17
Tabel 5 Faktor emisi dari proses fermentasi berdasarkan jenis ternak
Faktor emisi CH
4
dari hasil fermentasi Ternak
Faktor kgekortahun Sapi potong
44 Kerbau
55 Domba
8 Kambing
5 Kuda
18 Sapi
1.5 Unggas
Tidak diperkirakan
Sumber: IPCC 1996
C tontahun = a ekor x b kgekortahun Keterangan :
C = Emisi metana dari proses fermentasi berdasarkan jenis ternak tontahun a = Populasi ternak berdasarkan jenis ternak ekor
b = Faktor emisi CH
4
dari hasil fermentasi berdasarkan jenis ternak
kgekortahun Tabel 6 Faktor emisi dari pengelolaan pupuk berdasarkan temperatur atau iklim
Faktor emisi CH
4
dari hasil fermentasi Ternak
Faktor kgekortahun Domba
0.37 Kambing
0.23 Kuda
2.77 Unggas
0.023 Kerbau
3 Babi
7 Sapi
2
Sumber: IPCC 1996
Emisi metana dari proses pengelolaan pupuk diperoleh dari : E tontahun = a ekor x d kgekortahun
Keterangan : E = Emisi metana dari proses pengelolaan pupuk berdasarkan jenis ternak
tontahun a = Populasi ternak berdasarkan jenis ternak ekor
d = Faktor emisi CH
4
dari pengelolaan pupuk berdasarkan jenis ternak
kgekortahun F = Total emisi metana berdasarkan jenis ternak Ggtahun
Sehingga total emisi metana yang dihasilkan oleh ternak adalah :
F Gg CH
4
tahun = C tontahun + E tontahun Keterangan :
F = Total emisi metana berdasarkan jenis ternak Ggtahun E = Emisi metana dari proses pengelolaan pupuk berdasarkan jenis ternak
tontahun C = Emisi metana dari proses fermentasi berdasarkan jenis ternak tontahun
18 Metana yang dihasilkan diubah menjadi CO
2
melalui rekasi kimia yaitu :
CH
4
+ 2 O
2
CO
2
+ 2 H
2
O c. Pertanian areal persawahan
Dekomposisi anaerobik dari bahan organik di areal persawahan menghasilkan metana. Gas tersebut dikeluarkan ke udara melalui tanaman padi
selama musim pertumbuhan. Metana yang dihasilkan dari persawahan tersebut dapat diketahui dari luas arel yang dijadikan persawahan dan jumlah musin panen.
D Gg CH
4
tahun = a m
2
x b x c gm
2
x d tahun Keterangan :
D = Total emisi metana dari areal persawahan Ggtahun a = Luas areal persawahan m
2
b = Nilai ukur faktor emisi CH
4
c = Faktor emisi 18 gm
2
d = Jumlah masa panen per tahun tahun d. CO
2
yang dihasilkan penduduk
Sumber CO
2
dihasilkan oleh penduduk seperti dari sistem respirasi maupun
aktivitas sehari-hari
K
KPt
= J
PTt
.K
Pt
Keterangan : K
KPt
= Karbon dioksida yang dihasilkan penduduk pada tahun ke t
Gg CO
2
tahun
J
PTt
= Jumlah penduduk terdaftar pada tahun ke t jiwa
K
Pt
= Jumlah karbon dioksida yang dihasilkan manusia yaitu 0.96 Kg CO
2
jiwahari 0.3456 ton CO
2
jiwatahun Grey dan Deneke 1978.
e. Emisi CO
2
Per kecamatan
Emisi CO
2
per kecamatan dihitung dengan membagi total emisi CO
2
yang dihasilkan oleh energi, ternak, persawahan dan dari penduduk dengan total jumlah
penduduk lalu dikalikan dengan jumlah penduduk per kecamatan.
Emisi CO
2
Kecamatan =
∑ emisi CO
2
∑ jumlah penduduk ×jumlah pendudukKecamatan
f. Penentuan luas hutan kota berdasarkan fungsi sebagai penyerap CO
2
Kebutuhan luasan hutan kota berdasarkan daya serap CO
2
dapat diperoleh dari kemampuan hutan kota dalam menyerap CO
2
. Kebutuhan hutan kota diperoleh dari jumlah emisi CO
2
yang terdapat di Kota Prabumulih dibagi dengan kemampuan hutan kota dalam menyerap CO
2
.
L ha =
w Gg CO
2
tahun + x Gg CO
2
tahun + y Gg CO
2
tahun + z Gg CO
2
tahun K tontahunha
19
Keterangan: L = Kebutuhan luasan hutan kota ha
w = Total emisi CO
2
dari energi Gg CO
2
tahun
x = Total emisi CO
2
dari ternak Gg CO
2
tahun
y = Total emisi CO
2
dari areal persawahan Gg CO
2
tahun
z = Total emisi CO
2
dari manusiaGg CO
2
tahun
K = Nilai serapan CO
2
oleh hutan sebesar 58.2576 CO
2
tontahunha, menurut Inverson 1993 dalam Tinambunan 2006.
Setelah didapat kebutuhan luasan hutan kota berdasarkan CO
2
lalu dihitung
kebutuhan hutan kota di setiap kecamatan.
Kebutuhan luasan HKKec =
∑ Kebutuhan luasan hutan kota ∑ jumlah penduduk
×jmlh pendudukKec Nilai kebutuhan luasan hutan kota yang didapat berdasarkan daya serap CO
2
maka akan diketahui seberapa luas hutan kota yang disediakan oleh Pemerintah Kota Prabumulih. Penambahan luasan hutan kota yang disediakan diperoleh
dengan cara :
L ha = A ha
– B ha Keterangan :
L = Penambahan luasan hutan kota ha A = Kebutuhan hutan kota ha
B = Luas hutan kota sekarang ha
Dengan menggunakan rumus perhitungan di atas lalu di analisis
menggunakan pendekatan sistem dengan software Powersim constructor 2.5d. g. Pendekatan sistem
Pendekatan sistem merupakan suatu pendekatan untuk menyelesaikan masalah yang kompleks. Menurut Manetsch dan Park dalam Hartrisari 2007
pendekatan sistem memiliki beberapa tahapan sebagai berikut: 1.
Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan merupakan tahapan awal yang mengidentifikasi kebutuhan masing-masing pelaku sistem stakeholders hutan kota. Setiap
pelaku memiliki kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan fungsi dan tujuan dan diharapkan dapat berjalan sesuai dengan kebutuhan yang di
inginkan Lampiran 1.
2.
Formulasi Masalah
Analisis kebutuhan dilakukan dengan mengidentifikasi kebutuhan masing-masing stakeholders. Berdasarkan hal tersebut akan teridentifikasi
kebutuhan yang sejalan sinergis dan kebutuhan yang tidak sejalan kontradiktif. Kebutuhan kontradiktif mengakibatkan sistem tidak berjalan
sebagaimana mestinya sehingga memerlukan solusi yang berasal dari pemahaman terhadap mekanisme yang terjadi dalam sistem. Pemahaman
terhadap mekanisme tersebut membantu mengidentifikasi hubungan antar faktor sehingga solusi permasalahan dapat ditentukan pada tahap identifikasi