Respon pertumbuhan dan produktivitas selada merah (lactuca sativa var. Crispa) terhadap volume irigasi dan dosis pupuk dengan metode hidroponik media pasir

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS SELADA
MERAH (Lactuca sativa var. Crispa) TERHADAP VOLUME
IRIGASI DAN DOSIS PUPUK DENGAN METODE
HIDROPONIK MEDIA PASIR

BUDI FIRMAN HARYONO

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Respon Pertumbuhan
dan Produktivitas Selada Merah (Lactuca Sativa Var. Crispa) Terhadap Volume
Irigasi dan Dosis Pupuk dengan Metode Hidroponik Media Pasir adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari

penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Budi Firman Haryono
NIM A24100004

ABSTRAK
BUDI FIRMAN HARYONO. Respon Pertumbuhan dan Produktivitas Selada Merah
(Lactuca Sativa Var. Crispa) Terhadap Volume Irigasi dan Dosis Pupuk dengan Metode
Hidroponik Media Pasir. Dibimbing oleh EKO SULISTYONO.
Penelitian ini dilakukan untuk mempelajari adanya pengaruh volume irigasi dan
frekuensi pemupukan terhadap pertumbuhan produksi selada merah (Lactuca Sativa Var.
Crispa), dengan media hidroponik pasir. Percobaan menggunakan rancangan kelompok
lengkap teracak (RKLT) terdiri dari dua faktor tiga ulangan. Faktor pertama adalah
volume irigasi terdiri atas 4 taraf yaitu, I1(1xEo), I2(2xEo), I3(3xEo), I4(4xEo). Faktor
kedua adalah frekuensi pemupukan yang terdiri atas 4 taraf yaitu, F1: 4 hari sekali, F2: 6
hari sekali, F3: 8 hari sekali, F4:12 hari sekali, dengan konsentrasi yang sama disetiap
perlakuannya yaitu 1.5 g/l. Volume irigasi 4Eo memberikan pengaruh yang sangat nyata

pada tinggi tanaman dan jumlah daun berumur 2, 3, dan 4 MST (Minggu Setelah Tanam),
bobot total basah, bobot tajuk atau bobot pasar tanaman, bobot kering total tanaman, ratarata panjang dan lebar daun tanaman saat panen. Frekuensi pemupukan 4 hari sekali
memberikan pengaruh yang sangat nyata pada tinggi tanaman dan jumlah daun berumur
2, 3, dan 4 MST, bobot total basah, bobot tajuk atau bobot pasar tanaman, bobot kering
total tanaman, rata-rata panjang dan lebar daun tanaman saat panen. Pengaruh interaksi
antara frekuensi pemupukan dengan volume irigasi yang dihasilkan pada tanaman selada
merah berbeda nyata terhadap jumlah daun pada 2, 3, dan 4 MST, bobot total basah
tanaman, bobot tajuk atau bobot pasar tanaman, serta bobot kering total tanaman dengan
nilai tertinggi pada perlakuan frekuensi pemupukan 4 hari sekali dan volume irigasi 4Eo.
Kata kunci: hidroponik, hidroponik pasir, irigasi, selada merah, pemupukan

ABSTRACT
BUDI FIRMAN HARYONO. Response Of Growth and Productivity on Red Lettuce
(Lactuca sativa Var. Crispa) to Irrigation Volume and Fertilizer Frequency with
Sandphonics. Supervised by EKO SULISTYONO.
This research was conducted to study about effect of irrigation volume and
fertilization frequency on Red Lettuce (Lactuca Sativa Var. Crispa) growth and
production with sandphonics. The research was arranged in randomized completely
block design, consisting of two factors with three replications. The first factor was
irrigation volume consisted on four levels: I1(1xEo), I2(2xEo), I3(3xEo), I4(4xEo). The

second factor was fertilization frequency consisted of four levels: F1: every 4 day, F2:
every 6 day, F3: every 8 day, F4: every 12 day, with the same concentrate in every
treatment is 1.5 g/l. The volume of irrigation 4Eo provide a significant influence on
height of plant and amount of leaves was 2, 3, and 4 WAP (Weeks After Planting), wet
weight, the weight of the plant canopy or marketable weight, total dry weight, average
length and width of leaves at harvest. The frequency of fertilization 4 days gave a
significant influence on height of plant and amount of leaves was 2, 3, and 4 WAP, total
weight, the weight of the plant canopy or marketable weight, total dry weight, average
length and width of leaves at harvest. Effect of the interaction between the frequency of
fertilization with irrigation volume generated on the red lettuce plants was significantly
different to the amount of leaves at 2, 3, and 4 WAP, the total wet weight of the plant, the
weight of the plant canopy or market weight, and total plant dry weight with the highest
value at the treatment of the frequency of fertilization every 4 days and the volume of
irrigation 4Eo.
Keywords: fertilization, hydroponic, irrigation, red lettuce, sandphonic

RESPON PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS SELADA
MERAH (Lactuca sativa var. Crispa) TERHADAP VOLUME
IRIGASI DAN DOSIS PUPUK DENGAN METODE
HIDROPONIK MEDIA PASIR


BUDI FIRMAN HARYONO

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Respon Pertumbuhan dan Produktivitas Selada Merah (Lactuca
sativa var. Crispa) terhadap Volume Irigasi dan Dosis Pupuk
dengan Metode Hidroponik Media Pasir
Nama
: Budi Firman Haryono

NIM
: A24100004

Disetujui oleh

Dr Ir Eko Sulistyono, MSi
Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Agus Purwito MSc.Agr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2014 ini adalah
Respon Pertumbuhan dan Produktivitas Selada Merah (Lactuca sativa var.

Crispa) terhadap Volume Irigasi dan Dosis Pupuk dengan Metode Hidroponik
Media Pasir.
Terima kasih penulis ucapkan kepada:
1. Ayah, Ibu, dan Adik yang telah memberikan dukungan, doa dan kasih
sayangnya yang tak terhingga.
2. Bapak Dr Ir Eko Sulistyono, MSi selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan pengarahan, perhatian, dan saran selama ini.
3. (Alm) Bapak Ir Is Hidayat Utomo, MS selaku dosen pembimbing
akademik.
4. Dosen penguji Bapak Dr Ir Winarso D. Widodo, MS dan Bapak Candra
Budiman, SP MSi
5. Seluruh staf University Farm dan Kebun Percobaan Cikabayan Kampus
IPB Dramaga Bogor khususnya Bapak Mamat dan Bapak Milin, yang
telah membantu selama penelitian berlangsung.
6. Teman-teman AGH Edelweiss 47 khususnya Danu Kuansa, Adi Sukmo,
M.Taufiq Abdullah, Mita Dianasari, Nazi, Gerland, Nicky Lintang, Indah
Silvariani, Rissa Rahmaniah, Indah Ratna Virisya, Elfan Adhiatman, dan
lain-lain
7. Rekan-rekan seperjuangan saya, panitia pelaksana festival bunga dan
buah nusantara 2014

8. Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura, Bapak Agus Purwito
9. Bapak dan Ibu Himpunan Alumni Agronomi IPB khususnya Bapak
Sambas Waemata, Bapak Dadang Munir, Bapak Jumadi Witopawiro, dan
Bapak Wahyudi.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014
Budi Firman Haryono

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

vi
vi
vi

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Tujuan
Hipotesis

1
1
2
2

TINJAUAN PUSTAKA
Selada Merah
Sistem Hidroponik Media Pasir
Volume Irigasi dan Pemupukan

3
3
3
5

METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat

Bahan Penelitian
Peralatan Penelitian
Metode Pelaksanaan
Pelaksanaan

5
5
5
6
6
7

HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Kondisi Umum
8
Pengaruh Frekuensi Pemupukan dan Volume Irigasi terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Selada Merah
8
Pengaruh Frekuensi Pemupukan terhadap Pertumbuhan dan Produksi

Selada Merah
12
Pengaruh Voluime Irigasi terhadap Pertumbuhan dan Produksi
Selada Merah
14
SIMPULAN DAN SARAN
SIMPULAN
SARAN

16
16
16

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

17
19
24


DAFTAR TABEL
1 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh interaksi frekuensi pemupukan
dan volume irigasi pada tanaman selada merah
2 Hasil analisis statistik untuk interaksi antara volume irigasi dan
frekuensi irigasi pada tanaman selada merah dengan parameter
Jumlah daun pada 4 MST
3 Hasil analisis statistik untuk interaksi antara volume irigasi dan
frekuensi irigasi pada tanaman selada merah dengan parameter bobot
total basah tanaman
4 Hasil analisis statistik untuk interaksi antara volume irigasi dan
frekuensi irigasi pada tanaman selada merah dengan parameter bobot
pasar atau bobot tajuk tanaman
5 Hasil analisis statistik untuk interaksi antara volume irigasi dan
frekuensi irigasi pada tanaman selada merah dengan parameter bobot
kering total tanaman
6 Pengaruh frekuensi pemupukan terhadap tinggi tanaman (cm)
7 Pengaruh frekuensi pemupukan terhadap jumlah daun (unit)
8 Pengaruh frekuensi pemupukan terhadap panjang dan lebar daun saat
pasca panen, bobot total tanaman, bobot pasar, bobot akar, dan bobot
kering total tanaman
9 Pengaruh volume irigasi terhadap tinggi tanaman (cm)
10 Pengaruh volume irigasi terhadap jumlah daun (unit)
11 Pengaruh volume irigasi terhadap panjang dan lebar daun saat pasca
panen, bobot total tanaman, bobot pasar, bobot akar, dan bobot kering
total tanaman

9

9

10

11

12
12
13

13
15
15

15

DAFTAR GAMBAR
1 Bentuk visual tanaman dengan frekuensi pemupukan berbeda .................. 14
2 Bentuk visual tanaman dengan volume irigasi yang berbeda
15

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Tata letak satuan percobaan
Tabel Volume Irigasi yang Diberikan Pada Setiap Perlakuan
Data pengamatan evaporasi panci selama penelitian
Ilustrasi pot tempat media tanam dan evaporasi panci
Komposisi Hara dan Ikutan dalam Pupuk Hidroponik 32-10-10

19
20
21
22
23

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Zat gizi yang lengkap dalam menu makanan yang sehat dan seimbang
memenuhi syarat empat sehat dan lima sempurna. Dalam susunan menu tersebut
sayuran merupakan salah satu komponen yang tidak dapat ditinggalkan. Itulah
sebabnya manusia berusaha menanam berbagai jenis sayuran untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Keadaaan alam Indonesia memungkinkan dilakukannya
kegiatan budidaya berbagai jenis sayuran. Ditinjau dari aspek agroklimatologis,
Indonesia sangat potensial untuk pembudidayaan sayur-sayuran. Selain itu, aspek
teknis, ekonomis dan sosial juga sangat mendukung pengusaha sayuran di
Indonesia (Haryanto 2007).
Diantara bermacam-macam jenis sayuran yang dapat dibudidayakan
tersebut, selada merah merupakan jenis sayuran yang memiliki nilai komersial dan
prospek yang cukup baik. Jumlah penduduk Indonesia yang semakin bertambah,
serta meningkatnya kesadaran akan kebutuhan gizi menyebabkan bertambahnya
permintaan akan sayuran, termasuk selada merah. Direktorat Jenderal Hortikultura
Departemen Pertanian (2013) menyatakan bahwa konsumsi perkapita produk
sayuran di Indonesia mengalami peningkatan menjadi 39.39 kg/tahun pada tahun
2007. Meskipun demikian, tingkat konsumsi perkapita produk sayuran
dimasyarakat Indonesia masih belum sesuai dengan anjuran Food and Agriculture
Organization (FAO). Kebutuhan konsumsi sayuran yang dianjurkan yaitu 75 kg
per kapita per tahun (Food and Agriculture Organization, 2009). Jadi untuk
memenuhi konsumsi sayuran masyarakat tersebut akan dibutuhkan juga upaya
untuk meningkatkan produksi sayuran secara efisien, efektif, dan
berkesinambungan agar dapat memenuhi kebutuhan sayuran yang belum
tercukupi.
Data Direktorat Jenderal Hortikultura (2012) juga menunjukkan bahwa nilai
ekspor selada sebanyak US$ 963 322 dan nilai impornya adalah US$ 207 311. Hal
ini menunjukkan bahwa masih dibutuhkannya produksi selada di dalam negeri
khususnya produk difrensiasinya yakni selada merah yang memiliki kandungan
gizi yang tinggi. Akan tetapi, saat ini semakin berkurangnya lahan pertanian
khususnya lahan kelas utama (S1) dan rendahnya kualitas selada merah yang
dihasilkan oleh para petani merupakan contoh masalah yang dihadapi dalam
kegiatan budidaya sayuran selada merah pada khususnya. Pengalihan lahan
pertanian ke lahan non pertanian seperti pemukiman dan industri menyebabkan
berkurangnya ketersediaan lahan untuk para petani.
Hidroponik dapat menjadi suatu solusi untuk memecahkan masalah
pertanian tersebut. Hidroponik berasal dari kata Hydro (air) dan Ponics
(pengerjaaan), sehingga hidroponik bisa diartikan bercocok tanam dengan media
tanam air (Lingga 2007). Pada awalnya orang mulai menggunakan air sebagai
media tanam mencontoh tanaman air seperti kangkung, sehingga kita mengenal
tanaman hias yang ditanam dalam vas bunga atau botol berisi air. Pada
perkembangan selanjutnya orang mulai mencoba media tanam yang lain,
kemudian membandingkan keuntungan dan kerugiannya, sehingga selain media
tanam air (kultur air) dipakai juga media pasir (kultur pasir) dan bahan porus

2
(kultur agregat) seperti kerikil, pecahan genteng, pecahan batu bata, serbuk kayu,
arang sekam dan lain-lain.
Hidroponik dengan media pasir tergolong murah dan efisien. Metode ini
terbukti sukses untuk penanaman tanaman berumur pendek seperti tomat, bayam
merah, selada merah, cabai, dan lain-lain. Pada prinsipnya, metode ini tidak jauh
berbeda dengan metode hidroponik lainnya (Lingga 2007). Hanya saja, pada
hidroponik media pasir, penyiraman harus sering dilakukan karena adanya
penguapan. Ukuran banyaknya penyiraman masih tergantung pada kondisi
tanaman. Komoditas yang sering dibudidayakan dengan teknik hidroponik pasir
adalah komoditas hortikultura. Komoditas hortikultura memiliki keunggulan
seperti umur panen yang cepat dan bentuk atau ukurannya yang relatif kecil
sehingga mudah dibudidayakan secara hidroponik. Alasan inilah mengapa
hidroponik dapat menjadi salah satu teknik budidaya yang cocok dan
menguntungkan untuk tanaman selada (Lingga 2007).
Air adalah unsur yang tidak dapat dihilangkan untuk keberlangsungan
makhluk hidup termasuk tanaman. Tanaman yang ditanam pada kadar air
mendekati kapasitas lapang akan mampu tumbuh dengan cepat bila unsur hara dan
faktor lingkungan lainnya berada dalam keadaan optimum (Zulkarnain 2010).
Penggunaan air juga harus dilakukan seefisien mungkin karena semakin
berkurangnya sumber air bersih. Penghematan air pada teknik hidroponik berarti
juga penghematan penggunaan pupuk, sehingga biaya produksi dapat dikurangi.

Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mempelajari perlakuan pupuk
dan volume irigasi yang optimal, sehingga dapat menghasilkan pertumbuhan dan
produktivitas yang optimum serta mempunyai daya produksi yang maksimal pada
selada merah secara hidroponik media pasir.

Hipotesis

Hipotesis penelitian ini adalah:
1. Volume irigasi berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi
selada merah
2. Dosis pupuk berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi
selada merah
3. Interaksi volume irigasi dan dosis pemupukan berpengaruh nyata terhadap
pertumbuhan dan produksi
4. Diperoleh kombinasi antara volume irigasi dan dosis puuk yang
memberikan hasil lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang lain

3

TINJAUAN PUSTAKA
Selada Merah

Selada merah (Lactuca sativa var. Crispa) merupakan jenis sayuran yang
berasal dari famili asteraceae yang dipercaya berasal dari Timur Tengah dan
dikenal sebagai tanaman sayuran jauh sebelum masehi. Selada yang umum
dibudidayakan saat ini dapat dikelompokkan menjadi empat tipe, yaitu selada
krop, selada rapuh, selada batang dan selada daun. (Haryanto 2007) Selada daun
sendiri memiliki nama internasional yakni leaf lettuce atau cut lettuce. Selada
jenis ini helaian daunnya lepas dan tepiannya berombak atau bergerigi serta
berwarna hijau atau merah. Selain dikonsumsi langsung, selada merah maupun
hijau dapat digunakan sebagai hiasan untuk aneka masakan. Adapun klasifikasi
tanaman selada sebagai berikut:
Divisi
Subdivisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Spesies

:
:
:
:
:
:
:

Spermatophyta
Angiospermae
Dycotyledonae
Asterales
Asteraceae
Lactuca
Lactuca sativa (Haryanto 2007)

Benih selada merah akan berkecambah dalam kurun waktu empat hari.
Tanaman selada tumbuh dengan baik pada suhu harian 15-20 0C dan suhu malam
10 0C. Budidaya selada di daerah tropis tumbuh dengan baik di dataran tinggi
maupun rendah. Pada budidaya selada konvensional, tanah yang cocok untuk
pertumbuhan selada yaitu jenis tanah dengan struktur yang bagus dan kesuburan
tinggi dan kurang bagus pada tanah alkali berpasir-lempung. Budidaya selada
secara hidroponik di dalam green house termasuk mudah dikerjakan. Hal penting
yang harus diperhatikan yaitu suhu di dalam rumah kaca. Tanaman selada ini
tidak toleran tanah masam (pH < 6). Kebutuhan hara tanaman selada yaitu N 100
kg/ha, P2O5 100 kg/ha, K2O 80 kg/ha, dan pupuk organik 30 ton/ha. Produktivitas
selada jenis leaf sebesar 3-8 ton/ha (Siemonsma dan Piluek 1994).

Sistem Hidroponik Media Pasir

Istilah hidroponik digunakan untuk menjelaskan tentang cara bercocok
tanam tanpa menggunakan tanah sebagai media tanamnya. Hidroponik juga
termasuk bercocok tanam di dalam pot atau wadah lainnya yang menggunakan air
atau bahan porous lainnya, seperti pecahan genting, pasir, dan gabus putih.
Teknologi hidroponik ini masih termasuk baru, diperkirakan mulai dikenal di

4
Indonesia pada akhir tahun 1980-an. Di Negara-negara subtropik teknologi
hidroponik sudah dikenal dan diterapkan cukup lama sehingga sudah sampai pada
tahap yang sangat maju terutama dalam penciptaan lingkungan tumbuh yang
optimal bagi pertumbuhan tanaman (Lingga 2007).
Prinsip dasar hidroponik dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu
hidroponik substrat dan Nutrient Film Technique. Sejak dipopulerkan empat puluh
tahun yang lalu, hidroponik mengalami banyak perubahan. Media tanam yang
digunakan banyak yang sengaja dibuat khusus dan begitu juga dengan wadahnya.
Untuk melengkapi kebutuhan sinar, tingkat kelembaban, serta kontrol
pertumbuhan, tanaman hidroponik diletakkan dalam greenhouse. Di dalam
greenhouse kelembaban dan sinar matahari bisa diatur sehingga tidak
menimbulkan persoalan bagi peminat hidroponik (Lingga 2007).
Pada hidroponik substrat tidak membutuhkan air sebagai media, tetapi
menggunakan media padat (bukan tanah) yang dapat mendukung akar tanaman
seperti halnya fungsi tanah. Media yang dapat digunakan dalam hidroponik
substrat ini antaranya pasir, serbuk gergaji, dan lain-lain. Media tersebut dapat
menyerap nutrisi, air, oksigen serta mendukung akar tanaman sehingga dapat
berfungsi seperti tanah. Kemampuan mengikat kelembaban suatu media
tergantung dari ukuran partikel, bentuk, dan porositasnya. Semakin kecil ukuran
partikel, semakin besar luas permukaan jumlah pori, maka semakin besar pula
kemampuan menahan air. Bentuk partikel media yang tidak beraturan lebih
banyak menyerap air dibanding yang berbentuk bulat rata. Media yang berpori
juga memiliki kemampuan lebih besar menahan air (Van Patten 2004).
Hidroponik dengan media pasir tergolong murah dan efisien. Metode ini
terbukti sukses untuk penanaman tanaman berumur pendek seperti tomat, bayam
merah, selada merah, cabai, dan lain-lain. Pada prinsipnya, metode ini tidak jauh
berbeda dengan metode hidroponik lainnya (Lingga 2007). Media hidroponik
banyak sekali. Batu apung, koral, kerikil, perlit, pasir, batu bata, dan lain
sebagainya. Untuk menanam selada sebaiknya menggunakan media pasir
alasannya adalah pasir cocok untuk pertumbuhan akar dan batang selada serta
murah dan mudah didapatkan (Haryanto 2007). Media untuk persemaian dan
media penanaman berbeda. Untuk persemaian dibutuhkan pasir yang lebih halus
sehingga memudahkna pertumbuhan akar bibit. Pasir yang lebih kasar digunakan
untuk media penanaman. Di bagian dasar bak sebaiknya digunakan kerikil dan
bagian atasnya pasir (Haryanto 2007).
Media untuk penanaman dapat menggunakan pasir kasar. Untuk
memisahkan pasir yang lebih halus dan pasir kasar menggunakan saringan pasir.
Proses pembersihan dan sterilisasi pasir sebagai media tanam penting dilakukan
agar tidak tercampur dengan kontaminan. Selain itu, pada hidroponik media pasir,
penyiraman harus sering dilakukan karena adanya penguapan. Ukuran banyaknya
penyiraman masih tergantung pada kondisi tanaman. Komoditas yang sering
dibudidayakan dengan teknik hidroponik pasir adalah komoditas hortikultura.
Komoditas hortikultura memiliki keunggulan seperti umur panen yang cepat dan
bentuk atau ukurannya yang relatif kecil sehingga mudah dibudidayakan secara
hidroponik. Alasan inilah mengapa hidroponik dapat menjadi salah satu teknik
budidaya yang cocok dan menguntungkan untuk tanaman selada (Haryanto 2007).

5
Volume Irigasi dan Pemupukan

Perbedaan paling menonjol antara hidroponik dan budidaya konvensional
adalah penyediaan nutrisi tanaman dan metode irigasi yang digunakan. Pada
budidaya konvensional, ketersediaan nutrisi dan air untuk tanaman sangat
tergantung pada kemampuan tanah menyediakan unsur-unsur hara dalam jumlah
cukup dan lengkap. Unsur-unsur hara itu biasanya berasal dari dekomposisi
bahanbahan organik dan anorganik dalam tanah yang terlarut dalam air.
Kekurangan salah satu atau beberapa unsur hara dalam tanah umumnya dipenuhi
dengan pemupukan tambahan. Pada budidaya hidroponik, semua kebutuhan
nutrisi dan air diupayakan tersedia dalam jumlah yang tepat dan mudah diserap
oleh tanaman. Nutrisi itu diberikan dalam bentuk larutan yang bahannya dapat
berasal dari bahan organik maupun anorganik. Penyediaan air diperoleh melalui
berbagai macam metode seperti irigasi tetes, nutrient film technique dan lainlainPemberian nutrisi melalui permukaan media tanam atau akar tanaman.
Ketersediaan nutrisi dalam bentuk cair itulah yang dipakai sebagai awal berpijak
penerapan budidaya tanaman hidroponik (Siswadi 2008).
Pupuk untuk tanaman yang ditanam di tanah juga bisa dipakai pada metode
hidroponik, yang penting pupuk tersebut mudah larut dalam air dan tahan lama
dipakai. Umumnya yang dipakai untuk keperluan berhidroponik adalah pupuk
majemuk yang mengandung unsur hara makro dan mikro sekaligus. Unsur makro
berfungsi untuk menumbuhkan struktur vegetatif dan produksi. Unsur mikro
berfungsi sebagai pelengkap esensial vital bagi rasa, kadar gula, tingkat
kemanisan, warna, dan daya tahan tanaman terhadap gangguan penyakit (Siswadi
2008).

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat

Percobaan ini dilakukan di rumah kaca Kebun Percobaan Cikabayan pada
bulan Januari sampai Maret 2014.

Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah benih selada merah,
pasir, pupuk hidroponik dengan kandungan NPK adalah 32-10-10 dan air.

6

Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ember, gelas ukur,
wadah persemaian, penggaris, timbangan,ember evaporasi (evaporasi panci) dan
meteran.

Metode Pelaksanaan

Penilitian ini menggunakan percobaan faktorial dengan rancangan
kelompok lengkap teracak (RKLT) dengan 3 ulangan. Faktor pertama adalah
volume irigasi yang terdiri atas 4 taraf perlakuan, yaitu: I1 (1 x E0), I2 (2 x E0), I3
(3 x E0), I4 (4 x E0). Faktor kedua adalah dosis pupuk yang terdiri atas 4 taraf
perlakuan, yaitu: F1: 4 hari sekali dengan konsentrasi 1.5 g/l pupuk hidroponik,
F2: 8 hari sekali dengan konsentrasi 1.5 g/l pupuk hidroponik, F3: 12 hari sekali
dengan konsentrasi 1.5 g/l pupuk hidroponik, F4: 16 hari sekali dengan
konsentrasi 1.5 g/l pupuk hidroponik. Percobaan ini terdapat 16 kombinasi
perlakuan dengan jumlah satuan percobaan adalah 16 x 3 atau 48 satuan
percobaan. Model aditif linier yang digunakan berdasarkan model matematik.
Yij =

+

+

+

Dengan :
Yij

= nilai pengamatan pada perlakuan volume irigasi ke-i dan
perlakuan frekuensi pemupukan ke-j pada ulangan ke-k
= rataan umum
= pengaruh volume irigasi pada taraf ke-i
= pengaruh frekuensi pemupukan pada taraf ke-j
= komponen interaksi dari faktor perlakuan volume irigasi
dan frekuensi pemupukan
= galat percobaan.
=jumlah perlakuan volume irigasi (1, 2, 3, dan 4)
= jumlah perlakuan frekuensi pemupukan (1, 2, 3, dan 4)
= jumlah ulangan (1, 2, dan 3)

Data dianalisis ragam untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap
peubah yang diamati. Peubah yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun,
bobot segar tanpa akar, bobot segar menggunakan akar, panjang dan lebar daun.
Jika analisis ragam nyata, maka dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range
Test (DMRT).

7
Pelaksanaan

Persemaian
Pelaksanaan dimulai dengan menyemai benih selada merah di wadah
persemaian. Kegiatan ini bertujuan meningkatkan daya produksi benih karena saat
dipersemian akan diketahui kualitas bibit atau tanaman yang baik untuk ditanam
di media pasir saat penelitian. Persemaian dilakukan selama dua minggu sebelum
tanam.

Persiapan Media Tanam
Percobaan ini menggunakan media tanam atau substrat pasir, sehingga perlu
ada persiapan seperti pengadaan pasir yang baik untuk persiapan tanam. Kriteria
pasir yang baik untuk digunakan sebagai media adalah pasir yang tidak
mengandung campuran kerikil-kerikil dan garam (yang terdapat pada pasir laut).

Penanaman
Pelaksanaan penanaman dilakukan dengan menanam tanaman selada merah
dengan jumlah dua tanaman per wadah, serta membuat susunan wadah atau ember
yang berisi media pasir beserta tanaman selada merah yang telah ditanam
didalamnya. Susunan tersebut berbentuk petakan percobaan yang berukuran 16
kolom dan 3 baris sehingga berjumlah 48 satuan percobaan dengan jarak masingmasing adalah kurang lebih 0.75 m x 0.75 m. Selanjutnya ada pemasangan
evaporasi panci yang berada di dekat petakan percobaan.
Pemeliharaan
Tindakan Pemeliharaan meliputi pengendalian hama dan penyakit.
Pemeliharaan pada penelitian ini tidak seintensif dengan tindakan pemeliharaan
budidaya secara konvensional yakni secara outdoor, karena penelitian ini
dilakukan pada rumah kaca yang potensi serangan hama dan penyakit tanamannya
relatif lebih kecil daripada diluar ruangan.
Pengamatan

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Peubah yang diamati pada penelitian ini adalah:
Tinggi tanaman seminggu sekali setelah tanam
Jumlah daun seminggu sekali setelah tanam
Bobot segar tanpa akar setelah panen
Bobot segar menggunakan akar setelah panen
Bobot akar tanaman setelah panen
Panjang dan lebar daun setelah panen
Bobot kering total tanaman setelah panen

8

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum
Selada merah (Lactuca sativa var Crispa) adalah jenis bunching lettuce.
Jenis selada ini memiliki daun yang lebar dan tipis serta bergerombol dan tampak
keriting. Keadaan umum tanaman selama penelitian tampak terlihat baik selama
pertumbuhan. Tetapi, warna merah pada selada tidak tampak menyeluruh pada
tanaman akibat kandungan antosianin yang rendah. Rendahnya kandungan
antosianin pada selada merah yang rendah diakibatkan oleh budidaya tanaman
yang dilakukan pada ketinggian yang kurang optimal, Intensitas cahaya (Shioshita
et al. 2007), dan suhu lingkungan yang relatif tinggi yang menyebabkan aktivitas
enzim polifenol oksidase, peroksidase, dan fenilalaninaammonia lyase tidak
optimum sehingga antosianin pada selada tidak maksimal dan tampak warna
merah pada selada tidak merata (Chon et al. 2012).

Pengaruh Frekuensi Pemupukan dan Volume Irigasi terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Selada Merah

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa volume irigasi berpengaruh
nyata terhadap peubah tinggi tanaman 2, 3, 4 MST (Minggu Setelah Tanam),
Jumlah daun 2, 3, 4 MST, panjang dan lebar daun pada pasca panen, bobot total
tanaman, bobot pasar atau bobot tajuk, serta bobot kering tanaman (Tabel 1) tetapi
tidak berbeda nyata pada peubah tinggi tanaman pada 1 MST. Pada analisis
statistik menunjukkan bahwa frekuensi irigasi berpengaruh nyata pada hampir
seluruh peubah kecuali jumlah daun pada 1 MST (Tabel 1). Peubah tinggi
tanaman dan jumlah daun pada minggu pertama atau 1 MST tidak menunjukkan
pengaruh yang nyata karena masih terlalu awal untuk menunjukkan respon
perlakuan pada tanaman serta kondisi bibit saat pindah tanam ke media pasir yang
seragam. Pada analisis statistik juga menunjukkan bahwa interaksi antara
perlakuan volume irigasi dengan frekuensi pemupukan berpengaruh kepada
peubah Jumlah daun 2, 3, 4 MST, bobot basah total tanaman, bobot basah tajuk
atau pasar, dan bobot kering tanaman.

9

Tabel 2 Rekapitulasi analisis ragam pengaruh interaksi frekuensi pemupukan dan
volume irigasi pada tanaman selada merah
Peubah
Tinggi tanaman 1 MST
Tinggi tanaman 2 MST
Tinggi tanaman 3 MST
Tinggi tanaman 4 MST
Jumlah daun 1 MST
Jumlah daun 2 MST
Jumlah daun 3 MST
Jumlah daun 4 MST
Pasca Panen panjang
daun
Pasca Panen lebar daun
Pasca Panen bobot basah
Brangkasan
Pasca Panen bobot basah
tajuk/Pasar
Pasca Panen bobot basah
akar
Pasca Panen bobot
kering tanaman

Irigasi
0.866

Dokumen yang terkait

Analisis sistem irigasi hidroponik NFT (nutrient film technique) pada tanaman budidaya tanaman selada (Lactuca sativa var crispa L.)

4 55 70

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Terhadap Konsentrasi Pupuk Cair Super Bionik Dan Waktu Aplikasi Pada Verti Kultur

0 59 76

Respon Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa, L) Terhadap Pupuk Kandang Ayam dan Konsentrasi Nitrogen

1 37 90

Respon Pertumbuhan dan Produksi Selada Lactuca sativa L.) Terhadap Konsentrasi dan Interval Aplikasi Pupuk Complesal

0 28 64

Respon Pertumbuhan dan Produksi tanaman Selada (Lactuca sativa L) Terhadap Media Tanam dan Pemberian Pupuk Organik Cair).

1 54 109

Pertumbuhan Dan Produksi Selada (Lactuca sativa L.) Pada Pemberian Pupuk Organik Cair Dan Kascing

13 109 79

Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Selada (Lactuca sativa L. ) Pada Berbagai Tingkat Dosis Pupuk Npk Dan Pupuk Mikro CuSO¬4.5H2O

2 82 78

Pemanfaatan Limbah Ternak Sebagai Pupuk Cair Organik Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Dan Produksi Selada (Lactuca Sativa Var. Crispa)

1 15 166

PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Secara Hidroponik Pada Media Pupuk Organik Cair Dari Kotoran Kambing Dan Kotoran Kelinci.

0 3 10

PERTUMBUHAN TANAMAN SELADA (Lactuca sativa L.) SECARA HIDROPONIK PADA MEDIA PUPUK ORGANIK CAIR DARI Pertumbuhan Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Secara Hidroponik Pada Media Pupuk Organik Cair Dari Kotoran Kambing Dan Kotoran Kelinci.

0 4 15