Hasil yang diperoleh menunjukkan faktor asal kayu dan bagian kayu masing-masing memberikan pengaruh nyata dan sangat nyata terhadap kehilangan
berat. Hal ini menunjukan bahwa kayu meranti merah dari hutan alam dan bagian kayu teras masing-masing memiliki keawetan alami yang tinggi dibandingkan
kayu dari hutan tanaman dan bagian kayu gubal. Namun posisi kayu tidak memberikan pengaruh nyata terhadap kehilangan berat contoh uji. Hal ini diduga
karena posisi kayu pada pohon memiliki komposisi kimia yang tidak begitu berbeda antara batang atas dan batang bawah dengan jarak potong yang
berdekatan dan pengambilan contoh secara acak pada masing-masing posisi kayu sesuai bagian kayu. Jika dilihat dari hubungan antar faktor, tidak ada interaksi
yang memberikan pengaruh nyata terhadap kehilangan berat contoh uji.
4.2 Mortalitas Rayap Tanah
Coptotermes curvignathus Holmgren
Parameter lain yang digunakan dalam pengujian tingkat keawetan kayu adalah mortalitas rayap. Persentase mortalitas rayap diperoleh dari perhitungan
rayap yang mati selama masa pengujian sampel. Menurut Supriana 1983 dalam Islami 2011 perilaku makan rayap di alam berbeda dengan di laboratorium. Di
alam rayap bebas untuk memilih sendiri lingkungan yang paling sesuai bagi hidupnya. Sedangkan di laboratorium, rayap akan memakan bahan umpan yang
diberikan. Pada awalnya rayap tanah akan menyesuaikan diri dengan lingkungan pada botol uji. Kemudian akan memakan contoh uji yang diberikan. Rayap yang
tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru umumnya mati pada awal pengujian. Bagi rayap yang lebih tahan, akan memilih untuk tidak makan,
kemudian lambat laun rayap akan bertambah lemah dan mati.
Tabel 5 Persentase mortalitas rayap kayu meranti merah dari hutan alam dan hutan tanaman
Tabel 5 dapat menunjukkan perbedaan nilai mortalitas rayap pada masing- masing contoh uji kayu meranti merah dari hutan alam dan hutan tanaman. Pada
kayu meranti merah dari hutan alam, kayu teras bagian atas dan bawah memiliki nilai mortalitas rayap berturut-turut yaitu 93,56 dan 98,89, sedangkan kayu
gubal bagian atas dan bawah masing-masing sebesar 90,67 dan 89,11. Kayu gubal bagian atas memiliki mortalitas yang lebih tinggi daripada bagian bawah.
Namun, kayu teras bagian atas pada hutan alam ini memiliki mortalitas yang lebih rendah daripada bagian bawah. Persentase nilai mortalitas rayap berbanding
terbalik dengan persentase kehilangan beratnya. Semakin besar kematian rayap maka kehilangan berat contoh uji semakin kecil, atau sebaliknya. Mortalitas rayap
dimungkinkan terjadi oleh senyawa bioaktif dalam zat ekstraktif yang diduga bersifat racun dan merusak sistem saraf rayap sehingga mengakibatkan sistem
saraf rayap tersebut tidak berfungsi yang akhirnya dapat mematikan rayap. Namun, faktor lingkungan pada saat pengujian juga mempengaruhi besar kecilnya
mortalitas rayap. Dalam penelitian ini, suhu dan kelembapan ruang selama pengujian belum dapat dikendalikan. Menurut Nandika et al. 2003, kelembaban
dan suhu merupakan faktor yang secara bersama-sama mempengaruhi aktivitas rayap. Perubahan kondisi lingkungan menyebabkan perubahan perkembangan,
aktivitas, dan perilaku rayap. Asal Kayu
Posisi Batang
Bagian Kayu
Mortalitas
Hutan Alam Atas
Teras 93,56
Gubal 90,67
Bawah Teras
98,89 Gubal
89,11 Hutan Tanaman
Atas Teras
91,33 Gubal
85,33 Bawah
Teras 93,11
Gubal 87,56
Pada contoh uji kayu meranti merah dari hutan tanaman diperoleh informasi mortalitas rayap pada kayu teras bagian atas dan bagian bawah berturut-
turut sebesar 91,33 dan 93,11, sedangkan pada kayu gubal bagian atas dan bawah berturut-turut sebesar 85,33 dan 87,56. Mortalitas tertinggi terdapat
pada kayu teras baik bagian atas maupun bawah dibandingkan kayu gubalnya. Selain faktor zat ekstraktif kayu dan faktor lingkungan, sifat kanibalistik dan
necrophagy yang ada pada rayap juga memungkinkan terjadinya mortalitas rayap yang lebih tinggi. Rayap-rayap yang tidak menyukai makanan yang ada akan
kelaparan, lemas, dan mati. Rayap-rayap yang lemah atau sakit akan dibunuh dan dimakan oleh rayap-rayap yang lebih aktif. Selain itu, dengan sifat nekrofagnya
rayap aktif akan memakan bangkai sesamanya untuk bertahan hidup dan efisiensi koloni. Nandika et al. 2003 mengemukakan bahwa sifat ini akan semakin
terlihat bila rayap kekurangan makanan. Perilaku ini merupakan suatu mekanisme untuk mempertahankan keseimbangan koloni.
Perbandingan mortalitas rata-rata antara hutan alam dan hutan tanaman dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Perbandingan persentase mortalitas rayap antara bagian kayu dari hutan alam dan hutan tanaman
Persentase rata-rata mortalitas rayap antara kayu meranti hutan alam dan hutan tanaman untuk bagian kayu teras berturut-turut sebesar 96,23 dan
92,22, sedangkan untuk bagian kayu gubalnya berturut-turut sebesar 89,89 dan 86,45. Kayu meranti hutan alam memiliki mortalitas yang lebih tinggi
daripada hutan tanaman, baik pada kayu teras maupun kayu gubalnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa kayu meranti merah dari hutan alam memiliki
Asal Kayu Bagian Kayu
Mortalitas rata-rata
Hutan Alam Teras
2,45 Gubal
2,80 Hutan Tanaman
Teras 2,69
Gubal 3,51
ketahanan alami yang lebih tinggi dibandingkan kayu meranti merah dari hutan tanaman terhadap serangan rayap tanah.
Tabel 7 Hasil analisis sidik ragam mortalitas rayap contoh uji
Keterangan : = nyata, = sangat nyata, tn = tidak nyata Uji statistik juga dilakukan untuk mengetahui pengaruh asal kayu, posisi
kayu, bagian kayu, serta interaksi antar ketiganya terhadap mortalitas rayap. Hasil yang diperoleh menunjukkan faktor asal kayu dan bagian kayu masing-masing
memberikan pengaruh nyata dan sangat nyata terhadap mortalitas rayap. Hal ini menunjukan bahwa kayu meranti dari hutan alam dan bagian kayu teras masing-
masing memiliki keawetan alami yang tinggi dibandingkan kayu dari hutan tanaman dan bagian kayu gubal. Namun posisi batang tidak memberikan
pengaruh nyata terhadap mortalitas rayap. Jika dilihat dari interaksi antar faktor, tidak ada interaksi yang memberikan pengaruh nyata terhadap mortalitas rayap.
4.3 Bentuk Serangan Rayap Tanah