di Indonesia meliputi Sumatra, Kalimantan, Jawa, Maluku, dan Sulawesi. Sebagian besar jenis meranti terdapat pada daerah beriklim basah dan kelembaban
tinggi, di bawah ketinggian tempat 800 m dpl, tipe hujan A dan B menurut Schmidt dan Ferguson curah hujan di atas 2000 mm per tahun dengan musim
kemarau yang pendek. Jenis-jenis Shorea menghendaki tanah kering yang bereaksi asam, bersolum dalam dan banyak mengandung liat. Jenis tanah tempat
tumbuh Shorea adalah podsolik merah kuning, podsolik kuning, dan latosol Al- Rasyid et al. 1991. Menurut Syamsuwida 2002 dalam Mulyana dan
Asmarahman 2010, lingkungan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pertumbuhan pohon meranti, diantaranya adanya naungan pohon pionir,
kelembapan udara yang rendah, suhu tanah, dan kompetisi antar vegetasi.
2.2 Hutan Alam
Hutan alam adalah hutan yang ditumbuhi pohon-pohon secara alami dan sudah ada sejak dulu kala. Hutan alam yang dapat bertahan tanpa ada campur
tangan manusia atau tidak terjadi eksploitasi hutan disebut hutan primer. Hutan primer terpelihara dengan baik sering disebut hutan perawan atau virgin forest.
Sedangkan hutan yang telah terdapat intervensi manusia didalamnya atau juga faktor bencana alam dapat terbentuk hutan alam sekunder. Menurut Bruenig
1996, hutan alam disusun oleh pohon-pohon asli, tumbuh secara alami di tempat itu, dan memiliki struktur yang menyerupai atau identik dengan hutan alam
primer. Indonesia mempunyai hutan alam yang sangat luas, tetapi semakin hari
luasan hutan alam ini terus berkurang. Bahkan ada yang mengatakan bahwa Indonesia kehilangan 1,6-2 juta hektar hutan alam setiap tahun. Hutan alam
Indonesia pada umumnya ditumbuhi oleh jenis-jenis Dipterocarpaceae, yang merupakan jenis kayu yang laku di pasaran, sehingga hutan alam ini merupakan
sasaran eksploitasi. Komposisi jenis penyusun hutan alam di Indonesia berbeda-beda
tergantung lokasi tempat tumbuhnya hutan tersebut. Jenis-jenis pohon di hutan alam Indonesia bagian barat berbeda dengan Indonesia bagian timur walaupun ada
juga jenis yang menyebar luas dari barat sampai ke timur. Ada beberapa zona
tumbuhan hutan alam di Indonesia yaitu zona hutan alam bagian barat, zona hutan alam bagian timur dan zona peralihan.
2.3 Hutan Tanaman
Menurut Bruenig 1996, hutan tanaman adalah hutan yang telah dibangun dengan cara penanaman atau dengan cara menyebarkan biji pada lahan yang gundul,
padang rumput, lahan terbuka pada hutan sekunder, belukar, atau lahan bekas tebang habis pada hutan primer, yang kemudian dimodifikasi dan dimanipulasi
menjadi hutan. Hutan tanaman dibangun dengan teknik silvikultur dan ditanami jenis-jenis tanaman tertentu untuk tujuan pelestarian lingkungan dan menjadi
suplai bahan baku industri. Hutan tanaman yang dikelola dan diusahakan dapat dibangun oleh suatu lembaga ataupun perorangan.
Di Pulau Jawa dan Madura, Pengelolaan sumber daya hutan termasuk pembangunan hutan tanaman dikelola oleh suatu Badan Usaha Milik Negara
berbentuk Perusahaan Umum yang disebut Perhutani. Telah diketahui dengan luas bahwa hutan tanaman di pulau Jawa didomimasi oleh jenis tanaman Jati Tectona
grandis dan merupakan sisa peninggalan jaman penjajahan Belanda. Hutan-hutan tanaman ini masih terus dikelola oleh Perhutani untuk memproduksi kayu bahan
baku industri. Pada pekarangan dan lahan-lahan milik rakyat dapat ditanami jenis-jenis
pohon hutan yang dijadikan hutan tanaman. Hutan tanaman seperti ini ditanam oleh perorangan atau kelompok masyarakat sebagai suatu usaha meningkatkan
pendapatan. Pembuatan
hutan tanaman
yang dilakukan
biasanya ditumpangsarikan dengan tanaman pertanian atau lebih dikenal dengan istilah
agroforestry. Hutan tanaman yang diperuntukan sebagai penghasil bahan baku industri
dinamakan Hutan Tanaman Industri. Hutan tanaman dapat ditanam secara monokultur
atau polikultur.
Penanaman secara
monokultur hanya
mempergunakan satu jenis tanaman, sedangkan secara polikultur mempergunakan berbagai jenis tanaman.
Pada hutan tanaman industri komposisi tegakan hutannya terdiri dari jumlah jenis yang terbatas bahkan seringkali monokultur, dalam keadaan yang
demikian ekologinya cenderung untuk memacu peningkatan populasi hama penyakit seperti halnya yang terjadi pada ekosistem pertanian. Selain itu, hutan
tanaman monokultur kurang dapat memanfaatkan total energi matahari yang jatuh karena lapisan tajuknya hanya satu, selain itu juga tidak terjadi stratifikasi
perakaran yang dapat menyebabkan kebocoran hara.
2.4 Rayap Tanah