CSR dalam Perspektif Islam

BAB II TELAAH PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Dalam penelitian ini terdapat beberapa teori yang digunakan sebagai landasan yang mendasari penelitian mengenai pengungkapan kinerja sosial perusahaan, yaitu CSR dalam perspektif Islam, teori politik ekonomi, teori stakeholder, dan teori legitimasi. Menurut Deegan 2004, teori stakeholder erat kaitannya dengan teori legitimasi. Penelitian ini juga mengacu pada teori politik ekonomi sebagai penjelasan yang lebih luas akar dari teori stakeholder dan teori legitimasi.

2.1.1 CSR dalam Perspektif Islam

Kekompleksan kepentingan ekonomi politik global merupakan ciri khas kehidupan peradaban manusia saat ini. Berbagai referensi ilmiah menunjukkan bahwa pergulatan kepentingan tersebut telah mengorbankan sisi- sisi humanisme dan ekologisme demi pencapaian keuntungan ekonomi single bottom line . Ketidakseimbangan dalam tujuan ekonomi-sosial-lingkungan triple bottom line tersebut merupakan ironi bagi masyarakat Indonesia mengingat Indonesia dikenal dengan masyarakat religius, masyarakat yang berusaha menjaga keseimbangan ranah sosial dan lingkungan di samping pencapaian ekonomi Sampurna, 2007 Indonesia yang majoritas masyarakatnya adalah pemeluk Universitas Sumatera Utara Islam seakan hilang kendali dalam menjaga tataran keseimbangan tersebut. Seolah-olah Islam tidak memiliki anjuran keseimban gan triple bottom line dalam interaksi horizontal di muka Bumi ini atau seolah-olah gen erasi Islam saat ini tidak mampu menerjemahkan makna kehidupan Islami kala dibenturkan dengan dominasi kebutuhan materialis nan kapitalistik. Menurut Sayyid Qutb, Islam mempunyai prinsip pertanggungjawaban yang seimbang dalam segala bentuk dan ruang lingkupnya. Antara jiwa dan raga, antara individu dan keluarga, antara individu dan sosial dan, antara suatu masyarakat dengan masyarakat yang lain. Tanggung jawab sosial merujuk pada kewajiban-kewajiban sebuah perusah aan untuk melindungi dan memberi kontribusi kepada masyarakat dimana perusahaan itu berada. Hal ini pula yang secara tegas tercantum dalam Al-Quran. Berikut adalah petikan yang bersumber pada Surat al-A’raf ayat 85, “.... Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya,....” Dikutip dari Sampurna, 2007. Menurut Sampurna 2007, dalam Islam pun terdapat ajaran mengenai komitmen perusahaan terhadap keberlanjutan sumber daya alam. Dengan pengetahuan maksimal perusahaan terh adap CSR, maka seharusnya alam dianggap sebagai pemangku kepentingan yang relevan. Mengapa? Alam dapat dianggap sebagai pihak yang dipengaruhi oleh dan memengaruhi kinerja perusahaan. Dengan daya dukung lingkungan, maka perusahaan dapat beroperasional demi pencapaian tujuan finansial. Dan sebaliknya, ketidakmampuan daya dukung lin gkun gan akan berpengaruh terhadap Universitas Sumatera Utara pencapaian finansial korporasi. Aktivitas mengubah bentang alam demi memperoleh sumber daya alam seharusnya diikuti dengan kompensasi sosial dan fisik yang berimbang disertai perencanaan memadai dalam memperhitungkan kebutuhan sumberdaya alam generasi mendatang. Perhatian atas sumberdaya alam direpresentasikan minimal sekitar 95 ayat dalam Al- Quran. Salah satunya Sur at Al-Baqarah ayat 11, “.... Janganlah kamu membuat kerusakan di muka Bumi....”. . Selain itu, isu perhatian sosial juga menjadi catatan tersendiri dalam studi CSR dan juga hadir dalam nilai-nilai Islam. Kepedulian perusahaan terhadap masyarakat lokal tergambar dalam aktivitas seperti pengakuan atas hak ulayat, keterbukaan informasi kegiatan perusahaan terhadap masyarakat prior informed consent , maupun kegiatan pengembangan masyarakat dan kegiatan filantropi. Aktivitas kepedulian sosial tersebut diamanahkan dalam Surat Al-Hadid ayat 18, “Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah, pria dan wanita, dan meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, niscaya a kan dilipatgandakan kepada mereka; dan bagi mereka pahala yang banyak.” dalam Sampurna, 2007. Oleh karena itu, dengan mempelajari CSR —sebagai salah satu alternatif—disertai dengan berbagai teknis pelaksanaannya secara menyeluruh, maka seharusn ya manusia Indonesia tidak perlu gagap menghadapi gelombang globalisasi. Mempelajari CSR secara utuh dan disandingkan dengan kebijakan nilai-nilai Islam dapat menghasilkan sinergi nyata bagi manusia Indonesia untuk menjawab tantangan gelombang globalisasi dan pencapaian Universitas Sumatera Utara keseimbangan triple bottom line di muka Bumi. Dan banyak pihak telah mengamini bahwa pencapaian keseimbangan triple bottom line hanya bisa terealisasi dengan komitmen kolaborasi kemitraan tiga pihak tri-sector partnership, negara-korporasi-masyarakat sipil secara sungguh-sungguh dan proporsional Sampurna, 2007. Seperti telah dijelaskan sebelumn ya bahwa kinerja sosial perusahaan adalah penilaian kinerja sebuah perusahaan dilihat dari peran sosial CSR yang dimainkannya ditengah masyarakat. Semakin sebuah perusahaan mengimplementasikan CSR dan komponen terkait misalnya Amdal dengan baik, maka kinerja sosial perusahaan tersebut akan terangkat. Hasil yang diharapkan tentu kembali kepada perusahaan dalam bentuk dukungan publik dan penguatan faktor sosial terhadap pengelolaan dan pembangunan yang berkelanjutan sustinable development dari masyarakat terhad ap perusah aan yang bersangkutan dalam Karimi, 2009.

2.1.2 Teori Politik Ekonomi