Analisis Daya Pembeda Analisis Tingkat Kesukaran

3.4.1.4 Analisis Daya Pembeda

Daya pembeda butir soal adalah kemampuan butir soal tersebut untuk membedakan antara siswa yang pandai dengan siswa yang tidak pandai atau antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Daya pembeda tes dihitung dengan rumus: +,-.-+ 0 . +,-.-+ 123 0+-4 .+0 .5. 0-, Depdiknas, 2006:45 Klasifikasi daya pembeda DP soal adalah sebagai berikut: Kriteria daya pembeda Klasifikasi daya pembeda 6 0,40 0,30 7 8 0,40 0,20 7 8 0,30 8 0,20 Daya Pembeda soal sangat baik Daya Pembeda soal baik Daya Pembeda soal kurang baik Daya Pembeda soal tidak baik Untuk data dalam jumlah yang banyak kelas besar dengan n 30, maka sebanyak 27 siswa yang memperoleh skor tertinggi dikategorikan kedalam kelompok atas higher group dan sebanyak 27 siswa yang memperoleh skor terendah dikategorikan kelompok bawah lower group. Karena jumlah siswa yang mengikuti tes ujicoba adalah 30 orang, maka 11 orang yang memperoleh skor tertinggi dinyatakan sebagai kelompok atas higher group dan 11 orang yang memperoleh skor terendah dinyatakan sebagai kelompok bawah lower group. Perhitungan koefisien daya pembeda tiap item instrumen tes disajikan pada Tabel 3.6 dan Tabel 3.7 sebagai berikut: Tabel 3.6 Perhitungan Daya Pembeda Tes Penalaran Matematis No. Item 9 :; 9 : 9 :; 9 :; Skor maksimun DP Keterangan 1 3,20 0,30 2,90 4 0,73 Amat Baik 2 3,40 1,70 1,70 4 0,43 Amat Baik 3 4,00 1,70 2,30 4 0,58 Amat Baik 4 3,70 0,70 3,00 4 0,75 Amat Baik 5 3,70 0,40 3,30 4 0,83 Amat Baik 6 3,40 0,60 2,80 4 0,70 Amat Baik Tabel 3.7 Perhitungan Daya Pembeda Tes Aplikasi konsep Matematis No. Item 9 :; 9 : 9 :; 9 :; Skor maksimun DP Keterangan 1 3,50 0,00 3,50 4 0,88 Amat Baik 2 3,50 0,20 3,30 4 0,83 Amat Baik 3 3,90 0,30 3,60 4 0,90 Amat Baik 4 2,80 0,50 2,30 4 0,58 Amat Baik

3.4.1.6 Analisis Tingkat Kesukaran

Untuk menganalisis tingkat kesukaran dari setiap item soal dihitung berdasarkan proporsi skor yang dicapai siswa kelompok atas dan kelompok bawah terhadap skor idealnya, kemudian dinyatakan dengan kriteria mudah, sedang, dan sukar. Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran adalah: = ?AB CDEFAG HIJ EAIH EDE KAF LE ?AB M5.,3 0+-4 0 02 N 0 5 0-, M5.,3 0 02 O .O +5 0 Depdiknas, 2006:45 TK= Tingkat kesukaran dengan kategori: Kriteria kesukaran Kategori = P 0,70 0,30 7 = 7 0,70 = 8 0,30 Soal Mudah Soal Sedang Soal Sukar Berdasarkan skor tes ujicoba perhitungan tingkat kesukaran disajikan pada Tabel 3.7 dan Tabel 3.8 berikut: Tabel 3.8 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Penalaran Matematis No. Item ∑ Mean Skor maksimum Tingkat Kesukaran Interpretasi 1 54 1,588 4 0,40 Sedang 2 87 2,559 4 0,64 Sedang 3 95 2,794 4 0,70 Sedang 4 72 2,118 4 0,53 Sedang 5 64 1,882 4 0,47 Sedang 6 72 2,118 4 0,53 Sedang Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh TK soal tes kemampuan penalaran berada pada kisaran 0,40 – 0,70 dengan makna mudah dan sedang dan TK soal tes kemampuan aplikasi konsep berada pada kisaran 0,353 – 0,603 dengan makna sedang . Hasil analisis tingkat kesukaran tes kemampuan penalaran dan tes kemampuan aplikasi konsep tapak pada Tabel 3.7 dan Tabel 3.8. Tabel 3.9 Analisis Tingkat Kesukaran Tes Aplikasi konsep Matematis No. Item ∑ Mean Skor maksimum Tingkat Kesukaran Interpretasi 1 48 1,412 4 0,353 Sedang 2 63 1,853 4 0,463 Sedang 3 82 2,412 4 0,603 Sedang 4 58 1,706 4 0,426 Sedang Perhitungan varians item dan varians total skor siswa pada tes kemampuan penalaran matematis. Varians skor total dengan 34 ; ∑ 444 ; ∑ 7400 dan ∑ 197.136 adalah 47.114. Selanjutnya dengan rumus alpha untuk k = 6 item didapat 0,8473. Perhitungan varians item dan varians total skor siswa pada tes kemampuan aplikasi konsep matematis. Varians skor total tes untuk 34; ∑ 251 ; ∑ 2.733 dan ∑ 63.001 adalah 25.883. Selanjutnya dengan rumus alpha untuk k = 4 item didapat 0,8549. Berpedoman pada tolok ukur J.P. Guilford maka reliabilitas instrumen penalaran dan aplikasi konsep matematis siswa dikategorikan tinggi. Pengajaran biasanya muncul melalui pertanyaan dan fenomena yang rnenarik dan familiar di lingkungan siswa. Dari analisa tes NAEP 1 9 9 6 data dari dua sampel negara yang melibatkan 15000 siswa tingkat 8 Wenglinsky, dalam Crawford, 2001: 6; disebutkan bahwa siswa yang gurunya aktif memberikan pengajaran melalui proses kerja dalam aktivitas pembelajarannya menghasilkan tingkat pencapaian matematika lebih dari 70 dan 40 untuk tingkat pencapaian sain. Becker dan Selter Suherman, dkk, 2003: 143; menyatakan bahwa dari suatu penelitian kuantitatif dan kualitatif menunjukkan bahwa siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan RME mempunyai skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan tradisional dalam hal keterampilan berhitung, lebih khusus lagi dalam aplikasi. 3.4.2 Pengembangan Bahan Ajar Pembelajaran yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran kontekstual pada kelas eksperimen dan pembelajara konvensional pada kelas kontrol. Pendekatan pembelajaran kontekstual diberikan melalui lembar kerja siswa LKS. Penugasan yang diberikan dalam LKS menfasilitasi siswa untuk dapat melakukan proses penemuan, mengkontruksi sendiri pengetahuan siswa, melakukan kegiatan bertanya sehingga dapat menciptakan suasana masyarakat belajar didalam kelas, dan melakuan kegiatan pemodelan. Untuk melakukan kegiatan refleksi melalui lembar kerja siswa yang telah disiapkan. Pembelajaran secara konvensional diberikan meelalui proses pembelajaran eksposiori. Diawali dengan pemberian informasi cerama. Guru memulai dengan menerangkan suatu konsep, mendemostrasikan ketrampilannya mengenai pola aturan sifat-sifat rumus tentang materi, melalui tanya jawab guru memeriksa mengecek apakah siswa suda mengerti atau belum. Kegiatan selanjutnya ialah guru memberi contoh-contoh soal aplikasi konsep tersebut, selanjutnya meminta siswa untuk mengerjakanya di papan tulis atau mejanya. Materi yang diajarkan pada penelitian ini adalah pada pokok bahasan tentang bangun datar yang terbagi secara spesifik pada sub pokok bahasan sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi sifat-sifat persegi panjang, persegi, jajargenjang, belahketupat, dan layang-layang. Dengan lingkup pembelajaran meliputi; 1 pengertian persegi panjang, persegi, jajargenjang, belah ketupat, dan layang- layang menurut sifatnya, 2 sifat segi empat ditijau dari panjang sisi, sudut, dan diagonalnya. 2. Menghitung keliling dan luas bangun segi tiga dan segi empat serta mengunakannya dalam pemecahan masalah. Dengan lingkup pembelajaran meliputi; 1 Menjelaskan keliling dan garis tinggi bangun segi tiga dan segi empat, 2 Menurungkan Rumus bangun segi tiga dan segi empat, 3 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan perhitungan keliling dan luas bangun segi tiga dan segi empat. Pada setiap sub kompetensi disediakan tugas berupa soal-soal latihan yang bersifat prosedural untuk mengukur kemampuan penalaran siswa dan soal-soal latihan yang berbentuk penerapan untuk mengungkap kemampuan siswa mengaplikasikan konsep matematika.

3.5 Prosedur Penelitian