Kepiting Pasir Genus Emerita Dan Hippa (Crustacea, Decapoda, Hippidae) Di Indonesia

KEPITING PASIR GENUS EMERITA DAN
HIPPA (CRUSTACEA: DECAPODA: HIPPIDAE) DI
INDONESIA

PUJI UTARI ARDIKA

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Kepiting Pasir Genus
Emerita dan Hippa(Crustacea, Decapoda, Hippidae) di Indonesia adalah benar
karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Januari2015
Puji Utari Ardika
NIM G352124011

RINGKASAN
PUJI UTARI ARDIKA. Kepiting Pasir Genus Emerita dan Hippa
(Crustacea, Decapoda, Hippidae) di Indonesia. Dibimbing oleh ACHMAD
FARAJALLAH dan YUSLI WARDIATNO.
Anomura termasuk dalam superfamili Hippoidea terbagi menjadi 3 family
yaitu Hipipidae, Albunedae dan Blephiropidae, dalam penelitian ini hanya dibahas
Famili Hippidae saja yaitu Hippa dan Emerita yang bertujuan menganalisis
filogenetik kepiting pasir Famili Hippidae berdasarkan karakter morfologi dari tiap
spesies yang ditemukan di beberapa wilayah Indonesia.
Kepiting pasir yang didapatkan dari pantai dimasukkan kealkohol dan
diidentifikasi serta digambar menggunakan kamera Lucida Nikon SMZ1500,
berdasarkan analisis diperoleh 32 karakter morfologi yang selanjutnya diubah
menjadi matriks data dan dicari nilai Consistency Index (CI), Retention Index (RI),
dan Rescaled Consistency Index (RC) dari pengolahan menggunakan perangkat
lunak Phylogenetic Analysis Using Parsimony (PAUP*) Version 4.0b10.

Dari hasil identifikasi berdasarkan beberapa karakter, diperoleh dua genus
dan enam spesies familli Hippidae yaitu Hippa adactyla, Hippa admirabillis,
Hippa ovalis, Hippa marmorata, Hippa celaeno and Emerita emeritus.
Berdasarkan analisis menggunakan PAUP dengan bootstraps 50% dan Majorityrule dengan 1000 replikasi. Panjang pohon = 31, nilai Consistency index (CI)
=0.8065, nilai Homoplasy index (HI) = 0.1935, nilai Retention index (RI) =
0,6471, dan nilai Rescaled consistency index (RC) = 0.5218. Hal ini menunjukkan
dukungan yang kuat terhadap karakter yang dipilih, adapun karakter yang sangat
kuat tersebut adalah jumlah setose pit, jumlah antena samping dan jumlah median
lobe serta bentuk dari karapas dorsal. Persebaran genus Hippa bersifat regional
yaitu di Pesisir Barat Sumatra, Pesisir Selatan Jawa dan Sulawesi, akan tetapi
genus Emerita tidak ditemukan di Sulawesi.
Kata kunci:Emerita, ippa, morfologi, PAUP

SUMMARY
PUJI UTARI ARDIKA. The Sand Crab (Genus Emerita and Hippa)
from Indonesia (Crustacea: Decapoda: Hippidae) Supervised ACHMAD
FARAJALLAH and YUSLI WARDIATNO
Anomura was comprised of the Superfamily Hippidae to divided 3
Familly ie. Hipipidae, Albunedae and Blephiropidae, in this study only 3
Family Hippidae to disscus (Hippa and Emerita). This study aims to analyze

morphologycal character differences and phylogeny of Hippidae famili in
Indonesia regions.
Specimens were preserved in alcohol then characters were drawn
manually based on observation using Lucida Camera Nikon SMZ1500 based
on analize within 32 morphologycal characters. Those characters were
changed into matrix (binary) data. Consistency Index (CI), Retention Index
(RI), and Rescaled Consistency Index (RC) were scored using Phylogenetic
Analysis Using Parsimony (PAUP*) Version 4.0b10
We found two genus and six species of sand crab Hippidae including
Hippa adactyla, Hippa admirabillis, Hippa ovalis, Hippa marmorata, Hippa
celaeno and Emerita emeritus. Phylogeny tree resulted 50% bootstraps and
Majority-rule with 1000 replications. Tree have 31 length with Consistency
index (CI) 0.8065, Homoplasy Index (HI)0.1935, Retention Index (RI)0,6471,
and Rescaled Consistency Index (RC)0.5218, this condition were caused by
the support for our character, this character are number setose pit, number left
antena, and number of median lobe and dorsal carapace. Distribution Hippa
genera very regional were found West Coast Sumatera and Southern Java and
Sulawesi, but Emerita not found in Sulawesi.
Key Word :Emerita, ippa, morphology, PAUP


© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

KEPITING PASIR GENUS EMERITA DAN
HIPPA (CRUSTACEA, DECAPODA, HIPPIDAE) DI
INDONESIA

PUJI UTARI ARDIKA

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada

Program Studi Biosains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

Penguji pada Ujian Tesis: Dr. Hawis Madduppa, S.Pi., M.Si.

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahuwata’alaatas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan.Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan November 2013 ini ialah
Eksplorasi, dengan judul Kepiting Pasir Famili Hippidae (Genus Emerita dan
Hippa) (Decapoda, Anomura, Crustacea) di Indonesia
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Achmad Farajallah dan Bapak
Yusli Wardiatno selaku pembimbing, serta Bapak Hawis Maduppa selaku
penguji. Disamping itu,penghargaan penulis sampaikan kepada,
- Ibu Inayat Alhakim dari LIPI Oceanografi

- Ibu Daisy Wowor LIPI Cibinong
- Ibu Tini yang membantu persiapan di laboratoriom.
- Kerabat yang membantu sampling serta mengirimkan spesimen:
- Mihwan Sataral, Cut Fera, Farid Akhsani dan Wahyudin dari Biosains
Hewan IPB
- Bu Dewi Purnama dari Universitas Bengkulu
- Meldi Temengge dari Tangkoko di Project Macaca Nigra
Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Orang tua serta seluruh
keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Januari 2015
Puji Utari Ardika

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vi

DAFTARLAMPIRAN

vi

1 PENDAHULUAN
LatarBelakang
Tujuan Penelitian
2 METODE
Waktu dan Tempat
Sampel Kepiting Pasir
Seleksi dan Menggambar Karakter Morfologi

1
1
1
2
2

2
2

Analisis Filogeni
34 HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi dan Jumlah Sampel
Analisis Filogeni
Pembahasan
Phylogeografi

2
3
3
9
10
11

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran


12
12
12

DAFTAR PUSTAKA

13

LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP

17

DAFTARTABEL
1 Lokasi pengambilan dan pengiriman sampel kepiting pasir
2 Jumlah sampel dan spesies yang tercatat selama penelitian


2
3

DAFTARGAMBAR
1 Hippa adactyla
2 Emerita emeritus
3 Hippa ovalis
4 Hippa admirabilis
5 Hippa marmorata
6 Hippa celaeno
7 Pohon filogeni kepiting pasir Hipoidea berdasarkan karakter
8 morfologi
Peta persebaran enam spesies genus Hippa dan Emerita di Indonesia

4
52
6
7
8

9
10
12

DAFTAR LAMPIRAN
1 Karakter morfologi kepiting yang digunakan dalam koding
2 Matriks data karakter morfologi kepiting genus Hippa dan Emerita
3 Gambar kepiting pasir

15
16
18

1 PENDAHULUAN
Kepiting pasir termasuk ke dalam ordo Decapoda yang merupakan
salah satu jenis biota yang hidup pada wilayah pantai berpasir. Kepiting
pasir dapat ditemukan pada swash zone di daerah intertidal dengan spesies
yang beranekaragam, salah satunya adalah kepiting pasir superfamili
Hippoidea, terbagi menjadi tiga famili yaitu Blepharipodidae (Boyko 2002),
Hippidae dan Albuneidae (Stimpson 1858). Miers (1878) menyebutkan
bahwa famili Hippidae terbagi menjadi tiga genus, yaitu Hippa, Remispes
dan Mastigochirus. Boyko tahun 1999 merevisi genus Remispes masuk
kedalam genus Hippa dan menggantinya dengan memasukkan genus
Emerita. Genus Hippa dan Emerita hidup di zona intertidal sedangkan
Mastigochyrus hidup di shandy bottom atau tepatnya di zona subtidal
dengan kedalaman berkisar 36,6 meter (Stimpson 1907).
Famili Hippidae tersebar di Tanzania, Madagascar, Indonesia, dan
Selandia baru (Boyko dan Harvey 2002).Di wilayah Barat Indo Pasifik
tercatat 27 spesies yang telah ditemukan (Boyko dan McLaughlin 2010).
Effort pada tahun 1972 melakukan eksplorasi dan menemukan genus
Emerita di Bengkulu, Indonesia. Informasi penting tersebut menunjukkan
bahwa kepiting genus Emerita ditemukan juga di wilayah Barat Indo Pasifik
dan bagian Barat Pasifik. De man (1896) pertama kali menemukan Hippa
celaeno di Ambon dan Hippa admirabilis di Papua. Namun, tidak menutup
kemungkinan famili Hippidae juga bisa ditemukan di wilayah lain seperti
pesisir selatan Pulau Jawa, Pesisir Barat Pulau Sumatra, dikarenakan habitat
yang sesuai yaitu beriklim tropis. Kemunculan
kepiting ini tidak
dipengaruhi musim dan pasang surut air laut, daerah distribusi luas, mudah
dijumpai dan ditangkap (Boere et al. 2011).
Secara morfologi genus Emeritaditandai dengan karapas yang
memanjang, antena yang panjang, pereopod pertama pendek; sedangkan
genus Hippa, mempunyai karapas yang oval membulat, pereopod pertama
memanjang (non-chelate) terdapat 30-40 lubang di tepi karapas, antena yang
pendek dan telson yang memanjang. Penelitian mengenai aspek biologi
yangtelah dilakukan antara lain mengenai ekologi (Efford 1972; 1976),
feeding habit dan reproduksi (Wenner 1977), biologi larva (Lebour 1959),
filogenetik (Haye 2002) dan tingkat pertumbuhan (Haley 1979).
Penelitian mengenai Hippidae yang telah dilakukan di Indonesia
meliputi aspek biologi reproduksi dan studi pertumbuhan, namun belum
ada laporan mengenai penelitian morfologi. Penelitian morfologi ini selain
dapat membedakan famili Hippidae hingga tingkat spesies, juga dapat
menjelaskan hubungan kekerabatan kepiting pasir yang ada di Indonesia.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan kekerabatan
kepiting pasir Famili Hippidae yang ditemukan di beberapa pesisir pantai
di Indonesia berdasarkan karakter-karakter morfologi dari tiap spesies.

2

2 METODE
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Nopember 2013 sampai September
2014. Sampling kepiting pasir dilakukan di beberapa pantai di Indonesia (Tabel 1).
Pengamatan morfologi dilakukan di laboratorium Mikroskop Pusat Penelitian
Oseanografi LIPI dan Laboratorium Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan
Departemen Biologi FMIPA IPB.
Sampel Kepiting Pasir
Sampel kepiting pasir merupakan koleksi yang dikumpulkan dari beberapa
pantai di Pulau Sumatera, Pulau Jawa, dan Pulau Sulawesi (sepanjang pesisir
Pantai Barat Sumatera, Pantai Selatan Pulau Jawa dan Pantai Sulawesi Tengah
dan Utara) (Tabel 1). Sampel yang diperoleh dari lapangan selanjutnya disimpan
dalam alkohol 70%. Setelah di laboratorium media penyimpanan diganti dengan
larutan yang berisi alkohol 70% dan EDTA 10mM. Semua sampel yang
digunakan dalam penelitian disimpan di Laboratorium Fungsi Hayati Departemen
Biologi FMIPA IPB dan Museum Zoologicum Bogoriense Lembaga Ilmu
Penelitian Indonesia.
Tabel.1 Lokasi pengambilan dan pengiriman sampel kepiting pasir
Desember 2013 sampai September 2014*
Asal lokasi
Waktu
Garis
Garis
Kolektor
(Bulan)
Lintang Bujur
Pantai Citarik (Jawa Barat)
Desember
0°32’S
100° 04'E Penulis
Pantai Lero (Sulawesi Tengah)
November
0°56' S
122°48' E Wahyudin
Pantai Talise (Sulawesi Tengah) November
0°51' S
119°52' E Wahyudin
Banggai (Sulawesi Tengah)
November
1°36’S
123°29’E
M.Sataral
Cilacap (Jawa Tengah)
Januari
7°43' S
109°01' E Mega
Bengkulu (Bengkulu)
April
3°47' S
102°14' E Dewi P.
Tangkoko (Sulawesi Utara)
Juni
1°32'N
125°11' E Meldi T.
Aceh Barat
Agustus
5°08'N
97°11' E
Cut Fera
Pantai Lebih Gianyar (Bali)
September
8°34' S
115°21' E Pembimbing
Gili Meno Utara dan Selatan
September
8°20' S
116°03' E Pembimbing
Singaraja (Bali Utara)
September
8°07' S
115°04' E Pembimbing
Padang (Sumatra Barat)
Mei
0°27' S
99°58' E
Penulis
Tual (Maluku Tenggara)
September
5°43' S
132°42' E Eugerius A
Buton (Sulawesi Tenggara)
Juli
5°12' S
123°07' E Saptari J
*lokasi dapat dilihat pada gambar 8.
Seleksi dan Menggambar Karakter Morfologi
Karakter mikrokopis diamati dengan mikroskop stereo yang dilengkapi
dengan skala mikrometer dan perekam gambar. Identifikasi dan istilah-istilah
mengikuti (Boyko dan Harvey 1999) untuk membangun kunci dikotomi.
Beberapa karakter digambar dengan bantuan Camera Lucida Nikon SMZ1500 dan
di digitalisasi kemudian diedit dengan bantuan Adobe Photoshop CS4.
Analisis Filogeni
Pohon
filogeni
direkonstruksi
dengan
pendekatan
kladistik
menggunakan32 karakter morfologi (Tabel Lampiran). Karakter yang dihasilkan

3
selanjutnya diubah menjadi matriks data menggunakan perangkat lunak
Phylogenetic Analysis Using Parsimony (PAUP*) Version 4.0b10 (Swofford
1998), kemudian dicari nilai indeks konsistensi (CI), indeks retensi (RI), dan
indeks konsistensi skala kembali (RC). Beberapa karakter morfologi yang dipilih
dan diubah menjadi data biner meliputi: Carapace. Bentuk dari karapas sangat
mirip antara genus Hippa, ukuran panjang dan lebar, jumlah setose pit yang
berkisar antara 25-45 tiap pinggirnya, alur-alur ada yang bergerigi dan lurus, pada
anterior terdapat jumlah lobe yang berbeda, pada Emerita terdapat duri pada
samping kiri dan kanan anterior (Boyko dan Harvey 1999). Pareopod I-IV.
Bentuk pareopod pada Hippa memanjang (subchaeta) dan ujungnya tidak terdapat
capit sedangkan pada Emerita pada ujungnya pipih dan pendek.Antenna. Jumlah
dari article pada antena samping berkisar antara 1-6 (Osawa 2010), berbeda untuk
Genus Emerita yang mempunyai antena yang panjang yang sering tersimpan
menggulung ditorak. Daktil. Pada famili Hippidae bentuk daktil hampir sama
membulat dan meruncing pada ujungnya, terdapat pada pareopod II IV

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Identifikasi dan Jumlah Sampel yang diperoleh dari Famili Hippidae
Kepiting pasir yang ditemukan di beberapa pantai di Pulau Sumatera, Jawa,
Sulawesi, Tual, Bali dan Gili dapat dikelompokkan menjadi 2 genus, yaitu Hippa
dan Emerita berjumlah 380 individu.
Tabel 2. Jumlah sampel dan spesies yang tercatat selama penelitian.
Asal lokasi
Spesies
Jumlah
Total
individu
individu
Pelabuhan ratu (Jawa Barat)
H.adactyla(MZB Cru 4105)
8
8
Pantai Lero (Sulawesi Tengah ) H.admirabilis(MZB Cru 4121)
18
18
Pantai
Talise
(Sulawesi H.admirabilis
17
17
Tengah)
H. admirabilis
10
Banggai (Sulawesi Tengah)
H.marmorata(MZB Cru 4125)
3
H.adactyla
1
H.adactyla
12
18
Cilacap (Jawa Tengah)
E.emeritus(MZB Cru 4114)
6
H.adactyla
4
11
Bengkulu (Bengkulu)
E.emeritus
7
H.ovalis(MZB Cru 4118)
22
24
Tangkoko (Sulawesi Utara)
H.adactyla
2
E.emeritus
8
8
Aceh Barat
H.adactyla
16
16
Pantai Lebih Gianyar (Bali)
H.adactyla
4
56
Gili Meno Utara dan Selatan
H.marmorata
52
H.ovalis
14
14
Singaraja (Bali Utara)
H.adactyla
4
80
Padang (Sumatra Barat)
E.emeritus
76
H.celaeno(MZB Cru 4128)
30
105
Tual (Maluku Tenggara)
H.marmorata
75
H.ovalis
4
94
Buton (Sulawesi Tenggara)
H.admirabilis
90

4
Genus Hippa Fabricius, 1787
Hippa adactylaFabricius, 1787
Bahan Penelitian : Sumatra. Bengkulu: 3 males, 1 ov. female (MZB Cru
4105), 3°47'S 102°14'E, coll. D. Purnama, 10 Sep. 2014; Padang
Pariaman: 1 male, 1 ov. female (MZB Cru 4106), 0°27'S 99°58'E, coll. P.
U. Ardika, A. Farajallah, F. Akhsani, 27 Sep. 2014. Java. Pelabuhan Ratu,
Sukabumi: 1 female, 1 ov. female (MZB Cru 4107), 0°32'S 100°04'E, 27
Des. 2013; Cilacap: 3 ov. females (MZB Cru 4108), 7°43'S 109°01'31.6"E,
coll. IPB, Mar. 2013. Bali. Gianyar: Lebih Beach, 1 male, 4 ov. females
(MZB Cru 4115), 8°07'S 115°04'E coll. Y. Wardiatno, A. Mashar, A.
Farajallah, 22 Sep. 2014. Lombok. Gili Meno Island North Lombok, Gili
Indah: 2 males (MZB Cru 4116), 8°20'S 116°03'E coll. Y. Wardiatno, A.
Mashar, A. Farajallah, 22 Sep. 2014.Sulawesi. Banggai Island: 1 female
(MZB Cru 4117). 1°36’S 123°29’E, coll M. Sataral, 1 Nov. 2013.

Gambar 1. Hippa adactyla (Fabricius 1787)(34,2mm) A.Anterior B.
Pareopod 1C.Daktil D. Antena samping. E. Karapas tepi. Skala=(A:C:D=
3,0mm)(B=2mm)(E= 1,0mm)
Diagnosis :
Karapas dari Hippa adactyla lebar dan pipih (Gambar 1e), setose pit pada
karapas tidak tampak begitu jelas dengan jumlah 25-40, alur karapas melintang
dan warna karapas keabu-abuan. Antena pendek, mempunyai banyak segmen dan
anterior mempunyai 4 lekukan (1 tonjolan ditengah) (Gambar 1a). Antena
samping yang berjumlah 3-4 segmen yang meruncing pada ujungnya (Gambar 1d)

5
yang merupakan karakter yang khas Hippa adactyla. Pareopod pertama tidak
bercapit dan memanjang. Daktil sedikit menyempit pada ujung sudutnya (Gambar
1c).
Pernyataan:
Tangkai mata sedikit memanjang ciri khas dari spesies ini, kadang
ditemukan adanya pareopod pertama dengan panjang kiri dan kanan yang berbeda.
Pada setiap spesies Hippa umumnya mempunyai telson yang memanjang
termasuk Hippa adactyla. Hippa adactyla merupakan synomim dari Remipes
testudinalis dari New South Walas.
Genus Emerita Scopoli, 1777
Emerita emeritus (Linnaeus, 1767)
Bahan Penelitian: Sumatra. Aceh: 5 Juvenile, 1 ov. female (MZB Cru
4114), 5°08'N 97°11'E, coll. Cut Fera, 1 Aug. 2014; Bengkulu:1 female (MZB
Cru 4109), 3°47'S 102°14'E,coll. D. Purnama, 10 Sep. 2014; Padang Pariaman: 10
ov. female (MZB Cru 4110), 0°27'S 99°58'48.4"E, coll. P. U. Ardika & A.
Farajallah, 27 Sep. 2014. Java. Cilacap: 10 juveniles, 1 female, 1 ov. female
(MZB Cru 4111), 7°43'S 109°01'31.6"E, Mar. 2013

Gambar 2.Emerita emeritus (Scopoli, 1777)(33,00 mm) A.Anterior
B.Antena samping. C. Telson (rasio panjang= 24,21mm) D.Pareopod 1 E.Karapas
TepiF. Daktil. Skala:(A:C=3,0mm)(B=1mm), (D:E=1,0mm).
Diagnosis :
Karapas oval memanjang, mempunyai alur melintang yang jelas, pada
bagian anterior terlihat lekukan yang jelas dan meruncing, terdiri dari 2 lekukan
yang sangat jelas (Gambar 2a), dan terdapat duri dikanan kiri. Antena sangat

6
panjang namun tidak melebihi karapasnya, jika dilihat dari samping, karapas
bagian anterior sangat berbeda dengankarapas bagian posterior yang melebar,
pareopod kedua dan ketiga hampir sama panjang, dan pareopod keempat lebih
pendek. Pareopod 1 sangat pendekdan ujungnya membulat yang membedakannya
dengan genus Hippa(Gambar 2d). Daktil jelas meruncing pada setiap pareopod
(Gambar 2f). Emerita emeritus memiliki tangkai mata panjang.
Pernyataan :
Emerita emeritus sinonim dari Emerita asiatica, antena selalu tersimpan
dibagian thoraks antara maxiliped. Pada karapas tepi tidak terdapat setose pits
yang jelas.
Hippa ovalis (A. Milne-Edwards, 1862)
Bahan Penelitian : Bali. Singaraja: 4 males, 2 ov. females (MZB Cru
4118),8°07'S 115°04'E, coll. Y. Wardiatno, A. Mashar, A. Farajallah, 22 Sep.
2014. Sulawesi. Pasarwajo, Buton, Buton Island: 1 female (MZB Cru 4119),
5°28'S 122°50'E, Aug. 2014; Tangkoko: 2 males, 3 females, 2 ov. females(MZB
Cru 4120) 1°32'N 125°11'E, coll M. Tamengge, 28 May 2014

Gambar 3. Hippa ovalis (A. Milne-Edwards, 1862) A. Anterior B.Antena
flagelum C.Karapas tepiD. Daktil. (skala : A=4,0mm: B:C=1,0mm: D=3mm)
Diagnosis :
Hippa ovalis memiliki karakter karapas pipih yang hampir mirip dengan
Hippa adactyla, pada tepi karapas juga terdapat setose pits yang berjumlah 40-55
(Gambar 3c). Warna karapas Hippa ovalis lebih cerah dibandingkan dengan
Hippa adactyla. Terdapat 3 segmen pada antena samping dengan seta-seta yang
halus (Gambar 3b). Sudut pada ujung daktil lebih tumpul dan lebih membulat
(Gambar 3d).

7
Hippa admirabilis (Thallwitz, 1892)
Bahan Penelitian : Sulawesi. Pasarwajo, Buton, Buton Island: 2 males, 4
ov. females (MZB Cru 4121), 5°08'N 97°11'E, coll IPB, Aug. 2014; Banggai
Island: 5 ov. females (MZB Cru 4122),1°36’S 123°29’E, coll M. Sataral, 1 Nov.
2013; Luwuk: 1 male, 1 female, 2 ov. females (MZB Cru 4123), 0°56'S 122°48'E,
coll M. Sataral, 25 Oct. 2013; Talise: 2 juveniles (MZB Cru 4124), 0°51'S
119°52'E, coll M. Sataral,15 Oct. 2013

Gambar4.Hippa admirabillis Thallwitz 1892 (29,50 mm) A.Karapas
anterior B. Karakter Tepi C.Daktil D.Antena samping. Skala:
(A,B=4,0mm),(C,D= 1,0mm).
Diagnosis :
Pada karapas anterior pada Hippa admirabilis terdapat 2 lekukan dengan 1
tonjolan di tengah. Karapas bagian dorsal alurnya tranversal, bergerigi besar dan
tidak selalu rata. Perbedaan lain dengan Hippa marmorata yaitu pada karapas tepi
terdapat lubang-lubang membentuk 2 lapisan yang berjumlah 30-45(Gambar 4b).
Jumlah antena samping berjumlah 2 segmen sama seperti Hippa marmorata
(Gambar 4d). Daktil yang tumpul dan membulat pada setiap pareopod seperti
pada Hippa celaeno.

8
Hippa marmorata(Hombron & Jacquinot, 1846)
Bahan Penelitian : Lombok. Gili Meno Island, North Lombok, Gili Indah:
1 male, 1 female, 3 ov. females(MZB Cru 4125), 8°20'S 116°03'E, coll Y.
Wardiatno, A. Mashar, A. Farajallah, 22 Sept 2014. Sulawesi. Banggai Islands: 1
male, 2 ov. females(MZB Cru 4126), 1°36’S 123°29’E,coll M. Sataral, 1 Nov
2013. Kei Islands. Tual: 3 males, 1 female, 6 ov. females(MZB Cru 4127), 5°43'S
132°42'E, coll IPB,Aug. 2014.

Gambar 5.Hippa marmorata Hombron dan Jacquinot 1846 (26,50 mm)
A.Karapas anterior (rasio panjang= 25,78mm) B. Daktil, C.Antena samping
D.Karapas Tepi. Skala: (A,C=4,0mm),( B,D= 1,0mm)
Diagnosis :
Hippa marmorata merupakan sinonim dengan Hippa pasifica (Haig 1974).
Beberapa karakter yang menjadikan spesies ini sebagai sinonim yaitu dari bentuk
karapas anterior yang sama-sama berjumlah 2 lekukan yang tidak terlalu jelas dan
agak merata (Gambar 5a), karapas dorsal berbentuk bulat oval pada karapas tepi
terlihat agak pipih pada anterior dan melebar sampai ke posterior dan setose pits
berjumlah antara 30-40, jika dilihat dari warna dan alur karapas, pada Hippa
marmorata mempunyai warna yang lebih cerah dan alur yang bergerigi dan
tersusun rapi, dari antena samping sama-sama berjumlah 2-3 segmen yang
mengecil pada segmen paling akhir (Gambar 5c) dan daktil tumpul dan membulat
sama seperti Hippa admirabilis.

9
Hippa celaeno (de Man, 1896)
Bahan Penelitian: Kei Islands. Tual: 1 female, 9 ov. females (MZB Cru
4128), 5°43'S 132°42'E, coll IPB, Aug. 2014.

Gambar 6.Hippa celaeno (de Man 1896) (26,00 mm) A.Karapas dorsal
(rasio panjang=23,84mm B. Antena samping, C.Karapas submarginal D.Daktil
Skala: (A-B=4,0mm),(C=2,0mm),(D= 1,0mm).
Diagnosis :
Karapas dorsal dari Hippa celaeno berbentuk oval membulat dengan alur
melintang menyerupai susunan sisik ikan (Gambar 6a), pada karapas anterior
terdapat lekukan yang jelas yang terdiri dari 2 lekukan pada karapas samping juga
terdapat lubang-lubang dan rambut halus yang mengelilingi karapas dari anteror
hingga telson, antena samping (Gambar 6b) berjumlah 1 segmen yang juga
menjadi karakter kunci spesifik, daktil (Gambar 6d) agak membulat dan
lekukannya tumpul, sedangkan untuk karakter seperti telson, pareopod
1(subchaeta) sampai pareopod 4 tidak terlalu berbeda dengan genus Hippa yang
lain.
Analisis Filogeni
Data analisis dari semua karakter morfologi dapat mendeskripsikan sebuah
klade yang monofiletik dari spesies Hippa dan Emerita di Indonesia. Hasil
analisis menggunakan bootstrap 50% majority rule dengan 1000 replikasi
dihasilkan pohon filogeni dengan panjang pohon = 31, nilai indeks konsistensi
(CI) = 0.8065 nilai indeks homoplasi (HI) = 0.1935, nilai indeks retensi (RI) =
0.6471, dan nilai rescale indeks konsistensi (RC) = 0.5218. Hasil pohon filogeni
yang diperoleh memenuhi syarat 50% konsensus majority rule disajikan pada
Gambar 7. Dari hasil kladistik diperoleh dua subclade monofiletik dengan yang
bootstrap 50% H. adactyla dan H. admirabilis pada subclade pertama dan H.
ovalis, H. marmorata dan H.celaeno pada subclade kedua. Perubahan apomorfi

10
mempunyai tingkat homoplasi yang rendah ditunjukkan dengan nilai yang
mendekati 1.

7
87

5

7
57

8

69

9
69

6

Gambar 7. Hipotesis pohon filogeni kepiting pasir famili
Hippidaeberdasarkan karakter morfologi. Konsensus yang kuat dari pohon yang
paling parsimoni (panjang pohon = 31, CI = 0.8065, HI = 0.1935, RI = 0,6471,
RC = 0.5218). Angka diatas percabangan adalah nilai bootstrap 50% majority-rule
dengan 1000 replikasi.
PEMBAHASAN
Emerita emeritus, H.celaeno dan H. admirabilis telah dilaporkan
sebelumnya di temukan diIndonesia. Spesies Hippa yang ditemukan sebelumnya
termasuk catatan terbaru (H. marmorata, H. adactyla dan H. ovalis),kami
menemukan bahwa H. adactyla dan E. emeritus terdistribusi di Sumatera dan
Jawa. Spesies-spesies Hippa yang kami temukan mirip dengan spesies yang
ditemukan di Taiwan (Osawa 2010), H celaeno telah dideskripsikan pertama kali
di Ambon (De man 1896), pada penelitian ini ditemukan di Tual.
Pemilihan pohon filogeni hasil analisis kladistik ini berdasarkan tinjauan
dari beberapa hal, diantaranya adalah deskripsi dari setiap spesies, dan kunci
identifikasi (Boyko 1990; Osawa 2010). Hipotesis pohon filogeni ini masih dapat
berubah jika memasukkan semua spesies yang termasuk kedalam kelompok genus
Hippa ataupun Emerita berdasarkan pustaka Boyko (2008). Secara keseluruhan
Hippdae memiliki 27 spesies di wilayah Pasifik Barat Indonesia, sedangkan dalam
penelitian ini hanya menggunakan enam spesies yang berasal dari Indonesia saja
(Sumatera, Jawa, Sulawesi, Bali, Tual dan Gili Meno).
Tingkat kekuatan percabangan pohon filogeni dengan nilai bootstrap 69%
yang dihasilkan termasuk kategori kuat pada clade H. marmorata dan H.celaeno,
sama halnya dengan H adactyla dan H admirabilis (bootstrap 57%) yang diduga
sebagai derived spesies. Kondisi ini menurut Wilkinson (1996) disebabkan
dukungan terhadap probabilitas dalam memasangkan kombinasi dari taksa yang
berbeda cukup sulit untuk mendeterminasikan data morfologi, sebagai saran perlu
ditambah spesies dan karakter yang diteliti.

11
Berdasarkan hipotesis pohon filogeni (Gambar 7), H. marmorata memiliki
kedekatan dengan H. ovalis.Menurut Osawa (2010) morfologi dari H. ovalis
sangat mirip dengan H. adactyla dapat dilihat dari bentuk karapas yang pipih,
sedangkan H. marmorata jumlah antena sampingnya sama dengan H. ovalis yaitu
berjumlah 2-3 segmen. Dilihat dari perubahan karakter pada saat analisis
dilakukan, terdapat 7 karakter yang mendukung percabangan ini, karakter yang
dimaksud adalah karakter nomor 3, 4, 8, 9, 15, 19 dan 20 (Lampiran1). Adapun
karakter yang mendukung percabangan pada E. emeritus dengan spesies Hippa
adalah karakter nomor 4,10,12,14,16, 17 dan 19. Albunea sp (Family Albuneidae)
dipilih sebagai outgroup dikarenakan memiliki karakater primitif yang memiliki
kekerabatan terdekat dengan species genus Hippa dan Emerita, Pemilihan pohon
filogeni sebagai hipotesis dari keadaan sebenarnya di alam menggunakan metode
konsensus majority rule, metode ini merupakan pemilihan dari beberapa pohon
filogeni yang dihasilkan dalam analisis kladistik (Ubaidillah dan Sutrisno 2012).
Filogeografi
Persebaran Hippa dan Emerita yang menghuni pesisir pantai di Indonesia
bisa dibagi menjadi dua pembagian besar (Gambar 8). Populasi H. adactyla dan E.
emeritus yang menghuni pesisir barat Sumatra dan Selatan Jawa diduga
persebarannya di wilayah Tataran Sunda Besar. Populasi H. ovalis dan H.
marmorata, H. celaeno (Man 1740) menghuni Sulawesi bagian tengah, menuju
selatan Gili Meno sampai ke Tual dan H. ovalis dan H. admirabilis (Tangkoko
dan Banggai) diduga penyebarannya berada di wilayah garis Wallacea dan
disebelah Timurnya. Persebaran family Hippidae jelas terpisah antara Indonesia
Bagian Barat (Sundaland) dan Timur (garis Wallacea), jika dlihat dari pohon
filogeni menunjukan adanya pemisahan yang kongruen antara karakter morfologi
dan persebaran, pada clade H.adactyla dan H. admirabilis terbentuk satu
clademerupakan derived spesiesyang diduga muncul setelah H. ovalis,H.
marmorata dan H. celaeno sebagai karakter nenek moyang yang berada pada
wilayah timur Indonesia.
Indonesia masih mempunyai keanekaragaman lain yang belum
dieksplorasi dan tidak menutup kemungkinan ditemukan spesies yang sama
dengan spesies di Taiwan yang sama-sama berada di Indo West Pacific dan
beriklim tropis. Distribusi kepiting pasir dari berbagai populasi di dunia
diantaranya spesies Emerita analoga di Chile dan Argentina (Stimpson 1857),
H.pasifica (Sinonim H. marmorata) di Australia (Haig 1974)dan Emerita
emeritus di India (Linnaeus 1767) menyakinkan bahwa persebaran genus
Hippidae yang pada awalnya berasal dari Pasifik Barat Indonesia sangat luas.
Wilayah Bagian Barat PasifikIndonesia merupakan pusat distribusi pertama kali
kepiting pasir (Boyko dan Harvey 2009), sebagai bukti dengan ditemukannya
beberapa spesies Hippadan Emerita di Indonesia pada penelitian ini. Studi
terdahulu Efford 1976 menemukan E.emeritus di Bengkulu dan (Man 1896)
menemukan H.celaeno (Man 1896) diAmbon.
Selain itu diperoleh petunjuk adanya peluang catatan terbaru genus Hippa
yang menghuni perairan Indonesia, diantaranya H.marmorata, H.ovalis, H.
adactyla, yang sebelumnya belum pernah dilaporkan ada ditemukan di Indonesia.
Menurut (Boyko 1999) H. marmorata terdistribusi di Hawai Utara dan Samudra

12
Pasifik Selatan, Tanzania, China, and kelompok atas Panama, sedangkan untuk H.
ovalis dan H. adactyla belum banyak informasi mengenai persebarannya di
wilayah Indonesia. Menurut Boyko 2010 H.ovalis mulai terdistribusi di Pesisir
Timur Afrika menuju Papua Nugini sedangkan H. adactyla sendiri mulai tersebar
di Madagascar menuju Australia dan Jepang. Spesies H.admirabilis (Thallwizz
1892) studi sebelumnya menyatakan bahwa spesies ini tersebar di Indonesia akan
tetapi belum ada informasi wilayah yang spesifik, dari ketiga spesies tersebut juga
ditemukan di Taiwan. Akan tetapi H. celaeno (Man 1896) tidak ditemukan di
Taiwan dan persebarannya sebelumnya diketahui di Austalia (Boyko 1990), maka
di Indonesia sangat mungkin ditemukan di Tual yang dekat dengan Australia.
Perairan Indonesia adalah tempat yang paling potensial bagi kehidupan
kepiting pasir. Genus Hippa adalah yang paling bersifat regional serta menghuni
hampir di semua wilayah Pesisir Barat Sumatera, pesisir selatan Jawa dan hampir
keseluruhan bagian Sulawesi hingga menuju selatan Tual, sedangkan untuk
E.emeritus dan H. adactyla hanya dijumpai di pesisir Sumatra dan Selatan Jawa.
Adapun faktor yang dapat menjelaskan pola persebaran selain dari habitat adalah
sejarah geografi, iklim, ketersediaan makanan dan kompetisi (Cox dan Moore
2000). Selain itu kami juga menduga adanya pengaruh dari tahapan larva yang
berbeda-beda dari masing-masing spesies, tidak menutup kemungkinan
terbentuknya spesies baru dan meningkatnya biodiversitas. Menurut Harvey 1993,
larva Emerita melayang dipermukaan perairan dan terbawa arus selama 23-43
hari.Emerita mempunyai tahapan larva planktonik yang panjang, sehingga
memungkinkan persebaran menjadi luas. Hal tersebut juga dipengaruhi arus laut
sehingga larva yang ikut terbawa arus laut akan tersebar sesuai dengan kondisi
dimana ia tinggal (Tam et al. 1996), sedangkan untuk larva dari Hippa belum ada
penelitian dilakukan untuk lamanya tahapan larva dipermukaan perairan.

Gambar 8. Peta persebaran enam spesies genus Hippa dan Emerita di
Indonesia

13

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Hasil penelitian didapatkan enam spesies kepiting pasir Hippidae yang
dianalisismenggunakan metode kladistik dan diperoleh nilai bootstrap 50%
majority rule dengan 1000 replikasi dihasilkan pohon filogeni dengan panjang
pohon = 31, nilai indeks konsistensi (CI) =0.8065, nilai indeks homoplasi (HI) =
0.1935, nilai indek retensi (RI) = 0,6471, dan nilai Rescaled indeks konsistensi
(RC) = 0.5218, menunjukan bahwa Emerita terpisah dengan dengan Hippa dan
spesies yang sangat dekat hubungannya berdasarkan karakter morfologi adalah
Hippa adactyla dan Hippa admirabilis.
Saran
Hasil analisis kladistik secara morfologi dapat berbeda dan mungkin akan
lebih baik apabila digunakannya analisis DNA sebagai karakter, sehingga
diperoleh jumlah karakter yang lebih banyak dari pada karakter morfologi.

DAFTAR PUSTAKA
Boere V, ER Cansi, ABB Alvarenga, IO Silva. 2011. The burying behavior of the
mole crab before and after an accident with urban sewage effluents.
Bombinhas Beach, Santa Catarina, Brazil. Ambi-Agua, Taubaté. 6:70- 76.
Boyko CB, Harvey AW. 1999. Crustacea Decapoda: Albuneidae and Hippidae of
the tropical Indo- West Pacific region. Musorstom. 20:2-8.
Boyko CB, Harvey AW. 2002. Case 3106. Remipes pacificus Dana 1852
(currently Hippa pacifica; Crustacea, Anomura): proposed precedence
over Remipes marmoratus Jacquinot, 1846. BZN. 59:12-16.
Boyko CB, Mclaughlin PA. 2010. Annotated checklist of anomuran decapod
crustaceans of the world (exclusive of the kiwaoidea and families
chirostylidae and galatheidae of the galatheoidea). RBZ. 23:139-151.
Cox CB, Moore PD. 2010. Biogeography: An ecological and evolutionary
apporoach. Edisi 7. Malden, Balckwell. p-489.
Efford IE. 1972. The distribution of the sand crabs, Hippa strigillata (Stimpson)
and Hippa pacifica (Dana) in the eastern Pacific Ocean (Decapoda,
Anomura). Crustaceana. 23:119-122.
Efford IE. 1976. Distribution of the sand crab in the genus Emerita (Decapoda,
Hippidae). Crustaceana. 30:169-183.
Haig J. 1970. The status of Rernipes testudinarius Latreille, and designation of a
neotype for Hippa adactyla J.C. Fabricius (Decapoda, Hippidae).
Crustaceana, 19:288-296.
Haig J. 1974. A review of the Australian crabs of the family Hippidae (Crustacea,
Decapoda, Anomura). Mem. Qd Mus. 71:175-189.

14
Haley SR. 1979. Sex ratio as a function of size in Hippa pacificaDana (Crustacea,
Anomura, Hippidae): a test of the sex reversal and differential growth rate
hypotheses. ASN. 113:391-397.
Harvey AW. 1993. Larva settlement and metamorphosis in sand crab Emerita
talpoida (Crustacea : Decapoda : Anoumura). J Mar Biol. 117:575-581.
Haye PA, Tam YK, Kornfield I. 2002. Molecular Phylogenetics of Mole Crabs
(Hippidae: Emerita). J Crus Biol. 22:903-915.
Lebour MV. 1959. The larval decapod crustacea of tropical West Africa.
Atlantide Rep.5:119-143.
Miers EJ. 1878. Revision of the Hippidea. J Linn Soc Zoo.14:312–336.
Man JGD. 1896. Bericht iiber die von Herrn Schiffscapitan Storm zu Atjeh, an
den westlichen Kusten von Malakka, Borneo und Celebes sowie in der
Java-See gesammelten Decapoden und Stomatopoden. Vierter Theil. Zoo.
J. Syst. 9:459-514.
Osawa M, Chan TY. 2010. Crustacea Fauna of Taiwan.Taiwan: Institut of
Marine Biologi. p 6-40
Stimpson W. 1907. Report on the Crustacea (Brachyura and Anomura Collected
by the North Pacific Exploring Expedition 1835-1856, Smithsonian
Miscellaenous Collection. 49:1-26.
Swofford DL. 1998. PAUP-Phylogenetics Analysis Using Parsimony. Version 4.
Sinauer Associates, Sunderland.
Tam YK, Kornfield, Ojeda FP. 1996. Divergence and zoogeography of mole
crabs, Emerita spp. (Decapoda: Hippidae), in the Americas. Marine
Biology 125:489- 497
Ubaidillah R, Sutrisno H. 2012. Pengantar Biosistematika: Teori dan Praktek.
LIPI Press. 198.
Wenner AM. 1977. Sex ratio as a function of size in marine Crustacea. ASN.
106:l-350.
WilkinsonM. 1996. Majority-rule reduced consensus methods andtheir use
inbootstrapping.MBE.13:437-444.

15
Lampiran 1. Karakter morfologi kepiting yang digunakandalam koding
No
1

Caracter
Length vs width

2

Anterior carapace spines

3

Anterior carapace spines number

4

Anterior carapace spines size

5

Hepatic anterolateral spines

6

Hepatic mediolateral spines

7

Setal field

8

CG1

9

CG2

10

Anterior spine

11

Dorsoventral eye shape

12

Ocular penducle

13

Number dorsal flagellar segment anteneules

14

Number dorsal flagellar segment antena

15

Segmen 1 distrolateral lobe

16

Segment v dorsal setase

17

Cutting edge teeth

18

Daktilus dorsal margin

19

Propudus cutting edge

20

Merus distrodorsal spine

21

Daktilus heel shape (P1)

22

Daktilus heel shape (P2)

23

Daktilus heel shape (P3)

Code
0 = wider than long
1 = as long as wide
2 = longer than wide
0 = absent
1 = present
0 = few
1 = numerous
0 = small
1 = large
0 = absent
1 = present
0 = absent
1= present
0 = diffuse
1 = banded
0 = united
1 = separated
0 = absent
1 = present
0 = absent
1 = present
0 = cylindrical
1 = flattened
0 = entire
1 = 2 segment
0 = 1-2
1 = 2-3
2 = greater than
0= long with seta
1= sort with seta
0 = absent
1 = present
0 = absent
1 = present
0 = absent
1 = present
0 = smooth
1 = crenulate
2 = spinose
0 = smooth
1 = toothed
2 = strongly spinose
0 = unmard
1 = armed
0 = rounded
1 = tapered
0 = rounded
1 = tapered
0 = rounded

16
24

Daktilus heel shape (P4)

25

Abdoment pleopod (male)

26

Abdoment pleopod (female)

27

Median groove setae

28

Median groove setae arrangement

29

Setose pit

30

Number setose pit

31

Median lobe

32

Submarginal carapas

1 = tapered
0 = rounded
1 = tapered
2 = acute
0 = absent
1 = present
0 = absent
1 = present
0 = absent
1 = present
0 = single row
1 = numerous row
2 = absent
0 = absent
1 = present
0=30-40
1=40-50
0=number(1-2)
1=number (3-4)
0=convax
1=thin

17
Lampiran Tabel 2. Matriks data karakter morfologi kepiting genus Hippa dan Emerita.
N0
1
2
3
4
5
6
7

Species
E.Emeritus
H.Adactyla
H.Admirabilis
H.Marmorata
H.Ovalis
H.Celaeno
Albunea sp

18
2
0
0
0
0
0
2

19
0
1
1
1
1
1
1

20
0
0
0
0
0
0
1

21
0
0
0
0
0
0
1

1
2
1
1
2
1
2
1
22
0
0
0
0
0
0
0

2
1
1
1
1
1
1
1
23
0
0
0
0
0
0
0

3
0
1
1
0
0
0
1
24
2
0
0
0
0
0
2

4
0
1
0
0
1
0
1

5
0
1
1
1
1
0
1

6
1
1
1
1
1
1
1

7
0
1
1
1
1
1
0

25
0
0
0
0
0
0
1

26
1
1
1
1
1
1
1

27
1
1
1
1
1
1
1

8
0
1
1
1
1
1
1

9
1
1
1
1
1
1
1
28
0
2
2
2
2
2
0

10
1
0
0
0
0
0
1
29
0
1
1
1
1
1
0

11
0
0
0
0
0
0
1
30
?
1
1
0
1
0
?

12
0
0
0
0
0
0
0
31
0
1
1
0
0
0
2

13
2
1
0
0
1
0
2
32
0
1
1
0
1
0
1

14
0
1
1
1
1
1
1

15
1
1
1
1
1
1
1

16
1
1
1
1
1
1
1

17
1
0
0
0
0
0
2

18
Lampiran gambar kepiting.

Hippa adactyla

Hippa marmorata

Hippa admirabilis

Hippa celaeno

Hippa ovalis

Emerita emeritus

19

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jambi 10 Juli 1990, putri pertama dari dua bersaudara
dari orangtua Drs. Marsudik dan Dra. Ardas, penulis menyelesaikan pendidikan
sarjana pada tahun 2012 di Universitas Sriwijaya Indralaya Palembang, Jurusan
Biologi, dan melanjutkan sekolah pascasarjana di Biosains hewan pada tahun
2013 angkatan 2012 genap, dan menerima beasiswa Fresh Graduate disemester
ke-2. Kegiatan akademik yang dilakukan antara lain mengikuti Training
Taksonomi di Museum Zoologicum Bogoriense Lembaga Ilmu Penelitian
Indonesia Cibinong, Pelatihan Drawing Taksonomi di IPB dan presentasi pada
Workshop pada tahun 2014. Penelitian yang dilakukan dibiayai BO-PTN 2012 di
IPB