arus, level lingkungan cahaya dini hari dan bulan purnama, intensitas dan warna cahaya, makanan, ataupun ada tidaknya predatorikan pemangsa lain. Nomura dan
Yamazaki 1977 menyatakan bahwa penangkapan ikan dengan cahaya tidak efektif pada bulan purnama full moon,karena iluminasi cahaya lampu dan cahaya bulan
pada kedalam 20 meter hampir sama yaitu masing – masing 0,033 lux dan 0,032 lux.
2.4 Pemanfaatan Cahaya Dalam Usaha Penangkapan Ikan
Penggunaan cahaya listrik dalam kegiatan penangkapan ikan pertama kali dikembangkan di Jepang sekitar tahun 1900an. Selanjutnya berkembang keberbagai
belahan dunia,termasuk Indonesia. Di Indonesia penggunaan lampu sebagai alat bantu penangkapan ikan tidak diketahui secara pasti,yang diduga perikanan dengan
alat bantu cahaya berkembang dari bagian timur perairan Indonesia dan menyebar kebagian barat periaran Indonesia.
Gerombolan ikan dan ketertarikan ikan pada sumber cahaya bervariasi antar jenis ikan, perbedaan ini umumnya dipengaruhi oleh adanya perbedaan Phylogenetic
dan ekologi. Varheijen 1959 menyebutkan bahwa ikan melihat sumber cahaya dalam keadaan gelap di malam hari menjadi disorientasi secara optik dan bereaksi.
Dimana hanya satu mata yang dirangsang,sehingga terjadi gerakan secara tidak beraturan dan tidak menentu dari ikan pada area iluminasi.
Brandt 2005 mengemukakan bahwa keberhasilan penangkapan ikan dengan alat bantu cahaya ditentukan oleh teknik penangkapan. Kondisi perairan dan
lingkungan serta kualitas cahaya yang digunakan untuk memikat ikan. Selanjutnya Verheyen 1968 menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penyebaran
cahaya yang masuk ke dalam air dalam kaitannya terhadap pemikat ikan adalah : 1 sifat alamiah cahaya matahari atau bulan; 2 jumlah partikel yang terkandung dalam
air dan udara banyaknya cahaya yang dipantulkan oleh permukaan air dan partikel- partikel.
III. METODE PENDEKATAN 3.1 Metode Pengambilan Data
Penelitian ini dilakukan secara experimental fishig, yakni data yang diambil melalui percobaan alat PancingGordive yang disetting secara langsung di lapangan
menggunakan satu buah kapal penangkapan ikan, dimana gordive yang diopersikan ini secara langsung bersamaan disetting, satu bagian alat tangkap pancinggordive ini
tanpa lampu dan berlampu. Gordive tanpa lampu sebagai control atau perbandingan sedangkan gordive berlampu hasil dari modifikasi pancing rawai karibia ini berfungsi
sebagai tested gear alat tangkap yang diuji cobakan. Pengambilan data dilakukan dengan lima kali ulangan pada masing-masing
alat tangkap gordive yang dilihat perbedaannya setiap satu jam pada saat
pengoperasian alat tangkap gordive ini. 3.2 Pengumpulan Data
Data hasil tangkapan ikan yang diperoleh di ukur panjang total cm, berat tubuh ikan kg, dan body girth sebagai ukuran ikan yang digunakan dalam patokan
identifikasi dari hasil tangkapan. Data yang diperoleh merupakan data primer yakni data yang berkaitan secara
langsung dengan hasil dari tangkapan ikan yang diperoleh. Data primer ini meliputi :
Panjang total cm adalah panjang ikan yang diukur mulai dari bagian ujung mulut hingga bagian ekor yang paling ujung.
Body girth adalah ukuran lingkar tubuh ikan. Ada dua kategori yang
diperlukan saat mengukur body girth ini, yakni net mark body girth merupakan ukuran lingkar tubuh ikan pada lokasi terjeratnya ikan pada
mata jaring sedangkan maximum body girth adalah ukuran maksimum lingkar tubuh ikan tersebut.
Berat tubuh ikan adalah biomassa yang dimiliki oleh ikan dalam
satuan kilogram Kg.