4.2 Pengawas Perikanan
Menurut Surat Keputusan Nomor KEP59MENSJ2002 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Administrasi Kepegawaian Jabatan Fungsional Pengawas
Perikanan, dinyatakan bahwa pengawas perikanan adalah Pegawai Negeri Sipil PNS yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, hak secara penuh oleh
pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengawasan perikanan. Pengawasan Perikanan adalah seluruh proses kegiatan penilaian terhadap
kegiatan usaha perikanan dengan tujuan untuk memastikan apakah pelaksanaan rangkaian usaha perikanan telah dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku,
termasuk di dalamnya kegiatan pemantauan, pemeriksaan, bimbingan teknis, sosialisasi, inspeksi, penilikan, analisis, dan evaluasi.
Pengawas perikanan bidang penangkapan ikan adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat
yang berwenang untuk melakukan kegiatan pengawasan penangkapan ikan meliputi dokumen perizinan, operasi kapal perikanan, alat penangkapan dan alat
bantu penangkapan, hasil tangkapan, anak buah kapal, daerah penangkapan, pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungan.
Agar pelaksanaan pengawasan terhadap kapal perikanan dapat mencapai tujuan, maka kegiatan tersebut harus didukung oleh kelengkapan sarana prasarana
pengawasan dan sumber daya manusia yang terampil serta memiliki integritas yang tinggi. Dalam melaksanakan fungsinya, pengawas perikanan yang berada di
pangkalan PSDKP Jakarta senantiasa melaporkan hasil kegiatannya kepada atasan dan apabila ditemukan adanya dugaan tindak pidana perikanan maka hasil
pemeriksaan dilanjutkan dengan proses penyidikan. Hal tersebut dapat dilihat dalam bagan alur tugas pengawas perikanan dibawah ini.
Gambar 4. Bagan alur tugas pengawas perikanan
4.3 Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Pengawasan Perikanan 4.3.1
Analisis Kebutuhan
Pada tahap analisis kebutuhan dapat diketahui pihak yang akan menjadi pengguna sistem beserta kebutuhannya. Berdasarkan hal tersebut, maka jenis
informasi yang akan disajikan dari sistem informasi manajemen pengawasan perikanan dapat diidentifikasi dan dirancang. Adapun komponen pengguna yang
terlibat dalam
sistem informasi
manajemen pengawasan
perikanan SIMWASKAN adalah sebagai berikut:
1 Pangkalan PSDKP Jakarta memerlukan data pengawasan perikanan terutama
data ketaatan kapal berpangkalan di pelabuhan perikanan Nizam Zachman Jakarta.
2 Pengawas Perikanan memerlukan informasi tentang perijinan kapal
penangkap ikan yaitu: SIUP surat izin usaha perikanan, SIPI surat izin penangkapan ikan, SIKPI surat izin kapal pengangkut ikan.
3 Pemilik kapal memerlukan informasi tentang status perijinan kapal untuk
pelaksanaan usaha penangkapan ikan. 4
Direktorat Jenderal Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan memerlukan laporan hasil pelaksanaan pengawasan kapal perikanan oleh
pengawas perikanan.
5 Stakeholder lainnya sebagai pengguna data dan informasi mempunyai
kemudahan akses untuk memperoleh data pengawasan kapal perikanan dan pengambilan keputusan.
Untuk memperjelas uraian diatas, analisis kebutuhan dari sistem informasi manajemen pengawasan sumberdaya perikanan dijabarkan dalam bentu tabel
berikut ini :
Tabel 2. Analisis kebutuhan pelaku sistem informasi manajemen pengawasan perikanan
Pelaku Sistem Kebutuhan Pelaku Sistem
Pangkalan Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan
Jakarta •
Data ketaatan kapal berpangkalan di pelabuhan perikanan Nizam Zachman
Jakarta
Pengawas Perikanan •
Data Perijinan Kapal Perikanan, SIUP, SIPI dan SIKPI
Direktorat Jenderal Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan •
Data laporan hasil pengawasan kapal perikanan
Pemilik Kapal •
Data status kapal perikanan untuk melakukan kegiatan penangkapan ikan
Stakeholder lainnya •
Kemudahan untuk memperoleh data pengawasan kapal perikanan
• Pengambilan keputusan
4.3.2 Formulasi Masalah
Permasalahan yang ada dalam perancangan sistem informasi manajemen
pengawasan perikanan di Pangkalan pengawasan sumberdaya kelautan dan perikanan Jakarta adalah sebagai berikut :
1 Pengawas perikanan kesulitan memperoleh data perijinan kapal yang terbaru
up to date; 2
Belum adanya suatu media penyimpanan data pengawasan perikanan berbasis komputer;
3 Penyajian informasi pengawasan perikanan secara lengkap belum terlayani
secara cepat dan akurat sehingga stakeholder kesulitan untuk operasional di lapangan;
4 Sistem informasi manajemen pengawasan perikanan belum ada.
4.3.3 Perancangan Sistem Informasi Manajemen Pengawasan Perikanan
Perancangan sistem informasi merupakan tahapan untuk menghasilkan sistem informasi yang tepat dan dapat digunakan bagi yang membutuhkan sistem
informasi tersebut. Desain Sistem Informasi Manajemen Pengawasan Perikanan dimulai dengan menyusun masukan input data, yaitu data Perusahaan Perikanan,
data kapal perikanan, data kapal pengawas, data alat tangkap, data pelabuhan, data pelabuhan pangkalan, daerah penangkapan, wilayah penangkapan, data Propinsi,
data Negara, data petugas pengawas, data UPT, data daftar hasil tangkapan dan data daftar satuan. Semua data input tersebut kemudian dikelompokkan menjadi
beberapa kelompok yang akan dibuat menjadi entitas yang saling berhubungan. Setelah diperoleh entitas data yang dibutuhkan maka tahap selanjutnya
adalah proses yaitu dengan pemrograman menggunakan perangkat lunak yaitu : microsoft acces, visual basic.net dan microsoft.net framework. Setelah tahapan
proses dilakukan maka akan terbentuk suatu rancangan sistem informasi manajemen pengawasan perikanan.
Desain sistem yang dirancang utamanya untuk mendukung pelaksanaan tugas pengawas perikanan, sehingga desain untuk pemeriksaan usaha budidaya
ikan dan unit pengolahan ikan juga dibuat dalam rancangan ini. Berikut adalah gambaran pengelompokkan data yang dilakukan.
Entitas Pelabuhan memiliki relasi one to many terhadap entitas Pelabuhan Muatan, Pelabuhan Tujuan dan Pelabuhan Pangkalan dan mempunyai relasi many
to one entitas Propinsi dan entitas Kapal Pengawas. Entitas kapal mempunyai relasi many to many terhadap entitas Bahan Kapal dan entitas Fishing Gear.
Entitas Fishing Gear mempunyai relasi many to one terhadap entitas Jenis Kapal. Entitas kapal mempunyai relasi one to many terhadap entitas SPI dan mempunyai
relasi many to one terhadap entitas Perusahaan dan entitas Asal Kapal. Entitas perusahaan miliki relasi many to one terhadap entitas negara.
Entitas SIPI memiliki relasi one to many terhadap entitas Pelabuhan Pangkalan, Pelabuhan Muatan, dan Pelabuhan Tujuan. Sedangkan entitas SIPI
mempunyai relasi many to one terhadap entitas Kapal dan many to one terhadap entitas Daerah Penangkapan. Entitas SIPI dan entitas IUP mempunyai relasi many
to one terhadap entitas Approver dan entitas Pencetak. Entitas perijinan IUP mempunyai relasi many to one terhadap entitas
Master IUP. Sedangkan entitas IUP memiliki relasi one to many terhadap entitas data SIPI. Entitas IUP mempunyai relasi many to one terhadap entitas Kegiatan.
Entitas Master IUP mempunyai relasi many to one terhadap entitas Pemohon dan entitas Agen, dan one to one terhadap entitas Jenis Perijinan.
Entitas Daerah Tangkap mempunyai relasi many to one terhadap entitas Wilayah Penangkapan. Sedangkan entitas Wilayah Penangkapan mempunyai
relasi many to one terhadap entitas Wilayah Pengelolaan. Entitas Negara memiliki relasi one to many terhadap entitas Perusahaan. Sementara itu, entitas
Negara mempunyai relasi one to many terhadap entitas Pelabuhan Tujuan. Entitas User atau Pengguna di pangkalan digunakan untuk mencatat pengguna sistem
informasi manajemen pengawasan perikanan dan menentukan hak aksesnya. Semua hubungan antara entitas tersebut dapat dilihat pada Diagram Relasi
Entitas Database SIMWASKAN pada Gambar 4a dan untuk perancangan sistem informasi manajemen pengawasan perikanan dapat dilihat pada gambar 4b.
Gambar 5. Diagram Relasi Entitas Database
Gambar 6. Desain Perancangan Sistem Informasi Manajemen Pengawasan Perikanan.
4.3.4 Perancangan Diagram Alur Data
Data Flow Diagram
Perancangan diagram alur data DFDDAD sistem informasi manajemen pengawasan perikanan berawal dari hasil identifikasi secara rinci kebutuhan
informasi yang ingin diperoleh output, kemudian menetapkan data input dan proses yang dilakukan untuk menghasilkan output yang diinginkan. Perancangan
DFD diawali dengan Diagram konteks yang merupakan pola penggambaran aliran proses, yang berfungsi untuk memperlihatkan interaksi sistem informasi dengan
lingkungan dimana sistem tersebut ditempatkan. Pada tahapan penggambaran diagram konteks dikenal sebagai tahap DFD level 0 Oetomo, 2004.
Gambar 7. Diagram konteks DFD level 0 SIMWASKAN
Tahapan DFD level 0 di atas menggambarkan sistem secara global, walaupun sudah cukup menggambarkan sistem database yang akan menampung
aliran data namun pada tahap ini semua proses hanya digambarkan sebagai sebuah proses sistem informasi secara umum dan tidak rinci. Pada tesis ini hanya akan
dilakukan analisis dan perancangan DFD sampai level 1 untuk menggambarkan lebih rinci tentang cakupan aliran data atau informasi dan prosesnya yang ada di
dalam rancangan sistem informasi manajemen pengawasan perikanan. DFD level 1 digambarkan sebagai berikut di bawah:
Gambar 8. DFD Level 1 SIMWASKAN
4.4 Perancangan tampilan antar muka
user interface
Tahapan ini adalah untuk mendesain tampilan antar muka dari sistem informasi manajemen pengawasan perikanan. Desain yang dimaksud meliputi
perancangan menu tampilan data transaksi input, proses, dan tampilan keluaran output. Pada tampilan antar muka dari sistem informasi manajemen pengawasan
perikanan, tampilan input diubah menjadi menu file, kedatangan, keberangkatan, di laut, budidaya, pengolahan, dan menu help. Semua menu tersebut berisikan
database dari sistem informasi manajemen pengawasan perikanan yang dirancang. Tahapan proses database menjadi informasi yang dibutuhkan pada
rancangan tampilan antar muka terdapat dalam menu utility sedangkan output keluaran dari sistem informasi manajemen pengawasan perikanan terdapat pada
menu report.
4.5 Pengembangan Sistem Informasi Manajemen Pengawasan Perikanan