Produksi Telur Dan Biologi Populasi Undur Undur Laut Famili Hippidae (Decapoda; Crustacea) Di Pantai Bengkulu

PRODUKSI TELUR DAN BIOLOGI POPULASI
UNDUR-UNDUR LAUT FAMILI HIPPIDAE
(DECAPODA; CRUSTACEA)
DI PANTAI BENGKULU

QURATUL EDRITANTI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Produksi Telur dan
Biologi Populasi Undur-undur Laut Famili Hippidae (Decapoda; Crustacea) di
Pantai Bengkulu adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing
dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2016
Quratul Edritanti
G352140051

RINGKASAN
QURATUL EDRITANTI. Produksi Telur dan Biologi Populasi Undur-undur Laut
Famili Hippidae (Decapoda; Crustacea) di Pantai Bengkulu. Dibimbing oleh
ACHMAD FARAJALLAH dan YUSLI WARDIATNO.
Undur-undur laut merupakan nama lokal untuk anggota famili Hippidae
dan Albuneidae di bawah superfamili Hippoidea (Decapoda; Crustacea). Tujuan
penelitian ini adalah untuk menggali data dan informasi produksi telur dan
dinamika populasi undur-undur laut Famili Hippidae di pantai Bengkulu.
Penelitian dilakukan pada bulan Januari 2015 hingga Januari 2016. Pengambilan
sampel dilakukan di tiga lokasi pantai. Metode yang digunakan untuk
pengambilan sampel yaitu jelajah (road sampling) di area intertidal. Analisis
Alometrik persamaan (Y = axb) digunakan untuk menunjukkan hubungan antara
fekunditas dan ukuran betina bertelur. ANOVA diaplikasikan pada hubungan
antara jumlah telur dengan setiap stadia. Hasil yang di ditemukan bila penyebaran

tersebut mengumpul pada satu stadia tertentu, maka dilanjutkan dengan uji LSD.
Distribusi ukuran kelas dihitung dengan jumlah individu undur-undur laut yang
telah tertangkap, kemudian di dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin dan
panjang karapaks. Parameter pertumbuhan dapat diestimasi menggunakan model
pertumbuhan von Bertalanffy. Nilai koefisien pertumbuhan (K) dan panjang
asimtotik (CL∞) dilakukan dengan menggunakan metode elefan yang diturunkan
dari model von Bertalanffy. Analisis dilakukan dengan menggunakan program
FISAT II. Laju mortalitas total (Z) diduga dengan metode kurva hasil tangkapan
yang dikonversi ke panjang (Pauly 1983), sedangkan laju mortalitas alami (M)
diduga dengan metode persamaan empiris Pauly (1980). Parameter dean untuk
mengetahui tipe pantai Bengkulu.
Undur-undur laut dari famili Hippidae di pantai Bengkulu memiliki
jumlah telur yang tinggi seiring dengan meingkatnya panjang karapaks, hal ini
telah menjadi fenomena umum di crustacean. Tahap perkembangan embrio pada
famili Hippidae merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi jumlah telur
pada crustacean, hal ini dikarenakan semakin berkembang stadia telur, maka
volume telur akan meningkat, sehingga menyebabkan banyak telur yang terlepas
dari pleopods. Nilai rata-rata RO famili Hippidae masih dalam kisaran nilai RO
dari kelompok kepiting brachyuran [3-22%], tetapi lebih rendah dari udang
callianassid, namun lebih tinggi dibandingkan dengan udang atyid.

Panjang karapaks asimtotik betina famili Hippidae di pantai Bengkulu
lebih besar daripada jantan. Perbedaan pertumbuhan jantan dan betina biasanya
disebabkan oleh perbedaan penggunaan energi yang digunakan untuk proses
reproduksi. Undur-undur laut famili Hippidae di Bengkulu mengalami rekrutmen
sepanjang tahun. Tingkat eksploitasi famili Hippidae di pantai Bengkulu pada
famili Hippidae betina lebih tinggi daripada jantan. Laju eksploitasi tersebut lebih
disebabkan oleh predator di alam, karena masyarakat Bengkulu masih belum
banyak mengenal undur-undur laut.
Kata kunci: Produksi telur, biologi populasi, famili Hippidae, pantai Bengkulu

SUMMARY
QURATUL EDRITANTI. Egg Production and Population Biology of Mole Crab
Family Hippidae (Decapoda, Crustacea) in Bengkulu Coast. Supervised by
ACHMAD FARAJALLAH and YUSLI WARDIATNO.
Mole crab is the local name for the family members and Albuneidae
Hippidae under Hippoidea superfamily (Decapoda; crustacean). The purpose of
this study is to collect data and information egg production and population
biology mole crab Family Hippidae on the coast of Bengkulu. The study was
conducted in January 2015 until January 2016. Sampling was conducted at three
locations coast. The method used for sampling is cruising (road sampling) in the

intertidal area. Allometric equation analysis is used to show the relationship
between fecundity and carapace length of female lays her eggs. ANOVA was
applied to the relationship between the number of eggs in each stadia. The results
that I found when the deployment to gather in a certain stage, then followed with
LSD (class size distributions). LSD are calculated by the number of individuals
mole crab had been caught, then grouped by gender and carapace length. The
growth parameters can be estimated using the von Bertalanffy growth model.
Value growth coefficient (K) and the asymptotic length (CL∞) was performed
using methods elefan derived from von Bertalanffy models. Analyses were
performed using FISAT II program. Total mortality rate (Z) with a curve method
catches converted to long (Pauly, 1983), whereas the rate of natural mortality (M)
with the empirical equation method Pauly (1980). Dean parameters to determine
the type of the coast of Bengkulu.
Mole crab of family Hippidae in Bengkulu coast has a high number of
eggs along with the increasing length of carapace. It has become a common
phenomenon in the crustacean. Stages of embryonic development in Hippidae
family are one of the factors that affect the number of eggs in crustaceans. This is
because the growing stadia egg, then the egg volume will increase, thus causing a
lot of eggs in spite of pleopods. The average value of RO families Hippidae still
within the range of values of a group of crab brachyuran RO [3-22%], but lower

than the shrimp callianassid, but higher than the shrimp atyid.
The lenght of asymptotic carapace Hippidae female relatives, but it is
larger than males. Growth differences in male and female usually caused by the
use of the energy used for reproduction. The mole crab families Hippidae in
Bengkulu suffered recruitment throughout the year. The rate of exploitation
females Hippidae in Bengklu coast is higher than males Hippidae. The rate of
exploitation is caused by nature predators and also because the Bengkulu society
is not too familiar with mole crab.
Keywords: Egg production, population biology, famili Hippidae, Bengkulu coast.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


PRODUKSI TELUR DAN BIOLOGI POPULASI
UNDUR-UNDUR LAUT FAMILI HIPPIDAE
(DECAPODA; CRUSTACEA)
DI PANTAI BENGKULU

QURATUL EDRITANTI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Biosains Hewan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi :


Dr Ir Isdrajad Setyobudiandi, MSc

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul yang
dipilih dalam penelitian ini adalah Produksi Telur dan Biologi Populasi Undurundur Laut Famili Hippidae (Decapoda; Crustacea) di Pantai Bengkulu. Penelitian
ini berlangsung dari bulan Januari 2015 sampai Januari 2016.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Achmad Farajallah MSi dan
Bapak Dr Yusli Wardiatno MSc selaku pembimbing yang telah banyak
memberikan nasihat, serta Bapak Dr Ir Isdrajad Setyobudiandi selaku penguji luar
komisi pada ujian tesis atas saran dan masukan untuk tesis ini. Ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada Tim Anomerator yang telah membantu
selama pengumpulan data di lapangan, dan Yuyun qonita yang telah memberikan
banyak waktu untuk mengajarkan dan dukungan selama mengolah data penelitian.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu pengajar
Biosains Hewan (BSH) atas semua ilmu, bimbingan, pengalaman, dan nasihat
selama ini. Ucapan terima kasih untuk teman-teman BSH 2014 dan Zoocorner
atas kebersamaan, semangat, persahabatan dan keceriaan yang telah diberikan.
Ungkapan terima kasih yang luar biasa, penulis sampaikan kepada papa, mama,
ayukni, kak rendi, adek aldian, kak akhrul fahmi, serta seluruh keluarga, atas

segala doa, semangat, dukungan dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2016
Quratul Edritanti

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN UMUM
Latar Belakang
Tujuan Penelitian

vi
vi
1
1
2

Tinjauan Pustaka


2

BIOLOGI REPRODUKSI FAMILI HIPPIDAE Emerita emeritus DAN
Hippa adactyla (CRUSTACEA, DECAPODA) DI PERAIRAN PANTAI
BENGKULU, INDONESIA
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil
Pembahasan
Simpulan
BIOLOGI POPULASI FAMILI HIPPIDAE Emerita emeritus DAN Hippa
adactyla (CRUSTACEA, DECAPODA) DI PERAIRAN PANTAI
BENGKULU, INDONESIA
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil
Pembahasan
Simpulan
PEMBAHASAN UMUM

KESIMPULAN UMUM
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP

4
4
5
7
10
11
12
12
12
14
20
22
23
23
24
31


DAFTAR TABEL
2.1
3.1
3.2
3.3
3.4

Hubungan famili Hippidae antara jumlah telur (stadia I) dengan panjang
karapaks
Jumlah individu dari jantan dan betina famili Hippidae di pantai
Bengkulu
Parameter pertumbuhan dengan metode Elefan
Mortalitas dan tingkat eksploitasi famili Hippidae di pantai Bengkulu
Parameter Dean dan data tinggi gelombang pecah, laju sedimen, dan
periode gelombang di pantai Bengkulu

7
14
14
19
19

3.5

Parameter pertumbuhan nilai koefisian pertumbuhan (K) dengan perbandingan 20
penelitian lainnya

3.6

Harapan hidup dengan perbandingan penelitian lainnya

21

DAFTAR GAMBAR
2.1

Peta Pulau Sumatera, pantai Bengkulu, Indonesia. lokasi pengambilan 5
sampel ditunjukkan oleh persegi panjang merah

2.2

Tampak dorsal (A), ventral (B), dan titik pengukuran (C)

6

2.3

Jumlah telur famili Hippidae betina bertelur di Pantai Bengkulu,
Indonesia
Jumlah telur antar tiga stadia Emerita emeritus di Pantai Bengkulu,
Indonesia
Jumlah telur antar tiga stadia Hippa adactyla di Pantai Bengkulu,
Indonesia
Nilai rata-rata dan standar deviasi dari hasil reproduksi dengan tahap
perkembangan embrio yang berbeda dari betina bertelur famili hippidae
di Pantai Bengkulu, Indonesia
Kurva pertumbuhan pada jantan Emerita emeritus di pantai Bengkulu,
Indonesia
Kurva pertumbuhan pada betina Emerita emeritus di pantai Bengkulu,
Indonesia
Kurva pertumbuhan perbulan pada jantan Emerita emeritus di pantai
Bengkulu, Indonesia
Kurva pertumbuhan perbulan pada betina Emerita emeritus di pantai
Bengkulu, Indonesia
Kurva pertumbuhan pada jantan Hippa adactyla di pantai Bengkulu,
Indonesia
Kurva pertumbuhan pada betina Hippa adactyla di pantai Bengkulu,
Indonesia
Kurva pertumbuhan perbulan pada jantan Hippa adactyla di pantai
Bengkulu, Indonesia
Kurva pertumbuhan perbulan pada betina Hippa adactyla di pantai
Bengkulu, Indonesia
Pola rekrutmen famili Hippidae di pantai Bengkulu, Indonesia

8

2.4
2.5
2.6
3.1
3.2

3.3
3.4
3.5

3.6
3.7
3.8

3.9

8
9
9
15
15

16
16
17

17
18
18

19

1

PENDAHULUAN UMUM

Latar Belakang
Undur-undur laut merupakan nama lokal untuk anggota famili Hippidae
dan Albuneidae di bawah superfamili Hippoidea (Decapoda; Crustacea). Undurundur laut dapat ditemukan di pantai berpasir. Di Indonesia, undur-undur laut
memiliki banyak nama lokal, antara lain yutuk di Jawa, tempenyol di Bali dan
Lombok, dan sen-gugu di Bengkulu, Padang sampai ke Sumatera Utara. Di Pantai
Bengkulu dapat ditemukan setidaknya tiga spesies, yaitu Emerita emeritus, hippa
adactyla (Hippidae), dan Albunea symmysta (Albuneidae) (Wardiatno et al.
2015).
Daerah pasang surut pantai merupakan daerah kaya bahan organik yang
menunjang berbagai bentuk kehidupan. Kelimpahan makanan yang tinggi
menyebabkan daerah pantai banyak digunakan sebagai nursing sites oleh
beberapa hewan laut yang kemudian membentuk jaring-jaring makanan yang
khas. Daerah pantai merupakan lingkungan dengan iklim mikro yang sangat
fluktuatif, baik fluktuasi harian mengikuti pergerakan matahari maupun fluktuasi
bulanan mengikuti musim. Undur-undur laut dalam keadaan bertelur dilaporkan
memilih zona intertidal meskipun habitat alaminya terletak di zona tidal (Ziegler
dan Forward 2005). Megawati (2012) melaporkan bahwa sebagian besar undurundur laut yang berhasil ditangkap di pantai adalah berjenis kelamin betina yang
berada dalam kondisi bertelur. Kematangan gonad undur-undur laut dilaporkan
banyak terjadi pada musim semi di pantai Selatan Brazil (Petracco et al. 2003).
Larva Emerita sp. di pantai Selatan Brazil meningkat pada musim panas
(Nakagaki dan Pinheiro 1999). Hartnoll dan Nash (1999) menemukan bahwa
undur-undur laut Emerita sp. yang hidup di daerah beriklim sedang mempunyai
pola pertumbuhan cepat di musim panas dan lambat di musim dingin. Sedangkan
undur-undur laut yang hidup di daerah tropis, seperti Indonesia, mempunyai pola
pertumbuhan yang rata di sepanjang tahun. Kusumawardani (2013) melaporkan
bahwa Emerita emeritus yang hidup di pantai Selatan Jawa mempunyai pola
pertumbuhan yang rata di sepanjang tahun.
Undur-undur laut memiliki peran penting dalam ekosistem pantai, sebagai
pengurai dan sumber nutrisi bagi spesies laut lainnya (McArdle dan Mclactilan
1991). Selain fungsi ekologi, undur-undur laut juga memiliki fungsi ekonomi
sebagai makanan yang memiliki nilai gizi yang tinggi (Mursyidin 2007). Studi
tentang keragaman undur-undur laut di Bengkulu telah dilakukan oleh Wardiatno
et al. (2015), tetapi tidak untuk produksi telur dan dinamika populasi undur-undur
laut. Oleh karena itu, penelitian untuk menggali data dan informasi produksi telur
dan dinamika populasi undur-undur laut Famili Hippidae di pantai Bengkulu
penting dilakukan.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menghitung produksi telur undur-undur laut famili Hippidae dan
2. Menghitung biologi populasi undur-undur laut famili Hippidae

TINJAUAN PUSTAKA

Klasifikasi dan Identifikasi Undur-undur Laut
Undur-undur laut termasuk dalam filum Arthropoda yaitu filum yang
paling besar di dunia hewan, terdiri dari kata anthron (ruas buku atau segmen) dan
paus atau pados (kaki yang berbuku-buku), kemudian masuk ke dalam kelas
crustaceae yaitu hewan dalam bahasa Latin, crusta berarti cangkang (Zaldi 2009).
Undur-undur laut termasuk dalam ordo Decapoda dengan sub ordo Anomura yang
mempunyai morfologi yang tampak jelas, dengan tiga pasang apendik thorax yang
termodifikasi menjadi maksiliped dan lima pasang apendik thorax berikutnya
sebagai kaki jalan atau periopod, sehingga disebut juga dengan kaki sepuluh (Haig
1974). Undur-undur laut memiliki dua famili yaitu Hippidae, dan Albuneidae.
(Maria dan Stefanos 2013). Pada famili Hippidae mempunyai tiga genus yaitu,
Hippa, Emerita, dan Mastigochyrus (Haig 1974), kemudian pada famili
Albuneidae Terdiri dari 4 genus yakni Albunea, Parabunea, Squillalbunea, dan
Lepidopinae (Boyko 2002).
Morfologi Undur-undur Laut
Undur-undur laut tidak memiliki tulang belakang, ukuran tubuh yang kecil
sehingga dapat tumbuh mencapai 35 mm dan lebar 25 mm. Pada jenis kelamin
undur-undur laut memiliki ukuran yang berbeda, ukuran betina lebih besar dari
pada jantan. Pada ukuran jantan diperoleh 6-9mm dan pada ukuran betina 1516mm (Boonruang dan Phasuk 1975). Undur-undur laut memiliki 5 pasang kaki
jalan atau paleopod dan sepasang kaki renang atau pleopod. Selain itu undurundur laut memiliki 2 pasang antenna yang berguna sebagai sensor terhadap
predator dan mencari makanan (FMSA 2007). Undur-undur laut dapat dibedakan
morfologi nya berdasarkan kelompok famili. Famili hippidae memiliki ciri-ciri
karapaks yang memanjang, pareopod yang ujungnya meruncing, dan telson
memanjang, sedangkan famili albuneidae memiliki ciri-ciri karapaks yang
berlekuk, pareopod yang ujungnya bercapit, dan telson membulat (Boyko dan
Harvey 1999).
Reproduksi Undur-undur Laut
Undur-undur laut jenis kelamin betina menyimpan telur dibawah telson
dengan menempel pada uropod yang menyerupai benang-benang. Fekunditas
undur-undur laut relative tinggai antara 1.410-11.983 butir telur yang berbanding

3

lurus dengan panjang karapaks serta berat tubuhnya (Mursyidin 2007). Stadia
telur undur-undur laut memiliki 3 tingkatan stadia dengan bewarna kuning terang
pada stadia 1, stadia 2 bewarna orange dan memiliki rongga, kemudian stadia 3
sudah menampakkan bintik mata dengan jelas (Subramoniam 1979).
Larva dari undur-undur laut menghabiskan waktu sebulan di laut sebelum
ke pantai berpasir, kemudian kembali ke pantai dan dinamakan recruitment.
Recruitment terjadi sepanjang tahun, namun jumlah terbesar terjadi pada saat
musim panas dan musim gugur (FMSA 2007).
Distribusi dan Habitat Undur-undur Laut
Undur-undur laut di temukan di zona intertidal pada pantai berpasir. Zona
intertidal merupakan daerah terkecil dari semua daerah yang terdapat di samudera
dunia yang terletak di antara air tinggi dan air rendah. Pasang surut disebabkan
oleh gaya tarik bulan dan matahari (Nontji 1987). Zona intertidal memiliki luas
yang terbatas, tetapi terdapat keragaman kehidupan yang sangat besar daripada di
daerah subtidal yang lebih luas (Nybakken 1992).
Undur-undur laut memiliki perilaku dengan memendamkan diri dalam
pasir untuk menghindari predator dan menyimpan energi (Boere et al. 2011). Di
surf zone, biasanya kepiting pasir akan muncul ketika tersapu gelombang pasang,
dan ketika gelombang surut langsung menggali sampai hanya antena saja yang
terlihat. Pada daerah subtropis, undur-undur laut dapat ditemukan sepanjang tahun
dengan jumlah besar ditemukan pada musim semi sampai musim gugur. Saat
musim dingin, mereka berada di dalam pasir lepas pantai (off shore) dan kembali
ke pantai saat musim semi.

4

BIOLOGI REPRODUKSI FAMILI HIPPIDAE Emerita emeritus DAN
Hippa adactyla (CRUSTACEA, DECAPODA)
DI PERAIRAN PANTAI BENGKULU, INDONESIA

PENDAHULUAN
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati Crustacea yang tinggi, salah
satunya adalah kelompok undur-undur laut. Penelitian terbaru menunjukkan
bahwa sekitar tujuh spesies kepiting hippoid dilaporkan keberadaannya di
Indonesia, yaitu Emerita emeritus, Hippa adactyla, H. admirabilis, H. marmorata,
H.ovalis, H. celaenoand Albunea symmista (Mashar et al. 2014; Ardika et al.
2015; Mashar et al. 2015; Wardiatno et al. 2015a, b). Kepiting hippoid ini hidup
dengan menggali substrat pasir di zona intertidal (Sarong dan Wardiatno 2013;
Wardiatno et al. 2014).
Dalam ekosistem, kepiting hippoid memiliki nilai ekologis, seperti
kontribusi produksi sekunder yang signifikan (Subramoniam dan Gunamalai
2003, Wardiatno dan Mashar 2010) dan sebagai pengurai di rantai makanan
(Lercari dan DeFeo 1999; Hubbard dan Dugan 2003; Hidalgo et al. 2010).
Kelompok hewan ini juga merupakan spesies indikator polusi (Dugan et al. 2005),
dan beberapa spesies dimanfaatkan oleh manusia sebagai sumber makanan bergizi
(Santoso et al. 2015)
Beberapa penelitian mengenai biologi dari tujuh spesies kelompok hippoid
di Indonesia telah banyak dilaporkan oleh Wardiatno et al. (2015b). Emerita
emeritus banyak ditemukan hidup di Samudra Hindia, baik di pantai barat
Sumatera dan di pantai selatan Jawa. Spesies ini hidup berdampingan dengan dua
kepiting hippoid lainnya, yaitu Hippa adactyla dan Albunea symmista (Mashar et
al, 2014; Wardiatno et al. 2015b.). Penelitian tentang aspek biologi kepiting
hippoid di Indonesia telah dilaporkan diantaranya distribusi di perairan pantai
Indonesia (Zairon et al. 2014; Ardika et al. 2015; Mashar et al. 2015; Wardiatno
et al. 2015a,b; Zairon et al. 2015a,b), karakteristik habitat (Sarong dan Wardiatno
2013; Wardiatno et al, 2014), pertumbuhan alometrik (Mashar dan Wardiatno
2013a,b; Muzammil et al. 2015), dan fluktuasi kelimpahan bulanan (Wardiatno
dan Mashar 2011; Mashar et al. 2014; Hamid dan Wardiatno 2015), tapi tidak
satupun dari penelitian yang telah dilakukan terkait dengan biologi reproduksi.
Penelitian mengenai biologi reproduksi penting untuk dilakukan, sebagai data
pelengkap biologi dan menunjang status konservasi kelompok hippoid, khususnya
pada famili Hippidae yaitu E. emeritus dan H. adactyla. Selain itu, penelitian ini
juga membandingkan dengan biologi reproduksi crustacea lainnya.

5

BAHAN DAN METODE

Waktu dan lokasi
Sampling undur-undur laut di lokasi pantai Bengkulu. Kriteria pantai yang
dipilih adalah pantai berpasir, terbuka, dan zona intertidal yang landai (Gambar
2.1). Pengambilan sampel dilakukan setiap bulan mulai dari Januari 2015 sampai
Januari 2016. Analisis data dilakukan di Laboratorium Molekuler Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, IPB Bogor.

Gambar 2.1 Peta Pulau Sumatera, Indonesia. lokasi pengambilan sampel ditunjukkan oleh persegi
panjang merah

Penangkapan sampel
Undur-undur laut mengikuti ombak pergi ke daerah target penangkapan.
Diantara jarak datangnya beberapa ombak, jika ada jejak undur-undur laut di pasir
maka pasir diambil menggunakan sekop, kemudian undur-undur yang ada
ditangkap dan dikoleksi. Undur-undur yang ada di sepanjang pantai ditangkap
dengan cara hand pickup. Penangkapan dihentikan jika jumlah individu yang
berhasil ditangkap telah mencapai 60 ekor pada setiap bulan. Semua sampel
dimatikan dengan direndam dalam alkohol 70%. Selanjutnya dibawa ke
laboratorium di Bogor untuk analisis lebih lanjut.

6

Penentuan jenis kelamin dan pengukuran
Jenis kelamin famili Hippidae ditentukan dari ada tidaknya pleopod.
Panjang karapaks (CL) dan panjang total (TL) diukur mengikuti Boyko (2002)
(Gambar 2.2). Pengukuran dilakukan menggunakan kaliper digital. Setelah
pengukuran, semua undur-undur ditimbang (WW).

A

B

C

Gambar 2.2 Tampak dorsal (A), ventral (B); dan titik pengukuran (C)

Prosedur spesimen
Proses kerja dan perawatan telur mengikuti Hernáez et al. (2008). Massa
telur total terlepas dari pleopods undur-undur laut betina bertelur dan setiap tiga
Subsamples dari 100 telur dipisahkan, kemudian dikeringkan selama 48 jam pada
65ºC bersama-sama dengan massa telur sisa. Berat masing-masing sub-sampel
dan massa telur yang tersisa diukur dengan timbangan analitik dengan ketelitian
0,1 mg. Berat telur dan jumlah telur keseluruhan dihitung menurut persamaan
berikut:
E
= S/100.......................................................................................................(1)
NE

= OM/E......................................................................................................(2)

dengan E = berat telur, S = rata-rata berat subsampel, NE = Jumlah telur; OM =
berat total massa telur.
Dalam perkembangan telur diklasifikasikan menjadi tiga stadia (Stadia IIII) mengikuti Wehrtmann (1990). Data volume telur (EV) menggunakan 20 butir
telur dari stadia yang diukur lebar dan panjang telur di bawah mikroskop
dilengkapi dengan mikrometer okular yang dikalibrasi. Data yang diperoleh
dimasukkan ke dalam rumus yang digunakan oleh Turner dan Lawrence (1979)
dengan rumus: EV = 1/6 (a x b2 x π), di mana (a) mewakili panjang, dan (b) lebar.
Reproduksi output (RO) menggunakan rumus yang telah dikembangkan oleh
Clarke et al. (1991), yaitu seluruh berat kering massa telur dibagi dengan berat
kering dari betina tanpa telur.

7

Analisis Data
Alometrik persamaan (Y = axb) digunakan untuk menunjukkan hubungan
antara fekunditas dan ukuran betina bertelur (Hines 1991; Corey dan Reid 1991).
Persamaan ini menunjukkan isometrik jika nilai (b) sekitar 3 (Somers, 1991).
Dalam studi Hernáez dan Wehrtmann (2007) dianggap sebagai alometrik negatif
jika nilai (b) adalah kurang dari 2.90, dan hubungan alometrik positif jika nilai (b)
lebih dari 3.10. ANOVA diaplikasikan pada hubungan antara jumlah telur dengan
setiap stadia. Hasil yang di ditemukan bila penyebaran tersebut mengumpul pada
satu stadia tertentu, maka dilanjutkan dengan uji LSD untuk melihat kesamaan
antara setiap stadia telur.

HASIL
Selama 13 periode penelitian, telah berhasil ditangkap betina bertelur E.
emeritus dengan jumlah 287 individu dan H. adactyla 81 individu. Panjang
karapaks betina bertelur E. emeritus berkisar 22,00-41,99 mm, sedangkan H.
adactyla 21,00-40,99 mm. Ukuran yang paling dominan dari betina bertelur famili
hippidae ini yaitu berkisar 26,00 dan 29,99 mm. Kisaran fekunditas E. emeritus
yaitu berkisar 419 hingga 4572 butir (rata-rata: 1491 ± 46), sedangkan H. adactyla
antara 435 hingga 2114 butir (rata-rata:1025 ± 40). Fekunditas meningkat secara
signifikan pada betina bertelur famili Hippidae sebanding dengan panjang
karapaksnya (Tabel 1).
Tabel 2.1 Hubungan famili Hippidae antara jumlah telur (stadia I) dengan panjang
karapaks
E.emeritus
Equation
Fecundity vs size
1. log NE = 3.748 log CL – 2.525
2. log NE= 3.5083 log TL – 2.7347

H.adactyla

R2

N

Equation

R2

N

0.96
0.76

118
118

1. log NE = 25.47 log CL + 1.094
2. log NE= 2.250 log TL – 0.447

0.91
0.70

35
35

Hasil penelitian E. emeritus menunjukkan bahwa jumlah telur kaitannya
dengan ukuran tubuh dan jumlah telur adalah alometrik positif sedangkan pada H.
adactyla adalah alometrik negatif. Berdasarkan uji ANOVA, jumlah telur E.
emeritus berbeda secara signifikan antara stadia I dan II, I dan III, sedangkan
stadia II dan III tidak signifikan. Pada H. adactyla jumlah telur berbeda signifikan
antar stadia (P 5 = Dissipative beach

14

HASIL
Distribusi ukuran kelas
Selama 13 bulan penelitian, famili Hippidae yang tertangkap sebanyak
1560 sampel. E. emeritus ditemukan dengan jumlah 151 individu jantan, 611
individu betina, dan 18 individu belum dapat ditentukan jenis kelaminnya,
sedangkan pada H. adactyla ditemukan 285 individu jantan, 484 individu betina, 7
individu belum dapat ditentukan jenis kelaminnya (Tabel 3.1). Undur-undur laut
yang tertangkap selama penelitian terdiri dari juvenil dan dewasa, tapi didominasi
oleh undur-undur laut juvenil. Undur-undur laut dari famili Hippidae memiliki
panjang karapaks jantan lebih kecil dari betina. E. emeritus memiliki rata-rata
panjang karapaks jantan 6.00-25.99 mm dan betina 7.00-41.99 mm, sedangkan H.
adactyla memiliki rata-rata panjang karapaks jantan 6.00-28.99 mm dan betina
7.00-40.99 mm.
Tabel 3.1 Jumlah individu dari jantan dan betina famili Hippidae di pantai
Bengkulu
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Januari
Total

Jantan
10
21
19
11
15
9
10
5
15
8
10
9
9
151

E. emeritus
Betina
Tidak dapat
diidentifikasi
49
1
36
3
39
2
48
1
45
0
49
2
48
1
55
0
44
2
50
2
48
2
49
2
51
0
611
18

Jantan
18
20
16
19
18
32
26
25
27
17
25
20
22
285

H. adactyla
Betina
Tidak dapat
diidentifikasi
41
0
37
2
47
0
38
1
42
0
26
2
33
0
33
1
33
0
43
0
33
1
40
0
38
0
484
7

Parameter pertumbuhan
Berdasarkan parameter pertumbuhan von Bertalanffy didapatkan untuk E.
emeritus dengan nilai panjang asimtotik (CL∞) pada jantan sebesar 27.83mm,
betina sebesar 41.48mm, koefisien pertumbuhan (K) pada jantan sebesar
1.6/tahun, betina sebesar 0.99/tahun, dan umur harapan hidup pada jantan sebesar
1.8/tahun, betina sebesar 2.9/tahun. Kurva pertumbuhan von Bertalanffy E.
emeritus disajikan pada Gambar 3.1 dan 3.2. Pertumbuhan E. emeritus di setiap
bulan ditunjukkan oleh Gambar 3.3 dan 3.4.
Tabel 3.2 Parameter pertumbuhan dengan Metode Elefan
Kelamin
CL∞
Jantan
Betina

27.83
41.48

E. emeritus
K(tahun) t0
(tahun)
1.6
-0.09
0.99
-0.14

Harapan
hidup
1.8
2.9

CL∞
29.40
38.85

H. adactyla
K(tahun) t0
(tahun)
1.2
-0.13
1.3
-0.11

Harapan
hidup
2.4
2.2

15

Gambar 3.1 Kurva pertumbuhan pada jantan Emerita emeritus di pantai Bengkulu

Gambar 3.2 Kurva pertumbuhan pada betina Emerita emeritus di pantai Bengkulu

16

Gambar 3.3 Kurva pertumbuhan perbulan pada jantan Emerita emeritus di pantai
Bengkulu, Indonesia

Gambar 3.4 Kurva pertumbuhan perbulan pada betina Emerita emeritus di pantai
Bengkulu, Indonesia
Pada H. adactyla dengan nilai panjang asimtotik (CL∞) pada jantan
sebesar 29.40mm, betina sebesar 38.85mm, koefisien pertumbuhan (K) pada
jantan sebesar 1.2/tahun, betina sebesar 1.3/tahun, dan umur harapan hidup pada
jantan sebesar 2.4/tahun, betina sebesar 2.2/tahun (Tabel 3.2). Kurva pertumbuhan
von Bertalanffy H. adactyla disajikan pada Gambar 3.5 dan 3.6. Pertumbuhan H.
adactyla di setiap bulan ditunjukkan oleh Gambar 3.7 dan 3.8.

17

Gambar 3.5 Kurva pertumbuhan pada jantan Hippa adactyla di pantai Bengkulu

Gambar 3.6 Kurva pertumbuhan pada betina Hippa adactyla di pantai Bengkulu

18

Gambar 3.7 Kurva pertumbuhan perbulan pada jantan Hippa adactyla di pantai
Bengkulu, Indonesia

Gambar 3.8 Kurva pertumbuhan perbulan pada betina Hippa adactyla di pantai
Bengkulu, Indonesia
Rekrutmen
Rekrutmen undur-undur laut famili Hippidae berlangsung hampir
sepanjang tahun, dengan proporsi kisaran E. emeritus antara 4.00% hingga
12.08%, dan H. adactyla antara 3.00% hingga 12.74% (Gambar 3.9). Rekrutmen
tertinggi E. emeritus ditemukan pada bulan Mei, dan terendah pada bulan
Agustus, sedangkan rekrutmen tertinggi H. adactyla ditemukan pada bulan Mei,
dan terendah pada bulan Juni.

19

Gambar 3.9 Pola rekrutmen famili Hippidae di pantai Bengkulu
Mortalitas dan tingkat eksploitasi.
Jumlah mortalitas total didapatkan untuk E. emeritus pada jantan dengan
nilai sebesar 4.98, betina sebesar 8.01, Pada H. adactyla jantan sebesar 3.04,
betina sebesar 4.20. Secara keseluruhan, tingkat eksploitasi famili Hippidae betina
lebih tinggi daripada jantan (Tabel 3.3).
Tabel 3.3 Mortalitas dan tingkat eksploitasi famili Hippidae di pantai Bengkulu
Parameter (%)
Mortalitas alami (M)
Mortalitas penangkapan (F)
Mortalitas total (Z)
Laju eksploitasi (E)

E. emeritus
Betina
1.69
6.31
8.01
0.78

Jantan
2.16
2.82
4.98
0.56

Jantan
1.76
1.27
3.04
0.41

H. adactyla
Betina
2.06
2.13
4.20
0.50

Tipe pantai
Tipe pantai Bengkulu hasil pehitungan dari parameter tinggi gelombang
pecah, laju sedimentasi, dan periode gelombang menunjukkan nilai parameter
Dean lebih dari 5 yang berarti tipe pantai termasuk sebagai pantai Dissipative
(Tabel 3.4). Katagori ini sesuai dengan karakteristik pantai yang memiliki
gelombang besar, substrat pasir, dan zona swash zone yang lebar.
Tabel 3.4 Parameter Dean dan data tinggi gelombang pecah, laju sedimen, dan
periode gelombang di pantai Bengkulu
Lokasi

Hb(m)

Ws(m/s)

T(det)

Pantai Jakat
Pulau Baii
Pantai Panjang

1.7
2.1
1.5

0.5
0.5
0.4

6
7
6

Parameter
Dean (Ω)
56.6
57.1
62.5

Tipe pantai
Dissipative
Dissipative
Dissipative

20

PEMBAHASAN
Panjang karapaks undur-undur laut famili Hippidae di pantai Bengkulu
lebih besar dibandingkan dengan famili Hippidae di pantai Brazil (Calado 1990d),
namun dibandingkan dengan pantai India kisaran panjang karapaksnya hampir
sama (Subramoniam 1977). Panjang karapaks jantan lebih kecil daripada betina,
hal ini juga dilaporkan oleh beberapa penelitian tentang famili Hippidae yaitu
Osorio et al. (1967) di Chile, Sanchez dan Alamo (1974) di Peru, Subramoniam
(1981) di India, Auyong (1981) di California, dan Diaz (1975) di Calorina Utara.
Spesies crustacea lainnya juga memiliki panjang karapaks jantan lebih kecil
daripada betina (Dineshbabu et a.l 2008; Mehanna et al. 2013; Josileen dan
Menon 2007; Abdel-Razek et al. 2006).
Panjang karapaks asimtotik famili Hippidae di pantai Bengkulu lebih besar
dibandingkan dengan famili Hippidae di pantai Brazil (Petracco 2003). Ukuran
panjang karapaks asimtotik betina lebih besar daripada jantan, hal ini juga
dilaporkan dari beberapa penelitian Crustacea lainnya (Kunsook. 2011; Ernawati
2013; Kurnia et al. 2014). Perbedaan pertumbuhan jantan dan betina biasanya
disebabkan oleh perbedaan penggunaan energi yang berasal dari makanan untuk
mendukung proses metabolisme, terutama ketika betina mendekati dewasa,
sehingga menggunakan energi untuk reproduksi (Sukumaran 1995; Josileen dan
Menon 2007; Kembaren et al. 2012).
Parameter pertumbuhan dari famili Hippidae jantan dan betina di
Bengkulu memiliki nilai koefisien pertumbuhan (K) yang lebih kecil
dibandingkan famili Hippidae di arachania, Urca, dan Brazil (Tabel 3.5).
Tabel 3.5 Parameter pertumbuhan (K) dengan perbandingan penelitian lainnya
Spesies
E. emeritus
H. adctyla
E. brasiliensis
E. brasiliensis
E. brasiliensis

K (Tahun)
Jantan
Betina
1.6
0.99
1.2
1.3
2.68
2.92
2.61
3.07
2.00
2.20

Lokasi

Sumber

Bengkulu
Bengkulu
Arachania
Urca
Brazil

Penelitian ini
Penelitian ini
Defeo et al. 2001
Veloso dan Cardoso 2001
Petrcacco 2003

Harapan hidup famili Hippidae di pantai Bengkulu lebih rendah
dibandingkan famili Hippidae di Brazil dan di Urca, dan famili Hippidae di pantai
Bengkulu lebih rendah dibandingkan dengan crustacea lainnya (Tabel 3.6).
Perbedaan suhu air dan musim bisa mempengaruhi umur (Safaie et al. 2013;
Green et al. 2014), hal ini sesuai dengan pernyataan Sparre dan Venema (1999)
yaitu ikan-ikan yang berumur panjang mempunyai nilai koefisien pertumbuhan
cukup kecil sehingga membutuhkan waktu relatif lama untuk mencapai panjang
maksimumnya. Semakin cepat laju pertumbuhannya, maka akan semakin cepat
pula mencapai panjang asimptotiknya.

21

Tabel 3.6 Harapan hidup dengan perbandingan penelitian lainnya
Spesies
E. emeritus
H. adctyla
E. brasiliensis
E. brasiliensis
P. pelagicus
P. pelagicus

Harapan hidup (Tahun)
Jantan
Betina
1.8
2.9
2.4
2.2
7
8
7
9
36
30

Lokasi
Bengkulu
Bengkulu
Urca
Brazil
India
Australia

Sumber
Penelitian ini
Penelitian ini
Veloso dan Cardoso 2001
Petrcacco 2003
Josileen dan Menon 2007
Kangas 2000

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan populasi famili
Hippidae, yaitu suhu (Veloso dan Cardoso 2001; Defeo dan Cardoso 2002),
ketersediaan pangan (Dugan et al. 1994), kepadatan populasi (Lercari dan Defeo
1999; Defeo et al. 2001), salinitas (Lercari dan Defeo 1999), polusi (Wenner et al.
1987), predasi (Defeo et al. 2001). Di pantai berpasir, kondisi morphodinamik
adalah faktor kunci karena mempengaruhi variabel lain seperti ketersediaan
pangan, fluktuasi populasi, dan tingkat predasi. Variasi dalam faktor-faktor ini,
ditambah dengan tingkat eksploitasi, (Kunsook 2011; Kamrani et al. 2010; Green
et al. 2014). Aktivitas predator, tingkat metabolisme, dan kejernihan air (Green et
al. 2014) yang juga mempengaruhi pertumbuhan undur-undur laut. Waktu
molting, kawin, bertelur, dan perekrutan, juga dapat mempengaruhi dinamika
populasi undur-undur laut (Green et al. 2014).
Undur-undur laut famili Hippidae di Bengkulu mengalami rekrutmen
sepanjang tahun. Hampir sama dengan crustacea lainnya yang memiliki rekrutmen
terjadi sepanjang tahun seperti di pantai Tanzania (Chande & Mgaya 2003), di
pantai Thailand (Kunsook 2011), dan pantai Jawa Tengah Indonesia (Sunarto
2012). Rekrutmen dipengaruhi oleh komposisi jantan dan betina dewasa, tingkat
pertumbuhan, predasi, penyakit, dan tekanan penangkapan (Green et al. 2014),
serta karakteristik air seperti suhu, salinitas, oksigen terlarut, kekeruhan, dan
kecepatan ombak (Caputi et al. 2010; Sugilar et al. 2012; Green et al. 2014).
Perkiraan mortalitas famili Hippidae di Bengkulu lebih kecil dibandingkan
famili Hippidae di Brazil untuk jantan 10.08 dan betina 6.35 (Petracco 2003),
kemudian di Arachania untuk jantan 3.41 dan betina 4.56 (Defeo et al. 2001).
Perbedaan pertumbuhan, mortalitas, dan harapan hidup dapat disebabkan oleh
perbedaan iklim (DeFeo dan Cardoso 2002), dan juga dipengaruhi oleh perbedaan
habitat, kualitas air, tingkat eksploitasi, alat tangkap, kompetisi dan predasi
(Sugilar et al. 2012; Green et al. 2014).
Tingkat eksploitasi famili Hippidae di pantai Bengkulu betina lebih tinggi
daripada jantan. Laju eksploitasi tersebut lebih disebabkan oleh predator di alam,
karena masyarakat Bengkulu masih banyak belum mengenal undur-undur laut.
Berbeda dengan laju eksploitasi H. adactyla yang terjadi di perairan Jawa. Laju
eksploitasi di pantai Cilacap lebih disebabkan oleh aktifitas masyarakat, karena
undur-undur laut di manfaatkan sebagai jajanan khas daerah (Masitoh 2015), hal
yang serupa juga terjadi pada undur-undur laut di pantai Kebumen, yang
dimanfaatkan sebagai bahan konsumsi untuk masyarakat (Mashar dan Wardiatno
2013).
Tipe habitat di pantai Bengkulu termasuk dalam tipe dissipative.
Colentano et al (2010) menyatakan undur-undur laut lebih menyukai pantai
dengan tipe dissipative daripada pantai reflective, karena secara umum

22

ketersediaan makanan di pantai bertipe dissipative relatif lebih tinggi. Wardiatno
et al (2014) juga melaporkan dari hasil penelitiannya bahwa undur-undur laut di
pantai Cilacap juga bertipe dissipative.

SIMPULAN
Ukuran struktur populasi famili Hippidae di pantai Bengkulu terdiri dari
dua kelompok ukuran juvenil dan dewasa. Pertumbuhan famili Hippidae betina
lebih cepat dibandingkan jantan, sementara perekrutan berlangsung setiap bulan.
Tingkat eksploitasi famili Hippidae memiliki tekanan pada betina lebih tinggi
daripada betina.

23

PEMBAHASAN UMUM
Undur-undur laut dari famili Hippidae di pantai Bengkulu memiliki
jumlah telur yang dihasilkan berbanding lurus dengan ukuran panjang karapaks.
Panjang karapaks, berat tubuh, dan ketersediaan makanan juga dapat
mempengaruhi jumlah telur yang dihasilkan. (Wenner 1977).
Tahap perkembangan embrio pada famili Hippidae merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi jumlah telur pada crustacea (Saez-Royuela et al.
2006). Stadia telur yang berkembang, maka volume telur akan meningkat.
Pleopod yang kurang kuat untuk menahan telur menyebabkan banyak telur yang
terlepas dari pleopods.
Reproduksi output (RO) dapat digambarkan dalam bentuk penurunan berat
kering tubuh betina. Dalam melakukan reproduksi, undur-undur laut betina
menyumbangkan berat kering tubuhnya sebesar [3-22%] (Hynes 1991). Energi
reproduksi undur-undur laut ini berbeda dengan Decapoda lainnya yang dapat
menyumbang hingga 10% dari berat kering tubuhnya (Thessalou dan Kiortsis
1997; Hernáez et al. 2008).
Panjang karapaks asimtotik famili Hippidae di pantai Bengkulu lebih besar
dibandingkan dengan famili Hippidae di pantai beriklim subtropis. Koefisien
pertumbuhan dan harapan hidup famili Hippidae di pantai Bengkulu lebih rendah
dibandingkan dengan famili Hippidae di pantai beriklim subtropis. Perbedaan
nilai dari parameter pertumbuhan ini dapat disebabkan oleh perbedaan pada
daerah, dimana penelitian yang lain hidup pada daerah subtropis, sedangkan
pantai Bengkulu merupakan daerah tropis. Effendie (2002) menyatakan bahwa
pertumbuhan dipengaruhi oleh jumlah makanan yang tersedia, kualitas air,
pertumbuhan, keturunan, jenis kelamin, umur, dan penyakit.
Mortalitas famili Hippidae di Bengkulu lebih rendah dibandingkan famili
Hippidae di pantai subtropis. Perbedaan pertumbuhan, mortalitas, dan harapan
hidup dapat disebabkan oleh perbedaan iklim (Ansell et al. 1978), perbedaan
habitat, kualitas air, tingkat eksploitasi, alat tangkap, kompetisi dan predasi
(Sugilar et al. 2012; Kunsook 2011; Green et al. 2014).
Tingkat eksploitasi famili Hippidae di pantai Bengkulu lebih disebabkan
oleh predator di alam, karena masyarakat Bengkulu masih banyak belum
mengenal undur-undur laut. Berbeda dengan laju eksploitasi pada kasus crustacea
lain, Metapenaeus elegans di pantai Cilacap lebih banyak dieksploitasi oleh
masyarakat sebesar 0.83% (Saputra et al. 2004).
SIMPULAN UMUM
Famili Hippidae di pantai Bengkulu memiliki jumlah telur yang tinggi
seiring panjang karapaksnya. Undur-undur laut memiliki RO lebih rendah dari
udang Callianasid. Ukuran struktur populasi famili Hippidae di pantai Bengkulu
terdiri dari dua kelompok ukuran juvenil dan dewasa. Panjang karapaks asimtotik
di pantai Bengkulu lebih besar dibandingkan dengan pantai beriklim subtropis.
Koefisien pertumbuhan dan harapan hidup famili Hippidae di pantai Bengkulu
lebih rendah dibandingkan dengan famili Hippidae di pantai beriklim subtropis.
Tingkat eksploitasi famili Hippidae di pantai Bengkulu lebih disebabkan oleh
alam.

24

DAFTAR PUSTAKA
Abdel-Razek FA, Taha SM, Ameran MA. 2006. Population biology of the edible
crab Portunus pelagicus (Linnaeus) from Bardawil Lagoon, Northern Sinai,
Egypt. Egyp. Jur. Aqua. Research. 32:401-418.
Ardika PU, Farajallah A, Wardiatno Y. 2015. First record of Hippa adactyla
(Fabricius, 1787; Crustacea, Anomura, Hippidae) from Indonesian Waters.
TLSR. 26:1