2.2 Kinerja Sosial Perusahaan
Pada awalnya konsep CSR terdiri atas empat komponen kewajiban perusahaan terhadap masyarak at Carroll, 1979 dalam Solihin, 2008:102.
Keempat komponen tersebut adalah economic responsibilities, legal responsibilities, ethical responsibilities dan discretionary responsibilities .
Beberapa ahli seperti Ackerman dan Bauer Carroll, 1979 dikutip dari Solihin 2008:102, mengajukan kritik terhadap konsep CSR. Kritik mereka
ditujukan kepada istilah social responsibility dalam konsep CSR, yang seolah-olah hanya menekank an kepada kewajiban perusahaan untuk
melakukan sesuatu kepada para pemangku kepentingan. Sebaliknya konsep CSR ini tidak menunjukkan berbagai upaya sosial yang dilakukan perusahaan
dan memberi dampak terhadap para pemangku kepentingan yang dapat diukur hasiln ya berupa kinerja performance bagi perusahaan. Di sisi lain, terdapat
peneliti seperti Hay, Gray, dan Gates Carroll,1979 dalam Solihin 2008:102, yang secara deskriptif menjabarkan dalam area apa saja perusah aan dianggap
memiliki kewajiban terhadap masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari keputusan dan komitmen yang dibuat perusahaan untuk mengalokasikan sumber daya
yang merek a miliki dalam isu-isu tertentu seperti tanggung jawab sosial perusahaan untuk mengatasi masalah polusi, kemiskinan, diskriminasi rasial, serta
berbagai area masalah sosial lainn ya. Kebutuhan untuk mencari model CSR yan g dapat mengukur dampak
pelaksanaan CSR oleh perusahaan terhadap masyarakat serta sejauh mana pelaksanaan CSR sebagai suatu investasi sosial memberikan kontribusi bagi
Universitas Sumatera Utara
peningkatan kinerja keuangan perusahaan itulah yang mendorong lahirnya konsep Corporate Social Performance sebagai penyempurnaan atas konsep CSR
sebelumnya Solihin, 2008:101. Corporate Social Performance merupakan hal yang cukup penting bagi citra reputation perusahaan, terutama untuk
jangka panjang perusahaan yang d apat memberi kontribusi cukup berarti dalam pengembangan berkelanjutan bagi perusahaan Yunan, 2005 dalam
Maulana, 2008. Dengan demikian Corporate Social Performance dapat menjadi salah satu ukuran bagi citra atau reputasi perusahaan. Citra atau
reputasi perusahaan sendiri merupakan salah satu aset yang sangat berharga Yunan, 2005 dalam Maulana, 2008.
Sukarno 2008 menyatakan bahwa kinerja sosial perusahaan merup akan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tingkatan pencapaian
serta pelaksanaan suatu tanggung jawab sosial yang dih arapkan dari peru sahaan. Pendapat lain dikemukakan oleh Igalens d an Gond 2005 dalam
Fauzi et al. 2009, yang men yatakan bahwa kinerja sosial perusahaan merupakan suatu konstruk yang digambarkan dengan cara-cara yang berbeda.
Sejauh ini ada empat model utama dalam memahami konsep CSP: Carroll 1979, Wartick dan Cochran 1985, Wood 1991 dalam Fauzi et al. ,
2009 dan Clarkson 1995. Carroll mendefinisikan CSP seb agai perluasan dari tiga dimensi. Dimensi pertama yaitu definisi tanggung jawab sosial CSR
yang mencakup 4 kategori tanggung jawab ekonomi, hukum, etika dan discretionary . Dimensi kedua adalah corporate social responsiveness. Dimensi
ini menunjukkan kapasitas yan g dimiliki perusahaan untuk memberikan
Universitas Sumatera Utara
respons terhadap berbagai tekanan sosial terhadap perusahaan, yan g berasal dari dampak operasi perusahaan terhadap para pemangku kepentingan.
Dimensi ketiga yaitu dalam isu sosial apa perusahaan terlibat mencakup berbagai isu sosial yang dapat ditimbulkan oleh perusahaan serta berpotensi
memperoleh tekanan publikpemangku kepentingan Solihin, 2008: 103-105. Wartick dan Cohran 1985 men gemukakan mod el CSP yang terdiri atas
3 dimensi, yaitu prinsip CSR yang mencak up 4 katego ri tanggung jawab ekonomi, hukum, etika dan discretionary ; proses corporate social
responsiveness dalam bentuk tanggapan yang diberiakan perusahaan terhadap berbagai tekanan sosial, terjadi pada seluru h industri dan bukan
hanya menyangkut satu o rganisasi perusahaan tertentu ; dan kebijakan social issues management sebagai kebijakan yang dikeluarkan oleh perusahaan
secara individual saat mengelola masalah-masalah sosial, di mana masing- masing perusahaan akan mengeluarkan kebijakan yang berbeda-beda dan
bergantung pada pertimbangan manajemen untuk mengatasi suatu masalah sosial Sholihin, 2008: 106-107
Wood 1991 mengusulkan sebuah model yang baru CSP segera menjadi tolok ukur di mana-mana yang membangun perkembangan teoretis.
Sejalan dengan studi sebelumnya, Wood 1991 mendefinisikan CSP sebagai konfigurasi organisasi bisnis dari: 1 prinsip tanggung jawab sosial yang
mencakup tiga prinsip yaitu prinsip institusional legitimasi, prinsip organisasional tanggung jawab publik, prinsip individual pertimbangan
manajemen; 2 proses corporate social responsiveness terdiri dari tiga
Universitas Sumatera Utara
tahapan yaitu penilaian lingkungan, manajemen stakeholder , manajemen isu; serta 3 hasil perilaku perusahaan yang mencakup tiga kategori yaitu
dampak, program dan k ebijakan sosial sebagai bentuk implementasi tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat Sholihin, 2008: 107-111.
Sedangkan menurut Clarkson 1995 menerapkan teori stakeholder sebagai kerangka kerja untuk model CSP, yang kemudian akan didefinisikan
sebagai suatu kemampuan perusahaan untuk mengelola pemangku kepentingan dengan cara yang memuaskan kepada mereka. Igalens dan Gond
2005 dalam Fauzi et al. 2009, meringkas model CSP dalam Tabel 2.1.
2.3 Pendekatan dalam Pengukuran CSP