Umouh Gdeang dan Tanoh Mandapea

42 Sistim Pemukiman, Kekerabatan, Ekonomi Suku Kerinci Tanah bersudut empat itu sebenarnya adalah milik anak betino , kaum ibu atau pihak perempuan yang pengaturannya kuasa anak jantan . Oleh sebab itu status negeri atau dusun dusun di alam Kerinci adalah hak perempuan, hanya diatur secara adat oleh ninik mamak beserta depati dari pihak pria. Ketika Lembah Kerinci telah mulai kering dan airnya berangsur surut, pemukiman masyarakat berpindah ke lokasi yang lebih rendah, menurut tuturan “Tembo” , kayulah berlareh, sungailah berbatang, tanahlah ber­ gabung, berkuak berbagi tanah disungkup jala lebar, terentak tembilang datuk depati Singarapi,terlaras tanah bata menjadi parit penggal negeri, menjadi larik yang berjajar, halaman yang bersepai lawang dikatup dua, kembali arah kembali keajun kepada masing masing ninik mamak

B. Umouh Gdeang dan Tanoh Mandapea

Dusun merupakan tempat berdirinya “Umouh Gdeang” atau rumah gedang , rumah gedang ini memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat adat dan pengaruh sakral pada pandangan anak anak negeri di dusun. Yang dimaksud rumah adat di alam Kerinci Dpt.Rusdi Daud adalah rumah larik berbanjar , berbeda dengan “Umouh Gdeang”, larik adalah rumah panjang yang dibagi atas petak petak yang ditempati oleh satu keluarga batih batih, terdiri dari suami ­Istri beserta anak anak mereka. Susunan keluarga batih ini menurut sistim perut, kelebu, tumbi atau pintu yang merupakan stelsel matrilineal. Jadi tidak benar ada pendapat yang mengatakan alam Kerinci mempergunakan sistim patrilateral, andaipun ada hal ini dikarenakan Ico pakai buatan yang menyimpang dari ketentuan adat asli. Salah satu bagian petak rumah yang tertua pada rumah larik dijadikan “Umouh Gdeang”, rumah ini berfungsi sebagai: 1. Tempat menyimpan benda benda budaya benda pusaka ninik moyang seperti keris, tombak Tambo,Piagam,Cap Raja, dll 2. Tempat musyawarah ketua­ ketua kelebu atau perut yang jabatangelarnya Depati, Permenti atau ninik mamak, tempat kepatan Anak jantan anak betino Bab-03-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI-42 42 8142012 10:12:28 AM 43 Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci 3. Tempat penobatan anak jantan untuk menjadi Depati Ninik mamak yang telah dipilih oleh anak negeri yang diadakan pada saat kenduri Sko 4. Tempat para Ninik mamak memutuskan hukum adat, jika timbul sesuatu masalah yang menyangkut undang Adat. Petak ruang depan rumah adat dapat dihubungkan satu sama lainnya oleh sebuah pintu, sehingga satu larikan rumah dapat dipertemukan antara satu dengan yang lain. Biasanya pintu tersebut dibuka jika penduduk ingin melaksanakan musyawarah besar seperti Kenduri Sko . Kenduri Sko merupakan suatu peristiwa perhelatan terbesar menurut adat di alam Kerinci Rumah larik bertingkat dua, rumah larik ini memiliki tiang kayu bersisi delapan kualitas bagus dan tahan, diameter besar, pada tiang tiang kayu terdapat ukiran flora semacam patma. Pada dinding dind­ ing papan tebal terdapat ukiran selampit simpai dengan beragam motif flora, para pemangku adat berpendapat tiang bersisi delapan itu mengandung makna “suku empat puyang delapan” , yakni asal usul suami istri ditarik silsilahnya keatas. Ada lagi pengertian, penantik mendah dari arah delapan penjuru mata angin, berkembang lapik berkembang tikar. Ukiran selampit simpai semacam jalinan spiral, spiral juga ditemukan pada alat alat rumah tangga seperti tabung aye kawo , mundang , gantang, dll. Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Sungai Penuh . Manaf Rifin,S.Pd dan Budayawan Iskandar Zakaria mengemukakan di Kerinci tidak terdapat ukiran bermotifkan fauna, hal ini kemungkinan karena masuknya pengaruh ajaran agama Islam yang melarang membuat gam­ bar manusia dan fauna. Rumah rumah tua yang disebut rumah larik saat ini semakin tergusur dan musnah kalah bersaing dengan rumah rumah arsitektur modern yang lebih individualisme, rumah rumah tua di banyak desa hanya tersisa beberapa buah dalam kondisi tidak layak huni dan sebagian ditinggalkan penghuni Pada zaman dahulu kala atap rumah larik terbuat dari potongan­ potongan bambu yang disebut atap lapis. Khusus untuk bangunan “balai adat” atau “Bale nan Begunjong due di tanah Mendapea” pada Bab-03-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI-43 43 8142012 10:12:33 AM 44 Sistim Pemukiman, Kekerabatan, Ekonomi Suku Kerinci masa lalu menggunakan atap dari daun kemumu, daun puar atau ijuk. Keterangan mengenai balai bergonjong dua diungkap dalam Tambo Kerinci yang berbunyi: ”Di ateh tanah nan sebingkeh dibawah payung nan sekaki,tanah padat sendi kerajaan.ditegak balai nan beratap ijuk bagunjong due nan berdinding angin nan bertiang teras jelatang nan berpasak gading tunggal” . ”Tata Tertib di rumah Gdeang” Saat berada di rumah Adat Rumah Gdeang H.Qadri Depati Intan dan Dr.H. Nasrul Qadir menurut adat lamo pusako usang , waris yang disambut, pesan atau cerita yang dipegang sejak dari nenek moyang hingga saat ini duduk di rumah adat rumah Gdeang memiliki aturan dan tata tertib yakni: 1. Duduk beradat , artinya duduk yang memiliki peraturan,sopan santun dan tata tertib. 2. Duduk bersila , tidak boleh duduk mencangkung dan mengunjur­ kan kaki saat acara adat berlangsung kecuali saat beristirahat 3. Bagi para Depati­depati duduk disebelah mudik,duduk bersan­ dar di bendum jati. 4. Ninik mamak duduk diruang sebelah tengah,dinding sebelah ke­ halaman menghadap kerumah dalam dapur untuk memudah­ kan memberi intruksiperintah kepada hulubalang sehubungan dengan keperluan sidang 5. Hulubalang duduk diruang sebelah hilir,dekat pintu tangga,untuk memudahkan menerima intsruksiperintah,dengan kondisi siap siaga dan waspada dan menjaga keamanan ketertiban dan me­ waspadai setiap ancaman dan ganguan dari dalam maupun dari luar. 6. Orang sumandoanak betino duduk dirumah dalam,untuk mem­ persiapkan perbekalan yang diperlukan selama sidang adat .dan menungggu sidang adat sampai selesai. Bab-03-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI-44 44 8142012 10:12:38 AM 45 Senarai Sejarah Kebudayaan Suku Kerinci “Tata Tertib berbicara di rumah Gdeang” Menurut Depati Intan tokoh adat “Tanah Sekudung Siulak” , para Depati dalam sidangrapat adat boleh berbicara dengan mempermain­ kan telunjuknya keatas, kekanan dan kekiri, sebagai tanda raja duduk di kerajaannya, tegak tidak tersundak, melenggang tidak terpapas, di dalam wilayahnya Depati lah yang memegang Celak dan Piagam di atas, setiap tutur katanya membuahkan ”mas seemas” . Ninik mamak dalam berbicara tidak boleh mempermainkan telunjuknya ke atas, hanya boleh mempermainkan telunjuknya ke kiri ke kanan dan ke bawah, yakni menandakan dialah yang memegang celak piagam di bawah, me­ megang ajun arah, ukur dan jangko, kerat kudung tanah, yang mengirit empat tali dan menukun lantak, yang memegang uteh bateh, ke air bertanam batu, ke darat bertanam aur atau puding, setiap tutur katanya berbuahkan ”Mas sekundi” Pemangku adalah anak timang depati, pengulas kato penyambung lidah, dia yang memegang “tando yang bertampin” atau mas yang bertindih serta membawanya ke muka sidang pengadilan adat, dan menyerahkan kepada penghulu penghulu untuk diadili, pemangku ber­ tungkatkan mas sekundi. Hulu balang tidak dibenarkan berbicara keras dimuka Depati Ninik mamak, atau menunggak perintah, sebab hulu balang adalah kaki tangan Ninik mamak dan Depati serta memegang keamananketertiban umum. Setiap Mendapo atau “Federasi ke Depatian” di alam Kerinci mempunyai Tanah Mendapo. Tanah Mendapo berfungsi sebagai tem­ pat membentuk “Karang Setio . Karang setio atau Karang buatan, bait kesetiaan kepada aturan yang telah disepakati. Tanah Mendapo mempunyai pengertian tempat atau balai pertemuan para Depati Ninik mamak dengan anak kemenakannya untuk membicarakan sesuatu ma­ salah yang prinsipil seperti upacara penobatan para pemangku adat, ninik mamak, perang.dll Disamping tanah bersudut empat, tanah mendapo, ada lagi semacam status tanah yang disebut tanah hamparan , tanah hamparan ada 3 tempat di Alam Kerinci yakni: 1. Hamparan tua di Hiyang Tinggi Bab-03-SEJARAH KEB-ALAM KERINCI-45 45 8142012 10:12:43 AM 46 Sistim Pemukiman, Kekerabatan, Ekonomi Suku Kerinci 2. Hamparan besar tempatnya di Rawang 3. Hamparan Kadipan di Sanggaran Agung . Hamparan di Hiang Tinggi sudah lama tidak berfungsi dan keduduk­ kannya diganti dengan Hamparan besar tanah Rawang setelah perubah­ an dari Balai Melintang Koto Keras. Hamparan tua timbul pada masa pemerintahan Sigindo sigindo dan Siak Langin Siak Lengih menguasai alam Kerinci. Hamparan Kadipan ialah batas perjalanan atau tepatan para raja raja dari Jambi yang naik ke alam Kerinci untuk mengadakan pertemuan dengan depati depati dan kepala kepala suku se alam Kerinci, disini raja masih didaulat dan diagungkan. Akan tetapi bila masuk kehamparan besar tanah Rawang, raja duduk sama rendah tegak sama tinggi dengan para Depati depati se alam Kerinci, kedudukan hamparan besar tanah Rawang pada saat ini dapat kita identikkan sebagai gedung MPRDPRDPD Republik Indonesia. Tanah Hamparan Besar adalah tempat pertemuan federasi uni ke depatian se alam Kerinci untuk membicarakan masalah masalah Kerinci keseluruhan,seperti transkripsi dengan kerajaan tetangga dan lain lain yang mengatas namakan Kerinci.

C. Ciri ciri Dusun menurut Adat