pelanggaran hak cipt a. Pembahasan mengenai t opik ini sebaiknya pada seminar t ersendiri, t idak dalam kont eks kaj ian dengan RUU
KUHP. Agar t opik bahasan seminar sinkron dengan t ema-t ema akt ual dan
mengemuka dari diskusi dan seminar sebelumnya, maka makalah ini memf okuskan pembahasan mengenai “ j aminan perlindungan
t erhadap pers” sehubungan dengan adanya penunt ut an dan penj at uhan pidana t erhadap orang yang melaksanakan prof esinya di
bidang pers wart awan dan pimpinan umum pimpinan redaksi. At as dasar pert imbangan t ersebut , naskah ini membahas mengenai
perlindungan hukum t erhadap pers khususnya dan pelaksanaan t ugas prof esi pada umumnya.
B. RUMUSAN TINDAK PIDANA YANG TERKAIT DENGAN PERS DALAM
KUHP DAN RUU KUHP
Teknik perumusan t indak pidana dalam RUU KUHP dirumuskan unt uk semua perbuat an yang dilakukan oleh semua orang, maka RUU KUHP
menggunakan f rase “ set iap orang” , KUHP menggunakan f rase “ barang siapa” , yang dit uj ukan kepada subj ek larangan dalam hukum pidana.
Rumusan t indak pidana memang t idak dit uj ukan kepada subj ek hukum t ert ent u, kecuali unt uk rumusan t ersebut dimaksudkan unt uk
memperberat at au memperingan ancaman pidana at au karena t indak pidana t ersebut memang secara spesif ik hanya dapat dilakukan oleh
subj ek hukum t ert ent u. Misalnya, dalam Pasal 349 KUHP disebut kan pelakunya t enaga medik ancaman pidananya diperberat sepert iga dan
suap t erhadap pej abat sebagaimana diat ur dalam Pasal 418 dan 419 at au suap kepada hakim dalam 420 KUHP sekarang sudah dihapus
dan dipindahkan ke dalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1999 j o Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 t ent ang Pemberant asan Tindak
Pidana Korupsi.
Mudzakkir, Perlindungan Hukum Pers dalam RUU KUHP:
3
Teknik rumusan t indak pidana dalam hukum pidana t idak dit uj ukan kepada subj ek hukum t ert ent u, maka sej auh yang berkait an dengan
pers, KUHP t idak secara khusus mengat ur t ent ang t indak pidana yang dilakukan oleh pers. Dalam Buku I KUHP mengat ur t indak pidana yang
dilakukan oleh pencet ak dan penerbit , karena keduanya menj adi suat u pekerj aan at au mat a pencarian yang sah dan dibenarkan oleh
hukum, maka penerbit dan pencet ak dilindungi dalam hukum pidana makala keduanya ment aat i at uran yang berlaku bagi penerbit dan
pencet ak. Pasal 61 dan 62 KUHP mengat ur kapan dan dalam hal apa penerbit dan pencet ak t idak bisa dit unt ut dan bisa dit unt ut t erhadap
kej ahat an yang menggunakan sarana penerbit an dan percet akan yang dilakukan oleh orang lain.
Bat as-bat as pert anggungj awaban hukum pidana bagi penerbit dan pencet ak dirumuskan secara j elas dan t egas dalam Pasal 61 dan 62
KUHP, selengkapnya dikut ip:
Pasal 61
1 Mengenai kej ahat an yang dilakukan dengan percet akan, penert ibnya selaku demikian t idak dit unt ut apabila dalam barang cet akkan disebut
nama dan t empat t inggalnya, sedangkan pembuat nya t erkenal, at au set elah dimulai penunt ut an, pada wakt u dit egur pert ama kali lalu
diberit ahukan kepada penerbit .
2 At uran ini t idak berlaku j ika pelaku pada saat barang cet akkan t erbit , t idak dapat dit unt ut at au sudah menet ap di luar Indonesia.
Pasal 62
1 Mengenai kej ahat an yang dilakukan dengan percet akan, pencet aknya selaku demikian t idak dit unt ut apabila dalam barang cet akkan disebut
nama dan t empat t inggalnya, sedangkan orang yang menyuruh mencet ak dikenal, at au set elah dimulai penunt ut an, pada wakt u dit egur
pert ama kali lalu diberit ahukan oleh pencet ak.
2 At uran ini t idak berlaku, j ika orang yang menyuruh mencet ak pada saat barang cet akkan t erbit , t idak dapat dit unt ut sudah menet ap di luar
Indonesia.
Mudzakkir, Perlindungan Hukum Pers dalam RUU KUHP:
4
Kedua pasal t ersebut merupakan asas hukum pidana dalam memint a pert anggungj awaban pidana t erhadap orang yang sedang menj alani
pekerj aan sebagai mat a pencaharian yang sah. Perlindungan hukum pidana diberikan dengan syarat khusus, yakni apabila ment aat i
kaedah hukum yang dimuat dalam Pasal 61 dan 62 KUHP. Sebaliknya, j ika melanggar kaedah hukum sebagaimana yang diat ur dalam Pasal
61 dan 62 maka penerbit dan
pencet ak dapat dimint ai
pert anggungj awaban pidana. KUHP t idak mengikut i sist em perlindungan mut lak t erhadap pencet ak dan penerbit , sehingga
keduanya t idak selalu ‘ kebal t unt ut an pidana’ . Pengat uran yang demikian ini pent ing agar orang yang menj alankan
usaha yang sah di bidang penerbit an dan percet akan merasa aman, mengingat t indak pidana yang menggunakan sarana penerbit an dan
percet akan hampir selalu melibat kan penerbit dan pencet ak, dan keduanya dapat dikenakan sebagai pelaku t indak pidana sebagaimana
diat ur dalam Pasal 55 at au 56 KUHP yang mengat ur delik penyert aan dan pembant uan.
Ket ent uan hukum pidana sebagaimana yang diat ur dalam Pasal 61 dan 62 KUHP t ersebut j uga berlaku kepada pers, apabila perusahaan
di bidang pers t ersebut melakukan usaha di bidang percet akan dan penerbit an, maka pers memiliki kekebalan dan sekaligus ket idak-
kebalan t erhadap t unt ut an hukum pidana. Dasar hukum penunt ut an pidana t erhadap penerbit dan pencet ak
diat ur dalam Pasal 483 dan 484 KUHP.
Pasal 483
Barang siapa menerbit kan sesuat u t ulisan at au sesuat u gambar yung karena sif at nya dapat diancam dengan pidana, diancam dengan pidana
penj ara paling lama sat u t ahun empat bulan at au pidana kurungan
Mudzakkir, Perlindungan Hukum Pers dalam RUU KUHP:
5
paling lama sat u t ahun at au pidana denda paling banyak empat ribu lima rat us rupiah, j ika:
l. si pelaku t idak diket ahui namanya dan j uga t idak diberit ahukan namanya oleh penerbit pada peringat an pert ama
sesudah penunt ut an berj alan t erhadapnya;
2. penerbit sudah menget ahui at au pat , ut menduga hahwa pada wakt u t ulisan at au gambar it u dit erbit kan, si pelaku it u t ak
dapat dit unt ut at au akan menet ap di luar Indonesia.
Pasal 484
Barang siapa mencet ak t ulisan at au gambar yang merupakan perbuat an pidana, diancam dengan pidana paling lama sat u t ahun empat bulan
at au pidana kurungan paling lama sat u t ahun at au pidana denda paling banyak empat ribu lima rat us rupiah, j ika:
1. orang yang menyuruh mencet ak barang t idak diket ahui, dan set elah dit ent ukan penunt ut an, pada t eguran pert ama t idak
diberit ahukan olehnya;
2 pencet ak menget ahui at au seharusnya renduga bahwa orang yang menyuruh mencet ak pada saat penerbit an, t idak dapat
dit unt ut at au menet ap di luar Indonesia.
Pasal 485
Jika sif at t ulisan at au gambar merupakan kej ahat an yang hanya dapat dit unt ut at as pengaduan, maka penerbit at au pencet ak dalam kedua
pasal di at as hanya dit unt ut at as pengaduan orang yang t erkena kej ahat an it u.
Pengat uran t indak pidana yang t erkait dengan penert iban dan pencet akan t ersebut asas hukum penunt ut annya diat ur dalam Pasal
61 dan 62 KUHP dan penunt ut an pidananya diat ur dalam Pasal 483 dan 484 KUHP. Pasal-pasal t ersebut t idak menyebut kan secara khusus
unt uk prof esi di bidang pers yang t erkait dengan penerbit an dan percet akan. Sej auh kegiat an usaha di bidang pers yang t erkait
dengan pencet akan dan penerbit an, dapat dikenakan pasal Pasal 61 dan 62 KUHP dan Pasal 483 dan 484 KUHP.
Mudzakkir, Perlindungan Hukum Pers dalam RUU KUHP:
6
RUU KUHP t idak mengat ur secara khusus asas hukum pidana dalam Buku I yang mengat ur ket ent uan penunt ut an t erhadap penerbit an dan
percet akan. Ket ent uan mengenai kej ahat an dengan menggunakan sarana percet akan dan penerbit an dalam RUU KUHP diat ur dalam
Buku II Pasal 737, 738 dan 739. Selangkapnya dikut ip:
Bagian ket iga Tindak Pidana Penerbit an dan Pencet akan
Pasal 737 Set iap orang yang menerbit kan t ul isan at au gambar yang menurut
sif at nya dapat dipidana, dipidana dengan pidana penj ara paling lama 1 sat u t ahun at au pidana denda paling banyak Kat egori II, j ika:
a. orang yang menyuruh menerbit kan t ulisan at au gambar t idak diket ahui at au pada t eguran pert ama set elah dimulai
penunt ut an t idak diberit ahukan; at au b. penerbit menget ahui at au pat ut menduga bahwa orang yang
menyuruh menerbit kan pada saat penerbit an, t idak dapat dit unt ut at au menet ap di luar negeri.
Pasal 738 Set iap orang yang mencet ak t ulisan at au gambar yang menurut sif at nya
dapat dipidana, dipidana dengan pidana penj ara paling lama 1 sat u t ahun at au pidana denda paling banyak Kat egori II, j ika:
a. orang yang menyuruh mencet ak t ulisan at au gambar t idak diket ahui at au pada t eguran pert ama set elah dimulai
penunt ut an t idak diberit ahukan; at au b. pencet ak menget ahui at au pat ut menduga bahwa orang yang
menyuruh mencet ak pada saat penerbit an, t idak dapat dit unt ut at au menet ap di luar negeri.
Pasal 739 Jika sif at t ulisan at au gambar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 737
dan Pasal 738 merupakan t indak pidana yang hanya dapat dit unt ut at as pengaduan, maka penerbit at au pencet ak hanya dapat dit unt ut at as
pengaduan dari orang yang t erkena t indak pidana t ersebut .
Rumusan t indak pidana unt uk penerbit an dan percet akan dalam Pasal 737 dan 738 RUU KUHP sama dengan rumusan t indak pidana yang
dimuat dalam Pasal 483 dan 494 KUHP. Perbedaannya pengat uran delik penerbit an dan percet akan dalam KUHP adalah Buku I RUU
KUHP t idak memuat ket ent uan umum sebagai asas hukum
Mudzakkir, Perlindungan Hukum Pers dalam RUU KUHP:
7
pert anggungj awaban hukum pidana t erhadap penerbit dan pencet ak sebagaimana diat ur dalam Pasal 61 dan 62 KUHP.
C. PIDANA PENCABUTAN UNTUK MELAKUKAN PEKERJAAN PROFESI DI