3 4 Analisis Kebutuhan Hutan Kota Berdasarkan Emisi Karbondioksida Di Kota Prabumulih Provinsi Sumatera Selatan

10 Penduduk Manusia juga menghasilkan gas CO 2 . Rata-rata manusia bernapas 12 kali dalam semenit. Sebanyak 500 ml udara dihirup pada setiap tarikan napas. Setiap hembusan napas mengandung gas CO 2 sebanyak 4. Jumlah gas CO 2 yang dihasilkan dari pernapasan manusia sebanyak 3.96 gr CO 2 jam. Ketika udara dihirup CO 2 akan larut ke plasma darah dan sebagian lagi diikat oleh hemoglobin membentuk Hb-CO 2 Dachlan 2007. Lingkungan yang gas CO 2 nya tinggi dapat mengancam kesehatan manusia. Kadar gas CO 2 dapat mengancam manusia lebih dari 1.5. Jika kadar gas melebihi 3 dapat mengakibatkan gejala sakit kepala dan kelelahan disertai dengan sesak napas, hilang kesadaran bahkan kematian. Areal Persawahan Konsentrasi metan CH 4 sebagai salah satu komponen gas rumah kaca di atmosfir ditentukan oleh keseimbangan tanah sebagai sumber source dan rosot sink. Ekosistem dengan kondisi anaerob dominan, terutama akibat penggenangan seperti pada tanah sawah dan lahan basah lainnya, merupakan sumber utama emisi metan. Emisi metan dari lingkungan akuatik seperti tanah sawah pada dasarnya dipengaruhi oleh dua proses mikrobial yang berbeda, yaitu produksi metan dan konsumsi metan Rudd dan Taylor 1980. Penggenangan merupakan karakteristik dari sistem irigasi tanah sawah. Pada kondisi tergenang, kebutuhan oksigen yang tinggi dibandingkan laju penyediannya rendah menyebabkan terbentuknya dua lapisan tanah yang sangat berbeda, yaitu lapisan permukaan oksidatif atau aerobik dimana tersedia oksigen dan lapisan reduktif atau anaerobik di bawahnya dimana tidak tersedia oksigen bebas Patrick dan Reddy 1978. Sawah merupakan salah satu sumber penting gas metan. Orgasnisme yang berperan dalam proses pembentukan CH 4 ini disebut bakteri metanogenik, sedangkan bakteri yang menyebabkan berkurangnya CH 4 adalah bakteri metanotropik. Bakteri metanogenik sangat peka terhadap oksigen sedangkan metanotropik menggunakan CH 4 sebagai satu-satunya sumber energi untuk metabolisme. Mikroorganisme-mikroorganisme ini berfungsi dengan maksimal sesuai perannya masing-masing tergantung dari ketersediaan oksigen dalam kondisi tanah jenuh air. Salah satu faktor penting yang mempengaruhi cepat- lambatnya proses produksi dan konsumsi gas CH 4 adalah reaksi reduksi dan oksidasi redoks dari oksidan-oksidan tanah Setyanto 2004. Bakteri menggunakan metan sebagai sumber energi untuk metabolisme. Sisa metan yang tidak teroksidasi dilepaskan atau diemisikan dari lapisan bawah tanah ke atmosfir melalui tiga cara, yaitu: 1 proses difusi melalui air genangan; 2 gelembung gas yang terbentuk dan terlepas ke permukaan air genangan melalui mekanisme ebulisi, dan 3 gas metan yang terbentuk masuk ke dalam jaringan perakaran tanaman padi dan bergerak secara difusif dalam pembuluh aerinkima untuk selanjutnya terlepas ke atmosfir Rennenberg et al. 1992. Pendekatan Sistem dan Pemodelan Pendekatan sistem adalah suatu cara penyelesaian permasalahan diawali dengan identifikasi kebutuhan-kebutuhan untuk menghasilkan suatu operasi yang dianggap efektif Eriyatno 2003. Model dibuat menjadi lebih sederhana 11 dibandingkan dunia nyata, sehingga manusia lebih mudah mengatasinya. Menurut Tamin 2000 model dalam sistem dikategorikan menjadi 2 yaitu: 1 Model dinamik, yakni model yang memiliki peubah waktu didalamnya sehingga respon akan berubah jika terjadinya perubahan waktu, 2 model statik, yakni model yang tidak memiliki peubah waktu. Menurut Aminullah dalam Ramadan 2015 pendekatan sistem terdapat beberapa tahapan untuk menyelesaikan permasalahan kompleks, antara lain: 1. Analisis kebutuhan untuk mengidentifikasi kebutuhan dari semua stakeholders dalam sistem. 2. Formulasi permasalahan yang merupakan kombinasi dari semua permasalahan dalam sistem 3. Identifikasi sistem untuk menentukan variabel-variabel sistem dalam rangka memenuhi kebutuhan semua stakeholders dalam sistem. 4. Pemodelan abstrak mencakup proses interaktif antara analisis sistem dengan pembuat keputusan dengan menggunakan model untuk mengeksploitasi dampak dari berbagai alternatif dan variabel keputusan terhadap berbagai kriteria sistem. 5. Implementasi dengan tujuan utama untuk memberikan wujud fisik dari sistem yang diinginkan. 6. Operasi, pada tahapan ini akan dilakukan validasi sistem dan seringkali pada tahap ini terjadi modifikasi-modifikasi tambahan karena cepatnya perubahan lingkungan dimana sistem tersebut berfungsi. Menurut Hartrisari 2007 model diciptakan dan digunakan untuk mempermudah dalam melakukan pengkajian sistem karena sulit dan hampir tidak mungkin bekerja pada keadaan sebenarnya. Oleh karena itu, model hanya memperhitungkan beberapa faktor dalam sistem untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Model terbaik akan mampu memberikan gambaran perilaku dunia nyata sesuai dengan permasalahan dan akan meminimalkan perilaku yang tidak signifikan dari sistem yang dimodelkan. Salah satu solusi menyelesaikan permasalahan kompleks dengan pendekatan sistem adalah menggunakan konsep model simulasi sistem dinamis. Penggunaan model tersebut akan mengkomputasi jalur waktu dari variabel model untuk tujuan tertentu dari input sistem dan parameter model. Penyusunan model dapat dilakukan berdasarkan basis data data base maupun pengetahuan knowledge base Eriyatno 2003. Menurut Kakiay 2004 penggunaan model dan simulasi mempunyai keuntungan yaitu: 1 menghemat waktu; 2 dapat merentangluaskan waktu; 3 dapat mengawasi sumber yang bervariasi; 4 mengkoreksi kesalahan perhitungan; 5 dapat dihentikan dan dijalankan kembali; 6 besaran konstanta sistem dapat diubah-ubah untuk melihat pengaruhnya. Selain itu, penggunaan model dan simulasi juga memiliki kelemahan yaitu: 1 hasil simulasi tidak sama persis dengan dunia nyata, karena model mengandung distorsi; 2 simulasi hanya memberikan suatu kumpulan tanggapan sistem atas berbagai kondisi dan kelemahannya sulit diukur dan 3 simulasi yang sangat bagus membutuhkan biaya yang mahal dan waktu yang lama untuk mengembangkan model yang sangat kompleks Levin et al. 2002. 12 Sistem Informasi Geografis Sistem informasi geografis SIG merupakan salah satu metode digunakan untuk mengatur serta menyajikan data spasial yang memungkinkan untuk melakukan perencanaan pengelolaan lingkungan secara efektif Rojas 2007. Menurut Irwansyah 2013 SIG adalah sebuah sistem di desain untuk menangkap, menyimpan, memanipulasi, menganalisa, mengatur dan menampilkan seluruh jenis data geografi. SIG data spasial merupakan sebuah data yang mengacu pada posisi, obyek dan hubungan di antaranya dalam ruang bumi. Data spasial salah satu item dari informasi di mana di dalamnya terdapat informasi mengenai bumi termasuk bumi, dibawah permukaan bumi, perairan, kelautan dan di bawah atmosfer. SIG merupakan terkologi yang berkembang dengan cepat. Sulit untuk mendefinisikan SIG dengan jelas karena memiliki aplikasi yang luas. Pada prinsipnya, SIG menggabungkan teknologi dan kemampuan peta dan atributnya. SIG adalah suatu sistem digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, menganalisis dan menampilkan data spasial yang mengambarkan bumi. Di awal perkembangannya, SIG hanya digunakan untuk pemetaan digital, untuk keperluan persediaan sumberdaya, kadaster, perencanaan, transportasi dan sensus, tetapi saat ini SIG telah banyak digunakan untuk permodelan dan pengambilan keputusan dengan berbagai tingkat temporal dan resolusi spasial. Data penginderaan jauh dapat digunakan sebagi input dan validasi pemodelan spasial dapat menggunakan SIG Prasetyo 2013. SIG mempresentasikan real world dengan data spasial terbagi atas dua model yaitu model data raster dan model data vektor. Dalam data vektor, bumi dipresentasikan sebagai suatu mosaik terdiri atas garis, polygon, titikpoint dan nodes. Data raster dalah data yang dihasilkan dari sistem penginderaan jauh dipresentaikan sebagai struktur grid disebut pixel picture element. Resolusi pada raster tergantung pada ukuran pixel-nya. Resolusi pixel mengambarkan ukuran sebenarnya di permukaan bumi diwaliki oleh setiap pixel pada citra. Semakin kecil ukuran bumi dipresentasikan oleh satu sel, semakin tinggi resolusinya. Data raster sangat baik untuk mempresentasikan batas-batas yang berubah secara gradual, seperti jenis tanah, kelembaban tanah, vegetasi, suhu tanah dan sebagainya Irwansyah 2013. Ada beberapa alasan mengapa perlu menggunakan SIG yaitu 1 SIG menggunakan data spasial maupun atribut yang terintegrasi, 2 SIG digunakan sebagai alat bantu interaktif yang menarik dalam meningkatkan pemahaman mengenai konsep lokasi, ruang, kependudukan dan unsur-unsur geografi yang ada dipermukaan bumi, 3 SIG dapat memisahkan antara bentuk presentasi dan basis data, 4 SIG memiliki kemampuan menguraikan unsur-unsur yang ada dipermukaan bumi ke dalam beberapa layer atau coverage data spasial, 5 SIG memiliki kemampuan yang sangat baik dalam menvisualisasi data spasial beserta atributnya, 6 semua operasi SIG dapat dilakukan secara interaktif, 7 SIG dengan mudah menghasilkan peta-peta tematik, 8 semua operasi SIG di costumize dengan menggunakkan perintah-perintah dalam bahasa script, 9 perangkat lunak SIG menyediakan fasilitas untuk berkomunikasi dengan perangkat lunak lain, 10 SIG sangat membantu pekerjaan yang erat kaitannya dengan bidang spasial dan geoinformatika Prahasta 2001. 13 3 METODE Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Kota Prabumulih terletak pada 3 20’09.01”-3 34’24.7” LS dan 104 07’50.4”-104 19’41.6” BT dengan luas wilayah 434 460 km 2 . Pengelolaan data dilakukan di Laboratorium Analisis Lingkungan dan Pemodelan Spasial, Institut Pertanian Bogor. Gambar 2 Peta lokasi penelitian Alat dan Data Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat tulis, kamera digital, GPS, software Powersim constructor 2.5d, ERDAS Imagine 9.1, ArcGIS 9.3, software Expert Choice 11 dan computerlaptop. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah Citra Landsat 8 ETM path 124 row 62, Peta Administrasi, Peta RBI, Peta Digital RTRW dan Data Statistik Kota Prabumulih yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika dan BAPPEDA Kota Prabumulih. Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menghitung emisi CO 2 bersumber dari energi, areal persawahan, ternak dan penduduk diolah menggunakan software Powersim constructor 2.5d dan eksisting ruang terbuka hijau dilihat dari citra landsat 8 ETM dan di olah menggunakan ERDAS Imagine 9.1 dan ArcGIS 9.3. 14 Lalu dari hasil tersebut dilakukan prediksi kebutuhan hutan kota berdasarkan emisi CO 2 per kecamatan dan dilakukan penentuan lokasi hutan kota per kecamatan sesuai kriteria. Lalu untuk menentukan lokasi prioritas hutan kota dilakukan dengan metode skoring lalu untuk bobotnya diproses dengan software Expert Choice 11. Asumsi dan Batasan Penelitian Beberapa asumsi dan batasan penelitian dalam penelitian ini adalah: 1. Studi area di Kota Prabumulih merupakan sistem tertutup dimana tidak ada input output dari luar. 2. Sumber sumber CO 2 hanya berasal dari sumber energi solar, premium, dan LPG, areal persawahan areal sawah padi, ternak serta penduduk dan emisi CO 2 yang berada di luar Kota Prabumulih diabaikan, serta serapan CO 2 hanya dilakukan oleh hutan kota pohon. 3. Gas CO 2 selama berada di udara tidak mengalami perubahan fisik dan kimiawi. 4. Jumlah konsumsi bahan bakar setelah tahun 2014 tidak dipengaruhi oleh faktor subsidi. 5. Bahan bakar minyak menjadi sumber energi utama dalam memajukan struktur perekonomian masyarakat. 6. Konsumsi LPG di asumsikan satu keluarga membutuhkan 4 tabung gas LPG 3 kg dalam 1 bulan. 7. Penduduk mengalami pertumbuhan normal. 8. Tidak ada kegiatan pemuliaan ternak yang berpengaruh signifikan terhadap populasi ternak. 9. Paradigma masyarakat terhadap pertanian tidak berubah. Masyarakat beranggapan sektor pertanian bukan merupakan sektor pertanian pangan. 10. Tidak ada perubahan ekologis yang drastis. Teknik Pengumpulan Data dan Jenis Data Inventarisasi dan pengumpulan data a. Studi pustaka Studi pustaka dilakukan bertujuan memperoleh data sekunder untuk melengkapi data penelitian. Studi litelatur diperoleh dari instansi-instasi terkait, antara lain: Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda, Badan Pusat Statistik BPS, Dinas Perhubungan, Pertamina, Dinas Peternakan dan Perikanan, Dinas Pertanian serta pustaka lainnya. b. Wawancara Wawancara dilakukan bertujuan memperoleh informasi yang didapat dari pihak pemerintah Kota Prabumulih seperti BAPPEDA, BPS, dan Badan Lingkungan Hidup, Dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan serta instansi- instansi terkait dalam pengembangan hutan kota. c. Observasi lapang Obervasi lapang bertujuan mengetahui kondisi tapak awal dan kondisi fisik lapang hutan kota serta dilakukan penentuan koordinat dengan menggunakan GPS. 15 Tabel 2 Jenis, bentuk dan sumber data No Jenis Data Bentuk data Sumber Data 1. Aspek Klimatogis Suhu udara, kelembaban relatif, curah hujan. Deskripsi BPS 2. Geologi dan geografi Batas tapak, letak geografi, luas wilayah Deskripsi dan Peta BPS dan Bappeda 3. Penggunaan Lahan Deskripsi dan Peta Bappeda 4. Rencana Tata Ruang Wilayah Deskripsi dan Peta Bappeda 5. Demografi Penduduk Kepadatan dan jumlah penduduk Deskripsi BPS 6. Tingkat konsumsi Bahan Bakar Premium, solar, LPG dan minyak tanah Deskripsi Pertamina 7. Jumlah dan jenis hewan ternak Deskripsi Dinas Peternakan dan Perikanan Metode Analisis Data Perhitungan prediksi emisi CO 2 Sumber emisi yang diperhitungkan berasal dari pengunaan bahan bakar, ternak, sawah dan penduduk mengacu pada Qodriyanti 2010 yang dilakukan oleh IPCC 1996.

a. Energi

Pengukuran CO 2 dilakukan dengan mengetahui jenis bahan bakar yang digunakan serta jumlah konsumsi bahan bakar. Jumlah konsumsi bahan bakar dapat dicari dengan cara : C TJtahun = a 10 3 tontahun x b TJ10 3 ton Keterangan : C = Jumlah konsumsi bahan bakar berdasarkan jenis bahan bakar TJtahun a = Konsumsi bahan bakar berdasarkan jenis bahan bakar 10 3 tontahun b = Nilai kalori bersihfaktor konversi berdasarkan jenis bahan bakar TJ10 3 ton Tabel 3 Nilai kalori bersih berdasarkan jenis bahan bakar Nilai kalori bersih dari bahan bakar Produk minyak sulingan Faktor TJ10 3 ton Bensin

44.80 SolarIFO

43.33 Minyak tanah

44.75 LPG

47.31 Sumber: IPCC 1996 16 Kandungan karbon yang terdapat pada masing-masing bahan bakar minyak maupun gas dihitung dengan cara : E t Ctahun = C TJtahun x d t CTJ Keterangan : E = Kandungan karbon berdasarkan jenis bahan bakar t Ctahun c = Jumlah konsumsi bahan bakar berdasarkan jenis bahan bakar TJtahun d = Faktor emisi karbon berdasarkan jenis bahan bakar t CTJ Tabel 4 Faktor emisi karbon berdasarkan jenis bahan bakar Faktor emisi karbon Bahan bakar Faktor emisi t CTJ Bensin 18.9 SolarIFO 20.2 Minyak tanah 19.5 LPG 17.2 Sumber: IPCC 1996 Emisi karbon aktual yang dihasilkan dari setiap bahan bakar dihitung dengan cara: G Gg Ctahun = E t Ctahun x f Keterangan : G = Emisi karbon aktual berdasarkan jenis bahan bakar Gg Ctahun E = Kandungan karbon berdasarkan jenis bahan bakar t Ctahun f = Fraksi CO 2 , fraksi CO 2 untuk bahan bakar minyak adalah 0.99 sedangkan untuk bahan bakar gas adalah 0.995 Sehingga total emisi CO 2 yang dihasilkan dari bahan bakar minyak dan gas dapat diperoleh dengan cara : H Gg CO 2 tahun = G Gg Ctahun x 4412 Keterangan : H = Emisi CO 2 aktual berdasarkan jenis bahan bakar Gg CO 2 tahun G = Emisi karbon aktual berdasarkan jenis bahan bakar Gg Ctahun b. Ternak Ternak menghasilkan metana yang muncul ketika proses fermentasi terjadi di dalam tubuh dan dalam pengelolaan pupuk. 17 Tabel 5 Faktor emisi dari proses fermentasi berdasarkan jenis ternak Faktor emisi CH 4 dari hasil fermentasi Ternak Faktor kgekortahun Sapi potong 44 Kerbau 55 Domba 8 Kambing 5 Kuda 18 Sapi

1.5 Unggas

Tidak diperkirakan Sumber: IPCC 1996 C tontahun = a ekor x b kgekortahun Keterangan : C = Emisi metana dari proses fermentasi berdasarkan jenis ternak tontahun a = Populasi ternak berdasarkan jenis ternak ekor b = Faktor emisi CH 4 dari hasil fermentasi berdasarkan jenis ternak kgekortahun Tabel 6 Faktor emisi dari pengelolaan pupuk berdasarkan temperatur atau iklim Faktor emisi CH 4 dari hasil fermentasi Ternak Faktor kgekortahun Domba

0.37 Kambing

0.23 Kuda

2.77 Unggas

0.023 Kerbau 3 Babi 7 Sapi 2 Sumber: IPCC 1996 Emisi metana dari proses pengelolaan pupuk diperoleh dari : E tontahun = a ekor x d kgekortahun Keterangan : E = Emisi metana dari proses pengelolaan pupuk berdasarkan jenis ternak tontahun a = Populasi ternak berdasarkan jenis ternak ekor d = Faktor emisi CH 4 dari pengelolaan pupuk berdasarkan jenis ternak kgekortahun F = Total emisi metana berdasarkan jenis ternak Ggtahun Sehingga total emisi metana yang dihasilkan oleh ternak adalah : F Gg CH 4 tahun = C tontahun + E tontahun Keterangan : F = Total emisi metana berdasarkan jenis ternak Ggtahun E = Emisi metana dari proses pengelolaan pupuk berdasarkan jenis ternak tontahun C = Emisi metana dari proses fermentasi berdasarkan jenis ternak tontahun