HOMOSEKSUAL( Studi Kasus tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis )

HOMOSEKSUAL( Studi Kasus tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis )
Oleh: ADIB ASRORI (02810305)
Psychology
Dibuat: 2007-01-23 , dengan 3 file(s).

Keywords: Homoseksual, Etiologi dan Kondisi Psikologis.
Homoseksual adalah hal yang cukup tabu dalam pandangan masyarakat
Indonesia, meskipun di Barat hal ini telah menjadi budaya dan beberapa tokoh
psikologi Barat telah menganggap hal ini bukan merupakan suatu gangguan
psikologis tetapi lebih sebagai pilihan hidup. Seorang laki-laki bebas memilih
pasangan dari lawan jenisnya atau sesama jenisnya, tidak seperti di Indonesia dimana
masyarakatnya belum bisa menerima ketika seorang laki-laki berpasangan dengan
laki-laki sesama jenisnya. Masyarakat masih menganggap tabu, sehingga cenderung
menilai negatif seorang homoseksual. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana etiologi homoseksual dan bagaimana kondisi psikologis seorang
homoseksual yang hidup di masyarakat Indonesia yang masih menganggap negatif
mereka.
Subyek dalam penelitian ini adalah laki-laki homoseksual sebanyak tiga orang.
Metode assesmen yang digunakan adalah observasi, interview, dan tes psikologi,
yaitu tes grafis, MMPI, dan SSCT.
Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa ketiga subyek mempunyai etiologi

yang hampir sama yaitu lemahnya peran ayah dalam keluarga sehingga membuat
peran ibu menjadi dominan. Selain itu, ketiganya mempunyai pengalaman yang
positif dalam hubungan dengan sesama jenis, sehingga membuat perilaku ini diulang
yang memperkuat kehomoseksualan mereka. Dua orang subyek membawa
kecenderungan homoseksual ini dari kecil dan kemudian diperkuat oleh peran orang
tua yang menghambatnya berkembang menjadi laki-laki yang maskulin (inhibisi
perkembangan maskulin), sedangkan subyek yang lainnya mengalami berkali-kali
kejadian yang tidak mengenakkan dalam hubungannya dengan lawan jenis. Dalam
hal kondisi psikologis. Subyek pertama telah mampu menerima kehomoseksualannya
meskipun mempunyai sedikit ketakutan akan masa depannya. Subyek kedua belum
sepenuhnya menerima kehomoseksualannya, tetapi ia tidak terlalu memikirkan hal ini
karena sudah berkeluarga. Ia hanya takut akan dosa yang Tuhan berikan padanya.
Lain halnya dengan subyek ketiga, ia tidak bisa menerima kehomoseksualannya dan
pertentangan (konflik) yang terjadi adalah antara ketidak mampuan mengendalikan
hasrat dengan sesama jenis dan dosa atas perbuatannya. Ia juga merasa takut jika
masa depannya akan suram.

Abstract

Homosexuality is a fairly taboo in public views

Indonesia, although in the West it has become a culture and a few figures
Western psychology has regarded this not constitute a nuisance
psychological but rather as a life choice. A man is free to choose

couples of the opposite sex or lesbian, unlike in Indonesia where
society can not accept when a man is paired with
male lesbian. The community is still considered taboo, so it tends to
negative rate was a homosexual. This study aims to determine
how the etiology of homosexuality and how the psychological condition of a
homosexuals who live in Indonesian society that still considers negative
them.
The subjects in this study were male homosexuals as many as three people.
Assessment methods used were observation, interviews, and psychological tests,
the graphical test, MMPI, and SSCT.
From the results of this research note that the three subjects have the etiology
are almost the same weak role of fathers in families making
mother's role became dominant. In addition, all three have the experience
positive in relation to same-sex, so that makes this behavior is repeated
that strengthen their kehomoseksualan. Two subjects took
This homosexual tendencies from childhood and later reinforced by the roles people

which hinders parents developed into a masculine man (inhibition
masculine development), whereas other subjects experienced many times
an unpleasant incident in connection with the opposite sex. In
this psychological condition. The first subject has been able to receive kehomoseksualannya
although it has less fear about the future. The second subject has not
kehomoseksualannya fully accept, but he did not think too much about this
because already married. He was only afraid of sin that God has given him.
Another case with a third subject, he could not accept kehomoseksualannya and
conflict (conflict) that occurred was between the inability to control
with same-sex desire and sin for his actions. He also felt afraid if
his future will be bleak.