Analisis Yuridis Normatif Terhadap Putusan Hakim Nomor: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg Dalam Perkara Tindak Pidana Perjudian (Studi Putusan Pengadilan Negeri Malang Nomor: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg)

(1)

iv

PENULISAN HUKUM

ANALISIS YURIDIS NORMATIF TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg DALAM PERKARA TINDAK

PIDANA PERJUDIAN

(Studi Putusan Pengadilan Negeri Malang Nomor: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg )

Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Kesarjanaan Dalam Bidang Ilmu Hukum

Oleh:

BADRUS SHOLEH 08400200

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM


(2)

v

ANALISIS YURIDIS NORMATIF TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg DALAM PERKARA TINDAK

PIDANA PERJUDIAN

(Studi Putusan Pengadilan Negeri Malang Nomor: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg )

PENULISAN HUKUM

Oleh:

BADRUS SHOLEH 08400200

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS HUKUM


(3)

(4)

(5)

(6)

v

UNGKAPAN PRIBADI

Untuk Orang tuaku tercinta - Abah (H. yusuf) Alm. dan Ummi (Hj. Machmudah); untuk saudariku Siti Arofa, kakak iparku Sam’un Ardiansyah serta kawan -kawanku Ali Subhan, Zarvera Razani, Faiz Rahman, Al – Akif Candara Kelana Pelu, Ainur Rochman, Jodi Setiawan dan seluruh sahabat-sahabatku yang terkasih, semoga karya ini dapat memberikan manfaat dan sebagai jalan menuju perubahan masyarakat ke arah yang lebih maju menuju masyarakat yang adil seadil-adilnya, khususnya bagi masyarakat yang mencari keadilan yang hingga hari ini masih kurang puas terhadap penegakan hukum khususnya putusan pengadilan... Amin Ya Robbal Alamin....

Malang, Mei 2015 Penulis


(7)

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Robbil ’alamin

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufiq dan hidayahnya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ANALISIS YURIDIS NORMATIF TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PERJUDIAN (Studi Putusan Pengadilan Negeri Malang Nomor: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg ). Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada junjungan kita Rasulullah Muhammad SAW. Pembawa l rahmat seluruh alam semesta.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan strata satu (S-1) dalam bidang ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam penyusunan skripsi ini tidak dapat diselesaikan oleh penulis tanpa bantuan, dukungan, bimbingan serta pengarahan dari berbagai pihak selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah serta kelapangan pemikiran serta rizki yang begitu melimpah dalam pembuatan tugas akhir ini.

2. Alm. H. Yusuf dan Ummi Hj. Machmudah selaku orang tua yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil hingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancar.

3. Bapak Dr. Muhajir Effendy M.AP, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh gelar kesarjanaan di kampus putih tercinta ini;

4. Bapak Dr.Sulardi, SH., M.Si, selaku dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan fasilitas dan dukungan pada penyusunan skripsi ini;


(8)

ix

5. Bapak Dr. Tongat, SH., MHum selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memotivasi dan meluangkan waktu serta memberikan masukan-masukan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Bapak Sidik Sunaryo, S.H., M.Si., MHum selaku pembimbing II, penulis secara pribadi mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya karena telah membimbing penulis, meluangkan waktu, serta memberikan ide-ide segar dan sudut pandang baru dalam melihat suatu permasalahan sehubungan dengan skripsi yang di angkat penulis hingga tugas akhir ini selesai.

7. Seluruh jajaran Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah memberikan ilmunya selama perkuliahan.

8. Seluruh Staff TU Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang yang telah sabar melayani selama masa perkuliahan hingga akhir.

9. Teman-teman Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang secara keseluruhan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah bersama-sama berjuang dalam segala hal.

Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca sekalian. Salam hormat,

Malang, Mei 2015 Penulis,


(9)

x DAFTAR ISI

Lembar Cover/ Sampul Dalam... i

Lembar Pengesahan... ii

Surat Pernyataan... iv

Ungkapan Pribadi ……... v

Abstraksi...vi

Abstract...vii

Kata Pengantar...viii

Daftar Isi...x

Daftar Lampiran………xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Kegunaan Penelitian ... 11

E.1. Bagi Penulis ... 11

E.2. Bagi Masyarakat ... 11

E.3. Bagi Penegak Hukum ... 11

E.4. Bagi Mahasiswa ... 11

F. Metode Penelitian ... 12

F.1. Jenis Penelitian ... 12

F.2. Pendekatan ... 12

F.3. Bahan Hukum ... 12

F.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum ... 13

F.5. Analisa Bahan Hukum ... 13

F.6. Sistematika Penulisan ... 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 16

A. Tinjauan UmumTentang Hakim ... 16

A.1. Pengertian Hakim ... 16


(10)

xi

B.1. Pengertian Putusan Hakim ... 21

C. Bentuk Putusan Pengadilan ... 22

C.1. Putusan Bebas (Vrijspraak/Acquittal) ... 22

C.2.Putusan Lepas dari Segala Tuntutan Hukum (Onslah Van Alle Rechtvelvolging) ... 22

C.3.Putusan Pemidanaan (Veroordeling) ... 23

D. Proses Penjatuhan Putusan Oleh hakim ... 23

D.1. Tahap Menganalisis Perbuatan Pidana ... 24

D.2. Tahap Menganalisis Tanggung Jawab Pidana ... 24

D.3. Tahap Penentuan Pemidanaan ... 24

E. Teori Penjatuhan Putusan... 25

E.1. Teori Keseimbangan ... 25

E.2. Teori Pendekatan Seni dan Instuisi ... 25

E.3. Teori Pendekatan Keilmuan ... 25

E.4. Teori Pendekatan Pengalaman ... 25

E.5. Teori Ratio Decicendi ... 26

E.6. Teori Kebijaksanaan ... 26

F. Keterangan Terdakwa ... 27

F.1. Pengertian Terdakwa ... 27

F.2. Hak-Hak Terdakwa... 27

G. Keterangan Saksi ... 28

G.1. Pengertian Saksi ... 28

G.2. Syarat Sahnya Keterangan Saksi ... 30

G.3. Macam-Macam Saksi ... 32

H. Tinjauan Tentang Tindak Pidana ... 33

H.1. Pengertian Tindak Pidana ... 33

I. Tinjauan Tentang Perjudian ... 33

I.1. Pengertian Perjudian ... 33

J. Tinjauan Tentang Pembuktian ... 34

J.1. Pengertian Hukum Pembuktian ... 34


(11)

xii

K.1. Sistem Pembuktian Menurut Undang-Undang Secara Positif (Positief

Wettelijke Bewijs Theori)... 35

K.2. Sistem Pembuktian Menurut Keyakinan Hakim Atas Alasan (Conviction Intime/Conviction RaisonceNegatief Wettelijke) ... 38

K.3. Sistem Pembuktian Menurut Undang-Undang Secara Negatif (Negatief Wettelijke Bewijs Theori)... 40

L. Tinjauan Kekuatan Pembuktian Keterangan Saksi ... 42

M. Tinjauan Alat Bukti Minimum ... 46

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Kekuatan Pembuktian Keterangan Tertulis dari Saksi yang dibacakan di Persidangan oleh Penuntut Umum dalam Putusan Nomor: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg tentang Tindak Pidana Perjudian ... 48

B. Apakah dalam Putusan Nomor: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg tentang Tindak Pidana Perjudian telah memenuhi alat bukti minimum yang telah ditetapkan Undang-Undang (KUHAP) ... 56

C. Konsekuensi Hukum jika tidak dipenuhinya alat bukti minimum dalam Putusan Nomor: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg tentang Perkara Tindak Pidana Perjudian Tersebut ... 63

BAB IV PENUTUP ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

INDEX ... 80 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Putusan Pengadilan Negeri Malang Nomor: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg. 2. Surat Tugas

3. Berita Acara Seminar Proposal


(13)

xiv

DAFTAR PUSTAKA

Buku:

Andi Hamzah. 2013. Hukum Acara Pidana Indonesia. Jakarta. Sinar Grafika. Ahmad Rifa’i. 2011. Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Perspektif Hukum

Progresif. Jakarta. Sinar Grafika.

Adami Chazawi. 2002. PengantarHukum Pidana Bag 1. Jakarta. Grafindo. Hari Sasangka dan Lily Rosita. 2003. Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana.

Bandung. CV. Mandar Maju.

Lilik Mulyadi. 2008. Bunga Rampai Hukum Pidana Perspektif, Teoritis dan Praktik. Bandung. PT. Aliumni.

Lilik Mulyadi. 2012. Hukum Acara Pidana; Normatif, Teoritis, Praktik, Dan Permasalahannya. Bandung. PT. Alumni.

M. Yahya Harahap. 2012. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP: Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali. Edisi Kedua. Jakarta. Sinar Grafika.

M. Marwan & Jimmy P. 2009. Kamus Hukum. Surabaya. Reality Publisher. Subekti. 2001. Hukum Pembuktian. jakarta. Pradnya Paramitha.

Setiawan Widagdo. 2012. Kamus Hukum. jakarta. PT. Prestasi Pustaka Raya.

Soerjono Soekanto& Sri Mamudji. 2011. Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat). Jakarta. Rajawali Pers.


(14)

xv Perundang-undangan:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

Sumber lain:

Putusan Pengadilan Negeri Malang Nomor: 582/Pid.B//2013/PN.Mlg tentang Perkara Tindak Pidana Perjudian


(15)

xvi INDEKS

A

Alat Bukti, 1, 2, 5, 6, 7, 9, 10, 14, 15, 18, 23, 28, 30, 31, 34, 35, 36, 37, 39, 40, 41, 42, 43, 45, 46, 47, 48, 49, 60, 63, 66

Analisis, 8, 10, 13

Asas, 23, 30, 40, 42, 61, 63

H

Hakim, 7, 8, 14, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 24, 28, 31, 34, 35, 36, 37, 40, 41, 44, 46, 47, 49, 52, 64, 65, 69, 72

K

Keterangan Saksi, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 14, 18, 28, 30, 31, 41, 42, 43, 44, 45, 46, 48, 49, 50, 51, 53, 54, 55, 58, 59, 64, 69

Kepastian Hukum, 50

Kuhap, 8, 9, 10, 14, 15, 16, 43, 48, 60, 62, 72

M

Majelis Hakim, 52

N

Negatief Wettelijk, 1 Normatif, 8, 10, 12


(16)

xvii P

Penyidik, 30

Peradilan, 16, 17, 27

Pengadilan, 16, 17, 21, 22, 24, 26, 27, 34, 39, 44, 50, 55, 56, 57, 66, 72 Pertimbangan Hakim, 26

Persidangan, 18, 23, 27, 29, 30, 34, 37, 46, 47, 52, 57, 58, 59, 61, 67, 68, 69, 71 Pembuktian, 2, 6, 9, 15, 18, 23, 27, 34, 35, 37, 39, 40, 42, 43, 48, 49, 51, 52, 56, 59, 61, 63, 64, 65, 66

Putusan, 8, 14, 15, 18, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 38, 48, 57, 59, 60, 62, 64, 65, 66, 72

Perkara, 8, 24, 25, 48, 52, 60, 62

Pidana, 1, 2, 18, 22, 23, 24, 26, 27, 33, 35, 41, 42, 46, 47, 48, 52, 55, 57, 62, 65, 66, 70, 72

Perjudian, 3, 8, 9, 15, 19, 33

T

Terdakwa, 3, 4, 7, 22, 23, 25, 27, 28, 29, 32, 33, 34, 37, 39, 40, 41, 42, 45, 47, 53, 54, 56, 57, 58, 60, 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71

V

Vonis, 16, 66

Y


(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Tujuan hukum acara pidana antara lain dapat dibaca pada pedoman pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana yang di keluarkan oleh Menteri Kehakiman.

Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan dari pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.1

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, yang juga disebut sebagai Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana yang biasa disingkat (KUHAP) menganut sistem pembuktian berdasarkan undang-undang negatif (negatief wettelijk). Hal tersebut dapat disimpulkan dari pasal 183 KUHAP yang menentukan bahwa “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang, kecuali apabila sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.

1


(18)

2

Dari kalimat tersebut nyata bahwa pembuktian harus didasarkan kepada Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), yaitu alat bukti yang sah tersebut dalam pasal 184 KUHAP yaitu keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa, disertai dengan keyakinan hakim yang diperoleh dari alat-alat bukti tersebut.2

Pada umumnya, alat bukti keterangan saksi merupakan alat bukti yang paling utama dalam perkara pidana. Boleh dikatakan, tidak ada perkara pidana yang luput dari pembuktian alat bukti keterangan saksi. Hampir semua pembuktian perkara pidana selalu bersandar kepada pemeriksaan keterangan saksi. Sekurang-kurangnya di samping pembuktian dengan alat bukti yang lain, masih selalu diperlukan pembuktian dengan alat bukti saksi.3

Perihal batasan keterangan saksi secara eksplisit pasal 1 angka 27 KUHAP menentukan, bahwa:

Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu.

Sedangkan menurut ketentuan pasal 185 ayat (1) KUHAP, memberi batasan tentang keterangan saksi dalam kapasitasnya sebagai alat bukti dengan redaksional, bahwa keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di sidang pengadilan.4

2

Andi Hamzah, Op. Cit. Hal. 254.

3

M. Yahya Harahap. 2012. Pembahasan dan Permasalahan Penerapan KUHAP Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali. Sinar Grafika. Jakarta. Hal. 286.

4

Lilik Mulyadi,2008, Bunga Rampai Hukum Pidana Perpektif, Teoritis, dan Praktik, Bandung. Penerbit: P.T. Alumni. Hal. 99.


(19)

3

Namun, dalam kasus No. 582/Pid.B/2013/PN.Mlg tentang tindak pidana perjudian, keterangan saksi hanya berupa keterangan tertulis yang dibacakan oleh jaksa penuntut umum di dalam persidangan yang pada pokoknya adalah sebagai berikut:5

-Bahwa saksi telah menerangkan telah melakukan penangkapan terhadap terdakwa pada hari Sabtu tanggal 5 Oktober 2013 sekira pukul 14.30 WIB di Jl. Tampo Mas No. 32 Kel. Oro-oro Dowo, Kec. Klojen, Kota Malang;

-Bahwa terdakwa ditangkap karena dari informasi dari orang kepercayaan saksi melakukan penyelidikan;

-Bahwa setelah saksi melakukan penyelidikan kemudian saksi menemukan terdakwa dan saksi kemudian memeriksa HP milik terdakwa dan dalam HP tersebut didapati sms tombokan togel dari para penombok dengan taruhan uang;

-Bahwa kemudian setelah saksi melakukan introgasi terdakwa selanjutnya saksi bersama dengan terdakwa menuju kerumah tempat terdakwa bekerja untuk mendapatkan barang bukti dan sesampainya di rumah tersebut ditemukan 10 (sepuluh) lembar sobekan kertas berisi angka togel, 1 (satu) sobekan kertas tanggal 5-10-2013 berisi angka togel, 2 (dua) bolpoint warna hitam, 2 (dua) buah tipe ex, uang tunai Rp. 130.000,- (seratus tiga puluh ribu rupiah);

5


(20)

4

-Bahwa penangkapan tersebut kemudian berkembang berdasarkan keterangan terdakwa kepada sdri. SUWARNI yang merupakan pengepul dan sdr. MUSTOFA NURHADI yang merupakan pengecer nomor togel;

-Bahwa terdakwa melakukan penjualan nomor togel tersebut di tempat kerjanya sebagai pembantu rumah tangga dengan cara menerima sms dari para penombok dan ada pula yang datang langsung ke tempat kerja terdakwa; -Bahwa nomor tersebut keluar setiap hari Senin, Rabu, Kamis, Sabtu dan

Minggu dan terdakwa mendapatkan komisi sebesar 10% dari omset yang disetorkan;

Terhadap keterangan saksi, terdakwa memberikan pendapat tidak berkeberatan dan membenarkan keterangan saksi tersebut;

Ditinjau dari segi nilai dan kekuatan pembuktian atau “the degree of

evidence” keterangan saksi, agar keterangan saksi atau kesaksian mempunyai nilai serta kekuatan pembuktian, perlu diperhatikan beberapa pokok ketentuan yang harus dipenuhi oleh seorang saksi. Artinya, agar keterangan seorang saksi dapat dianggap sah sebagai alat bukti yang memiliki nilai kekuatan pembuktian, harus dipenuhi aturan ketentuan sebagai berikut:6

1. Harus mengucapkan sumpah atau janji.

Hal ini diatur dalam pasal 160 ayat (3). Menurut ketentuan pasal 160 ayat (3), sebelum saksi memberi keterangan “wajib mengucapkan” sumpah atau janji. Adapun sumpah atau janji yaitu dilakukan menurut agamanya masing-masing, lafal sumpah atau janji berisi bahwa saksi akan memerikan

6


(21)

5

keterangan yang sebenar-benarnya dan tiada lain daripada yang sebenarnya. Menurut ketentuan pasal 160 ayat (3), pada prinsipnya sumpah wajib diucapkan sebelum saksi memberikan keterangan. Akan tetapi, pasal 160 ayat (4) memberi kemungkinan untuk mengucapkan sumpah atau janji setelah saksi memberikan keterangan. Dengan demikian saat sumpah atau janji pada prinsipnya wajib diucapkan “sebelum” saksi memberi keterangan, tapi dalam hal dianggap perlu oleh pengadilan, sumpah atau janji dapat diucapkan “sesudah” saksi memberikan keterangan.

2. Keterangan saksi yang bernilai sebagai bukti.

Tidak semua keterangan saksi yang mempunyai nilai sebagai alat bukti. Keterangan saksi yang mempunyai nilai ialah keterangan yang sesuai dengan apa yang dijelaskan pasal 1 angka 27 KUHAP yaitu yang saksi lihat sendiri, saksi dengar sendiri, dan saksi alami sendiri, serta menyebut alasan dari pengetahuannya itu. Dari penegasan bunyi pasal 1 angka 27 dihubungkan dengan penjelasan pasal 185 ayat (1), dapat ditarik kesimpulan:

a). Setiap keterangan saksi di luar apa yang didengarnya sendiri dalam peristiwa pidana yang terjadi atau diluar yang dilihat atau dialaminya dalam peristiwa pidana yang terjadi, keterangan yang diberikan di luar pendengaran, penglihatan, atau pengalaman sendiri mengenai suatu peristiwa pidana yang terjadi, “tidak dapat dijadikan dan dinilai sebagai

alat bukti”. Keterangan semacam itu tidak mempunyai kekuatan nilai


(22)

6

b). “testimonium de auditu” atau keterangan saksi yang ia peroleh sebagai hasil dari pendengaran orang lain, “tidak mempunyai nilai sebagai alat bukti”. Keterangan saksi di sidang pengadilan berupa keterangan ulangan dari apa yang didengarnya dari orang lain, tidak dapat dianggap sebagai alat bukti.

c). “Pendapat” atau “rekaan” yang saksi peroleh dari hasil pemikiran, bukan merupakan keterangan saksi. Penegasan ini sesuai dengan pasal 185 ayat (5). Oleh karena itu, setiap keterangan saksi yang bersifat pendapat atau hasil pemikiran saksi, harus dikesampingkan dari pembuktian dalam membuktikan kesalahan terdakwa. Keterangan yang bersifat dan berwarna pendapat dan pemikiran pribadi saksi, tidak dapat dinilai sebagai alat bukti.

3. Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan.

Agar supaya keterangan saksi dapat dinilai sebagai alat bukti, keterangan itu harus yang “dinyatakan” di sidang pengadilan. Hal ini sesuai dengan penegasan pasal pasal 185 ayat (1). Kalau begitu, keterangan saksi yang berisi penjelasan tentang apa yang didengarnya sediri, dilihatnya sendiri atau dialaminya sendiri mengenai suatu peristiwa pidana, baru bernilai sebagai alat bukti apabila keterangan itu saksi nyatakan di sidang pengadilan. Keterangan yang dinyatakan di luar sidang pengadilan (outside the court) bukan alat bukti, tidak dapat dipergunakan untuk membuktikan kesalahan terdakwa. Sekalipun hakim, penuntut umum, terdakwa atau penasehat hukum ada mendengar keterangan seorang yang berhubungan


(23)

7

dengan peristiwa pidana yang sedang diperiksa, dan keterangan itu mereka dengar di halaman kantor pengadilan atau disampaikan oleh seseorang kepada hakim diruma tempat tinggalnya. Keterangan yang demikian tidak dapat dinilai sebagai alat bukti karena itu tidak dinyatakan di sidang pengadilan.

4. Keterangan seorang saksi saja dianggap tidak cukup.

Dalam ketentual pasal 185 ayat (2) dapat ditarik kesimpulan bahwa untuk dapat membuktikan kesalahan terdakwa paling sedikit harus didukung oleh

“dua orang saksi” atau kalau saksi yang ada hanya terdiri dari seorang saja

maka kesaksian itu harus “dicukupi” atau “ditmbah” dengan salah satu alat bukti yang lain.

5. Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri.

Sering terdapat kekeliruan pendapat sementara seseorang yang beranggapan, dengan adanya beberapa saksi dianggap keterangan saksi yang banyak itu telah cukup membuktikan kesalahan terdakwa. Pendapat yang demikian keliru, karena sekalipun saksi yang dihadirkan dan didengar keterangannya di sidang pengadilan secara “kuantitatif” telah melampaui batas minimum pembuktian. Belum tentu keterangan mereka secara “kualitatif” memadai sebagai alat bukti yang sah membuktikan kesalahan terdakwa. Tidak ada gunanya menghadirkan saksi yang banyak, jika secara kualitatif keterangan mereka “berdiri sendiri” tanpa adanya saling hubungan antara yang satu dengan yang lain, yang dapat mewujudkan suatu kebenaran akan adanya kejadian atau keadaan tertentu. Berapapun banyaknya saksi


(24)

8

yang diperiksa dan didengar di sidang pengadilan, hanya pemborosan waktu jika masing- masing keterangan mereka itu berdiri sendiri tanpa hubungan antara yang satu dengan yang lain.

Maka berdasarkan apa yang telah diuraikan diatas, penulis berkeinginan untuk melakukan penulisan hukum yang akan mengulas tentang permasalahan-permasalahan yang telah disebutkan pada latar belakang dengan judul:

ANALISIS YURIDIS NORMATIF TERHADAP PUTUSAN HAKIM NOMOR: 582/Pid.B/2013/PN.MLg DALAM PERKARA TINDAK PIDANA PERJUDIAN (Studi Putusan Pengadilan Negeri Malang Nomor: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg)

B.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana kekuatan pembuktian keterangan tertulis dari saksi yang dibacakan di persidangan oleh penuntut umum dalam Putusan No: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg tentang perkara tindak pidana perjudian?

2. Apakah dalam Putusan No: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg tentang perkara tindak pidana perjudian telah memenuhi alat bukti minimum yang telah ditetapkan Undang-undang (KUHAP)?

3. Bagaimana konsekuensi hukum jika tidak dipenuhinya alat bukti minimum dalam Putusan No: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg tentang perkara tindak pidana perjudian tersebut?


(25)

9

C.TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui dan mengkaji kekuatan pembuktian keterangan tertulis dari saksi yang dibacakan di persidangan oleh penuntut umum dalam Putusan No: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg tentang perkara tindak pidana perjudian.

2. Untuk mengetahui dan mengkaji Apakah dalam Putusan No 582/Pid.B/2013/PN.Mlg telah memenuhi bukti minimum yang telah ditetapkan Undang-undang (KUHAP).

3. Untuk mengetahui dan mengkaji Bagaimana konsekuensi hukum tidak dipenuhinya alat bukti minimum dalam Putusan No: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg tentang perkara tindak pidana perjudian tersebut. D.MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan Penelitian ini mampu dan berguna serta memberikan kontribusi untuk perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang ilmu hukum pidana baik secara umum maupun secara khusus Putusan No. 582/Pid.B/2013/PN.Mlg yang persesuaiannya dengan kekuatan pembuktian keterangan tertulis dari saksi yang dibacakan oleh penuntut umum di dalam persidangan, tentang alat bukti minimum yang ditentukan undang-undang (KUHAP) dan konsekuensi hukum jika tidak terpenuhinya alat bukti minimum yang telah ditentukan oelh undang-undang (KUHAP).


(26)

10

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat luas mengenai analisis yuridis normatif atas sebuah putusa pengadilan yang persesuaiannya dengan kekuatan pembuktian keterangan tertulis dari saksi yang dibacakan oleh penuntut umum di dalam persidangan, tentang alat bukti minimum yang ditentukan undang-undang (KUHAP) dan konsekuensi hukum jika tidak terpenuhinya alat bukti minimum yang telah ditentukan oleh undang-undang (KUHAP).

b. Melalui penelitian ini, aparatur penegak hukum di Indonesia diharapkan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam memutus suatu perkara pidana dengan mengedepankan prinsip-prinsip kekuatan pembuktian dalam perkara pidana, alat bukti bukti yang telah diatur dalam ketentuan undang-undang (KUHAP) serta konsekuensi hukum yang jelas dan tepat sesuai dengan alat bukti yang sah.

c. Untuk meningkatkan analisa dan pola pikir yang ilmiah, serta pengujian aplikatif atas ilmu yang diperoleh penulis selama studi di fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.


(27)

11

E.Kegunaan Penelitian 1. Bagi Penulis

Penulisan hukum ini diharapkan dapat menjadi pijakan baru di bidang ilmu hukum dalam rangka menambah pengetahuan dan wawasan tentang studi kasus yang diteliti oleh penulis, sekaligus sebagai syarat akademik untuk memperoleh gelar kesarjanaan (S1) di bidang ilmu hukum.

2. Bagi Masyarakat

Melalui penulisan hukum ini, diharapkan memberikan gambaran yang kongkrit atas studi kasus yang diteliti oleh penulis, sehingga masyarakat mampu memahami dan terpacu untuk bersama-sama menegakkan hukum yang seadil-adilnya sekaligus mencegah terjadinya konflik horizontal di tengah masyarakat dalam upaya mempertahankan dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

3. Bagi Aparat Penegak Hukum

Melalui penulisan hukum ini, diharapkan para aparat penegak hukum di Indonesia dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan penuh tanggungjawab sesuai dengan koridor aturan yang telah ditetapkan tanpa adanya manipulasi dalam penegakan hukum atas sebuah kasus pidana tertentu demi tegaknya hukum yang adil dan sama rata.

4. Bagi Mahasiswa

Penulisan hukum ini diharapkan dapat dijadikan bahan untuk mahasiswa untuk menambah pengetahuan baru mengenai studi kasus yang diangkat, dengan demikian para mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan ilmu


(28)

12

hukum dapat memberikan kontribusi positif dalam penegakan hukum di Indonesia sebagai pengabdian kongkrit ditengah masyarakat kelak.

F. Metode Penelitian F.1. Jenis Penelitian

Penulisan dalam hukum ini, penulis memilih jenis penelitian hukum normatif (Normatif Legal Research). Penelitian hukum normatif adalah jenis penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data skunder belaka. Jenis penelitian hukum normatif juga didasarkan atas penelusuran sumber-sumber referensi ilmiah dan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan obyek penelitian.

F.2. Pendekatan

Sebuah penelitian tidak terlepas dari metode yang digunakan, dalam kaitannya dengan permasalahan yang dikemukakan maka metode pendekatan yuridis normatif yaitu dengan menganalisa kasus dan penyelesaiannya dengan prosedur undang-undang dan melihat hukum sebagai norma dalam masyarakat.7

F.3. Sumbe Bahan Hukum

Dalam penelitian hukum ini, penulis mengumpulkan berbagai macam bahan hukum yang kemudian dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) sumber bahan hukum yaitu:

7


(29)

13

1. Bahan hukum primer, merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas yang terdiri dari perundang-undangan. Bahan hukum primer dalam penulisan hukum ini adalah:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. b. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

c. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

d. Undang-Undang No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

2. Bahan hukum skunder, berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan pandangan tokoh, serta artikel yang berhubungan dengan obyek penelitian.

F.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Pada penelitian hukum ini, penulis mengumpulkan bahan-bahan hukum dengan metode studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara melakukan penelusuran atas berbagai bahab hukum seperti buku, jurnal-jurnal, majalah, artikel, surat kabar dan bulletin.

F.5. Analisa Bahan Hukum

Analisa dalam suatu penelitian adalah penulis menggunakan metode analisis isi (content analysis). Metode tersebut merupakan metode dalam menganalisa bahan hukum guna diperolehnya gambaran umum penelitian yang tidak didasarkan atas bilangan kualitatif melainkan didasarkan pada


(30)

14

pengujian objek penelitian hukum terhadap teori-teori atau kaidah hukum yang sesuai, disertai dengan menganalisa bahan hukum dari segi isi.

F.6. Sistematika Penulisan

penulisan hukum ini akan dibagi dalam 4 (empat) bab, yang mana akan dibagi dalam sub bab didalam bab tersebut. Adapun sistematika penulisan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis mengemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum. Didalam sub bab metode penelitian akan diuraikan tentang tipe penelitian dan metode pendekatan yang dipilih penulis, sumber bahan hukum, teknik pengumpulan bahan hukum serta analisa bahan hukum. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka meliputi deskripsi yaitu membahas mengenai tinjauan umum tentang hakim, mengenai proses penjatuhan putusan oleh hakim, bentuk putusan hakim, keterangan saksi, kekuatan pembuktian ketarangan saksi dan alat bukti minimum yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan (KUHAP).


(31)

15

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas dan menjawab permasalahan yang telah ditentukan sebelumnya. Bab ini terdiri dari 3 (tiga) sub bahasan, yang pertama adalah kekuatan pembuktian keterangan tertulis dari saksi yang dibacakan dipersidangan oleh jaksa penuntut umum dalam Putusan No.582/Pid.B/2013/PN.Mlg tentang perkara tindak pidana perjudian. Sub bab yang ke 2 (dua) membahas mengenai Putusan No.582/Pid.B/2013/PN.Mlg tentang perkara tindak pidana perjudian telah memenuhi alat bukti minimum yang telah ditetapkan undang-undangapa tidak. Sub bab yang ke 3 (tiga) membahas tentang konsekuensi hukum jika tidak memenuhi alat bukti minimum yang ditetapkan dalam KUHAP.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan inti atas hasil dan analisa penulis terhadap objek yang diteliti berdasarkan rumusan masalah yang diajukan. Saran berisi masukan atas masalah yang diteliti oleh penulis yang dianggap penting untuk menjawab persoalan yang telah dianalisa dan disimpulkan pada bagian sebelumnya.


(1)

2. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penulisan hukum ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk memberikan wawasan dan pengetahuan bagi masyarakat luas mengenai analisis yuridis normatif atas sebuah putusa pengadilan yang persesuaiannya dengan kekuatan pembuktian keterangan tertulis dari saksi yang dibacakan oleh penuntut umum di dalam persidangan, tentang alat bukti minimum yang ditentukan undang-undang (KUHAP) dan konsekuensi hukum jika tidak terpenuhinya alat bukti minimum yang telah ditentukan oleh undang-undang (KUHAP).

b. Melalui penelitian ini, aparatur penegak hukum di Indonesia diharapkan dapat menjalankan tugasnya dengan baik dalam memutus suatu perkara pidana dengan mengedepankan prinsip-prinsip kekuatan pembuktian dalam perkara pidana, alat bukti bukti yang telah diatur dalam ketentuan undang-undang (KUHAP) serta konsekuensi hukum yang jelas dan tepat sesuai dengan alat bukti yang sah.

c. Untuk meningkatkan analisa dan pola pikir yang ilmiah, serta pengujian aplikatif atas ilmu yang diperoleh penulis selama studi di fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.


(2)

E.Kegunaan Penelitian 1. Bagi Penulis

Penulisan hukum ini diharapkan dapat menjadi pijakan baru di bidang ilmu hukum dalam rangka menambah pengetahuan dan wawasan tentang studi kasus yang diteliti oleh penulis, sekaligus sebagai syarat akademik untuk memperoleh gelar kesarjanaan (S1) di bidang ilmu hukum.

2. Bagi Masyarakat

Melalui penulisan hukum ini, diharapkan memberikan gambaran yang kongkrit atas studi kasus yang diteliti oleh penulis, sehingga masyarakat mampu memahami dan terpacu untuk bersama-sama menegakkan hukum yang seadil-adilnya sekaligus mencegah terjadinya konflik horizontal di tengah masyarakat dalam upaya mempertahankan dan memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.

3. Bagi Aparat Penegak Hukum

Melalui penulisan hukum ini, diharapkan para aparat penegak hukum di Indonesia dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan penuh tanggungjawab sesuai dengan koridor aturan yang telah ditetapkan tanpa adanya manipulasi dalam penegakan hukum atas sebuah kasus pidana tertentu demi tegaknya hukum yang adil dan sama rata.

4. Bagi Mahasiswa

Penulisan hukum ini diharapkan dapat dijadikan bahan untuk mahasiswa untuk menambah pengetahuan baru mengenai studi kasus yang diangkat, dengan demikian para mahasiswa khususnya mahasiswa jurusan ilmu


(3)

hukum dapat memberikan kontribusi positif dalam penegakan hukum di Indonesia sebagai pengabdian kongkrit ditengah masyarakat kelak.

F. Metode Penelitian F.1. Jenis Penelitian

Penulisan dalam hukum ini, penulis memilih jenis penelitian hukum normatif (Normatif Legal Research). Penelitian hukum normatif adalah jenis penelitian yang dilakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data skunder belaka. Jenis penelitian hukum normatif juga didasarkan atas penelusuran sumber-sumber referensi ilmiah dan peraturan perundang-undangan yang sesuai dengan obyek penelitian.

F.2. Pendekatan

Sebuah penelitian tidak terlepas dari metode yang digunakan, dalam kaitannya dengan permasalahan yang dikemukakan maka metode pendekatan yuridis normatif yaitu dengan menganalisa kasus dan penyelesaiannya dengan prosedur undang-undang dan melihat hukum sebagai norma dalam masyarakat.7

F.3. Sumbe Bahan Hukum

Dalam penelitian hukum ini, penulis mengumpulkan berbagai macam bahan hukum yang kemudian dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) sumber bahan hukum yaitu:

7


(4)

1. Bahan hukum primer, merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif artinya mempunyai otoritas yang terdiri dari perundang-undangan. Bahan hukum primer dalam penulisan hukum ini adalah:

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. b. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

c. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

d. Undang-Undang No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.

2. Bahan hukum skunder, berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Publikasi tentang hukum meliputi buku-buku teks, kamus-kamus hukum, jurnal-jurnal hukum, dan pandangan tokoh, serta artikel yang berhubungan dengan obyek penelitian.

F.4. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Pada penelitian hukum ini, penulis mengumpulkan bahan-bahan hukum dengan metode studi kepustakaan. Studi kepustakaan dilakukan dengan cara melakukan penelusuran atas berbagai bahab hukum seperti buku, jurnal-jurnal, majalah, artikel, surat kabar dan bulletin.

F.5. Analisa Bahan Hukum

Analisa dalam suatu penelitian adalah penulis menggunakan metode analisis isi (content analysis). Metode tersebut merupakan metode dalam menganalisa bahan hukum guna diperolehnya gambaran umum penelitian yang tidak didasarkan atas bilangan kualitatif melainkan didasarkan pada


(5)

pengujian objek penelitian hukum terhadap teori-teori atau kaidah hukum yang sesuai, disertai dengan menganalisa bahan hukum dari segi isi.

F.6. Sistematika Penulisan

penulisan hukum ini akan dibagi dalam 4 (empat) bab, yang mana akan dibagi dalam sub bab didalam bab tersebut. Adapun sistematika penulisan yang dimaksud adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini penulis mengemukakan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum. Didalam sub bab metode penelitian akan diuraikan tentang tipe penelitian dan metode pendekatan yang dipilih penulis, sumber bahan hukum, teknik pengumpulan bahan hukum serta analisa bahan hukum. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka meliputi deskripsi yaitu membahas mengenai tinjauan umum tentang hakim, mengenai proses penjatuhan putusan oleh hakim, bentuk putusan hakim, keterangan saksi, kekuatan pembuktian ketarangan saksi dan alat bukti minimum yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan (KUHAP).


(6)

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas dan menjawab permasalahan yang telah ditentukan sebelumnya. Bab ini terdiri dari 3 (tiga) sub bahasan, yang pertama adalah kekuatan pembuktian keterangan tertulis dari saksi yang dibacakan dipersidangan oleh jaksa penuntut umum dalam Putusan No.582/Pid.B/2013/PN.Mlg tentang perkara tindak pidana perjudian. Sub bab yang ke 2 (dua) membahas mengenai Putusan No.582/Pid.B/2013/PN.Mlg tentang perkara tindak pidana perjudian telah memenuhi alat bukti minimum yang telah ditetapkan undang-undangapa tidak. Sub bab yang ke 3 (tiga) membahas tentang konsekuensi hukum jika tidak memenuhi alat bukti minimum yang ditetapkan dalam KUHAP.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran. Kesimpulan merupakan inti atas hasil dan analisa penulis terhadap objek yang diteliti berdasarkan rumusan masalah yang diajukan. Saran berisi masukan atas masalah yang diteliti oleh penulis yang dianggap penting untuk menjawab persoalan yang telah dianalisa dan disimpulkan pada bagian sebelumnya.


Dokumen yang terkait

Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Hukuman Kepada Anak Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Pontianak Nomor: I/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Ptk dan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 2/Pid.Sus-Anak/2014/PN.Mdn)

2 81 104

Pertanggungjawaban Pidana Notaris Dalam Hal Tindak Pidana Pemalsuan Surat Akta Authentik (Studi Putusan Nomor: 40/Pid.B/2013/Pn.Lsm)

11 126 102

Kajian Hukum Terhadap Tindak Pidana Korupsi Dalam Dunia Perbankan (Studi Putusan Nomor: : 79/Pid.Sus.K/2012/PN.MDN

1 55 94

Analisis Yuridis Terhadap Putusan Bebas Dalam Perkara Nomor: 3212/Pid.B/2007/PN. Mdn

0 55 144

Analisis Terhadap Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkoba (Studi Terhadap Putusan Pengadilan Negeri Medan)

3 130 140

Analisis Yuridis Normatif Terhadap Putusan Hakim Nomor: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg Dalam Perkara Tindak Pidana Perjudian (Studi Putusan Pengadilan Negeri Malang Nomor: 582/Pid.B/2013/PN.Mlg)

1 8 31

Analisis Yuridis Putusan Mahkamah Agung Terhadap Tindak Pidana Pemalsuan Kartu Keluarga Dan Perzinahan (Putusan Nomor: 978 K/PID/2011)

0 4 13

Perceraian Akibat Kekerasan Dalam Rumah Tangga (Studi Kasus Putusan Hakim Dalam Perkara Perceraian Nomor: 214/Pdt. G/PA. Bgr.)

0 6 102

Analisis Yuridis Putusan Hakim Dalam Tindak Pidana Trafficking (PUTUSAN NOMOR 100/Pid.B/2010/PN. Klt)

0 0 73

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Hukuman Kepada Anak Pelaku Tindak Pidana Pencabulan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Pontianak Nomor: I/Pid.Sus.Anak/2014/PN.Ptk dan Putusan Pengadilan Negeri Medan Nomor: 2/Pid.Su

0 0 34