Biologi Populasi Undur Undur Laut (Crustacea Hippidae) Di Pantai Selatan Jawa Tengah

BIOLOGI POPULASI UNDUR-UNDUR LAUT (CRUSTACEA:
HIPPIDAE) DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

ALI MASHAR

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

iii

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi berjudul “Biologi Populasi
Undur-Undur Laut (Crustacea: Hippidae) di Pantai Selatan Jawa Tengah”, adalah
benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal
atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016

Ali Mashar
NIM C261120011

iv

RINGKASAN
ALI MASHAR. Biologi Populasi Undur-Undur Laut (Crustacea: Hippidae) di
Pantai Selatan Jawa Tengah. Dibimbing oleh YUSLI WARDIATNO,
MENNOFATRIA BOER, ACHMAD FARAJALLAH, dan NURLISA A. BUTET.
Undur-undur laut atau mole crab atau kepiting pasir merupakan komponen
penting dari komunitas makrobentos di pantai berpasir, baik di daerah tropis
maupun bermusim empat. Pesisir Indonesia merupakan salah satu daerah sebaran
undur-undur laut, terutama famili Hippidae, terutama di pesisir selatan Jawa
Tengah, diantaranya Kabupaten Cilacap dan Kebumen. Undur-undur laut yang
banyak dijumpai di kedua wilayah tersebut berasal dari famili Hippidae, yaitu
Emerita emeritus dan Hippa adactyla, selain itu juga dijumpai undur-undur laut

jenis lain dari famili Albuneidae, yaitu Albunea symmysta. Undur-undur laut E.
emeritus paling sering dijumpai dan dengan kelimpahan paling tinggi.
Seiring dengan semakin banyak masyarakat mengenal nilai ekonomi undurundur laut, semakin tinggi tingkat pemanfaatan undur-undur laut, sehingga tekanan
terhadap populasi dan habitat undur-undur laut juga makin tinggi. Oleh karena itu,
perlu dilakukan pengelolaan yang bijak dalam pemanfaatan undur-undur laut agar
lestari dan berkelanjutan baik secara ekologi maupun ekonomi. Sebagai dasar untuk
menentukan kebijakan pengelolaan undur-undur laut tersebut, maka diperlukan
data biologi populasi undur-undur laut secara lengkap. Hal ini menjadi makin
penting dikarenakan penelitian aspek biologi populasi undur-undur laut di wilayah
tropis, termasuk Indonesia, masih jarang dilakukan, bahkan belum ada yang
meneliti aspek biologi populasi undur-undur laut secara lengkap. Penelitian tentang
biologi populasi undur-undur laut, terutama famili Hippidae, di pantai Cilacap dan
Kebumen diharapkan menjadi awal dan pelopor bagi penelitian undur-undur laut
secara lengkap, baik biologi, ekologi, maupun ekonomi, di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengkaji diversitas dan dinamika
kelimpahan jenis undur-undur laut famili Hippidae, 2) melakukan verifikasi dan
validasi jenis undur-undur laut famili Hippidae secara genetik, 3) mengkaji
dinamika populasi undur-undur laut famili Hippidae, 4) mengkaji potensi produksi
telur undur-undur laut famili Hippidae jenis Emerita emeritus, dan 5) mengestimasi
produktivitas sekunder tahunan undur-undur laut famili Hippidae.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa keragaman atau diversitas undurundur laut di pesisir selatan Jawa Tengah relatif tinggi dengan teridentifikasinya
secara morfologi tiga jenis undur-undur laut di pantai Bunton Cilacap dan pantai
Bocor Kebumen sebagaimana disebut di paragraf awal. Bahkan undur-undur laut
jenis A. symmysta merupakan penemuan pertama (first record) undur-undur laut ini
di lokasi studi. Berdasarkan jenis kelamin, undur-undur laut betina umumnya
didapatkan selalu lebih banyak dibanding jantan, terutama pada E. emeritus dan H.
adactyla. Kelimpahan undur-undur laut E. emeritus selalu dijumpai paling tinggi
dari undur-undur laut jenis lainnya. Namun, kelimpahan undur-undur laut pada
setiap wilayah pantai berpasir dapat berbeda-beda, tergantung kepada intensitas
aktivitas manusia di daerah pantai berpasir tersebut.

v

Ketiga spesies undur-undur laut yang ditemukan di lokasi penelitian sudah
diverifikasi dan divalidasi secara genetik. Undur-undur laut Hippa adactyla dengan
gen 16S rRNA dan Albunea symmysta dengan gen COI oleh peneliti lain yang
hasilnya juga disitir penulis pada karya tulis ini. Sedangkan Emerita emeritus dari
kedua lokasi penelitian sudah divalidasi pada penelitian ini dengan menggunakan
gen COI dan 16S rRNA. Dalam proses validasi ini didapatkan pula informasi bahwa
populasi E. emeritus dari pantai Cilacap dan Kebumen diduga satu populasi atau

populasinya bercampur dengan memperhatikan nilai jarak genetik undur-undur laut
dari kedua lokasi.
Berkaitan dengan aspek pertumbuhan, undur-undur laut secara umum
mempunyai pola pertumbuhan alometrik negatif, artinya pola pertambahan panjang
undur-undur laut lebih dominan dibanding pola pertambahan bobotnya. Undurundur laut betina lebih cepat tumbuh dibanding jantan, kecuali H. adactyla di pantai
Cilacap dimana pertumbuhan undur-undur laut jantan lebih cepat dari betina.
Undur-undur laut famili Hippidae secara umum mempunyai umur harapan hidup
atau lifespan kurang dari 3 tahun, kecuali E. emeritus jantan di pantai Kebumen.
Berdasarkan jenis kelamin, lifespan jantan lebih tinggi dari betina, kecuali H.
adactyla di pantai Cilacap dimana lifespan betina lebih tinggi dari jantan.
Secara reproduksi, undur-undur laut jenis E. emeritus dari pantai Bunton
Cilacap mempunyai energi reproduksi rata-rata 20-21% yang berarti bahwa E.
emeritus telah mencurahkan 20-21% untuk aktivitas reproduksi. Undur-undur laut
famili Hippidae dan biota-biota lain yang mempunyai sifat dan karakter yang sama
dengan undur-undur laut mempunyai energi reproduksi yang berbeda-beda antar
spesies dan wilayah.
Dalam penelitian ini juga dikaji potensi sumbangan biomass undur-undur
laut terhadap ekosistem sekitar habitatnya dengan melihat nilai produktivitas
sekunder undur-undur laut. Berdasarkan nilai produktivitas sekunder undur-undur
laut di kedua lokasi penelitian membuktikan bahwa undur-undur laut mempunyai

peran secara ekologis yang terukur dalam rantai makanan di perairan pantai selatan
Jawa Tengah. Populasi undur-undur laut di pantai Bunton Cilacap mempunyai nilai
produktivitas sekunder yang lebih tinggi dari populasi undur-undur laut di pantai
Bocor Kebumen. Dari perhitungan nilai produktivitas sekunder juga dapat diduga
umur populasi undur-undur laut. Populasi undur-undur laut di pantai selatan Jawa
Tengah mempunyai umur populasi dugaan 2-4 generasi per tahun dengan umur
populasi dugaan tertinggi pada H. adactyla dari pantai Bocor Kebumen, yaitu 4
generasi per tahun.
Kata kunci: dinamika populasi, Hippidae, produksi telur, produktivitas sekunder,
undur-undur laut, validasi genetik

vi

SUMMARY
ALI MASHAR. Population Biology of Mole Crab (Crustacea: Hippidae) in
Southern Beach of Central Java. Supervised by YUSLI WARDIATNO,
MENNOFATRIA BOER, ACHMAD FARAJALLAH, and NURLISA A. BUTET.
Mole crab or sand crab is an important component of macrobenthic
community on the sandy beach, in tropics and subtropics area. Indonesia is one of
distribution areas of mole crab of family Hippidae, especially in southern coast of

Central Java, including Cilacap and Kebumen coastal. Mole crabs that often found
in both areas are Emerita emeritus and Hippa adactyla from family Hippidae, but
it also encountered other mole crab from family Albuneidae, namely Albunea
symmysta. E. emeritus is mole crab that most frequently encountered and with the
highest abundance.
Along with more and more people recognize the economic value of mole
crab, the utilization rate of mole crab is higher, so that the pressure on the population
and habitat of mole crab are also higher. Therefore, it is necessary wisely
management to exploit mole crab, both ecologically and economically sustainable.
As a basis to determine policies of mole crab management, it is needed the
completely data of mole crab population biology. It is more important because of
the research about population biology of mole crab in tropics area, including
Indonesia, still rare, even no one has studied aspects of population biology of mole
crab completely. This study is expected to be the beginning and the pioneer for
mole crab research completely in Indonesia, both biology, ecology, and economics.
This study aims to: 1) assess the diversity and abundance dynamics of mole
crab family Hippidae, 2) verificate and validate mole crab family Hippidae
genetically, 3) assess the population dynamics of mole crab family Hippidae, 4)
assess the egg production potential of mole crab E. emeritus, and 5) estimate the
annual secondary productivity of mole crab family Hippidae.

The results showed that the diversity of mole crab on the south coast of
Central Java is relatively high with morphological identification of three types of
mole crab at Bunton beach, Cilacap and Bocor beach, Kebumen as showed in first
paragraph. Even A. symmysta was the first record from the study area. Generally,
the female mole crab always found more than the male, especially in E. emeritus
and H. adactyla. The abundance of E. emeritus always met the highest of other
mole crabs. However, the abundance of mole crab can vary in every region of sandy
beach, depending on intensity of human activity on sandy beach area.
The three species of mole crab that found at study site has been genetically
verificated and validated, H. adactyla with 16S rRNA gene and A. symmysta with
COI gene by other researchers. While E. emeritus has been verificated and validated
in this study using COI and 16S rRNA genes. In his validation process also obtained
information that the population of E. emeritus on Cilacap and Kebumen beaches
are one population or mixed population based on genetic distance of mole crab from
both locations.

vii
Base on growth aspect, generally, mole crab’s growth pattern is negative
allometric, the mean is the length pattern more dominant than the weight pattern.
Female have grow faster than males, except Hippa adactyla at Cilacap, males grow

faster than females. The growth rate of mole crab effect on life expectancy
(lifespan) of mole crab. Generally, lifespan of mole crab family Hippidae is less
than 3 years, except lifespan on males of H. adactyla at Cilacap beach. Lifespan of
males mole crab higher than females, except H. adactyla at Cilacap beach.
Mole crabs Emerita emeritus from Bunton beach Cilacap have reproduction
energy average about 20-21%, which means that E. emeritus been devoting 20-21%
energy for reproduction activity. Reproduction energy of mole crab family
Hippidae and others biota that have same characteristics are different among species
and location.
In this study also examines the biomass contribution potential of mole crab
to ecosystem surrounding mole crab habitat based on the value of secondary
productivity of mole crab. Based on the value of secondary productivity of mole
crab in both study areas prove that mole crabs have measurable ecological role in
the food chain in the south coastal waters of Central Java. The secondary
productivity of mole crab population on Bunton beach Cilacap higher than mole
crab population on Bocor beach. Furthermore, mole crab population on the south
coast of Central Java have the estimated population ages 2-4 generations per year
with the highest of estimated population age on H. adactyla in Bocor beach
Kebumen, which is 4 generations per year.
Key words: egg production, genetic validation, Hippidae, mole crab, population

dynamic, secondary productivity

viii

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

ix

BIOLOGI POPULASI UNDUR-UNDUR LAUT (CRUSTACEA:
HIPPIDAE) DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

ALI MASHAR


Disertasi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Doktor
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Perairan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

x

Penguji pada Ujian Tertutup : Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc
Dr Hawis Madduppa, SPi, MSi

Penguji pada Ujian Terbuka : Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc
Dr Handoko Adi Susanto, SPi, MSc

xi


xii

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih
dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2012 sampai dengan Juni
2014 ini ialah biologi undur-undur laut, dengan judul Biologi Populasi Undurundur Laut (Crustacea: Hippidae) di Pantai Selatan Jawa Tengah.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Pimpinan IPB mulai dari Kepala Divisi MSPi, Ketua Departemen MSP, Dekan
FPIK, Dekan SPs IPB, dan Rektorat IPB yang telah memberikan kesempatan,
ijin, bantuan, dan dukungannya bagi penulis untuk melaksanakan studi program
doktor di PS SDP,
2. Direktorat Jenderal DIKTI Kemenristek-Dikti yang telah memberikan beasiswa
bantuan biaya studi dan penelitian kepada penulis melalui skema BPPS/BPPDN
dan Hibah Penelitian Unggulan Perguruan Tinggi (PUPT-BOPTN),
3. Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc, Prof Dr Ir Mennofatria Boer, Dr Ir Achmad
Farajallah, MSi, dan Dr Ir Nurlisa A. Butet, MSc sebagai komisi pembimbing
penulis yang telah banyak memberikan saran dan masukan dari mulai penulisan
proposal, penelitian hingga penyusunan disertasi,
4. Dr Ir Yusli Wardiatno, MSc yang juga telah berkontribusi besar dalam
mendapatkan dana tambahan untuk penelitan dan analisis laboratorium,
5. Prof Dr Ir Kadarwan Soewardi dan Prof Dr Ir Ridwan Affandi yang telah
menjadi penguji luar komisi pada ujian pra kualifikasi doktor, baik tertulis
maupun lisan, dan atas saran dan masukannya,
6. Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc sebagai penguji luar komisi pada ujian
tertutup dan sidang promosi terbuka, Dr Hawis Madduppa, SPi, MSi sebagai
penguji luar komisi pada ujian tertutup, dan Dr Handoko Adi Susanto, SPi, MSc
sebagai penguji luar komisi pada sidang promosi terbuka atas saran dan
masukannya,
7. Tim Hebat penulis, terutama Bapak Sugeng, Yuyun Qonita MSi, Agus Alim
Hakim MSi, Surya Gentha Akmal SPi, Wahyu Muzammil MSi, Dewi Masithoh
SPi, dan Puji Utari Ardika MSi atas segala bantuan dan kerjasamanya selama
sampling, aktivitas laboratorium, dan pengolahan data,
8. Mas Mukhlis, staf akademik PS SDP, mas Aji, dan staf TU MSP, atas segala
bantuannya selama perkuliahan, penelitian, dan proses tugas akhir, dan
9. Keluarga tercinta, istri tercinta (Nissa Dwi Astari), anak-anak (Muthi Aulia Putri
Mashar (almh.), Amyra Tsania Putri Mashar, dan Ammar Aqeela Putra Mashar),
keluarga besar abah H. Alwi Chanafi (alm.) dan mane Hj. Toipah (almh.),
keluarga besar papap Tatang Ruchyat dan mamah Tati Maryati, dan kerabat,
serta para sahabat atas dukungan, pengertian, dan do’anya.
Penulis memohon maaf atas kesalahan dan kekurangan selama penulis
menyelesaikan disertasi ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.
Bogor, Agustus 2016
Ali Mashar

xiii

DAFTAR ISI
RINGKASAN
SUMMARY
PRAKATA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR ISTILAH
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Hipotesis
Ruang Lingkup Penelitian
Kebaruan (Novelty)
2 DIVERSITAS DAN KELIMPAHAN UNDUR-UNDUR LAUT DI
PANTAI SELATAN JAWA TENGAH
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Jenis undur-undur laut
Komposisi undur-undur laut
Kelimpahan undur-undur laut
Simpulan

iv
vi
xii
xv
xv
xvii
1
1
2
3
3
3
3
4
5
5
5
7
7
8
10
11

3 UNDUR-UNDUR LAUT Albunea symmysta (LINNAEUS, 1758)
SEBAGAI PENEMUAN PERTAMA DARI PANTAI SELATAN JAWA,
INDONESIA
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan

12

4 VERIFIKASI DAN VALIDASI SECARA GENETIK SPESIES
UNDUR-UNDUR LAUT Emerita emeritus (CRUSTACEA: HIPPIDAE)
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Amplikasi DNA
Jarak genetik dan filogenetik
Jarak genetik intra- dan interspesies
Urutan basa nukleotida
Simpulan

16

5 DINAMIKA POPULASI UNDUR-UNDUR LAUT FAMILI HIPPIDAE
DARI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH
Pendahuluan

28

12
12
13

16
17
19
19
21
25
26
27

28

xiv

Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Hubungan panjang dan bobot
Sebaran frekuensi ukuran panjang karapas
Pendugaan parameter pertumbuhan
Simpulan

28
30
30
36
42
47

6 PRODUKSI TELUR UNDUR-UNDUR LAUT JENIS EMERITA
EMERITUS DARI PANTAI BUNTON, KABUPATEN CILACAP
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Jumlah telur
Diamter telur
Volume telur
Energi reproduksi
Simpulan

48

7 PRODUKTIVITAS SEKUNDER UNDUR-UNDUR LAUT FAMILI
HIPPIDAE DARI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Biomassa (B) tahunan
Produktivitas sekunder (P) tahunan
Rasio P/B
Simpulan

56

8 PEMBAHASAN UMUM

65

9 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

75
75
75

DAFTAR PUSTAKA

76

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

84

48
48
51
51
52
53
53
55

56
57
58
58
61
62
64

xv

DAFTAR TABEL
1 Komposisi hasil tangkapan per jenis undur-undur laut di pantai
Cilacap dan pantai Kebumen
2 Persentase komposisi hasil tangkapan per jenis undur-undur laut di
pantai Cilacap dan pantai Kebumen
3 Kelimpahan rata-rata per jenis undur-undur laut di pantai Cilacap
dan pantai Kebumen
4 Jarak genetik antara individu Emerita emeritus yang berasal dari
pantai Cilacap dan pantai Kebumen serta spesies lainnya dari ordo
dekapoda bedasarkan gen COI
5 Jarak genetik antara individu Emerita emeritus yang berasal dari
pantai Cilacap dan pantai Kebumen serta spesies lainnya dari famili
Hippidae bedasarkan gen 16S rRNA
6 Situs variabel gen COI pada Emerita emeritus yang berasal dari
pantai Cilacap dan pantai Kebumen
7 Situs variabel gen 16S rRNA pada Emerita emeritus yang berasal
pantai Cilacap dan pantai Kebumen
8 Hubungan panjang dan bobot undur-undur laut dari pantai Cilacap
9 Hubungan panjang dan bobot undur-undur laut dari pantai Kebumen
10 Kisaran ukuran panjang karapas undur-undur laut hasil penelitian di
pantai Cilacap dan pantai Kebumen
11 Parameter pertumbuhan dan lifespan undur-undur laut di pantai
Cilacap dan pantai Kebumen
12 Perkembangan penelitian undur-undur laut di Indonesia dan dunia

8
8
10
22

23

26
27
30
30
36
43
66

DAFTAR GAMBAR
1 Lokasi penelitian. Kotak hitam menunjukkan lokasi pengambilan
contoh undur-undur laut pantai Cilacap dan pantai Kebumen
2 Fluktuasi kelimpahan bulanan undur-undur laut di pantai Cilacap
dan pantai Kebumen
3 Spesimen Albunea symmysta (Linnaeus 1758) (jantan) dari pantai
Bocor, Buluspesantren, Kebumen, Jawa Tengah
4 Albunea symmysta (Linnaeus 1758) (15.5 mm) A. Karapas anterior.
B. Pereopod kiri II dactyl (tampak lateral). C. Antennules. D.
Pereopod kiri III dactyl (tampak lateral). E. Telson jantan (tampak
dorsal)
5 Visualisasi hasil amplifikasi gen COI Emerita emeritus yang berasal
dari pantai Cilacap dan pantai Kebumen

6
10
13
15

19

xvi

6 Visualisasi hasil amplifikasi gen 16S rRNA Emerita emeritus yang
berasal dari pantai Cilacap dan pantai Kebumen
7 Target gen COI Emerita emeritus berdasarkan gen COI dari Lithodes
nintokuae
8 Target gen 16S rRNA Emerita emeritus berdasarkan gen 16S rRNA
dari Lithodes nintokuae
9 Konstruksi pohon filogeni Emerita emeritus yang berasal dari pantai
Cilacap dan pantai Kebumen serta spesies lain dari infraordo
Anomura dan ordo Decapoda berdasarkan gen COI
10 Konstruksi pohon filogeni Emerita emeritus yang berasal dari pantai
Cilacap dan pantai Kebumen serta spesies lainnya dari famili
Hippidae berdasarkan gen 16S rRNA
11 Hubungan panjang karapas dan bobot undur-undur laut Emerita
emeritus jantan dan betina di pantai Cilacap
12 Hubungan panjang karapas dan bobot undur-undur laut Emerita
emeritus jantan dan betina di pantai Kebumen
13 Hubungan panjang karapas dan bobot undur-undur laut Hippa
adactyla jantan dan betina di pantai Kebumen
14 Hubungan panjang karapas dan bobot undur-undur laut Hippa
adactyla jantan dan betina di pantai Kebumen
15 Sebaran ukuran panjang karapas dan plot von Bertalanffy Emerita
emeritus di pantai Cilacap dan pantai Kebumen
16 Sebaran ukuran panjang karapas dan plot von Bertalanffy Hippa
adactyla di pantai Cilacap dan pantai Kebumen
17 Pola rekrutmen undur-undur laut Emerita emeritus di pantai Cilacap
dan pantai Kebumen
18 Pola rekrutmen undur-undur laut Hippa adactyla di pantai Cilacap
dan pantai Kebumen
19 Kurva pertumbuhan von Bertalanffy dan lifespan undur-undur laut
Emerita emeritus di pantai Cilacap dan Kebumen
20 Kurva pertumbuhan von Bertalanffy dan lifespan undur-undur laut
Hippa adactyla dari pantai Cilacap dan Kebumen
21 Stadia telur pada undur-undur laut (Dari kiri ke kanan: stadia 1,
stadia 2, stadia 3)
22 Jumlah telur Emerita emeritus rata-rata per individu per bulan
pengamatan
23 Diameter telur rata-rata Emerita emeritus per butir per bulan
pengamatan
24 Volume telur Emerita emeritus rata-rata per butir
25 Energi reproduksi rata-rata Emerita emeritus berdasarkan berat
kering egg mass dan tubuh tanpa egg mass

20
20
21
24

24

31
32
33
34
38
39
41
42
45
46
50
51
52
53
54

xvii

26 Energi reproduksi rata-rata Emerita emeritus berdasarkan penurunan
berat kering tubuh betina
27 Biomassa tahunan undur-undur laut Emerita emeritus dan Hippa
adactyla dari pantai Cilacap dan Kebumen
28 Produktivitas sekunder tahunan undur-undur laut Emerita emeritus
dan Hippa adactyla dari pantai Cilacap dan Kebumen
29 Rasio P/B tahunan undur-undur laut Emerita emeritus dan Hippa
adactyla dari pantai Cilacap dan Kebumen
30 Distribusi undur-undur laut famili Hippidae di Indonesia
31 Pola arus perairan Pulau Jawa bulan Agustus 2014

54
59
61
62
70
71

DAFTAR ISTILAH
Biologi populasi
BLAST n

Complex species
Cryptic species

Dinamika populasi

Energi reproduksi
GenBank
Laju eksploitasi

: ilmu yang mempelajari sekumpulan individu dengan
sifat-sifat tertentu di suatu tempat/habitat
: (Basic Local Alignment Search Tool-nucleotide)
pilihan menu dari situs NCBI (National Center for
Biotechnology Information) yang digunakan untuk
memastikan kebenaran suatu spesies dan mengetahui
kedekatan dengan spesies lain
: satu spesies diklasifikasikan dalam beberapa nama
spesies akibat keragaman morfologi yang kompleks
: dua atau lebih spesies yang berbeda diklasifikasikan
dalam satu nama spesies akibat karakteristik
morfologi yang samar
: cara populasi spesies tertentu berkembang/tumbuh
dan menyusut serta sebab-sebab peningkatan dan
penurunan jumlah populasi tersebut
: konsep batasan identifikasi populasi dan stok serta
parameter perubahan, yaitu pendugaan pertumbuhan,
rekrutmen, mortalitas alami, dan penangkapan
: energi yang dicurahkan oleh suatu biota untuk
melakukan proses reproduksi
: situs NCBI yang memuat informasi dasar mengenai
bioteknologi (termasuk informasi dasar DNA)
: bagian suatu kelompok umur yang akan ditangkap
selama biota tersebut masih hidup atau jumlah ikan
yang ditangkap dibandingkan dengan jumlah total
ikan yang mati karena semua faktor, baik faktor alam
maupu faktor penangkapan

xviii

Marka genetik

: penciri individu yang terlihat oleh mata atau
terdeteksi dengan alat tertentu yang menunjukkan
genotipe suatu individu. Bentuknya dapat berupa
penampilan fenotipe/morfologi tertentu, kandungan
senyawa (protein atau produk biokimia tertentu),
berkas (band) pada suatu lembar hasil elektroforesis
gel atau kromatogram, atau hasil pembacaan
sekuensing
Mole crab
: nama umum atau internasional undur-undur laut yang
masuk dalam famili Hippidae
Mortalitas alamiah
: kematian suatu sumberdaya hayati yang disebabkan
oleh beberapa faktor alamiah, meliputi fakor predasi,
termasuk kanibalisme, penyakit, stress pada waktu
pemijahan, kelaparan, dan umur yang tua
Mortalitas penangkapan : kematian suatu sumberdaya hayati yang disebabkan
oleh kegiatan penangkapan yang dilakukan terusmenerus
Pertumbuhan
: pertambahan ukuran panjang dan berat dalam suatu
waktu
Populasi
: sekumpulan individu dengan ciri-ciri yang sama
(spesies) yang hidup di tempat yang sama dan
memiliki kemampuan bereproduksi di antara
sesamanya
Produktivitas sekunder : kecepatan energi kimia mengubah bahan organik
menjadi simpanan energi kimia baru oleh organisme
heterotrof
Sand crab
: nama umum atau internasional undur-undur laut yang
masuk dalam superfamili Hippoidea
Sekuensing
: sebuah prosedur untuk menentukan urutan nukleotida
dalam sampel DNA yang berguna dalam taksonomi,
identifikasi, dan karakterisasi
Yutuk
: nama lokal undur-undur laut di lokasi penelitian,
terdiri dari yutuk jambe untuk Emerita emeritus,
yutuk batok untuk Hippa adactyla, dan yutuk kethek
untuk Albunea symmysta.

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Undur-undur laut atau mole crab atau kepiting pasir merupakan komponen
penting dari komunitas makrobentos pantai berpasir terbuka di seluruh dunia, baik
di daerah tropis maupun bermusim empat (Efford 1976; Haley 1982). Pesisir
Indonesia merupakan salah satu daerah sebaran undur-undur laut, terutama undurundur laut famili Hippidae, di antaranya pesisir barat Sumatera, pantai selatan Jawa,
dan Maluku (Boyko & Harvey 1999; Boyko 2002; Haye et al. 2002), serta pesisir
selatan Yogyakarta (Mursyidin 2007). Di antara daerah-daerah pesisir tersebut,
undur-undur laut di pesisir selatan Jawa Tengah, terutama di Kabupaten Cilacap
dan Kebumen, dapat dijumpai sepanjang tahun dan sudah banyak dieksploitasi.
Undur-undur laut yang banyak dijumpai di kedua wilayah tersebut berasal dari
famili Hippidae, yaitu Emerita emeritus dan Hippa adactyla. Selain itu, juga dapat
dijumpai undur-undur laut dari famili Albuneidae, yaitu Albunea symmysta.
Diantara ketiganya, E. emeritus paling sering dijumpai dan ditemukan dengan
kelimpahan paling tinggi (Mashar et al. 2014).
Undur-undur laut memiliki peran ekologi yang cukup penting pada habitat
alaminya di perairan intertidal, yaitu berperan dalam siklus atau rantai makanan
(sebagai makanan bagi hewan pantai, seperti burung pantai/laut, ikan, dan sea otter)
dan sebagai indikator lingkungan perairan, yaitu sebagai bioindikator pencemaran
pestisida, tumpahan minyak, merkuri, dan indikasi kandungan asam domoik
(neurotoksin yang dihasilkan oleh diatom) (Siegel & Wenner 1984; Wenner 1988;
Pérez 1999; Dugan et al. 2005) serta spesies indikator dan organisme model pada
kajian pengaruh panas buangan pembangkit listrik tenaga atom (Subramoniam
2014). Undur-undur laut juga mempunyai nilai kesehatan yang cukup tinggi, di
antaranya mengandung protein, omega-3, dan omega-6 cukup tinggi, sehingga
dapat dimanfaatkan sebagai sumber makanan (Hartono et al. 2011; Mursyidin
2007; Santoso et al. 2015). Lebih dari itu, undur-undur laut juga mempunyai nilai
ekonomi yang tidak sedikit bagi lima komponen masyarakat yang terdapat di
wilayah pesisir Kabupaten Cilacap dan Kebumen, yaitu kelompok penangkap
(nelayan), pengumpul, pengolah, pedagang, dan konsumer atau yang
mengkonsumsi undur-undur laut (Bhagawati et al. 2016).
Seiring dengan semakin banyak masyarakat mengenal nilai ekonomi undurundur laut, maka semakin banyak masyarakat pesisir yang menjadi nelayan undurundur laut sebagai salah satu alternatif mata pencaharian. Kondisi tersebut
berdampak pada tekanan yang makin tinggi pada populasi dan habitat undur-undur
laut. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah pengelolaan yang bijak dalam
pemanfaatan undur-undur laut agar populasinya tetap lestari sehingga fungsi
ekologi, sekaligus fungsi ekonominya tetap dapat berjalan secara harmonis.
Sebagai dasar untuk menentukan kebijakan pengelolaan undur-undur laut tersebut,
maka diperlukan data biologi populasi undur-undur laut secara lengkap.
Penelitian undur-undur laut di dunia sebenarnya telah banyak dilakukan
meliputi aspek pertumbuhan (Fusaro 1978; Sastre 1991), kandungan logam berat
(Pérez 1999), reproduksi (Kanagalakshmi 2011), kebiasaan makan (Wenner 1977),

2

dinamika populasi (Defeo & Cardoso 2002; Petracco et al. 2003), komposisi spesies
(Boonruang & Phasuk 1975), distribusi (Boyko & Harvey 1999), filogenetik
molekuler (Haye et al. 2002), dan kajian etnotaksonomi undur-undur laut
(Bhagawati et al. 2016). Namun, penelitian tersebut sebagian besar dilakukan di
daerah subtropis atau beriklim empat. Penelitian tentang undur-undur laut di daerah
tropis, termasuk di Indonesia, masih jarang dilakukan. Bahkan untuk penelitian
aspek biologi populasi undur-undur laut secara komprehensif di wilayah tropis dan
di Indonesia belum ada yang menelitinya, padahal informasi aspek biologi populasi
sangat penting sebagai salah satu dasar dalam merumuskan suatu kebijakan
pengelolaan sumber daya perikanan. Oleh karena itu, penelitian untuk menggali
data dan informasi biologi populasi undur-undur laut, terutama famili Hippidae,
penting dilakukan di pantai-pantai berpasir wilayah Indonesia yang selama ini
diketahui sebagai habitat undur-undur laut, di antaranya pantai selatan Jawa Tengah
yang meliputi pantai berpasir Kabupaten Cilacap dan Kebumen.
Perumusan Masalah
Undur-undur laut memiliki peran ekologi yang cukup penting di perairan
intertidal, di antaranya berperan dalam siklus atau rantai makanan di daerah
intertidal dan sebagai indikator lingkungan perairan daerah intertidal. Selain nilai
ekologi, undur-undur laut juga ternyata memiliki nilai gizi yang cukup tinggi, yaitu
mengandung protein, omega-3, dan omega-6 yang cukup tinggi sehingga banyak
masyarakat yang mengkonsumsinya, terutama masyarakat pesisir selatan Jawa
Tengah. Karena kandungan gizi yang tinggi tersebut dan makin dikenal luas
keberadaan dan nilai gizinya, maka makin banyak kelompok masyarakat daerah
pesisir yang menerima manfaat dari keberadaan undur-undur laut, yaitu kelompok
kelompok penangkap (nelayan), pengumpul, pengolah, pedagang, dan konsumer
undur-undur laut. Kondisi tersebut menjadikan undur-undur laut menjadi salah satu
komoditas yang memiliki nilai ekonomi cukup penting bagi masyarakat pesisir di
pantai selatan Jawa Tengah, lebih khusus masyarakat pesisir Kabupaten Cilacap
dan Kebumen.
Seiring dengan makin banyak masyarakat yang mengetahui nilai ekonomi
undur-undur laut, maka semakin banyak masyarakat yang mengeksploitasi undurundur laut, baik untuk dikonsumsi sendiri maupun untuk dijual dan dijadikan mata
pencaharian alternatif. Kondisi tersebut berdampak pada tekanan yang makin tinggi
pada populasi dan habitat undur-undur laut. Oleh karena itu, dalam rangka untuk
mengantisipasi tekanan yang makin tinggi, terutama terhadap populasi undur-undur
laut, maka perlu dilakukan upaya pengelolaan undur-undur laut untuk mencegah
eksploitasi undur-undur laut yang tidak terkendali dan tidak memperhatikan
kelestarian undur-undur laut. Upaya pengelolaan undur-undur laut tersebut harus
dilakukan secara bijak agar populasi undur-undur laut tetap lestari, baik secara
ekologi maupun secara secara ekonomi. Sebagai salah satu dasar penting dalam
merumuskan kebijakan pengelolaan undur-undur laut tersebut, maka dibutuhkan
data biologi populasi undur-undur laut secara lengkap. Dengan demikian, penelitian
biologi populasi undur-undur laut secara lengkap atau komprehensif penting untuk
dilakukan.

3

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. mengkaji diversitas dan dinamika kelimpahan jenis undur-undur laut famili
Hippidae,
2. melakukan verifikasi dan validasi jenis undur-undur laut famili Hippidae secara
genetik,
3. mengkaji dinamika populasi undur-undur laut famili Hippidae,
4. mengkaji potensi produksi telur undur-undur laut famili Hippidae jenis Emerita
emeritus, dan
5. mengestimasi produktivitas sekunder tahunan undur-undur laut famili Hippidae.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan sebagai informasi dasar dalam upaya
pengelolaan sumber daya undur-undur laut secara lestari dan berkelanjutan,
terutama bagi masyarakat dan pemerintah daerah.
Hipotesis
Kondisi undur-undur laut yang berada pada habitat yang telah terganggu
oleh aktivitas manusia lebih tertekan dibanding undur-undur laut yang berada pada
habitat yang belum terganggu oleh aktivitas manusia. Kondisi tersebut ditunjukkan
dengan nilai beberapa parameter biologi populasi undur-undur laut pada habitat
yang telah terganggu oleh aktivitas manusia nilainya lebih rendah, meliputi
kelimpahan rata-rata, energi reproduksi, dan produktivitas sekunder.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian terdiri dari ruang lingkup lokasi dan ruang lingkup
materi. Ruang lingkup lokasi penelitian terdiri dari 2 (dua) lokasi penelitian, yaitu:
1. Lokasi yang mewakili habitat undur-undur laut yang banyak aktivitas manusia,
yaitu pantai Bocor, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten Kebumen, dan
2. Lokasi yang mewakili habitat undur-undur laut yang sangat sedikit aktivitas
manusia, yaitu pantai Bunton, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap.
Ruang lingkup materi penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Verifikasi dan validasi undur-undur laut Emerita emeritus secara genetik,
2. Kajian diversitas dan dinamika kelimpahan jenis undur-undur laut,
3. Kajian dinamika populasi undur-undur laut famili Hippidae,
4. Kajian potensi produksi telur undur-undur laut jenis Emerita emeritus, dan
5. Kajian produktivitas sekunder tahunan undur-undur laut famili Hippidae.

4

Kebaruan (Novelty)
Kebaruan dari hasil penelitian ini adalah:
1. Informasi tentang keberadaan tiga spesies undur-undur laut infraordo Anomura
dalam satu lokasi di pantai selatan Jawa Tengah,
2. Informasi pertama tentang keberadaan undur-undur laut Albunea symmysta di
pantai selatan Jawa Tengah,
3. Informasi dinamika populasi undur-undur laut famili Hippidae Emerita
emeritus dan Hippa adactyla di wilayah Indonesia,
4. Informasi potensi produksi telur undur-undur laut Emerita emeritus di wilayah
Indonesia, dan
5. Informasi estimasi produktivitas sekunder tahunan undur-undur laut famili
Hippidae Emerita emeritus dan Hippa adactyla di wilayah Indonesia.

5

2 DIVERSITAS DAN KELIMPAHAN UNDUR-UNDUR LAUT
DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH
Pendahuluan
Undur-undur laut pasir merupakan biota bentik yang hidup di pantai
berpasir (Efford 1976; Haley 1982), termasuk pantai berpasir Indonesia, di
antaranya pesisir barat Sumatera, pantai selatan Jawa, dan Maluku (Boyko &
Harvey 1999; Boyko 2002; Haye et al. 2002). Di pantai selatan Jawa, undur-undur
laut banyak ditemukan di pantai berpasir selatan Jawa Tengah, di antaranya pantai
Kebumen dan Cilacap (Mashar & Wardiatno 2013ab; Wardiatno et al. 2014; Osawa
et al.2010). Undur-undur laut memiliki beberapa peran ekologis cukup penting di
daerah intertidal, meliputi sebagai makanan bagi hewan pantai dan sebagai
bioindikator pencemaran pestisida atau DDT, tumpahan merkuri, dan indikasi
kandungan asam domoik (Siegel & Wenner 1984, Wenner 1988; Pérez 1999;
Dugan et al. 2005; Lafferty et al. 2013). Undur-undur laut juga mengandung protein
dan omega-3 serta omega-6 cukup tinggi, yaitu kandungan protein 32.32%
(Anonim 2007 in Hartono et al. 2011), omega-3 12.49% (Mursyidin et al. 2003 in
Hartono et al. 2011), dan omega-6 11.80% - 12.94% (Mursyidin 2007) sehingga
cukup baik untuk dikonsumsi, terutama untuk anak-anak dalam masa pertumbuhan.
Kegiatan eksploitasi undur-undur laut di pantai berpasir Cilacap dan
Kebumen cenderung makin meningkat dari tahun ke tahun, yang ditandai dengan
peningkatan jumlah nelayan penangkap undur-undur laut. Berdasarkan hasil
wawancara dengan nelayan undur-undur laut di pesisir Cilacap bagian timur,
jumlah nelayan undur-undur laut meningkat dari 5 (lima) orang pada tahun 2007
menjadi sekitar 50 orang pada tahun 2013. Kondisi tersebut jika tidak dikendalikan
dapat memberikan tekanan makin tinggi pada populasi dan habitat undur-undur
laut. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan sumber daya undur-undur laut agar
tetap lestari, baik secara ekologi maupun ekonomi. Informasi tentang jenis undurundur laut, meliputi kelimpahan dan komposisi per jenis, penting untuk diketahui
dalam pengelolaan sumber daya undur-undur laut. Chapter ini sudah dipublikasi
dalam jurnal nasional terakreditasi DIKTI, yaitu Jurnal Ilmu Kelautan 19(4):226232 Tahun 2014 dengan judul sama dengan judul chapter ini.
Bahan dan Metode
Bahan utama penelitian ini adalah undur-undur laut. Undur-undur laut
didapatkan dari daerah gelombang pecah di pantai (swash zone) yang lebarnya
dapat mencapai 8-30 meter tergantung kondisi gelombang (Mann 2000; Wardiatno
et al. 2013, 2014) di pantai Bocor, Kecamatan Buluspesantren, Kabupaten
Kebumen (7o47'33,7" LS dan 109o40’00,9” BT hingga 7o47'54,8" LS dan
109o41'36,4" BT)), dan pantai Bunton, Kecamatan Adipala, Kabupaten Cilacap
(7o41'26,60" LS dan 109o09’30,70” BT hingga 7o41'25,20" LS dan 109o09'17,30"
BT) (Gambar 1). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei
deskriptif.

6

Gambar 1. Lokasi penelitian. Kotak hitam menunjukkan lokasi pengambilan contoh undur-undur laut di pantai Cilacap dan pantai Kebumen
(Sumber peta: www.d-maps.com/asia/indonesia)

7

Pengumpulan contoh undur-undur laut di pantai Bocor, Kebumen,
dilakukan selama 12 bulan dari Maret 2012 hingga Februari 2013. Pengumpulan
contoh undur-undur laut di pantai Bunton, Cilacap, dilakukan selama 12 bulan dari
Juni 2013 hingga Mei 2014. Penangkapan contoh undur-undur laut di kedua
wilayah tersebut dilakukan dengan alat bantu berupa alat tangkap tradisional
nelayan setempat yang dinamakan “sorok”. Alat tangkap sorok bentuknya seperti
alat sorok padi pada saat dijemur, terbuat dari sebatang bambu sebagai pegangan
dengan panjang antara sekitar 1.8 meter, ujungnya dipasang papan kecil dengan
ukuran 20 x 60 cm yang fungsinya untuk menyorok. Prinsip kerja alat ini cukup
sederhana, yaitu dengan menyorok atau menyisir permukaan pantai berpasir dalam
posisi secara horisontal terhadap pantai di daerah swash zone. Ketika pada daerah
sorokan tampak ada gundukan kecil yang berdenyut-denyut, maka segera gali
gundukan tersebut karena kemungkinan di dalamnya terdapat undur-undur laut.
Jadi, alat tangkap sorok ini sifatnya mendeteksi keberadaan undur-undur laut di
daerah sapuan alat tangkap sorok. Jarak daerah sapuan sorok adalah sekitar 2 km di
pantai Bunton Cilacap dan 3 km di pantai Bocor Kebumen, sehingga luas sapuan
sorok pada penelitian ini adalah 1 200 m2 di pantai Bunton Cilacap dan 1 800 m2 di
pantai Bocor Kebumen.
Analisis data yang dilakukan pada penelitian adalah analisis komposisi
setiap jenis undur-undur laut secara deskriptif. Selain itu dilakukan analisis
kelimpahan setiap jenis undur-undur laut dengan membandingkan jumlah undurundur laut yang tertangkap dengan luas daerah sapuan sorok, yang secara sederhana
dapat ditulis dengan notasi matematika: K = N/A; dimana: K = kelimpahan undurundur laut (ekor/m2); N = jumlah undur-undur laut yang tertangkap (ekor); dan A
= luas area sapuan sorok (m2).
Hasil dan Pembahasan
Jenis undur-undur laut
Undur-undur laut yang diperoleh selama penelitian adalah 3 (tiga) spesies,
baik yang didapatkan di pantai Bocor, Kebumen maupun pantai Bunton, Cilacap,
terdiri dari 2 (dua) spesies dari famili Hippidae (Emerita emeritus dan Hippa
adactyla), dan 1 (satu) spesies dari famili Albuneidae, yaitu Albunea symmysta.
Ditemukannya tiga spesies undur-undur laut tersebut semakin memperkuat hasil
penelitian Mashar dan Wardiatno (2013ab) yang mengidentifikasi ketiga spesies
undur-undur laut tersebut secara morfologi. Ketiga spesies undur-undur laut
tersebut telah mendapatkan konfirmasi dari taksonom undur-undur laut, yaitu Dr.
Christopher B. Boyko dari Division of Invertebrate Zoology, American Museum of
Natural History, New York, USA (Komunikasi pribadi 2013).
Ditemukannya undur-undur laut famili Hippidae dan Albuneidae dalam satu
lokasi juga merupakan kenyataan yang jarang terjadi. Hal tersebut dikarenakan
habitat kedua famili undur-undur laut tersebut memang berbeda, yaitu famili
Hippidae hidup di daerah intertidal yang relatif dangkal, sedangkan famili
Albuneidae umumnya hidup di daerah subtidal. Undur-undur laut famili
Albuneidae genus Albunea masih dapat ditemukan pada kedalaman sekitar 50-150
meter (Boyko & Harvey 1999; Corsini-Foka & Kalogirou 2013). Oleh karena itu,
apabila di suatu pantai berpasir ditemukan undur-undur laut famili Hippidae, maka

8

jarang ditemukan undur-undur laut famili Albuneidae, begitu juga sebaliknya.
Kejadian ini sama seperti ditemukannya undur-undur laut famili Hippidae dan
Albuneidae di pantai Phuket Thailand pada penelitian tahun 1971-1973 (Boonruang
& Phasuk 1975).
Komposisi undur-undur laut
Jumlah undur-undur laut yang tertangkap dan terkumpul selama penelitian
adalah 8 072 ekor, dimana 1 513 ekor berasal dari pantai Bocor, Kebumen, dan 6
559 ekor berasal dari pantai Bunton, Cilacap. Secara lengkap, komposisi dan
presentase hasil tangkapan undur-undur laut untuk setiap jenis dan setiap lokasi
penelitian disajikan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Tabel 1. Komposisi hasil tangkapan per jenis undur-undur laut di pantai Cilacap
dan pantai Kebumen
Lokasi
Penelitian
Pantai Bocor,
Kebumen

Jenis Undur-undur
Laut
Emerita emeritus
Hippa adactyla
Albunea symmysta

Pantai Bunton,
Cilacap

Emerita emeritus
Hippa adactyla
Albunea symmysta

Hasil Tangkapan (ekor)
Jantan
Betina
Total
76
991
1 067
171
202
373
32
41
73
279
1 234
1 513
1 077
3 860
4 973
311
1 162
1 473
47
102
149
1 435
5 124
6 559
8 072

Tabel 2. Persentase komposisi hasil tangkapan per jenis undur-undur laut di pantai
Cilacap dan pantai Kebumen
Lokasi
Penelitian

Jenis Undur-undur Laut

Pantai Bocor,
Kebumen

Emerita emeritus
Hippa adactyla
Albunea symmysta

Pantai Bunton,
Cilacap

Emerita emeritus
Hippa adactyla
Albunea symmysta

Proporsi Hasil
Tangkapan (%)
Jantan
Betina
7.1
92.9
45.8
54.2
43.8
56.2
18.4
81.6
21.8
78.2
21.1
78.9
31.5
68.5
21.9
78.1

Persentase
Total (%)

Keterangan: Data pada Tabel 2 berhubungan/berdasarkan data Tabel 1, yaitu persentase dari hasil
tangkapan terhadap total hasil tangkapan, baik untuk jantan, betina, maupun total, pada
masing-masing jenis undur-undur laut dan lokasi penelitian

Berdasarkan tabel-tabel di atas diketahui bahwa undur-undur laut Emerita
emeritus paling banyak didapatkan di kedua lokasi penelitian, disusul Hippa
adactyla, dan yang paling sedikit adalah Albunea symmysta, dengan persentase
komposisi E. emeritus 70.5%-75.3%; H. adactyla 22.,5%-24.7%; dan A. symmysta
2.2%-4.8%. Undur-undur laut E. emeritus selalu didapatkan dalam jumlah yang

70.5
24.7
4.8
75.3
22.5
2.2

9

paling besar di setiap pengampilan contoh undur-undur laut, dan Albunea symmysta
selalu dijumpai dalam jumlah yang paling sedikit, bahkan di beberapa waktu
pengambilan contoh tidak didapatkan undur-undur laut A. symmysta.
Kenyataan bahwa undur-undur laut Emerita emeritus selalu didapatkan jauh
lebih banyak dari jenis undur-undur laut lainnya menunjukkan adanya dominasi
populasi undur-undur laut E. emeritus. Kondisi ini semakin memperkuat informasi
dari Boyko and McLaughlin (2010) dan Haye et al. (2002) bahwa undur-undur laut
genus Emerita, terutama jenis E. emeritus, banyak tersebar di pantai berpasir
wilayah Asia Tenggara. Undur-undur laut genus Hippa secara umum banyak
dijumpai di perairan Australia (Poore 2004). Jadi diduga, keberadaan undur-undur
laut jenis H. adactyla yang ditemukan di lokasi penelitian yang berada di bagian
utara Samudra Hindia ada kaitannya dengan undur-undur laut genus Hippa yang
tersebar di perairan Australia yang berada di bagian timur Samudra Hindia.
Adapun undur-undur laut A. symmysta ditemukan dalam jumlah yang paling
sedikit, bahkan terkadang tidak didapatkan pada pengambilan contoh, merupakan
kondisi yang wajar. Hal tersebut dikarenakan habitat undur-undur laut A. symmysta
sebenarnya ada di daerah intertidal bagian bawah hingga daerah tidal, bahkan
pernah ditemukan pada kedalaman sekitar 50 dan 150 meter (Boyko & Harvey
1999; Corsini-Foka & Kalogirou 2013). Sedangkan daerah pengambilan contoh
undur-undur laut pada penelitian ini adalah daerah intertidal bagian atas, sehingga
wajar jika undur-undur laut A. symmysta ditemukan dalam jumlah sedikit. Undurundur laut A. symmysta yang didapatkan di daerah intertidal diduga sedang mencari
makanan, di antaranya bangkai undur-undur laut famili Hippidae.
Berdasarkan jenis kelamin, undur-undur laut betina selalu lebih banyak,
baik di kedua lokasi penelitian maupun untuk setiap jenis undur-undur laut tersebut.
Bahkan, untuk jenis E. emerita, betina ditemukan jauh lebih banyak dari jantannya,
dengan komposisi betina mencapai 78.2%-92.9%. Hasil yang sama juga dijumpai
pada penelitian Boonruang and Phasuk (1975) bahwa undur-undur laut betina selalu
dijumpai dengan komposisi lebih tinggi dari jantan, bahkan untuk jenis E. emeritus
komposisi betina bisa mencapai hingga sekitar 95%.
Komposisi undur-undur laut betina yang jauh lebih besar dibanding jantan
diduga sebagai bentuk adaptasi alami dari undur-undur laut tersebut. Sebagaimana
diketahui bahwa dalam siklus reproduksi undur-undur laut, setelah telur-telur
menetas, mereka mengalami fase planktonik yang cukup lama, antara 3-4 bulan
(Ricketts et al. 1992; Israel et al. 2006)). Selama fase planktonik tersebut, peluang
kelangsungan hidupnya relatif kecil, terutama karena adanya peluang predasi yang
tinggi terhadap larva-larva undur-undur laut tersebut di daerah intertidal. Oleh
karena itu, untuk mempertahankan eksistensinya di dalam, undur-undur laut
didominasi oleh betina sehingga diharapkan semakin banyak telur yang dihasilkan
untuk mengimbangi kehilangan larva yang tinggi pada fase planktonik.
Selain itu, komposisi betina lebih dominan dapat disebabkan karena
kebutuhan betina terhadap oksigen lebih tinggi untuk aktivitas reproduksi. Oleh
karena itu, undur-undur laut betina akan mencari lokasi yang berpotensi kandungan
oksigennya tinggi, baik dari pergerakan ombak maupun dari udara. Swash zone
adalah wilayah di pantai tinggi kandungan oksigennya, sehingga undur-undur laut
betina banyak menuju daerah tersebut agar terjamin kebutuhan oksigennya untuk

10

aktivitas reproduksi. Oleh karena itu, undur-undur laut betina lebih banyak
dijumpai di daerah swash zone daripada jantan sebagaimana terjadi di lokasi
penelitian.
Kelimpahan undur-undur laut
Kelimpahan undur-undur laut untuk setiap jenisnya di setiap lokasi
penelitian secara rinci disajikan pada Tabel 3 dan Gambar 2.
Tabel 3. Kelimpahan rata-rata per jenis undur-undur laut di pantai Cilacap dan
pantai Kebumen
Lokasi Penelitian
Pantai Bocor, Kebumen

Pantai Bunton, Cilacap

Jenis Undur-undur Laut
Emerita emeritus
Hippa adactyla
Albunea symmysta
Emerita emeritus
Hippa adactyla
Albunea symmysta

Kelimpahan Rata-rata
(ekor/100 m2)
5
2
1
34
10
1

Gambar 2. Fluktuasi kelimpahan bulanan undur-undur laut di pantai Cilacap dan
pantai Kebumen

11

Berdasarkan Tabel 3 dan Gambar 2 di atas diketahui bahwa undur-undur
laut Emerita emeritus mempunyai kelimpahan paling tinggi dibanding dua jenis
undur-undur laut lainnya, hampir 3 kali lipat dari kelimpahan undur-undur laut
Hippa adactyla, baik di pantai Bocor, Kebumen maupun di pantai Bunton, Cilacap.
Berdasarkan pengamatan bulanan, terlihat bahwa kelimpahan undur-undur laut
tertinggi ditemukan pada pengamatan bulan Oktober di pantai Bocor dan bulan Juli
dan Oktober di pantai Bunton. Jika dilihat per lokasi penelitian, kelimpahan undurundur laut famili Hippidae yang dijumpai di pantai Bunton, Cilacap jauh lebih
tinggi dibanding yang ditemukan di pantai Bocor Kebumen. Dikarenakan belum
ada kajian tentang kelimpahan ketiga jenis undur-undur laut tersebut di lokasi lain,
maka nilai kelimpahan untuk setiap undur-undur laut pada penelitian ini hanya bisa
dibandingkan antar lokasi penelitian pada penelitian ini.
Rendahnya kelimpahan undur-undur laut di pantai Bocor Kebumen,
terutama untuk famili Hippidae, disamping karena jumlah tangkapan undur-undur
laut di pantai Bocor lebih rendah dan daerah sapuan soroknya lebih luas, juga
dikarenakan lokasi penangkapan undur-undur laut di pantai Bocor berdekatan (satu
hamparan pantai) dengan lokasi wisata pantai di pantai Bocor, sedangkan di pantai
Bunton, Cilacap, kondisi pantainya masih relatif alami dan belum ada aktivitas
wisata pantai, yang ada hanya kegiatan pemancingan dari pinggir pantai dan itupun
jumlahnya sedikit. Adapun pantai Bocor, sebagian pantainya adalah pantai wisata
yang banyak dikunjungi ketika hari libur, dan daerah penangkapan undur-undur laut
tersebut juga terkadang menjadi bagian dari kegiatan wisata pantai. Kondisi ini
mengakibatkan populasi undur-undur laut di daerah tersebut tidak berkembang
optimal dan untuk menjaga eksistensinya, diduga undur-undur laut tersebut
berpindah habitatnya mencari lokasi atau sisi pantai berpasir lainnya yang benarbenar aman atau masih sedikit atau bahkan belum ada aktivitas manusia, terutama
wisata pantai.
Adapun untuk Albunea symmysta, kelimpahannya sama di kedua lokasi
penelitian, yaitu 1 ekor/100 m2, sangat rendah jika dibandingkan dengan dua jenis
undur-undur laut lainnya. Hasil ini wajar dan memperkuat pernyataan sebelumnya
bahwa daerah intertidal memang bukan habitat sebenarnya dari A. symmysta,
sehingga kelimpahannya rendah. Mereka bergerak menuju perairan intertidal,
terutama untuk mencari makan.
Simpulan
Undur-undur laut yang ditemukan di pesisir selatan Jawa Tengah terdapat 3
(tiga) spesies, yaitu Emerita emeritus, Hippa adactyla, dan Albunea symmysta,
dengan undur-undur laut betina umumnya didapatkan selalu lebih banyak
dibanding jantan. Kelimpahan undur-undur laut E. emeritus selalu dijumpai paling
tinggi dari undur-undur laut jenis lainnya. Namun, kelimpahan undur-undur laut
pada setiap wilayah pantai berpasir dapat berbeda-beda, tergantung kepada
intensitas aktivitas manusia di daerah pantai berpasir tersebut.

12

3 UNDUR-UNDUR LAUT Albunea Symmysta (Linnaeus, 1758)
SEBAGAI PENEMUAN PERTAMA DARI PANTAI
SELATAN JAWA, INDONESIA
Pendahuluan
Undur-undur laut dari famili Albuneidae secara umum terdistribusi cukup
luas dari mulai Indo-Pasifik Barat hingga ke wilay