Keanekaragaman dan Potensi Jenis Tumbuhan Penting di Cagar Alam Cibanteng DT II Sukabumi Jawa Barat

RINGKASAN

Kiwa, E 31. 1554. Keanekaragaman dan Potensi Jenis Tumbuhan Penting d i Cagar Alam
Cibanteng DT I1 Sukabumi Jawa Barat, d i bawah bimbingan lr. H. Sambas Basuni, MS dan
Ir. H. E ~ i z aA.l M. Zuhud, MS.
Cagar Alam mempunyai fungswokok untuk pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan
satwa. lnteraksi masyarakat terhadap kawasan dapat menyebabkan terjadinya penurunan kualitas
dan kuantitas dari keanekaragaman plasma nutfah yang ada di dalamnya. lnteraksi ini dapat
berupa pemanfaatan jenis-jenis tumbuhan yang memberikan nilai manfaat bagi masyarakat di
sekitar kawasan (tumbuhan penting). lnformasi mengenai potensi dan keanekaragaman tumbuhan penting ini cukup berperan dalam menentukan pola penyusunan strategipengelolaan flora
dalam suatu kawasan k0nSe~aSi.
Penelitian ini

bertujuan untuk

mengetahui komposisi jenis,

dominansi jenis,

keanekaragaman dan pola penyebaran dari jenis-jenis tumbuhan penting. Tumbuhan penting
yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis tumbuhan pada habitus pohon dan bambu yang

memberikan nilai manfaat bagi masyarakat lokal disekitar kawasan pada saat ini. Hasil dari
penelitian ini diharapkan sebagai bahan masukan bagi usaha manajemen kawasan Cagar Alam
Cibanteng, dalam rangka mencapai tujuan pengelolaan kawasan konsewasi.
Penelitian dilaksanakan di Kawasan Cagar Alam Cibanteng Kabupaten Sukabumi Jawa
Barat, dari Bulan April sampai Bulan Mei 1998. Pengukuran data kuantitatif vegetasi dilakukan
dengan analisis vegetasi melaiui metode kombinasi jalur berpetak. Petak contoh berukuran 400
mZdisepanjang transek yang diletakan secara sistematis dengan awal acak (Systematic Sampling
with Random Start). Selanjutnya data dianalisis untuk memperoleh nilai INP, lndeks
Keanekaragaman (Shannon Index of Diversity) dan lndeks Penyebaran Morisita.

. Dari hasil analisis vegetasi, total jenis yang ditemukan 95 spesies. Pada tingkat semai,
pancang, tiang dan pohon masing-masing ditemukan 48 jenis. 55 jenis, 38 jenis dan 71 jenis.
Dari jenis tersebut ditemukan 22 jenis tumbuhan penting dari 15 famili, yang meliputi: 13 jenis
sebagai bahan bangunan, 7 jenis sebagai penghasil buah, 1 jenis sebagai tumbuhan obat dan 1
jenis sebagai penunjang mata pencaharian (Bambu Haur Gereng).
Jenis utama yang dimanfaatkan untillc bahan bangunan adalah Junti (Dillenia aurea).
Harikukun (Schouternla ovata K), Beurih (Sterculia campanulata) dan Heras (Vitex pubescens).
Tumbuhan sebagai bahan bangunan termasuk jenis-jenis yang mendominasi komunitas turnbuhan pada areal penelitian di Cagar Alam Cibanteng. Jenis Junti (Dilenia aurea) memiliki nilai
dominansi tertinggi pada semua tingkat pertumbuhan dengan nilai INP masing-masing sebesar
29,895%, 47,450%, 82,814% dan 40,405%. Harikukun merupakan jenis kodominan pada tingkat

pancang dan tiang, sedangkan Beurih merupakan tumbuhan kodominan pada tingkat pohon, dan
Bungbulang tumbuhan kodominan pada tingkat semai.

Jenis tumbuhan penghasil buah meliputi Dahu (Dracontomelon mangiferum), Ceri (Garcinia parvifolia), Kesemek (Diospyros kak~).Burahol (Stelechocarpus burahof), Huni (Antidesma
bunius), Mangga (Mangiferum indica) dan Kedondong hutan (Spondyas pinnata).
Pada jenis tumbuhan penghasil buah, dari tujuh jenis yang ditemukan mempunyai nilai
INP rata-rata kurang dari 1 % pada tingkat pohon. Jenis dengan INP tertinggi adalah Dahu
(Dracontomelon mangife-rum) sebesar 1,135 %. Jenis tumbuhan obat yaitu Lame Laut (Alstonia
scholaris), sebagai ramuan untuk sakit malaria. Lame Laut presentase dominansinya cukup
rendah sekali, de-ngan nilai INP pada semua tingkat pertumbuhan masing-masing sebesar 1,179

%, 1,383%,2,964%,dan0.610%.
Kayu bakar dimanfaatkan penduduk sekitar kawasan untuk keperluan rumah tangga. Pengambilan kayu bakar Rata-rata kayu bakar yang dimanfaatkan penduduk dari dalam kawasan
setiap minggunya 4,783 ikat atau 29,63 M3(Ism =0,38 M3).
Bambu diperlukan untuk pembuatan rumah dan pagang., dimana dalam satu pagang diperlukan bambu tidak kurang dari 75-100 batang bambu. Bambu Haur Gereng (Bambusa spinosa) merupakan jenis yang paling adaptif dengan nilai INP sebesar 55,96% dan kelimpahannya
47,11 Rumpunlha yang berarti kerapatannya cukup tinggi dalam menempati kawasan tersebut per
satuan luas. Dengan demikian Haur Gereng merupakan jenis tumbuhan yang mencirikan komunitas hutan hujan dataran rendah di Cagar Alam Cibanteng.
Pemanfaatan Tumbuhan penting yang terus berlangsung, dikhawatirkan akan mempengaruhi keberadaan, komposisi jenis, dan eksistensi kawasan walaupun pada jenis tumbuhan
sebagai bahan bangunan tingkat permudaannya cukup mendukung untuk proses regenerasi.
Jenis ini tidak mutlak sebagai indikasi bahwa nantinya akan mendominasi tegakan, karena banyak

permudaan gagal untuk berkembang menjadi dominan dalam jumlah berlimpah.
Pada setiap tingkat pertumbuhan proporsi kelimpahan jenis Junti cukup besar dibandingkan dengan jenis tumbuhan penting lainnya pada habitus pohon, dengan nilainya masing-masing
sebesar 14 %, 24 %, 28 % dan 19 %. Haur Gereng proporsi kelimpahannya cukup besar yaitu
35 %. Hal ini menunjukkan bahwa hampir semua areal di Cagar Alam Cibanteng dipenuhi oleh
tegakan Haur Gereng dan akan menjadi penentu kondisi untuk semua spesies lain dalam komunitasnya.
Keanekaragaman jenis tumbuhan dalam areal penelitian di CA Cibanteng masih tinggi,
dengan nilai indeks Shanon pada masing-masing pertumbuhan rata-rata diatas 1,OO. lndeks
Shannon tertinggi terdapat pada tingkat pancang sebesar 3,083, sedangkan indeks Shanon terendah terdapat pada tingkat tiang. Keanekaragaman jenis yang tinggi menunjukkan bahwa stabilitas ekosistem di kawasan tersebut masih berjalan baik. Keanekaragaman jenis cenderung
akan rendah dalam ekosistem-ekosistem yang secara fisik terkendali dan tinggi dalam ekosistem
yang diatur secara ekologi.
Jenis-jenis yang nilai dominansinya besar yaitu Junti (Dillenia suron). Harikukun (Schouternia ovata K) dan Bambu Haur Gereng (Bambusa spinosa) penyebarannya mengelompok

pada semua tingkat pertumbuhan dengan nilai I, > 1 dan Fhilung
2 Flabcl.Jenis-jenis yang berdistribusi spasial rnengelompok (Clumped) rnenunjukkan habitat dari kornunitas tumbuhan tersebut
heterogen de- ngan mode yang reproduktif (Kusmana, 1995). Pola rnengelornpok ini dipengaruhi
oleh kondisi topografi dan pola reproduksi dari jenis tersebut. Untuk jenis-jenis bahan bangunan
lainnya, nilai I, > 1 dan Fhil.,,

F,,,.,,


dan jenis-jenis penghasil buah nilai Is = 0 dan X2hi,,., 2 xZlabel

sehingga pola penyebarannya teratur (Reguler). Poia penyebaran yang regulerdapat dipengaruhi
oleh tekanan fisiolgis dan gangguan yang tinggi akibat pernanfaatan yang terjadi dari masyarakat
sehingga rnempengaruhi perilaku reproduksi, toieransl dan pola adaptasi dari jenis-jenis tersebut.
Jenis-jenis turnbuhan penting termasuk jenis yang tumbuh pada tipe hutan hujan dataran
rendah dibawah ketinggian 300 rndpl. Jenis-jenis tersebut merniliki potenisi dan manfaat multiguna nilai kayu dan non kayu. Nilai manfaat ini selain untuk pernenuhan kebutuhan kayu perkakas dan kayu konstruksi juga berpotensi sebagai obat tradisional, kosrnetik, hiasan dan buah.
Perlu adanya penangkaran terhadap jenis-jenis turnbuhan yang volume dan frekuensi
pernanfaatannya cukup besar oleh masyarakat, terutarna untuk jenis dengan nilai dorninansi rendah, rnisalnya untuk jenis tumbuhan penghasil buah. Diperlukan penelitian iebih lanjut mengenai
etnobotani dan potensi kawasan secara keseluruhan sebagai inforrnasi dasar dalam pengeloiaan
kawasan. Segera dilakukan pengelolaan dan pengembangan zone penyangga, untuk mencegah
secara tidak langsung tekanan dari rnasyarakat terhadap kawasan dan potensinya.