dan informasi terbaru yang dapat
digunakan untuk meningkatkan efektifitas.
3. Masyarakat, dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran mengenai
tingkat pendidikan masyarakat akibat dampak program CSR yang telah
dilaksanakan.
4. Pemerintah, diharapkan dapat menentukan arah kebijakan dan peraturan
mengenai CSR yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.
5
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka berisi berbagai konsep dan teori yakni definisi dan
tujuan CSR, isu dan implementasi CSR, prinsip-prinsip pengembangan
masyarakat, konsep partisipasi, konsep keberhasilan program yang terdiri atas
konsep pendapatan dan konsep keragaman nafkah. Selanjutnya pada bagian
kerangka pemikiran diuraikan mengenai alur logika pemikiran dan hubungan
antara konsep tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dengan
konsep keberhasilan program CSR PT Pertamina. Kemudian dipaparkan hipotesis
yang menghubungkan antara variabel tingkat penerapan prinsip pengembangan
masyarakat dengan tingkat partisipasi dalam KUB; dengan tingkat pendapatan
individu peserta program dalam setahun; dengan tingkat keragaman nafkah
peserta program. Pada bagian definisi operasional dijelaskan mengenai batasan
secara spesifik setiap variabel yang digunakan yakni tingkat penerapan prinsip
pengembangan masyarakat, tingkat partisipasi, tingkat pendapatan dan tingkat
keragaman nafkah peserta program.
Tinjauan Pustaka
Definisi dan Tujuan Corporate Social Responsibility (CSR)
Dalam lingkungan masyarakat, dunia usaha merupakan bagian dari
komunitas yang memiliki tanggung jawas sosial terhadap seluruh pihak
disekitarnya. The World Business Council for Sustainable Development
mendefinisikan CSR sebagai komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan,
keluarga karyawan, komunitas lokal, dan komunitas secara keseluruhan dalam
rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran
Khusnul (2009) yang juga mendefenisikan CSR sebagai komitmen perusahaan
atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi
berkelanjutan dengan memperhatikan tanggungjawab sosial perusahaan dan
menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan.
CSR merupakan salah satu wujud partisipasi dunia usaha dalam
pembangunan berkelanjutan untuk mengembangkan program kepedulian
perusahaan kepada masyarakat sekitar melalui penciptaan dan pemeliharaan
keseimbangan pada tiga aspek yang sangat penting. Dengan perkataan lain,
Corporate Social Responsibility (CSR) bertujuan untuk mencapai keseimbangan
antara mencetak keuntungan yang harus seiring dan berjalan selaras dengan
fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup demi terwujudnya
pembangunan yang berkelanjutan (Ambadar 2008). Selanjutnya, menurut
Wibisono (2007), definisi CSR yakni sebagai tanggung jawab perusahaan kepada
pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan
6
lingkungan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Karena
itu CSR adalah nilai moral yang harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan sesuai
dengan hati yang tulus oleh setiap perusahaan bagi peningkatan kesejahteraan
stakeholder perusahaan.
Secara umum, CSR dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan yang
dilakukan oleh suatu perusahaan untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat disekitarnya melalui berbagai program pemberdayaan yang bertujuan
meningkatkan kemampuan manusia sebagai individu agar tercapai keseimbangan
antara keuntungan ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan kelestarian
lingkungan hidup. Berbagai program CSR yang dilakukan khususnya pada
bidang sosial kemasyarakatan diharapkan dapat meningkatkan keberdayaan
masyarakat sehingga memberikan manfaat kepada seluruh pihak khususnya
masyarakat sendiri dalam meningkatkan taraf hidup mereka menjadi lebih
sejahtera.
Isu dan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Setiap perusahaan tentunya menginginkan tercapainya kondisi
keberlangsungan bagi usaha yang dijalankan. Hal tersebut dapat dicapai dengan
menerapkan konsep Corporate Social Responsibility (CSR). Menurut Anatan
(2010), CSR menjadi isu penting dalam menjamin kelangsungan hidup dunia
usaha saat ini. Pada kenyataannya, kondisi yang terjadi di lapangan menunjukkan
bahwa peran dunia usaha selama ini hanya sebatas pemberian dukungan dana
secara sukarela (voluntary) dan kedermawanan (philanthropy) kepada masyarakat
sehingga kegiatan yang dilaksanakan kurang memberikan manfaat yang berarti.
Hal tersebut cenderung memunculkan rasa kekecewaan masyarakat dan
pemerintah akan rendahnya peran dunia usaha dalam kehidupan sosial. Tidak
hanya itu, terdapat kecenderungan bahwa pelaksanaan CSR hanya di mata
konsumen mereka untuk meningkatkan keuntungan secara ekonomi. Untuk
mengatasi masalah tersebut diperlukan dukungan pemerintah selaku pihak yang
bertanggung jawab untuk menjaga kelangsungan hidup masyarakat. Peran
pemerintah dalam hubungan dengan perusahaan diperlukan bukan sebagai pihak
pengatur atau pengendali tetapi lebih berperan sebagai mitra. Peran pemerintah
diperlukan bukan hanya untuk membuat kebijakan, melainkan juga memfasilitasi
dunia usaha dalam melaksanakan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat.
Semakin besarnya tekanan dari berbagai pihak agar perusahaan
melaksanakan CSR tidak hanya sebatas pemberian dukungan dana secara sukarela
(voluntary) dan kedermawanan (philanthropy) akhirnya mampu membuat dunia
usaha lebih bijak dalam melaksanakan CSR. Hal tersebut sejalan dengan
pemikiran Ambadar (2008) yang mengemukakan bahwa dalam perkembangan
CSR telah terjadi pergeseran paradigma pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan yang meliputi corporate charity, corporate philantrophy, dan
corporate citizenship. Dapat diartikan bahwa konsep tanggung jawab sosial
perusahaan mulai menuju pada implementasi yang sebenarnya melalui
pelaksanaan berbagai program yang berhubungan dengan peningkatan ekonomi,
pelestarian lingkungan serta pemberdayaan masyarakat.
7
Pengimplementasian berbagai program CSR tentunya dilatar belakangi
oleh banyak hal. Menurut Ambadar (2008), beberapa motivasi dan manfaat yang
diharapkan perusahaan dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan
yakni perusahaan terhindar dari reputasi negatif perusak lingkungan yang hanya
mengejar keuntungan jangka pendek tanpa memperdulikan akibat dari perilaku
buruk perusahaan, kerangka kerja etis yang kokoh dapat membantu para manajer
dan karyawan menghadapi masalah, perusahaan mendapat rasa hormat dari
kelompok inti masyarakat yang membutuhkan keberadaan perusahaan khususnya
dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan, dan perilaku etis perusahaan aman dari
gangguan lingkungan sekitar sehingga dapat beroperasi secara lancar. Semua
motivasi tersebut tentunya bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan
perusahaan namun disisi lain juga memberikan manfaat yang nyata bagi
masyarakat.
Masyarakat merupakan pihak yang akan sangat berpengaruh terhadap
keberlangsungan suatu perusahaan. Secara umum dapat dikatakan bahwa ketika
perusahaan melaksanakan tanggung jawabnya tidak hanya dibidang ekonomi dan
lingkungan yakni khususnya di bidang pemberdayaan masyarakat maka hal
tersebut akan menjamin keberlangsungan perusahaan dalam menjalankan
usahanya. Keberlangsungan perusahaan dapat terjadi karena kebutuhan
masyarakat turut menjadi perhatian khusus oleh perusahaan yang diharapkan
dapat berujung pada kesejahteraan sehingga tidak menimbulkan aksi-aksi negatif
yang dapat merugikan perusahaan. Harapannya masyarakat dapat memberikan
respon positif serta mendukung keberlanjutan perusahaan karena kedua pihak
sama-sama mendapatkan manfaat dari keberadaan satu sama lain.
Hal ini sejalan dengan landasan teoritik dari Elkington (Anatan, 2010)
bahwa CSR merupakan wujud kepedulian perusahaan terhadap ekonomi, sosial,
dan lingkungan yang didasari tiga prinsip dasar yang meliputi profit, people dan
planet (3P). Profit, sebagai lembaga usaha dengan profit oriented, perusahaan
tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi untuk menjamin
kelangsungan hidup perusahaan sehingga perusahaan dapat terus beroperasi dan
berkembang. People, untuk menjamin kelangsungan hidup dan meningkatkan
daya saing perusahaan, perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap
kesejahteraan karyawan dan manusia yang merupakan aset berharga dalam
organisasi maupun negara. Wujud program CSR yang berorientasi sosial atau
people adalah pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian
sarana pendidikan dan kesehatan, pemberian bantuan modal usaha mikro. Planet,
kepedulian terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati bisa
dilakukan melalui pelaksanaan program penghijauan. Ketiga faktor ini saling
berkaitan erat satu sama lain dan bersifat dinamis tergantung kondisi dan tekanan
sosial, politik, ekonomi dan lingkungan, serta kemungkinan adanya konflik
kepentingan antar berbagai pihak yang dapat mempengaruhi program CSR.
Berdasarkan konsep Triple Bottom Line tersebut seharusnya konsep dan
implementasi CSR mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosial dalam
peningkatan kualiatas hidup masyarakat melalui berbagai program pemberdayaan
yang berkesinambungan ke arah yang lebih baik. Menurut Soemanto seperti
dikutip Muryaningrum (2010), setiap perusahaan sudah selayaknya memahami
bahwa setiap perusahaan yang hadir di tengah komunitas tertentu, akan menjadi
bagian dari lingkungan sosial tertentu. Oleh karena itu perusahaan seharusnya
8
menyadari dan tidak hanya cukup mengetahui bahwa lingkungan sosial harus
dijaga, dengan cara mengusahakan kurangnya dampak atau imbas psikologis,
ekonomi, dan budaya terhadap orang disekelilingnya. Perhatian terhadap manusia
di sekeliling perusahaan harus semakin ditingkatkan jika perusahaan menyandang
nama sebagai industri dengan skala besar. Hal ini semata-mata demi
keberlangsungan perusahaan.
Dalam pelaksanaannya, menurut Nugraha et al. (2005), CSR mempunyai
lima pilar aktivitas yakni building human capital (secara internal perusahaan
dituntut menciptakan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang
handal; secara eksternal perusahaan dituntut untuk melakukan pemberdayaan
masyarakat), strengthening economies (perusahaan dituntut untuk tidak kaya
sendiri, komunitas di lingkungannya miskin), assesing social cohesion
(perusahaan dituntut untuk menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitarnya
agar tidak menimbulkan konflik), encouraging good governance (dalam
menjalankan bisnisnya perusahaan harus menjalankan tata kelola bisnis dengan
baik), dan protecting the environment (perusahaan harus berusaha keras menjaga
kelestarian lingkungan). Lima pilar aktivitas CSR tersebut menunjukkan bahwa
tanggung jawab sosial perusahaan sangat besar kepada lingkungan sekitarnya.
Perusahaan diharuskan dapat melakukan aksi-aksi untuk memberdayakan
masyarakat disekitar perusahaan, sehingga terjadi proses empowerment. Proses
pemberdayaan dapat dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan pelatihan (capacity
building) sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga sangat erat kaitannya
antara pelaksanaan program CSR oleh perusahaan-perusahaan dan seberapa besar
kontribusinya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
Pelaksanaan berbagai program CSR harus melalui tahapan dan sistematika
yang baik. Khususnya pada program pemberdayaan masyarakat, selain harus
direncanakan dengan sistematis dan baik, strategi yang dirumuskan harus dapat
tepat sasaran agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Menurut Khusnul
(2009), strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan program CSR demi
tercapainya kesejahteraan masyarakat yakni dengan meningkatkan kualitas
potensi sumber daya manusia agar mampu memanfaatkan potensi sumber daya
alam secara optimal, meningkatkan kualitas teknologi dan membantu permodalan
dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya alam secara
optimal dan meningkatkan pendapatan penduduk, melakukan penyuluhan dan
pembinaan dalam lingkungan penduduk mengenai permasalahan pertanian dan
peternakan dan permasalahan sosial kependuduk untuk menghadapi berbagai
bahaya yang mengancam, serta melakukan perbaikan-perbaikan terhadap
kelemahan internal seperti penggunaan teknologi dan modal yang rendah dalam
rangka meningkatkan resistensi (daya tahan/kekebalan) terhadap berbagai
ancaman yang selalu datang. Dapat diartikan bahwa strategi tersebut diupayakan
menyentuh hal-hal mendasar yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat.
Peningkatan kualitas potensi sumber daya manusia utamnya menjadi hal mendasar
dan penting yang harus dilakukan agar tercapai suatu keberdayaan yang berujung
pada peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat.
Beberapa contoh pelaksanaan program CSR buktinya berhasil dalam
memberdayakan dan menghilangkan ketergantungan masyarakat sehingga mereka
menjadi lebih mandiri. Salah satu contoh kisah sukses implementasi CSR adalah
program mitra produksi sampoerna (MPS) yang dilaksanakan oleh PT HM
9
Sampoerna . Program kemitraan ini dilakukan dengan perusahaan kecil dan
menengah, koperasi, dan pondok pesantren untuk menjadi mitra produksi
perusahaan sejak tahun 1994 dan telah melahirkan sebanyak 25 MPS. MPS
dirancang dengan pendekatan saling menguntungkan (win-win approach). Melalui
kegiatan kemitraan ini perusahaan memperoleh beberapa manfaat seperti: 1)
peningkatan kapasitas produksi secara signifikan tanpa investasi untuk perluasan
lahan dan pembangunan pabrik, 2) masalah tenaga kerja menjadi urusan mitra
produksi sampoerna, demikian halnya dengan masalah dana pensiun dan hak-hak
tenaga kerja lain, 3) biaya pengangkutan lebih murah dibandingkan jika
perusahaan harus mengangkut barang jadi ke sentra produksi, 4) dengan model
kerjasama kemitraan maka nama Djie Sam Soe dan HM Sampoerna akan
tersosialisasi dengan sendirinya di lingkungan kemitraan, 5) tenaga kerja di MPS
dapat menjadi panutan sehingga konsumen lain menikmati rokok-rokok produksi
PT HM Sampoerna. Manfaat utama yang dirasakan komunitas adalah penyerapan
tenaga kerja, transfer teknologi, dan menghidupkan ekonomi pedesaan.
1
Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat
Pelaksanaan program CSR yang dilakukan setiap perusahaan memiliki
tujuan dan fokus yang berbeda-beda. Secara umum semua pihak khususnya
perusahaan mengharapkan tercapainya keberhasilan dari pelaksanaan program
CSR. Dalam konsep pengembangan masyarakat, keberhasilan suatu program CSR
dapat dinilai dari sejauh mana program tersebut dilaksanakan berdasarkan prinsipprinsip pengembangan masyarakat. Ife (1995) menjelaskan bahwa terdapat dua
puluh dua prinsip pengembangan masyarakat yakni merupakan pembangunan
secara terpadu, mengembangkan proses untuk melawan ketimpangan struktural,
memahami dan berkomitmen terhadap hak-hak asasi manusia, berkelanjutan,
memiliki tujuan dan strategi pemberdayaan, menghubungkan antara persoalan
individu dengan struktural, mengembangkan kepemilikan masyarakat,
mengembangkan keswadayaan masyarakat, independensi dari negara, memiliki
tujuan jangka menengah dan visi ideal, berdasarkan inisiatif dan potensi
pengembangan yang tumbuh dari masyarakat sendiri, berdasarkan pada langkahlangkah pengembangan, adanya pendampingan, memperkuat kesatuan
masyarakat, menggunakan pendekatan proses dan hasil, proses yang selaras
dengan tujuan, anti kekerasan, bersifat inklusif, berdasarkan konsesus,
mengembangkan kerjasama, partisipatif, sesuai kebutuhan bersama. Dari
keseluruhan prinsip tersebut, terdapat tiga indikator penting yang harus diterapkan
bila diharapkan tercapainya keberhasilan suatu program yaitu kesesuaian dengan
kebutuhan masyarakat, pendampingan, dan partisipasi. Kesesuaian dengan
kebutuhan masyarakat maksudnya adalah program pengembangan masyarakat
harus mengembangkan proses dan struktur masyarakat yang mampu
menyelenggarakan kebutuhan anggota masyarakatnya dengan memperhatikan
perspektif ekologi dan keadilan sosial berdasar kesepakatan. Indikator
1
Anatan, Lia. 2010. Corporate Social Responsibility (CSR) : Tinjauan Teoritis dan Praktis di
Indonesia. Jurnal Manajemen. [Internet]. [diacu 2013 November 11]. 13(2). Tersedia dari
http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnal_manajemen/article/view/220/pdf
10
pendampingan berkaitan dengan orang luar dalam pengembangan masyarakat
yang mau bekerja dengan menghargai keunikan masyarakat yang ada,
memfasilitasi, mendorong terjadinya komunikasi yang lebih setara dan proses
saling belajar, serta tidak mendorong pilihan pemecahan masalah dari luar
melainkan dari masyarakat sendiri.
Konsep Partisipasi
Tingkat keberhasilan sebuah program akan sangat dipengaruhi dari sejauh
mana partisipasi suluruh pihak dalam keseluruhan pelaksanaan program dari awal
hingga akhir. Nasdian (2014) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif,
inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir
mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan
mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Menurut
Cohen dan Uphoff seperti dikutip Nasdian (2014), partisipasi dibagi kedalam
beberapa tahapan, yaitu (1) tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan
dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan
keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu
program. Proses pengambilan keputusan bermaksud untuk melihat sejauh mana
kesadaran masyarakat dalam memberikan penilaian dan menentukan pemilihan
sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri. (2) Tahap pelaksanaan yang merupakan
tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah
pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga,
yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi,
dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. (3) Tahap evaluasi, dianggap
penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang
dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.
Evaluasi juga dapat menilai sejauhmana keberhasilan dan keefektifan program
yang mereka lakukan, sehingga mereka dapat menentukan secara mandiri dan
sadar apakah mereka harus melanjutkan atau meninggalkan kegiatan tersebut. (4)
Tahap menikmati hasil, masyarakat sudah mampu merasakan keberhasilan dari
program yang telah mereka lakukan.
Arnstein (1969) menggambarkan delapan tingkatan yang setiap
tingkatannya menggambarkan peningkatan pengaruh masyarakat dalam
menentukan produk akhir pembangunan, yaitu dari tingkat terendah hingga
tertinggi adalah manipulation (manipulasi), therapy (terapi), information
(informasi), consultation (konsultasi), placation (penentraman), partnership
(kemitraan), delegated power (pelimpahan kekuasaan) dan citizen kontrol (kontrol
masyarakat).
11
Tabel 1 Tingkat Partisipasi Masyarakat menurut Tangga Partisipasi Arnstein
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tingkat Partisipasi
Manipulasi
(Manipulation)
Terapi (Therapy)
Tingkatan Pembagian
Kekuasaan
Hakekat Kesertaan
Permainan oleh
pemerintah
Sekedar agar
masyarakat tidak
marah/sosialisasi
Pemberitahuan
Sekedar pemberitahuan
(Informing)
searah/sosialisasi
Konsultasi
Masyarakat didengar,
(Consultation)
tapi tidak selalu dipakai
sarannya
Penentraman
Saran Masyarakat
(Placation)
diterima tapi tidak
selalu dilaksanakan
Kemitraan
Timbal balik
(Partnership)
dinegosiasikan
Pendelegasian
Masyarakat diberi
Kekuasaan (Delegated kekuasaan (sebagian
Power)
atau seluruh program)
Kontrol Masyarakat
Sepenuhnya dikuasai
(Citizen Control)
oleh masyarakat
Tidak ada partisipasi
Tokenism/sekedar
justifikasi agar
mengiyakan
Tingkat kekuasaan ada
di masyarakat
Sumber : Arnstein (1969)
Menurut Arnstein seperti dikutip Anggraeni (2013), berdasarkan
kedelapan tingkat tersebut dikelompokkan lagi menjadi tiga tingkat berdasarkan
pembagian kekuasaan, yaitu: (1) non-partispasi, (2) tokenisme, dan (3) kekuatan
warga negara (citizen power). Tangga pertama (manipulation) dan kedua
(therapy) termasuk dalam tingkatan non-partisipasi atau tidak ada partisipasi.
Tangga ketiga (informing), keempat (concultation), dan kelima (placation)
termasuk ke dalam tingkat tokenisme atau sekedar justifikasi agar masyarakat
mengiyakan. Selanjutnya pada tangga keenam (partnership), ketujuh (delegated
power), kedelapan (citizen control) termasuk ke dalam tingkat citizen power
dimana masyarakat telah memiliki kekuasaan. Partisipasi mendukung masyarakat
untuk mulai “sadar” akan situasi dan masalah yang dihadapinya serta berupaya
mencari jalan keluar yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah mereka
(memiliki kesadaran kritis) dan partisipasi juga membantu masyarakat miskin
untuk melihat realitas sosial ekonomi yang mengelilingi mereka.
Konsep Keberhasilan Program
Bentuk keberhasilan suatu perusahaan dalam mengimplementasikan
program CSR adalah tidak hanya diterimanya perusahaan yang bersangkutan di
dalam masyarakat akan tetapi perusahaan tersebut harus dapat berpartisipasi dan
berfungsi penuh terhadap kehidupan masyarakat sebagai suatu kesatuan sosial,
12
ekonomi, politik dan teknologi. Menurut Setiawan seperti dikutip Anggraeni
(2013), indikator yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan implementasi
konsep Corporate Social Responsibility (CSR) adalah partisipasi dari seluruh
komunitas yang ada dan keberlanjutan pola kehidupan masyarakat yang
bersangkutan yang erat kaitannya dengan tingkat pendapatan serta keragaman
nafkah mereka.
Tingkat Pendapatan
Keberhasilan program dapat dilihat dari tingkat pendapatan masyarakat.
Menurut Mubyarto (2000), pendapatan merupakan penerimaan yang dikurangi
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Pendapatan seseorang pada dasarnya
tergantung dari pekerjaan di bidang jasa atau produksi serta waktu jam kerja yang
dicurahkan, tingkat pendapatan per-jam yang diterima serta jenis pekerjaan yang
dilakukan. Tingkat pendapatan per-jam yang diterima dipengaruhi oleh
pendidikan, keterampilan dan sumber-sumber non tenaga kerja yang dikuasai
seperti tanah, modal dan teknologi. Rosika (2011) kembali mengutip penjelasan
mengenai pendapatan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), yakni perhitungan
pendapatan dapat dilakukan dengan menggunakan pengeluaran/konsumsi
masyarakat. Hal ini didasari oleh paradigma bahwa bila pendapatan mengalami
kenaikan maka akan diikuti oleh berbagai kebutuhan yang semakin banyak
sehingga menuntut pengeluaran yang tinggi pula. Pada umumnya semakin tinggi
pengeluaran maka persentase pengeluaran makanan cenderung semakin kecil atau
dengan kata lain meningkatnya pendapatan masyarakat akan menggeser pola
konsumsi masyarakat dari lebih banyak mengkonsumsi makanan menjadi lebih
banyak mengkonsumsi bukan makanan. Dari kondisi ini dapat juga dilihat bahwa
apabila persentase pengeluaran masyarakat untuk makanan telah menurun dari
tahun-tahun sebelumnya hal ini dapat menunjukkan bahwa kesejahteraan
masyarakat telah mengalami peningkatan.
Konsep Keragaman Nafkah
Selain tingkat pendapatan, keberhasilan program juga dapat dilihat dari
keragaman atau strategi nafkah masyarakat dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dharmawan (2007) mengemukakan bahwa dalam sosiologi nafkah, pengertian
strategi nafkah lebih mengarah pada pengertian livelihood strategy (strategi
penghidupan) daripada means of living strategy (strategi bertahan hidup). Strategi
nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok
dalam rangka mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan
eksistensi infrastruktur sosial, struktur sosial dan sistem nilai budaya yang
berlaku. Selanjutnya, menurut Ellis seperti dikutip Fridayanti (2013), strategi
nafkah ialah penghidupan yang terdiri dari aset (alam, fisik, manusia, modal
keuangan, dan modal sosial), kegiatan, dan akses (yang dimediasi oleh
kelembagaan dan hubungan sosial) yang bersama-sama menentukan kehidupan
individu atau rumahtangga. Lebih rinci dijelaskan bahwa terdapat tiga klasifikasi
sumber nafkah (income source) yaitu:
13
a. Sektor farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan yang berasal dari
tanah pertanian milik sendiri, baik yang diusahakan oleh pemilik tanah maupun
diakses melalui sewa menyewa atau bagi hasil. Strategi on farm merujuk pada
nafkah yang berasal dari pertanian dalam arti luas.
b. Sektor off-farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan di luar pertanian,
yang dapat berarti penghasilan yang diperoleh berasal dari upah tenaga kerja,
sistem bagi hasil, kontrak upah tenaga kerja non upah, dan lain-lain, namun
masih dalam lingkup sektor pertanian.
c. Sektor non-farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan yang bukan
berasal dari pertanian, seperti pendapatan atau gaji pensiun, pendapatan dari
usaha pribadi, dan sebagainya.
Merujuk pada Scoones seperti dikutip Turasih (2011), terdapat tiga
klasifikasi strategi nafkah (livelihood strateg
PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN
KEBERHASILAN PROGRAM CSR PT PERTAMINA
MUTMAINNA
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Hubungan Tingkat
Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR
PT Pertamina adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Juli 2014
Mutmainna
NIM I34100063
ii
ABSTRAK
MUTMAINNA. Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan
Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina. Di bawah
bimbingan TITIK SUMARTI.
Pelaksanaan Corporate Social Responsibilty (CSR) merupakan sebuah
keharusan bagi perusahaan sebagai wujud kepedulian terhadap kehidupan sosial
dan lingkungan disamping mengejar keuntungan ekonomi. Salah satu bentuk
pelaksanaan CSR adalah program pemberdayaan ekonomi lokal. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan tingkat penerapan prinsip pengembangan
masyarakat dengan keberhasilan program CSR PT Pertamina. Tingkat penerapan
prinsip pengembangan masyarakat diukur dari indikator kesesuaian program
dengan kebutuhan peserta, pendampingan program, dan partisipasi peserta dalam
program pemberdayaan ekonomi lokal. Ketercapaian indikator penerapan prinsip
pengembangan masyarakat diharapkan berhubungan dengan keberhasilan
program CSR PT Pertamina yang diukur dari tingkat partisipasi peserta dalam
kelompok usaha bersama (KUB), tingkat pendapatan individu peserta program per
tahun, dan tingkat keragaman nafkah peserta program. Penelitian yang
dilaksanakan di desa Balongan dan Desa Majakerta, Indramayu ini menggunakan
metode survei dengan 60 responden. Hasil penelitian menunjukkan (1) tingkat
penerapan prinsip pengembangan masyarakat berada pada tingkat sedang; (2)
tingkat partisipasi peserta dalam program KUB berada pada tingkat nonpartisipasi (rendah); tingkat pendapatan peserta berada pada tingkat pendapatan
rendah dan sedang; tingkat keragaman nafkah berada pada tingkat tinggi; (3)
tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat berhubungan positif dengan
tingkat partisipasi peserta dalam KUB; tidak berhubungan positif dengan tingkat
pendapatan per tahun individu peserta program; tidak berhubungan positif dengan
tingkat keragaman nafkah peserta program.
Kata Kunci : CSR, tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat,
keberhasilan program CSR, tingkat partisipasi.
iii
ABSTRACT
MUTMAINNA. Relationship Between The Principles Implementation Level of
Community Development with The Success of CSR Programs PT Pertamina.
Under the guidance of TITIK SUMARTI.
The Implementation of Corporate Social Responsibility (CSR) is a must
for the company as an expression of concern for the social life and environment in
addition to pursuit of economic profit. One form of implementation of CSR is the
empowerment of local economy. This study aims to analyze the relationship
between the principles implementation level of community development with the
success of CSR program PT Pertamina. The principles implementation level of
community development measured indicators of the program suitability to the
participants needs, mentoring programs and participation in local economic
development programs. Attainment the principles implementation level of
community development indicators are expected relate to the success of CSR
programs PT Pertamina that measured from the participation level in KUB, the
individual income level in one year, and diversity of income levels program
participants. This research conducted in Balongan and Majakerta village,
Indramayu using survey methods with 60 respondents. Results showed (1) the
principles implementation level of community development is at a medium level;
(2) the participation level in KUB is at the level of non-participation (low); the
individual income level is at the low and medium income level; diversity of
income levels are at a high level; (3) the principles implementation level of
community development is positively related to the participation level in KUB;
not positively related to the individual income level; not positively related to the
diversity of income levels program participants.
Keywords: CSR, the principles implementation level of community development,
the success level of CSR programs, participation level.
.
iv
HUBUNGAN TINGKAT PENERAPAN PRINSIP
PENGEMBANGAN MASYARAKAT DENGAN
KEBERHASILAN PROGRAM CSR PT PERTAMINA
MUTMAINNA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
pada
Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014
v
Judul Skripsi
Nama
NIM
: Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan
Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina
: Mutmainna
: I34100063
Disetujui oleh
Dr. Ir Titik Sumarti MC, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Ir Siti Amanah, M.Sc
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
vi
vii
PRAKATA
Untaian rasa syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, Tuhan Semesta
Alam, yang masih memberikan nikmat waktu yang bermanfaat bagi penulis sehingga
skripsi dengan judul “Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan
Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina” dapat
diselesaikan tanpa hambatan dan masalah yang berarti. Shalawat senantiasa penulis
sampaikan kepada Rasulullah SAW, keluarga beliau, dan para sahabat hingga tabi’in
dan pengikutnya hingga hari akhir.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik karena
dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
rasa terima kasih kepada:
1. Etta dan Mama tercinta (Ir.H. Suwardi Tahe dan Hj. Nurasiah, S.PdI), adikadikku (Rahmadani, Nurul Muflihah, dan Rifkatul Amanah), Ta Tenry dan
seluruh keluarga. Sumber motivasi utama yang telah mendukung segala
pilihan penulis, memberikan doa, kasih sayang, dukungan moril maupun
materiil, pengertian dan kesabaran yang sangat berlimpah sampai saat ini.
2. Dr. Ir. Titik Sumarti MC, MS. selaku dosen pembimbing yang telah banyak
mencurahkan waktu untuk membimbing dan memberikan masukan, arahan,
saran serta kritik yang membangun dan sangat berarti selama penulisan
skripsi ini.
3. St. Khadijah Hardiyanti, Pratiwi Hamzah, Andi Nurzamzam Arman, Anis
Fauziyyah, Nur Mujahidah Syam, Fitriah Idris, Nydia Ainur S dan Nurul
Fajriah teman, sahabat, dan saudara yang telah memberikan dukungan dan
berbagi rasa selama hidup seatap di Wisma Cendana 53.
4. Dinasti Tri Ranti, Hermin Rahayu Pertiwi, Meziriati Hendri, Teman
sebimbingan (Gebyar Trisula, Chyntia Wijaya, Mona De Anesya), Saefihim,
Deslaknyo, seluruh keluarga SKPM 47, teman seperjuangan yang senantiasa
mendukung dalam proses pembelajaran, memberi semangat dan motivasi bagi
penulis.
5. Tim pendamping CSR PT Pertamina, Mas Rois, Mas Aris, Kak Irma, Kak
Wulan, Mas Maul, Kal Alvi, Mas Puguh yang telah membantu dalam proses
penelitian di Indramayu.
6. Keluarga IKAMI SUL-SEL-BAR (Amri Maulana, Nardi, Ceceng, Vivi, Ika,
Yunus, dll) teman satu rantau layaknya keluarga bagi penulis.
7. Keluarga besar HIMASIERA dan Sanggar Juara yang telah memberikan
kesempatan dan pengalaman berharga dalam aksi-aksi pemberdayaan
masyarakat. Serta praktikan Dasar-Dasar Komunikasi yang memberikan
banyak pembelajaran dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
8. Semua pihak yang telah memberikan doa, semangat, bantuan, dan kerjasama
selama ini.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan
pembaca dalam memahami lebih jauh tentang “Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip
Pengembangan Masyarakat dengan Keberhasilan Program CSR PT Pertamina”
Bogor, Juli 2014
Mutmainna
viii
ix
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka
Definisi dan Tujuan Corporate Social Responsibility (CSR)
Isu dan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat
Konsep Partisipasi
Konsep Keberhasilan Program
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
Definisi Operasional
PENDEKATAN LAPANGAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Penelitian
Teknik Penentuan Informan dan Responden
Teknik Pengumpulan Data
Teknik Pengolahan dan Analisis Data
PROFIL DESA
Kondisi Geografis
Karakteristik Penduduk
Kondisi Ekonomi
Struktur Sosial Masyarakat
Program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina
Program Pemberdayaan Ekonomi Lokal
Karakteristik Peserta Program Pemberdayaan Ekonomi Lokal
Ikhtisar
TINGKAT PENERAPAN PRINSIP PENGEMBANGAN MASYARAKAT
DALAM UPAYA PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Kesesuaian Program dengan Kebutuhan Peserta
Pendampingan program
Partisipasi Peserta dalam Program Pemberdayaan Ekonomi Lokal
Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat dalam Upaya
Pemberdayaan Masyarakat
xiii
xiv
xiv
1
1
3
4
4
5
5
5
6
9
10
11
13
14
15
17
17
17
17
18
18
21
21
22
22
24
25
26
30
31
33
33
34
34
38
x
Ikhtisar
39
KEBERHASILAN PROGRAM CSR PT PERTAMINA
41
Tingkat Partisipasi Peserta dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB)
41
Tingkat Pendapatan
42
Tingkat Keragaman Nafkah
43
Ikhtisar
43
TINGKAT PENERAPAN PRINSIP PENGEMBANGAN MASYARAKAT
DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEBERHASILAN PROGRAM CSR PT
PERTAMINA
45
Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat Dengan
Tingkat Partisipasi Peserta dalam Kelompok Usaha Bersama (KUB)
45
Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat Dengan
Tingkat Pendapatan Peserta Program
46
Hubungan Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat Dengan
Tingkat Keragaman Nafkah Peserta Program
48
Ikhtisar
49
SIMPULAN DAN SARAN
51
Simpulan
51
Saran
51
DAFTAR PUSTAKA
53
LAMPIRAN
55
RIWAYAT HIDUP
71
xi
DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
Tingkat partisipasi masyarakat menurut tangga partisipasi Arnstein
Definisi operasional tingkat penerapan prinsip pengembangan
masyarakat
Definisi operasional tingkat partisipasi.
Jumlah dan persentase jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin
Tahapan pencapaian target program pemberdayaan ekonomi lokal
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat kesesuaian
program dalam program pemberdayaan ekonomi lokal PT Pertamina
pada tahun 2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat pendampingan
program dalam program pemberdayaan ekonomi lokal PT Pertamina
pada tahun 2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat partisipasinya
pada tahap perencanaan program pemberdayaan ekonomi lokal PT
Pertamina pada tahun 2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat partisipasinya
pada tahap pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi lokal PT
Pertamina pada tahun 2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat partisipasinya
pada tahap evaluasi program pemberdayaan ekonomi lokal PT
Pertamina pada tahun 2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat partisipasinya
dalam program pemberdayaan ekonomi lokal PT Pertamina pada tahun
2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat penerapan
prinsip pengembangan masyarakat dalam program pemberdayaan
ekonomi lokal PT Pertamina pada tahun 2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat partisipasinya
dalam Kelompok usaha bersama pada tahun 2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat pendapatan dari
pelaksanaan program pemberdayaan ekonomi lokal PT Pertamina pada
tahun 2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat keragaman
nafkah setelah mengikuti program pemberdayaan ekonomi lokal PT
Pertamina pada tahun 2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat penerapan
prinsip pengembangan masyarakat dalam program CSR pemberdayaan
ekonomi lokal dan tingkat partisipasi peserta dalam Kelompok usaha
bersama pada tahun 2014
Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat penerapan
prinsip pengembangan masyarakat dalam program CSR pemberdayaan
ekonomi lokal dan tingkat pendapatan peserta program CSR pada tahun
2014
11
15
16
23
26
33
34
35
36
36
37
38
41
42
43
46
47
xii
18 Jumlah dan persentase peserta program menurut tingkat penerapan
prinsip pengembangan masyarakat dalam program CSR pemberdayaan
ekonomi lokal dan tingkat keragaman nafkah peserta program CSR
pada tahun 2014
48
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran hubungan tingkat penerapan prinsip pengembangan
masyarakat dengan tingkat keberhasilan program CSR PT Pertamina
2 Luas penggunaan lahan Desa Balongan pada tahun 2013
3 Luas penggunaan lahan Desa Majakerta pada tahun 2013
4 Sosialisasi program perikanan tangkap kepada nelayan Desa Majakerta.
5 Proses pemanenan hasil program budidaya lele.
6 Proses monitoring program peternakan.
14
21
22
27
28
29
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
Peta lokasi penelitian
Alur waktu penelitian
Kerangka sampling dan sampel penelitian
Hasil pengolahan data
Dokumentasi
Prinsip-prinsip pengembangan masyarakat agar tercapainya
keberhasilan suatu program
7 Pertanyaan Mendalam
55
56
57
61
62
63
67
1
PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, masalah penelitian, tujuan penelitian, dan
kegunaan penelitian. Latar belakang penelitian menguraikan pentingnya penelitian
tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dan hubungannya dengan
keberhasilan CSR PT Pertamina dalam program pemberdayaan ekonomi lokal di
Desa Balongan dan Desa Majakerta, Indramayu. Pada bagian masalah penelitian
diuraikan permasalahan yang akan dianalisis oleh penulis yakni sejauhmana
tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dalam program
pemberdayaan ekonomi lokal, sejauhmana tingkat keberhasilan program CSR PT
Pertamina, dan bagaimana hubungan tingkat penerapan prinsip pengembangan
masyarakat dengan keberhasilan program CSR PT Pertamina. Tujuan penelitian
secara umum adalah untuk menganalisis hubungan tingkat penerapan prinsip
pengembangan masyarakat dengan keberhasilan program CSR PT Pertamina.
Selanjutnya penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak
terkait.
Latar Belakang
Masyarakat yang bertempat tinggal di Desa Balongan dan Desa Majakerta
Kecamatan Balongan Kabupaten Indramayu adalah masyarakat yang termasuk
dalam Ring 1 wilayah operasi kilang minyak PT Pertamina Balongan. Dari
pemaparan pendamping lapang CSR PT Pertamina di kedua desa tersebut,
diperoleh informasi bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat pada umumnya
belum mencapai kesejahteraan. Masyarakat disekitar perusahaan masih banyak
yang berada pada kondisi miskin karena tidak memadainya lapangan pekerjaan,
tingkat pendapatan yang masih rendah, kapasitas SDM yang lemah, kurangnya
pendidikan, dan tidak adanya akses yang diberikan untuk mengelola sumber daya
yang ada. Pada tahun 2010 terjadi konflik antara masyarakat dan perusahaan yang
mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi PT Pertamina. Permasalahan
tersebut dilandasi ketidakpuasan masyarakat terhadap perusahaan yang tidak
memedulikan kondisi sosial ekonomi mereka. Tidak adanya akses terhadap
lapangan kerja menjadi penyebab utama ketidakpuasan masyarakat.
Hal tersebut akhirnya berupaya diselesaikan dan diperbaiki kembali oleh
PT Pertamina dengan salah satu jalan yakni dilaksanakannya program Corporate
Social Responsibility (CSR) yang berfokus pada pemberdayaan ekonomi lokal.
Program pemberdayaan ekonomi lokal tersebut merupakan salah satu program,
khususnya di dua desa yakni Desa Balongan, dan Desa Majakerta, meliputi
kegiatan budidaya lele, perikanan tangkap, dan peternakan. Program
pemberdayaan ekonomi lokal merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan oleh CSR PT Petamina bekerjasama dengan P4W
(Pusat Pengkajian, Pengembangan, dan Perencanaan Wilayah) LPPM IPB. Upaya
pemberdayaan masyarakat tersebut merupakan salah satu strategi untuk menjaga
keberlanjutan PT Pertamina dalam menjalankan usahanya. Program
2
pemberdayaan ekonomi lokal tersebut sangat diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi berbagai pihak sehingga terbangun sinergi yang baik, khususnya
dalam memperbaiki kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Pelaksanaan program CSR sudah semestinya dilakukan oleh PT Pertamina
yang merupakan salah satu perusahaan pengolahan minyak dan gas bumi negara
di Indonesia yang termasuk dalam BUMN. Komitmen penyediaan dana untuk
program CSR Pertamina adalah sebesar 1% dari prognosis laba perseroan dengan
pembagian realisasi 80% dana untuk program CSR perusahaan yang direncanakan
dan 20% dana untuk program yang sifatnya responsif (EC1) (PT Pertamina 2011).
Oleh karena itu, PT Pertamina telah menerapkan beberapa program CSR bagi
masyarakat desa binaan sekitar perusahaan mereka. Salah satu program yang telah
dilaksanakan PT Pertamina yakni program bina desa mandiri yang salah satunya
berfokus pada program pemberdayaan ekonomi lokal.
Beberapa perusahaan besar yang bergerak di bidang pengelolaan sumber
daya alam telah mampu mengembangkan bentuk-bentuk kegiatan CSR-nya
dengan baik, namun beberapa perusahaan lainnya ada juga yang belum mampu
mengefektifkan pelaksanaan kegiatan CSR sehingga tercapai taraf keberhasilan.
Hal ini didorong oleh beberapa faktor, di antaranya adalah kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan tidak menerapkan konsep-konsep pengembangan
masyarakat misalnya tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tidak ada
pendampingan dan tidak dapat meningkatkan partisipasi masyarakat untuk ikut
menyukseskan program-program CSR tersebut. Faktor tersebut pada akhirnya
menyebabkan pelaksanaan kegiatan CSR tidak mampu berkembang secara efektif
untuk mencapai tujuannya, yakni memberdayakan masyarakat dan lingkungannya
agar kesejahteraan itu tercapai (Rahmawati 2010).
Menurut Mapisangka (2009), implementasi program CSR diarahkan pada
tercapainya peningkatan kesejahteraan hidup masyarakat di sekitar perusahaan.
Hal ini karena perusahaan dan masyarakat pada dasarnya merupakan kesatuan
elemen yang dapat menjaga keberlangsungan perusahaan itu sendiri. Lebih jauh
lagi dalam lingkungan bisnis perusahaan, masyarakat disekitar perusahaan pada
dasarnya merupakan pihak yang perlu mendapatkan apresiasi. Apresiasi ini dapat
diwujudkan dalam bentuk peningkatan kondisi sosial ekonomi mereka melalui
kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan oleh kegiatan CSR
perusahaan. Implementasi CSR merupakan perwujudan komitmen yang dibangun
oleh perusahaan yang bertujuan untuk memberikan kontribusi pada peningkatan
kualitas kehidupan masyarakat. Tanggung jawab sosial perusahaan tersebut dapat
dikatakan sebagai timbal balik perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan
sekitarnya karena perusahaan telah mengambil keuntungan atas masyarakat dan
lingkungan sekitarnya (Susiloadi 2008). Salah satu aturan dasar dari pemerintah
Indonesia yang membuat konsep CSR tersebut harus direalisasikan dan
diimplementasikan oleh setiap perusahaan di Indonesia karena diberlakukannya
Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas (UU-PT) yang salah satu pasal dalam
UU-PT 2007 tersebut, yakni dalam pasal 74 ayat 1, disebutkan bahwa setiap
perseroan yang menjalankan kegiatan usaha yang berkaitan dengan pengelolaan
sumber daya alam diwajibkan untuk melaksanakan kegiatan tanggung jawab
sosial dan lingkungan. Berdasarkan Undang-Undang tersebut, setiap perusahaan
kini wajib mengeluarkan dana perusahaannya untuk mengimplementasikan dan
membuat program CSR yang ditujukan bagi seluruh stakeholder terkait.
3
Bentuk tanggung jawab sosial perusahaan dapat dijelaskan melalui
berbagai bentuk aktivitas perusahaan seperti program pembangunan atau
pengembangan komunitas, pelayanan komunitas, dan pemberdayaan komunitas.
Beberapa perusahaan besar telah mampu mengembangkan bentuk-bentuk kegiatan
CSR-nya dengan baik melalui berbagai macam program. Seringkali program CSR
yang dilakukan hanya berlandaskan prinsip partisipasi seluruh stakeholder demi
tercapainya keberhasilan program. Padahal keberhasilan suatu program dapat
tercapai secara efektif bila dalam pelaksanaannya menerapkan beberapa prinsip
pengembangan masyarakat yang dapat dilihat dari sejauhmana program tersebut
telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan menggunakan kealihan dari luar
yang diperlukan (pendampingan). Tidak hanya itu program juga harus bersifat
partisipatif. Ketika suatu program CSR dapat dilaksanakan berdasarkan prinsipprinsip pengembangan masyarakat dan terjadi partisipasi aktif dalam
pelaksanaannya maka program tersebut diharapkan mencapai keberhasilan
sehingga memberikan manfaat bagi kehidupan masyarakat. Oleh karena itu,
penting untuk mengkaji hubungan tingkat penerapan prinsip pengembangan
masyarakat dengan keberhasilan program CSR PT Pertamina.
Rumusan Masalah
Corporate Social Responsibility (CSR) menjadi unsur penting bagi
perusahaan dalam menjamin keberlanjutan bisnisnya dan merupakan wujud
tanggungjawab sosial perusahaan terhadap sosial dan lingkungannya atas dampak
operasional yang telah dilakukan. Industri yang sangat menggantungkan kegiatan
operasionalnya kepada sumber daya alam ini telah memiliki kesadaran akan
dampak operasionalnya terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Hal tersebut
terbukti dengan kerja keras PT Pertamina dalam melaksanakan berbagai program
CSR dengan baik yang bertujuan untuk memberikan manfaat terhadap masyarakat
di berbagai desa binaannya khususnya di Desa Balongan dan Desa Majakerta. PT
Pertamina telah berupaya melaksanakan program CSR-nya berlandaskan prinsipprinsip pengembangan masyarakat. Namun belum diketahui sejauhmana tingkat
penerapan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat yang dilakukan PT
Pertamina pada program pemberdayaan ekonomi lokal. Oleh karena itu,
pertanyaan yang akan dikaji lebih lanjut adalah sejauhmana tingkat
penerapan prinsip pengembangan masyarakat dalam program
pemberdayaan ekonomi lokal.
Pelaksanaan program CSR PT Pertamina bekerjasama dengan P4W LPPM
IPB, fokus pada program pemberdayaan ekonomi lokal, dan berupaya
menerapkan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat. Hal tersebut tentunya
dilakukan demi tercapainya keberhasilan program. Program CSR pemberdayaan
ekonomi lokal telah memasuki tahun keempat, dan dalam pelaksanaannya
diharapkan memberikan pengaruh terhadap tingkat partisipasi peserta dalam
KUB, tingkat pendapatan peserta program dalam setahun dan tingkat keragaman
nafkah peserta program. Namun belum diketahui sejauhmana keberhasilan
program CSR dalam program pemberdayaan ekonomi lokal yang telah dicapai PT
Pertamina. Oleh karena itu, menjadi penting untuk dianalisis sejauhmana
keberhasilan program CSR PT Pertamina.
4
PT Pertamina berusaha menjaga keberlanjutan perusahaannya dengan jalan
melaksanakan tanggung jawabnya untuk memberikan manfaat kepada seluruh
stakeholder terkait. Hal tersebut khususnya ditujukan pada masyarakat desa
binaannya melalui berbagai program CSR misalnya program pelatihan dan
bantuan modal usaha untuk beternak, budidaya, pengolahan sumber daya alam,
dll. Khusunya di Desa Balongan dan Desa Majakerta, program yang dijalankan
yakni budidaya lele, perikanan tangkap dan peternakan. Program tersebut
dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat sehingga
dapat tercapai keberhasilan program CSR. Namun belum diketahui apakah ada
hubungan antara tingkat penerapan prinsip-prinsip pengembangan masyarakat
dengan keberhasilan program CSR. Oleh karena itu, sangat penting mengkaji
bagaimana hubungan tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat
dengan keberhasilan program CSR PT Pertamina.
Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian secara umum adalah untuk menganalisis “Hubungan
Tingkat Penerapan Prinsip Pengembangan Masyarakat dengan Keberhasilan
Program CSR PT Pertamina” dan secara khusus bertujuan untuk:
1. Menganalisis tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dalam
program pemberdayaan ekonomi lokal.
2. Menganalisis keberhasilan program CSR PT Pertamina, dilihat dari:
tingkat partisipasi peserta dalam KUB, tingkat pendapatan peserta program
dalam setahun dan tingkat keragaman nafkah peserta program.
3. Menganalisis hubungan tingkat penerapan prinsip pengembangan
masyarakat dengan keberhasilan program CSR PT Pertamina.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang
berminat maupun yang terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada :
1. Peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai CSR
dan mampu memaknai secara ilmiah fenomena yang terlihat. Sedangkan
untuk civitas akademika dapat memperoleh koleksi terbaru penelitian yang
akan memperkaya perkembangan pengetahuan mengenai CSR.
2. Kalangan non akademisi, seperti perusahaan bermanfaat menjadi bahan
pertimbangan dan data untuk mengevaluasi penerapan program CSR yang
telah dilaksanakan yang berbasiskan pengembangan masyarakat. Selain itu
perusahaan dapat memiliki data dan informasi terbaru yang dapat
digunakan untuk meningkatkan efektifitas.
3. Masyarakat, dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran mengenai
tingkat pendidikan masyarakat akibat dampak program CSR yang telah
dilaksanakan.
4. Pemerintah, diharapkan dapat menentukan arah kebijakan dan peraturan
mengenai CSR yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.
5
PENDEKATAN TEORITIS
Tinjauan Pustaka berisi berbagai konsep dan teori yakni definisi dan
tujuan CSR, isu dan implementasi CSR, prinsip-prinsip pengembangan
masyarakat, konsep partisipasi, konsep keberhasilan program yang terdiri atas
konsep pendapatan dan konsep keragaman nafkah. Selanjutnya pada bagian
kerangka pemikiran diuraikan mengenai alur logika pemikiran dan hubungan
antara konsep tingkat penerapan prinsip pengembangan masyarakat dengan
konsep keberhasilan program CSR PT Pertamina. Kemudian dipaparkan hipotesis
yang menghubungkan antara variabel tingkat penerapan prinsip pengembangan
masyarakat dengan tingkat partisipasi dalam KUB; dengan tingkat pendapatan
individu peserta program dalam setahun; dengan tingkat keragaman nafkah
peserta program. Pada bagian definisi operasional dijelaskan mengenai batasan
secara spesifik setiap variabel yang digunakan yakni tingkat penerapan prinsip
pengembangan masyarakat, tingkat partisipasi, tingkat pendapatan dan tingkat
keragaman nafkah peserta program.
Tinjauan Pustaka
Definisi dan Tujuan Corporate Social Responsibility (CSR)
Dalam lingkungan masyarakat, dunia usaha merupakan bagian dari
komunitas yang memiliki tanggung jawas sosial terhadap seluruh pihak
disekitarnya. The World Business Council for Sustainable Development
mendefinisikan CSR sebagai komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam
pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan,
keluarga karyawan, komunitas lokal, dan komunitas secara keseluruhan dalam
rangka meningkatkan kualitas kehidupan. Hal tersebut sejalan dengan pemikiran
Khusnul (2009) yang juga mendefenisikan CSR sebagai komitmen perusahaan
atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi
berkelanjutan dengan memperhatikan tanggungjawab sosial perusahaan dan
menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi,
sosial dan lingkungan.
CSR merupakan salah satu wujud partisipasi dunia usaha dalam
pembangunan berkelanjutan untuk mengembangkan program kepedulian
perusahaan kepada masyarakat sekitar melalui penciptaan dan pemeliharaan
keseimbangan pada tiga aspek yang sangat penting. Dengan perkataan lain,
Corporate Social Responsibility (CSR) bertujuan untuk mencapai keseimbangan
antara mencetak keuntungan yang harus seiring dan berjalan selaras dengan
fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup demi terwujudnya
pembangunan yang berkelanjutan (Ambadar 2008). Selanjutnya, menurut
Wibisono (2007), definisi CSR yakni sebagai tanggung jawab perusahaan kepada
pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan
memaksimalkan dampak positif yang mencakup aspek ekonomi, sosial dan
6
lingkungan dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Karena
itu CSR adalah nilai moral yang harus dijunjung tinggi dan dilaksanakan sesuai
dengan hati yang tulus oleh setiap perusahaan bagi peningkatan kesejahteraan
stakeholder perusahaan.
Secara umum, CSR dapat didefinisikan sebagai bentuk kegiatan yang
dilakukan oleh suatu perusahaan untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat disekitarnya melalui berbagai program pemberdayaan yang bertujuan
meningkatkan kemampuan manusia sebagai individu agar tercapai keseimbangan
antara keuntungan ekonomi, kesejahteraan masyarakat dan kelestarian
lingkungan hidup. Berbagai program CSR yang dilakukan khususnya pada
bidang sosial kemasyarakatan diharapkan dapat meningkatkan keberdayaan
masyarakat sehingga memberikan manfaat kepada seluruh pihak khususnya
masyarakat sendiri dalam meningkatkan taraf hidup mereka menjadi lebih
sejahtera.
Isu dan Implementasi Corporate Social Responsibility (CSR)
Setiap perusahaan tentunya menginginkan tercapainya kondisi
keberlangsungan bagi usaha yang dijalankan. Hal tersebut dapat dicapai dengan
menerapkan konsep Corporate Social Responsibility (CSR). Menurut Anatan
(2010), CSR menjadi isu penting dalam menjamin kelangsungan hidup dunia
usaha saat ini. Pada kenyataannya, kondisi yang terjadi di lapangan menunjukkan
bahwa peran dunia usaha selama ini hanya sebatas pemberian dukungan dana
secara sukarela (voluntary) dan kedermawanan (philanthropy) kepada masyarakat
sehingga kegiatan yang dilaksanakan kurang memberikan manfaat yang berarti.
Hal tersebut cenderung memunculkan rasa kekecewaan masyarakat dan
pemerintah akan rendahnya peran dunia usaha dalam kehidupan sosial. Tidak
hanya itu, terdapat kecenderungan bahwa pelaksanaan CSR hanya di mata
konsumen mereka untuk meningkatkan keuntungan secara ekonomi. Untuk
mengatasi masalah tersebut diperlukan dukungan pemerintah selaku pihak yang
bertanggung jawab untuk menjaga kelangsungan hidup masyarakat. Peran
pemerintah dalam hubungan dengan perusahaan diperlukan bukan sebagai pihak
pengatur atau pengendali tetapi lebih berperan sebagai mitra. Peran pemerintah
diperlukan bukan hanya untuk membuat kebijakan, melainkan juga memfasilitasi
dunia usaha dalam melaksanakan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat.
Semakin besarnya tekanan dari berbagai pihak agar perusahaan
melaksanakan CSR tidak hanya sebatas pemberian dukungan dana secara sukarela
(voluntary) dan kedermawanan (philanthropy) akhirnya mampu membuat dunia
usaha lebih bijak dalam melaksanakan CSR. Hal tersebut sejalan dengan
pemikiran Ambadar (2008) yang mengemukakan bahwa dalam perkembangan
CSR telah terjadi pergeseran paradigma pelaksanaan tanggung jawab sosial
perusahaan yang meliputi corporate charity, corporate philantrophy, dan
corporate citizenship. Dapat diartikan bahwa konsep tanggung jawab sosial
perusahaan mulai menuju pada implementasi yang sebenarnya melalui
pelaksanaan berbagai program yang berhubungan dengan peningkatan ekonomi,
pelestarian lingkungan serta pemberdayaan masyarakat.
7
Pengimplementasian berbagai program CSR tentunya dilatar belakangi
oleh banyak hal. Menurut Ambadar (2008), beberapa motivasi dan manfaat yang
diharapkan perusahaan dengan melakukan tanggung jawab sosial perusahaan
yakni perusahaan terhindar dari reputasi negatif perusak lingkungan yang hanya
mengejar keuntungan jangka pendek tanpa memperdulikan akibat dari perilaku
buruk perusahaan, kerangka kerja etis yang kokoh dapat membantu para manajer
dan karyawan menghadapi masalah, perusahaan mendapat rasa hormat dari
kelompok inti masyarakat yang membutuhkan keberadaan perusahaan khususnya
dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan, dan perilaku etis perusahaan aman dari
gangguan lingkungan sekitar sehingga dapat beroperasi secara lancar. Semua
motivasi tersebut tentunya bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan
perusahaan namun disisi lain juga memberikan manfaat yang nyata bagi
masyarakat.
Masyarakat merupakan pihak yang akan sangat berpengaruh terhadap
keberlangsungan suatu perusahaan. Secara umum dapat dikatakan bahwa ketika
perusahaan melaksanakan tanggung jawabnya tidak hanya dibidang ekonomi dan
lingkungan yakni khususnya di bidang pemberdayaan masyarakat maka hal
tersebut akan menjamin keberlangsungan perusahaan dalam menjalankan
usahanya. Keberlangsungan perusahaan dapat terjadi karena kebutuhan
masyarakat turut menjadi perhatian khusus oleh perusahaan yang diharapkan
dapat berujung pada kesejahteraan sehingga tidak menimbulkan aksi-aksi negatif
yang dapat merugikan perusahaan. Harapannya masyarakat dapat memberikan
respon positif serta mendukung keberlanjutan perusahaan karena kedua pihak
sama-sama mendapatkan manfaat dari keberadaan satu sama lain.
Hal ini sejalan dengan landasan teoritik dari Elkington (Anatan, 2010)
bahwa CSR merupakan wujud kepedulian perusahaan terhadap ekonomi, sosial,
dan lingkungan yang didasari tiga prinsip dasar yang meliputi profit, people dan
planet (3P). Profit, sebagai lembaga usaha dengan profit oriented, perusahaan
tetap harus berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi untuk menjamin
kelangsungan hidup perusahaan sehingga perusahaan dapat terus beroperasi dan
berkembang. People, untuk menjamin kelangsungan hidup dan meningkatkan
daya saing perusahaan, perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap
kesejahteraan karyawan dan manusia yang merupakan aset berharga dalam
organisasi maupun negara. Wujud program CSR yang berorientasi sosial atau
people adalah pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar perusahaan, pendirian
sarana pendidikan dan kesehatan, pemberian bantuan modal usaha mikro. Planet,
kepedulian terhadap lingkungan hidup dan keberlanjutan keragaman hayati bisa
dilakukan melalui pelaksanaan program penghijauan. Ketiga faktor ini saling
berkaitan erat satu sama lain dan bersifat dinamis tergantung kondisi dan tekanan
sosial, politik, ekonomi dan lingkungan, serta kemungkinan adanya konflik
kepentingan antar berbagai pihak yang dapat mempengaruhi program CSR.
Berdasarkan konsep Triple Bottom Line tersebut seharusnya konsep dan
implementasi CSR mencakup aspek ekonomi, lingkungan dan sosial dalam
peningkatan kualiatas hidup masyarakat melalui berbagai program pemberdayaan
yang berkesinambungan ke arah yang lebih baik. Menurut Soemanto seperti
dikutip Muryaningrum (2010), setiap perusahaan sudah selayaknya memahami
bahwa setiap perusahaan yang hadir di tengah komunitas tertentu, akan menjadi
bagian dari lingkungan sosial tertentu. Oleh karena itu perusahaan seharusnya
8
menyadari dan tidak hanya cukup mengetahui bahwa lingkungan sosial harus
dijaga, dengan cara mengusahakan kurangnya dampak atau imbas psikologis,
ekonomi, dan budaya terhadap orang disekelilingnya. Perhatian terhadap manusia
di sekeliling perusahaan harus semakin ditingkatkan jika perusahaan menyandang
nama sebagai industri dengan skala besar. Hal ini semata-mata demi
keberlangsungan perusahaan.
Dalam pelaksanaannya, menurut Nugraha et al. (2005), CSR mempunyai
lima pilar aktivitas yakni building human capital (secara internal perusahaan
dituntut menciptakan dan meningkatkan kapasitas sumber daya manusia yang
handal; secara eksternal perusahaan dituntut untuk melakukan pemberdayaan
masyarakat), strengthening economies (perusahaan dituntut untuk tidak kaya
sendiri, komunitas di lingkungannya miskin), assesing social cohesion
(perusahaan dituntut untuk menjaga keharmonisan dengan masyarakat sekitarnya
agar tidak menimbulkan konflik), encouraging good governance (dalam
menjalankan bisnisnya perusahaan harus menjalankan tata kelola bisnis dengan
baik), dan protecting the environment (perusahaan harus berusaha keras menjaga
kelestarian lingkungan). Lima pilar aktivitas CSR tersebut menunjukkan bahwa
tanggung jawab sosial perusahaan sangat besar kepada lingkungan sekitarnya.
Perusahaan diharuskan dapat melakukan aksi-aksi untuk memberdayakan
masyarakat disekitar perusahaan, sehingga terjadi proses empowerment. Proses
pemberdayaan dapat dilaksanakan melalui kegiatan-kegiatan pelatihan (capacity
building) sesuai dengan kebutuhan masyarakat sehingga sangat erat kaitannya
antara pelaksanaan program CSR oleh perusahaan-perusahaan dan seberapa besar
kontribusinya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
Pelaksanaan berbagai program CSR harus melalui tahapan dan sistematika
yang baik. Khususnya pada program pemberdayaan masyarakat, selain harus
direncanakan dengan sistematis dan baik, strategi yang dirumuskan harus dapat
tepat sasaran agar tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Menurut Khusnul
(2009), strategi yang dapat dilakukan dalam pengembangan program CSR demi
tercapainya kesejahteraan masyarakat yakni dengan meningkatkan kualitas
potensi sumber daya manusia agar mampu memanfaatkan potensi sumber daya
alam secara optimal, meningkatkan kualitas teknologi dan membantu permodalan
dalam rangka mengoptimalkan pemanfaatan potensi sumber daya alam secara
optimal dan meningkatkan pendapatan penduduk, melakukan penyuluhan dan
pembinaan dalam lingkungan penduduk mengenai permasalahan pertanian dan
peternakan dan permasalahan sosial kependuduk untuk menghadapi berbagai
bahaya yang mengancam, serta melakukan perbaikan-perbaikan terhadap
kelemahan internal seperti penggunaan teknologi dan modal yang rendah dalam
rangka meningkatkan resistensi (daya tahan/kekebalan) terhadap berbagai
ancaman yang selalu datang. Dapat diartikan bahwa strategi tersebut diupayakan
menyentuh hal-hal mendasar yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat.
Peningkatan kualitas potensi sumber daya manusia utamnya menjadi hal mendasar
dan penting yang harus dilakukan agar tercapai suatu keberdayaan yang berujung
pada peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat.
Beberapa contoh pelaksanaan program CSR buktinya berhasil dalam
memberdayakan dan menghilangkan ketergantungan masyarakat sehingga mereka
menjadi lebih mandiri. Salah satu contoh kisah sukses implementasi CSR adalah
program mitra produksi sampoerna (MPS) yang dilaksanakan oleh PT HM
9
Sampoerna . Program kemitraan ini dilakukan dengan perusahaan kecil dan
menengah, koperasi, dan pondok pesantren untuk menjadi mitra produksi
perusahaan sejak tahun 1994 dan telah melahirkan sebanyak 25 MPS. MPS
dirancang dengan pendekatan saling menguntungkan (win-win approach). Melalui
kegiatan kemitraan ini perusahaan memperoleh beberapa manfaat seperti: 1)
peningkatan kapasitas produksi secara signifikan tanpa investasi untuk perluasan
lahan dan pembangunan pabrik, 2) masalah tenaga kerja menjadi urusan mitra
produksi sampoerna, demikian halnya dengan masalah dana pensiun dan hak-hak
tenaga kerja lain, 3) biaya pengangkutan lebih murah dibandingkan jika
perusahaan harus mengangkut barang jadi ke sentra produksi, 4) dengan model
kerjasama kemitraan maka nama Djie Sam Soe dan HM Sampoerna akan
tersosialisasi dengan sendirinya di lingkungan kemitraan, 5) tenaga kerja di MPS
dapat menjadi panutan sehingga konsumen lain menikmati rokok-rokok produksi
PT HM Sampoerna. Manfaat utama yang dirasakan komunitas adalah penyerapan
tenaga kerja, transfer teknologi, dan menghidupkan ekonomi pedesaan.
1
Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat
Pelaksanaan program CSR yang dilakukan setiap perusahaan memiliki
tujuan dan fokus yang berbeda-beda. Secara umum semua pihak khususnya
perusahaan mengharapkan tercapainya keberhasilan dari pelaksanaan program
CSR. Dalam konsep pengembangan masyarakat, keberhasilan suatu program CSR
dapat dinilai dari sejauh mana program tersebut dilaksanakan berdasarkan prinsipprinsip pengembangan masyarakat. Ife (1995) menjelaskan bahwa terdapat dua
puluh dua prinsip pengembangan masyarakat yakni merupakan pembangunan
secara terpadu, mengembangkan proses untuk melawan ketimpangan struktural,
memahami dan berkomitmen terhadap hak-hak asasi manusia, berkelanjutan,
memiliki tujuan dan strategi pemberdayaan, menghubungkan antara persoalan
individu dengan struktural, mengembangkan kepemilikan masyarakat,
mengembangkan keswadayaan masyarakat, independensi dari negara, memiliki
tujuan jangka menengah dan visi ideal, berdasarkan inisiatif dan potensi
pengembangan yang tumbuh dari masyarakat sendiri, berdasarkan pada langkahlangkah pengembangan, adanya pendampingan, memperkuat kesatuan
masyarakat, menggunakan pendekatan proses dan hasil, proses yang selaras
dengan tujuan, anti kekerasan, bersifat inklusif, berdasarkan konsesus,
mengembangkan kerjasama, partisipatif, sesuai kebutuhan bersama. Dari
keseluruhan prinsip tersebut, terdapat tiga indikator penting yang harus diterapkan
bila diharapkan tercapainya keberhasilan suatu program yaitu kesesuaian dengan
kebutuhan masyarakat, pendampingan, dan partisipasi. Kesesuaian dengan
kebutuhan masyarakat maksudnya adalah program pengembangan masyarakat
harus mengembangkan proses dan struktur masyarakat yang mampu
menyelenggarakan kebutuhan anggota masyarakatnya dengan memperhatikan
perspektif ekologi dan keadilan sosial berdasar kesepakatan. Indikator
1
Anatan, Lia. 2010. Corporate Social Responsibility (CSR) : Tinjauan Teoritis dan Praktis di
Indonesia. Jurnal Manajemen. [Internet]. [diacu 2013 November 11]. 13(2). Tersedia dari
http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnal_manajemen/article/view/220/pdf
10
pendampingan berkaitan dengan orang luar dalam pengembangan masyarakat
yang mau bekerja dengan menghargai keunikan masyarakat yang ada,
memfasilitasi, mendorong terjadinya komunikasi yang lebih setara dan proses
saling belajar, serta tidak mendorong pilihan pemecahan masalah dari luar
melainkan dari masyarakat sendiri.
Konsep Partisipasi
Tingkat keberhasilan sebuah program akan sangat dipengaruhi dari sejauh
mana partisipasi suluruh pihak dalam keseluruhan pelaksanaan program dari awal
hingga akhir. Nasdian (2014) mendefinisikan partisipasi sebagai proses aktif,
inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir
mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan
mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Menurut
Cohen dan Uphoff seperti dikutip Nasdian (2014), partisipasi dibagi kedalam
beberapa tahapan, yaitu (1) tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan
dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan
keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu
program. Proses pengambilan keputusan bermaksud untuk melihat sejauh mana
kesadaran masyarakat dalam memberikan penilaian dan menentukan pemilihan
sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri. (2) Tahap pelaksanaan yang merupakan
tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah
pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga,
yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi,
dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. (3) Tahap evaluasi, dianggap
penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang
dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.
Evaluasi juga dapat menilai sejauhmana keberhasilan dan keefektifan program
yang mereka lakukan, sehingga mereka dapat menentukan secara mandiri dan
sadar apakah mereka harus melanjutkan atau meninggalkan kegiatan tersebut. (4)
Tahap menikmati hasil, masyarakat sudah mampu merasakan keberhasilan dari
program yang telah mereka lakukan.
Arnstein (1969) menggambarkan delapan tingkatan yang setiap
tingkatannya menggambarkan peningkatan pengaruh masyarakat dalam
menentukan produk akhir pembangunan, yaitu dari tingkat terendah hingga
tertinggi adalah manipulation (manipulasi), therapy (terapi), information
(informasi), consultation (konsultasi), placation (penentraman), partnership
(kemitraan), delegated power (pelimpahan kekuasaan) dan citizen kontrol (kontrol
masyarakat).
11
Tabel 1 Tingkat Partisipasi Masyarakat menurut Tangga Partisipasi Arnstein
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Tingkat Partisipasi
Manipulasi
(Manipulation)
Terapi (Therapy)
Tingkatan Pembagian
Kekuasaan
Hakekat Kesertaan
Permainan oleh
pemerintah
Sekedar agar
masyarakat tidak
marah/sosialisasi
Pemberitahuan
Sekedar pemberitahuan
(Informing)
searah/sosialisasi
Konsultasi
Masyarakat didengar,
(Consultation)
tapi tidak selalu dipakai
sarannya
Penentraman
Saran Masyarakat
(Placation)
diterima tapi tidak
selalu dilaksanakan
Kemitraan
Timbal balik
(Partnership)
dinegosiasikan
Pendelegasian
Masyarakat diberi
Kekuasaan (Delegated kekuasaan (sebagian
Power)
atau seluruh program)
Kontrol Masyarakat
Sepenuhnya dikuasai
(Citizen Control)
oleh masyarakat
Tidak ada partisipasi
Tokenism/sekedar
justifikasi agar
mengiyakan
Tingkat kekuasaan ada
di masyarakat
Sumber : Arnstein (1969)
Menurut Arnstein seperti dikutip Anggraeni (2013), berdasarkan
kedelapan tingkat tersebut dikelompokkan lagi menjadi tiga tingkat berdasarkan
pembagian kekuasaan, yaitu: (1) non-partispasi, (2) tokenisme, dan (3) kekuatan
warga negara (citizen power). Tangga pertama (manipulation) dan kedua
(therapy) termasuk dalam tingkatan non-partisipasi atau tidak ada partisipasi.
Tangga ketiga (informing), keempat (concultation), dan kelima (placation)
termasuk ke dalam tingkat tokenisme atau sekedar justifikasi agar masyarakat
mengiyakan. Selanjutnya pada tangga keenam (partnership), ketujuh (delegated
power), kedelapan (citizen control) termasuk ke dalam tingkat citizen power
dimana masyarakat telah memiliki kekuasaan. Partisipasi mendukung masyarakat
untuk mulai “sadar” akan situasi dan masalah yang dihadapinya serta berupaya
mencari jalan keluar yang dapat dipakai untuk mengatasi masalah mereka
(memiliki kesadaran kritis) dan partisipasi juga membantu masyarakat miskin
untuk melihat realitas sosial ekonomi yang mengelilingi mereka.
Konsep Keberhasilan Program
Bentuk keberhasilan suatu perusahaan dalam mengimplementasikan
program CSR adalah tidak hanya diterimanya perusahaan yang bersangkutan di
dalam masyarakat akan tetapi perusahaan tersebut harus dapat berpartisipasi dan
berfungsi penuh terhadap kehidupan masyarakat sebagai suatu kesatuan sosial,
12
ekonomi, politik dan teknologi. Menurut Setiawan seperti dikutip Anggraeni
(2013), indikator yang dipergunakan untuk mengukur keberhasilan implementasi
konsep Corporate Social Responsibility (CSR) adalah partisipasi dari seluruh
komunitas yang ada dan keberlanjutan pola kehidupan masyarakat yang
bersangkutan yang erat kaitannya dengan tingkat pendapatan serta keragaman
nafkah mereka.
Tingkat Pendapatan
Keberhasilan program dapat dilihat dari tingkat pendapatan masyarakat.
Menurut Mubyarto (2000), pendapatan merupakan penerimaan yang dikurangi
dengan biaya-biaya yang dikeluarkan. Pendapatan seseorang pada dasarnya
tergantung dari pekerjaan di bidang jasa atau produksi serta waktu jam kerja yang
dicurahkan, tingkat pendapatan per-jam yang diterima serta jenis pekerjaan yang
dilakukan. Tingkat pendapatan per-jam yang diterima dipengaruhi oleh
pendidikan, keterampilan dan sumber-sumber non tenaga kerja yang dikuasai
seperti tanah, modal dan teknologi. Rosika (2011) kembali mengutip penjelasan
mengenai pendapatan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), yakni perhitungan
pendapatan dapat dilakukan dengan menggunakan pengeluaran/konsumsi
masyarakat. Hal ini didasari oleh paradigma bahwa bila pendapatan mengalami
kenaikan maka akan diikuti oleh berbagai kebutuhan yang semakin banyak
sehingga menuntut pengeluaran yang tinggi pula. Pada umumnya semakin tinggi
pengeluaran maka persentase pengeluaran makanan cenderung semakin kecil atau
dengan kata lain meningkatnya pendapatan masyarakat akan menggeser pola
konsumsi masyarakat dari lebih banyak mengkonsumsi makanan menjadi lebih
banyak mengkonsumsi bukan makanan. Dari kondisi ini dapat juga dilihat bahwa
apabila persentase pengeluaran masyarakat untuk makanan telah menurun dari
tahun-tahun sebelumnya hal ini dapat menunjukkan bahwa kesejahteraan
masyarakat telah mengalami peningkatan.
Konsep Keragaman Nafkah
Selain tingkat pendapatan, keberhasilan program juga dapat dilihat dari
keragaman atau strategi nafkah masyarakat dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dharmawan (2007) mengemukakan bahwa dalam sosiologi nafkah, pengertian
strategi nafkah lebih mengarah pada pengertian livelihood strategy (strategi
penghidupan) daripada means of living strategy (strategi bertahan hidup). Strategi
nafkah adalah taktik dan aksi yang dibangun oleh individu ataupun kelompok
dalam rangka mempertahankan kehidupan mereka dengan tetap memperhatikan
eksistensi infrastruktur sosial, struktur sosial dan sistem nilai budaya yang
berlaku. Selanjutnya, menurut Ellis seperti dikutip Fridayanti (2013), strategi
nafkah ialah penghidupan yang terdiri dari aset (alam, fisik, manusia, modal
keuangan, dan modal sosial), kegiatan, dan akses (yang dimediasi oleh
kelembagaan dan hubungan sosial) yang bersama-sama menentukan kehidupan
individu atau rumahtangga. Lebih rinci dijelaskan bahwa terdapat tiga klasifikasi
sumber nafkah (income source) yaitu:
13
a. Sektor farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan yang berasal dari
tanah pertanian milik sendiri, baik yang diusahakan oleh pemilik tanah maupun
diakses melalui sewa menyewa atau bagi hasil. Strategi on farm merujuk pada
nafkah yang berasal dari pertanian dalam arti luas.
b. Sektor off-farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan di luar pertanian,
yang dapat berarti penghasilan yang diperoleh berasal dari upah tenaga kerja,
sistem bagi hasil, kontrak upah tenaga kerja non upah, dan lain-lain, namun
masih dalam lingkup sektor pertanian.
c. Sektor non-farm income: sektor ini mengacu pada pendapatan yang bukan
berasal dari pertanian, seperti pendapatan atau gaji pensiun, pendapatan dari
usaha pribadi, dan sebagainya.
Merujuk pada Scoones seperti dikutip Turasih (2011), terdapat tiga
klasifikasi strategi nafkah (livelihood strateg