GambarKepercayaan (Trust) Siswa SMAN 4 Terhadap Guru BK
GAMBARAN TRUST SISWA TERHADAP GURU BK
(BIMBINGAN DAN KONSELING) PADA SISWA SMA NEGERI 4
MEDAN
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Sarjana Psikologi
Oleh
OK. ALFI SYAHRIN
071301077
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GANJIL, 2013/2014
(2)
SKRIPSI
GAMBARAN KEPERCAYAAN (TRUST) SISWA SMA N 4
TERHADAP GURU BK
Dipersiapkan dan disusun oleh :
OK. ALFI SYAHRIN
071301077
Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 18 November 2013
Mengesahkan, Dekan Fakultas Psikologi
Prof. Dr. Irmawati, psikolog NIP. 195301311980032001
Dewan Penguji
1. Sri Supriyantini, Msi., psikolog Penguji I/Pembimbing NIP. 196204092000122001
2. Dian Ulfasari Pasaribu M. Psi Penguji II
NIP. 198108242008122002
3. Eka Danta Jaya, MA. Psikolog Penguji III NIP. 19730819200112001
(3)
Gambaran kepercayaan (trust) siswa terhadap guru Bk (bimbingan dan konseling) di SMA Negeri 4 Medan
OK. Alfi Syahrin dan Sri Supriyantini
ABSTRAK
Bimbingan dan Konseling adalah salah satu komponen sekolah yang bertugas membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi para siswa. Bimbingan dan Konseling merupakan suatu bentuk program yang dilakukan oleh guru BK untuk membantu siswa dalam menyelesaikan suatu masalah, khususnya para siswa atau anak didik baik permasalahan pribadi, keluarga maupun sosial masyarakat sehingga tercapai tujuan pendidikan. Program Bimbingan dan Konseling bertujuan membantu siswa agar berhasil dan mencapai prestasi akademik yang diinginkan. Penelitian ini merupakan penelitian dekriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran kepercayaan siswa terhadap guru BK di SMA Negeri 4 Medan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 91 orang. Alat ukur yang digunakan berupa skala kepercayaan yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kepercayaan yang dikemukakan oleh Johnson & Johnson (2009), yaitu keterbukaan, berbagi, penerimaan, dukungan, dan kerjasama. Skala kepercayaan ini terdiri dari 64 aitem. Berdasarkan hasil estimasi daya beda aitem dengan menggunakan koefisien korelasi pearson product moment dan reliabilitas terhadap daya uji coba dengan menggunakan teknik koefisien alpha dari cronbach, maka diperoleh koefisien alpha keseluruhan aitem 0,946. Data yang diolah dalam penelitian ini yaitu skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan siswa terhadap guru BK di SMA Negeri 4 Medan tergolong pada katagori tinggi yaitu sebanyak 66 orang (72,5 %), sedangkan yang tergolong sedang sebanyak 25 orang (27,5 %), dan tidak ada subjek yang tergolong rendah. Maka berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas kepercayaan siswa terhadap guru BK pada siswa SMA Negeri 4 Medan berada pada kategori tinggi. Hasil penelitian tambahan menunjukkan bahwa siswa perempuan memiliki kepercayaan (trust) terhadap guru BK yang lebih tinggi dari pada siswa laki-laki ( perempuan: 197,32 > laki-laki: 188,32) dan siswa kelas XII memiliki kepercayaan (trust) terhadap guru BK yang lebih tinggi dari pada siswa kelas XI ( kelas XII: 194,92 > kelas XI: 191,28).
(4)
The Description of The Student’s Trust to School Counselors at SMA Negeri 4 Medan
OK. Alfi Syahrin and Sri Supriyantini
ABSTRAK
Guidance and Counseling is one of the component schools assigned to help resolve problems faced by the students. Guidance and Counseling is a form of program conducted by school counselors to assist students in solving a problem, especially the student or students either personal problems, family and social communities in order to reach educational goals. This program is also needed to help students for achieve their desired academic potential. This research is a descriptive study that aims to see the description of student’s trust to school counselors at SMA Negeri 4 Medan. The number of samples in this study were 91 people. Measuring instruments used in the form of scales of trust made by the researchers based on the aspects of trust proposed by Johnson & Johnson (2009), namely openness, sharing, acceptance, support, and cooperation. Trust scale consists of 64 items. Based on the results of the different estimation items using Pearson Product Moment correlation coefficient and the reliability using the technique of Cronbach Alpha coefficients, the overall alpha coefficient obtained items is 0,946. The data are processed in this research that the minimum score, maximum score, mean, and standard deviation.
The results showed that the description of student’s trust to school counselors at SMA Negeri 4 Medan, which is categorized of high 66 persons (72.5 %), trust of students who is categorized of middle 25 persons (27.5 %), and no subject is low. So based on these results it can be seen that the majority of the description of student’s trust to school counselors at SMA Negeri 4 which is the high category. Additional study results showed that female students have trust of school counselors higher than male students ( female : 197.32 > male: 188.32) and XII class students have trust of school counselors even higher than in class XI ( class XII: 194.92 > class XI: 191.28).
(5)
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi saya yang berjudul:
Gambaran Kepercayaan (trust) Siswa terhadap Guru Bimbingan dan Konseling di SMA Negeri 4 Medan
Adalah hasil karya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.
Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini saya kutip dari hasil karya orang lain yang telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditentukan adanya kecurangan didalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, November 2013
OK. ALFI SYAHRIN NIM: 071301077
(6)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, karena berkat rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan sebagaimana yang diharapkan. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasullulah Muhammad SAW, pribadi tangguh, pengukir peradaban, pembawa kebenaran, dan sebagai inspirasi bagi peneliti sebagai suri tauladan dalam kehidupan.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini Peneliti banyak memperoleh dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak yang sangat bermanfaat. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Irmawati, psikolog selaku dekan Fakultas Psikologi USU.
2. Ibu Sri Supriyantini, M.Psi selaku dosen pembimbing penulisan skripsi ini yang telah sepenuh hati, sabar dan iklas membimbing, mendorong, memberikan saran, perhatian, bantuan serta dukungan kasih sayang sehingga penulis lebih bersemangat dan pantang menyerah.
3. Kepada orangtua saya, peneliti mengucapkan terima kasih dan bersyukur karena selalu berada dalam bimbingannya. Terima kasih penulis ucapkan untuk setiap perjuangan, didikan, cinta dan kasih sayang, pengertian, perhatian, doa, dan semua hal yang telah kalian berikan. Hannya Allah yang bisa membalas semua kebaikan mama dan papa.
(7)
4. Kak Dian Ulfasari, M.Psi dan Pak Eka Danta Jaya Ginting, M.A. psikolog selaku dosen penguji. Terima kasih telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini.
5. Pak Aswan, Pak Iskandar, Kak Devi, Kak Ari, Bang Hendra dan seluruh staf pegawai di Fakultas Psikologi, terimakasih atas semua bantuannya selama ini. 6. Kepala Sekolah dan Guru-guru BK SMA Negeri 7 Medan dan Guru-guru BK
SMA Negeri 4 Medan yang telah memberikan ijin untuk melakukan tryout dan penelitian. Lalu siswa-siswi SMA Negeri 4 Medan yang telah banyak membantu peneliti dalam proses pengambilan data. Terimakasih untuk dukungan dan informasi yang telah kalian berikan dalam mengerjakan skripsi ini.
7. Spesial terimakasih untuk Benny yang selalu menemani dalam susah dan senang, dan selalu setia menemani ke tempat penelitian yang jauh disana. Terima kasih juga sudah memberi saya perhatian, cinta dan kasih sayang, dan yang terutama adalah motivasi sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman-teman terbaik saya selama studi: Junias, Benny, Junet, Agus, Armen, Seja dan semua teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang sudah kasih semangat dalam penyelesaian skripsi.
9. Junias yang sudah banyak membantu dalam proses pembuatan skripsi hingga akhir. Terimakasih saya ucapkan, hannya Allah SWT yang bisa membalas kebaikan mu.
10.Abang-abang ku Dika, Aulia, dan fahmi yang selalu membuat terhibur ketika sampai dirumah.
(8)
Peneliti berharap agar Allah SWT membalas segala kebaikan saudara-saudara semua dan semoga skripsi ini membawa manfaat bagi kehidupan sosial dan generasi yang akan datang.
Medan, November 2013
(9)
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN I. A. Latar Belakang Masalah ... 1
I. B. Rumusan Masalah ... 11
I. C. Tujuan Penelitian ... 11
I. D. Manfaat Penelitian ... 12
I. E. Sistematika Penulisan ... 13
BAB II LANDASAN TEORI II. A. Kepercayaan (Trust) ... 14
II. A. 1. Definisi Kepercayaan (Trust) ... 14
II. A. 2. Aspek-Aspek Kepercayaan (Trust) ... 15
II. A. 3. Membangun Kepercayaan (Trust) ... 18 II. A. 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
(10)
Kepercayaan (Trust) ... 19
II. A. 5. Cara Meningkatkan Kepercayaan (Trust)... 22
II. B. Pengertian dan ruang lingkup Bimbingan dan Konseling ... 24
II. B. 1. Definisi Bimbingan dan Konseling ... 24
II. B. 2. Sasaran Bimbingan dan Konseling ... 26
II. B. 3. Jenis-jenis Bimbingan dan Konseling... 26
II. B. 4. Fungsi Bimbingan dan Konseling ... 26
II. B. 5. Asas-asas Bimbingan dan Konseling ... 27
II. B. 6. Jenis-jenis layanan Bimbingan dan Konseling ... 29
II. B. 7. Peran guru dalam Bimbingan dan Konseling ... 31
II. B. 8. Kompetensi Bimbingan dan Konseling ... 32
II. C. Kepercayaan (Trust) Siswa terhadap Guru BK ... 33
BAB III METODE PENELITIAN III. A. Identifikasi Variabel Penelitian ... 37
III. B. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 38
III. C. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel ... 40
III. D. Metode dan Alat Pengumpulan Data ... 40
III. E. Uji Validitas Dan Reliabilitas Alat Ukur ... 43
III. E. 1. Uji Validitas ... 43
III. E. 2. Uji Reliabilitas ... 44
(11)
III. G. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 48
III. G. 1. Tahap Persiapan Penelitian ... 48
a. Rancangan Alat dan Instrumen Penelitian ... 48
b. Permohonan Izin ... 49
c. Uji Coba Alat Ukur ... 49
d. Penyusunan Alat Ukur Penelitian ... 50
III. G. 2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 51
III. G. 3. Tahap Pengolahan Data ... 51
III. H. Metode Analisis Data ... 52
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN IV. A. Analisis Data ... 54
IV. A. 1. Gambaran Umum Subjek Penelitian ... 54
a. Gambaran Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55
b. Gambaran Subjek Berdasarkan Kelas ... 55
... IV. A. 2. Hasil Penelitian ... 56
a. Hasil Utama Penelitian ... 56
1. Uji Normalitas ... 56
2. Gambaran Umum Kepercayaan (trust) Siswa SMA Negeri 4 Medan terhadap Guru BK ... 57 3. Gambaran aspek-aspek Kepercayaan (trust)
(12)
Siswa SMA Negeri 4 Medan terhadap Guru BK ... 60
b. Hasil Tambahan Penelitian ... 62
1. Gambaran Kepercayaan (trust) Siswa SMA Negeri 4 Medan terhadap Guru BK Berdasarkan Jenis Kelamin Subjek Penelitian ... 62
2. Gambaran Kepercayaan (trust) Siswa SMA Negeri 4 Medan terhadap Guru BK berdasarkan Kelas ... 64
IV. B. Pembahasan ... 65
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN V. A. Kesimpulan ... 69
V. B. Saran ... 70
V. B. 1. Saran Praktis ... 70
V. B. 2. Saran Metodologis ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 73
(13)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Blueprint skala kepercayaan (trust) sebelum uji coba... 40
Tabel 2 Distribusi aitem skala kepercayaan (trust)sebelum uji coba... 45
Tabel 3 Distribusi aitem skala kepercayaan (trust) setelah uji coba... 46
Tabel 4 Distribusi aitem dengan penomoran baru pada skala penelitian... 46
Tabel 5 Persentase subjek berdasarkan jenis kelamin... 53
Tabel 6 Persentase subjek berdasarkan jenis kelas... 54
Tabel 7 Hasil uji normalitas data penelitian dari skala kepercayaan (trust)... 56
Tabel 8 Deskripsi umum skor maksimum, minimum, mean, dan standar deviasi skor kepercayaan (trust)... 57
Tabel 9 Pengkategorian kepercayaan (trust) siswa terhadap guru BK...57
Tabel 10 Kategorisasi kepercayaan (trust) siswa terhadap guru BK berdasarkan skor skala kepercayaan (trust)... 58
Tabel 11 Kategorisasi kepercayaan (trust) siswa terhadap guru BK pada siswa berdasarkan aspek-aspek kepercayaan (trust)... 59
Tabel 12 Pengkategorian siswa yang memiliki kepercayaan (trust) berdasarkan aspek-aspek kepercayaan (trust)...60
Tabel 13 Gambaran kepercayaan (trust) siswa terhadap guru BK pada siswa berdasarkan jenis kelamin... 62
(14)
berdasarkan kelas... 63
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 Hasi uji coba skala kepercayaan (trust) terhadap guru BK...76
Lampiran 2 Skor masing-masing subjek dalam skala kepercayaan (trust)
terhadap guru BK... 79
Lampiran 3 Hasil uji normalitas pada skala kepercayaan (trust)
terhadap guru BK... 93
Lampiran 4 Skala kepercayaan (trust) terhadap guru BK... 93
(15)
Gambaran kepercayaan (trust) siswa terhadap guru Bk (bimbingan dan konseling) di SMA Negeri 4 Medan
OK. Alfi Syahrin dan Sri Supriyantini
ABSTRAK
Bimbingan dan Konseling adalah salah satu komponen sekolah yang bertugas membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi para siswa. Bimbingan dan Konseling merupakan suatu bentuk program yang dilakukan oleh guru BK untuk membantu siswa dalam menyelesaikan suatu masalah, khususnya para siswa atau anak didik baik permasalahan pribadi, keluarga maupun sosial masyarakat sehingga tercapai tujuan pendidikan. Program Bimbingan dan Konseling bertujuan membantu siswa agar berhasil dan mencapai prestasi akademik yang diinginkan. Penelitian ini merupakan penelitian dekriptif yang bertujuan untuk melihat gambaran kepercayaan siswa terhadap guru BK di SMA Negeri 4 Medan. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 91 orang. Alat ukur yang digunakan berupa skala kepercayaan yang dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan aspek-aspek kepercayaan yang dikemukakan oleh Johnson & Johnson (2009), yaitu keterbukaan, berbagi, penerimaan, dukungan, dan kerjasama. Skala kepercayaan ini terdiri dari 64 aitem. Berdasarkan hasil estimasi daya beda aitem dengan menggunakan koefisien korelasi pearson product moment dan reliabilitas terhadap daya uji coba dengan menggunakan teknik koefisien alpha dari cronbach, maka diperoleh koefisien alpha keseluruhan aitem 0,946. Data yang diolah dalam penelitian ini yaitu skor minimum, skor maksimum, mean, dan standar deviasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepercayaan siswa terhadap guru BK di SMA Negeri 4 Medan tergolong pada katagori tinggi yaitu sebanyak 66 orang (72,5 %), sedangkan yang tergolong sedang sebanyak 25 orang (27,5 %), dan tidak ada subjek yang tergolong rendah. Maka berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa mayoritas kepercayaan siswa terhadap guru BK pada siswa SMA Negeri 4 Medan berada pada kategori tinggi. Hasil penelitian tambahan menunjukkan bahwa siswa perempuan memiliki kepercayaan (trust) terhadap guru BK yang lebih tinggi dari pada siswa laki-laki ( perempuan: 197,32 > laki-laki: 188,32) dan siswa kelas XII memiliki kepercayaan (trust) terhadap guru BK yang lebih tinggi dari pada siswa kelas XI ( kelas XII: 194,92 > kelas XI: 191,28).
(16)
The Description of The Student’s Trust to School Counselors at SMA Negeri 4 Medan
OK. Alfi Syahrin and Sri Supriyantini
ABSTRAK
Guidance and Counseling is one of the component schools assigned to help resolve problems faced by the students. Guidance and Counseling is a form of program conducted by school counselors to assist students in solving a problem, especially the student or students either personal problems, family and social communities in order to reach educational goals. This program is also needed to help students for achieve their desired academic potential. This research is a descriptive study that aims to see the description of student’s trust to school counselors at SMA Negeri 4 Medan. The number of samples in this study were 91 people. Measuring instruments used in the form of scales of trust made by the researchers based on the aspects of trust proposed by Johnson & Johnson (2009), namely openness, sharing, acceptance, support, and cooperation. Trust scale consists of 64 items. Based on the results of the different estimation items using Pearson Product Moment correlation coefficient and the reliability using the technique of Cronbach Alpha coefficients, the overall alpha coefficient obtained items is 0,946. The data are processed in this research that the minimum score, maximum score, mean, and standard deviation.
The results showed that the description of student’s trust to school counselors at SMA Negeri 4 Medan, which is categorized of high 66 persons (72.5 %), trust of students who is categorized of middle 25 persons (27.5 %), and no subject is low. So based on these results it can be seen that the majority of the description of student’s trust to school counselors at SMA Negeri 4 which is the high category. Additional study results showed that female students have trust of school counselors higher than male students ( female : 197.32 > male: 188.32) and XII class students have trust of school counselors even higher than in class XI ( class XII: 194.92 > class XI: 191.28).
(17)
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang memiliki peran penting dalam membentuk pribadi siswa, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Pengembangan kemampuan siswa secara optimal merupakan tanggung jawab besar dari kegiatan pendidikan. Oleh karena itu, penyelenggaraan pendidikan yang bermutu sangat penting untuk pengembangan peserta didik sebagai manusia yang maju, mandiri dan bertanggung jawab. Hal ini sejalan dengan amanat yang dikehendaki Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 pasal 3 bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Salah satu layanan sekolah yang bertugas membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi siswa adalah bimbingan dan konseling (BK). Khususnya para siswa atau anak didik baik permasalahan pribadi, keluarga maupun sosial masyarakat sehingga tercapai tujuan pendidikan. Bimbingan dan Konseling yang berkembang saat ini adalah bimbingan dan konseling perkembangan. Bimbingan dan Konseling
(18)
perkembangan bagi murid adalah upaya pemberian bantuan kepada murid yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya mereka dapat memahami dirinya sehingga mereka sanggup bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan, keluarga dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya. Bimbingan membantu mereka mencapai tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan, social dan pribadi (Nurihsan & Sudianto, 2005).
Untuk dapat membantu siswa dalam mengatasi masalah diatas, peran BK sangat penting. Seperti yang dinyatakan oleh Yusuf & Nurihsan (2008) bahwa program bimbingan dan konseling bertujuan membantu siswa agar berhasil dan mencapai prestasi akademik yang diinginkan. Sukardi & Kusmawati (2008) menambahkan bahwa pelayanan bimbingan tersebut dapat membantu siswa mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan serta menyiapkannya melanjutkan pendidikan pada tingkat yang lebih tinggi. Selanjutnya menurut Surya (dalam Sukardi & Kusmawati, 2008) bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan. Prayitno (dalam Sukardi & Kusmawati, 2008), mengatakan bahwa bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh
(19)
pribadi mandiri, yaitu: (a) mengenal diri sendiri dan lingkungannya, (b) menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, (c) mengambil keputusan, (d) mengarahkan diri, dan (e) mewujudkan diri.
Menurut Prayitno & Amti (2004) keberadaan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dipertegas lagi oleh Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 (tentang Pendidikan Menengah) yang menyebutkan bahwa (1) bimbingan dalam rangka menemukan pribadi siswa, dimaksudkan untuk membantu siswa mengenal kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, (2) bimbingan dalam rangka mengenal lingkungan, dimaksudkan untuk membentuk siswa untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, ekonomi, budaya, serta alam yang ada, dan (3) bimbingan dalam rangka merencanakan masa depan, mempersiapkan diri untuk langkah yang dipilihnya setelah tamat belajar pada sekolah menengah serta karier dan masa depannya.
Dalam kenyataannya pelayanan BK belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh para siswa. Para siswa belum sepenuhnya percaya pada guru BK dalam menjalankan fungsinya. Seperti yang dinyatakan oleh Eka (2012) bahwa banyak siswa yang merasa enggan untuk melakukan bimbingan dan konseling dengan sukarela. Hal ini dikarenakan kepercayaan siswa terhadap netralitas yang diperankan guru BK menurun dan tidak sedikit siswa beranggapan bahwa sosok guru BK sama saja dengan guru yang lain serta bukan tempat yang nyaman buat para siswa. Hal ini dikarenakan di beberapa sekolah banyak guru BK yang berfungsi ganda dengan memerankan beragam jabatan misalnya, disamping sebagai guru BK dia juga
(20)
menjabat wali kelas dan atau guru piket harian. Akibatnya, dia terlibat dalam penegakan tata tertib sekolah, pemberian hukuman, dan atau tindakan razia yang merupakan tindakan yang dibenci oleh siswa.
Berbeda dengan pendekatan disiplin yang memungkinkan pemberian sanksi untuk menghasilkan efek jera, penanganan siswa bermasalah melalui bimbingan dan konseling justru lebih mengutamakan pada upaya penyembuhan dengan menggunakan berbagai layanan dan teknik yang ada. Penanganan siswa bermasalah melalui bimbingan dan konseling sama sekali tidak menggunakan bentuk sanksi apa pun, tetapi lebih mengandalkan pada terjadinya kualitas hubungan interpersonal yang saling percaya di antara guru BK dan siswa yang bermasalah, sehingga setahap demi setahap siswa tersebut dapat memahami dan menerima diri dan lingkungannya, serta dapat mengarahkan diri guna tercapainya penyesuaian diri yang lebih baik (Sudrajat, 2008).
Kinerja bimbingan dan konseling di sekolah sampai saat ini belum sepenuhnya memuaskan. Terdapat beberapa penelitian yang dapat dijadikan barometer kinerja bimbingan dan konseling di sekolah. Misalnya, dari hasil penelitian Asrori (1990) ditemukan bahwa keterampilan konseling guru pembimbing belum memenuhi harapan siswa. Studi lain yang dilakukan Juntika (1993) menemukan kurangnya kemampuan guru pembimbing dalam menangani dan menggali masalah yang dihadapi siswa, kurangnya keterlibatan siswa dalam pemecahan masalah, dan adanya kecenderungan guru pembimbing untuk memaksakan kehendak kepada siswa. Penelitian Supriadi (1990) memperlihatkan bahwa 38% orang tua siswa belum
(21)
menerima keberadaan program bimbingan dan konseling dengan alasan kurang profesionalnya guru pembimbing dalam menjalankan tugas (Ilfiandra, Agustin, dan Saripah, 2006).
Seperti juga halnya yang terjadi di SMA Negeri 4 Medan, berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu guru BK ( Komunikasi Personal, 20 Desember 2012), sekolah ini telah menerapkan kegiatan bimbingan dan konseling sebagai layanan yang dapat membantu siswa dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK, diketahui bahwa SMA Negeri 4 Medan telah lama menerapkan kegiatan bimbingan dan konseling yaitu semenjak tahun 1987. Layanan BK ini belum sepenuhnya dimanfaatkan oleh para siswa, karena masih ada sebagian siswa yang mempersepsikan dan mempunyai kesan yang negatif terhadap guru BK. Misalnya mereka memandang bahwa guru BK sebagai polisi sekolah. Guru BK juga sering mendapat cibiran dari para siswa karena rasa tidak suka, menganggap bahwa guru BK seperti petugas yang memata-matai siswa, memanggil siswa yang mempunyai masalah dan sebagai pemberi hukuman. Siswa yang mempunyai persepsi negatif terhadap guru BK juga akan memandang rendah dan mengabaikan segala layanan yang diberikan. Sedangkan para siswa yang memandang positif terhadap layanan bimbingan konseling, dapat menjalin hubungan baik dan tidak takut dengan guru BK, sehingga siswa akan menghargai dan memanfaatkan semua layanan yang diberikan. Seperti yang diungkapkan oleh salah seorang siswi SMA Negeri 4 Medan yang berinisial A :
(22)
"….kami takut bang kalo menghadap guru BK karena adanya image negative,..maksudnya gini bang, biasanya guru BK itu suka mengitrogasi kami jika ada siswa yang mempunyai masalah dikelas. Contohnya seperti berantem, gak ngerjai tugas, trus terkadang ada guru BK yang suka memata – matai kami dikantin yang sedang merokok. Kok udah kek gini bg pasti kenak marah, dikasih hukuman, atau mau juga memanggil orang tua. Seharusnyakan jangan langsung manggil orang tua. Maunya sih mereka cukup memberi bimbingan dan pengarahan sama kami ". (Komunikasi personal, 20 Desember 2012).
Sementara itu, Supriadi (2004) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan adalah proses bantuan yang diberikan oleh konselor/ pembimbing kepada konseli agar konseli dapat : (1) memahami dirinya, (2) mengarahkan dirinya, (3) memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya, (4) menyesuaikan diri dengan lingkungannya (keluarga, sekolah, masyarakat), (5) mengambil manfaat dari peluang-peluang yang dimilikinya dalam rangka mengembangkan diri sesuai dengan potensi-potensinya, sehingga berguna bagi dirinya dan masyarakatnya.
Bimbingan dan Konseling merupakan pelayanan dari, untuk, dan oleh manusia dan merupakan salah satu komponen dari pendidikan, mengingat bahwa bimbingan dan konseling adalah suatu kegiatan bantuan dan tuntunan yang diberikan kepada siswa dalam rangka upaya meningkatkan mutu pendidikan. Suatu kegiatan bimbingan dan konseling disebut pelayanan apabila kegiatan tersebut dilakukan melalui kontak langsung dengan sasaran pelayanan yaitu siswa, dan secara langsung berkenaan dengan permasalahan ataupun kepentingan tertentu yang dirasakan oleh siswa. Kegiatan yang merupakan pelayanan tersebut mengemban fungsi tertentu dan pemenuhan fungsi tersebut serta dampak positif pelayanan yang dimaksudkan
(23)
diharapkan dapat secara langsung dirasakan oleh siswa yang mendapatkan pelayanan tersebut (Sukardi & Kusmawati, 2008).
Kenyataan di lapangan juga menunjukkan bahwa tidak sedikit para siswa yang tidak mau datang ke ruang bimbingan dan konseling, bukan karena guru pembimbingnya yang kurang keilmuannya dalam bidang bimbingan, tetapi karena siswa memiliki kesan bahwa pembimbing tersebut bersifat judes atau kurang ramah dalam menangani masalah yang dihadapi siswa (Yusuf dan Nurihsan, 2005).
Hal tersebut didukung juga oleh hasil wawancara peneliti kepada salah seorang guru BK SMA Negeri 4 Medan, sebagai berikut:
“….kalau masalah komunikasi antara siswa dengan guru BK di
sekolah ini jarang berkomunikasi karena memang anak-anak di sekolah ini kurang mau bahkan ada anak yang tidak mau berurusan dengan guru BK. Biasanya kalau disini ada banyak siswa yang datang keruangan BK tuk menyelesaikan problemnya kepada guru BK, dikarenakan mereka memang paham fungsi dari layanan bimbingan dan konseling ini dapat menyelesaikan problemnya. Namun ada juga siswa yang merasa bermasalah jika ia datang keruangan BK, karena memang anak yang tidak mau berurusan dengan guru BK. Masalah yang ditangani guru BK disekolah ini biasanya lebih mengontrol masalah perkembangan siswa yang berhubungan dengan kenakalan dan kemerosotan nilai siswa di sekolah, bimbingan karir, dan pembenahan
kepribadiannya ”. (Komunikasi Personal, 20 Desember 2012)
Menurut Prayitno dan Amti (2004) kesalahpahaman di sana sini masih terjadi akan peran dan fungsi layanan bimbingan konseling. Berdasarkan fenomena tersebut dapat dilihat bahwa beberapa siswa-siswi merasa enggan atau takut untuk berhadapan dengan guru BK, sehingga hal tersebut akan membuat siswa-siswi tidak nyaman dan tidak leluasa dalam menceritakan masalahnya kepada guru BK.
(24)
Seharusnya guru BK di SMA Negeri 4 Medan memiliki kemampuan dan skill yang dibutuhkan dalam bimbingan dan konseling, bersikap terbuka, bersedia membantu mengatasi masalah siswa, memberikan informasi atau pengetahuan seputar dunia remaja dan permasalahannya, bekerja sama dengan orang tua siswa dalam membantu mengatasi masalah siswa, membantu siswa dalam melaksanakan keputusan. Hal ini dipandang positif oleh siswa, sehingga siswa percaya pada guru BK dapat membuat tujuan atau keinginan siswa tercapai, dapat membantu mengatasi masalah yang sedang dihadapi siswa, dapat menjaga kerahasiaan atau masalah yang dihadapi siswa tidak akan diberitahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan, dan akan menggunakan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki untuk mewujudkan keinginan atau kepentingan siswa. Hal sesuai dengan pendapat yang dinyatakan oleh Mayer (1995), bahwa ada dua unsur yang harus ada pada diri trustor (pemberi Kepercayaan) agar trustor mau memberikan kepercayaan (trust) kepada trustee., unsur tersebut yaitu,: Ability adalah kemampuan mengetahui apakah trustee memiliki skill dan kemampuan yang dapat membuat tujuan atau keingninan
trustor tercapai dan Benevolence adalah kemampuan mempersepsikan bahwa trustee
akan menggunakan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki untuk mewujudkan keinginan atau kepentingan trustor.
Upaya yang telah dilakukan oleh guru BK SMA Negeri 4 Medan dalam membangun kepercayaan (trust) terhadap siswa dengan melakukan komunikasi kepada para siswa sehingga terbentuknya hubungan interpersonal yang menghasilkan terpeliharanya dan terkembangnya berbagai potensi dan kondisi yang positif,
(25)
membangun hubungan saling percaya dan efektivitas secara keseluruhan. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dinyatakan oleh Moran & Hoy (2000), menunjukkan bahwa kepercayaan memfasilitasi kerjasama dan meningkatkan kohesivitas kelompok, kepemimpinan sekolah yang efektif, dan prestasi siswa. Selain itu, kepercayaan dibangun secara dinamis yang berubah dari waktu ke waktu dan adanya hubungan saling percaya serta berkontribusi pada iklim sekolah yang positif, komunikasi yang produktif, peningkatan belajar siswa, dan efektivitas sekolah secara keseluruhan.
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya adalah memberi bimbingan kepada individu atau sekelompok individu agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Prayitno (dalam Sukardi & Kusmawati, 2008) menyatakan bahwa bimbingan dan konseling membantu individu untuk menjadi insan yang berguna dalam kehidupannya yang memiliki berbagai wawasan, pandangan dan interpretasi, pilihan, penyesuaian dan keterampilan yang tepat berkenaan dengan diri sendiri dan lingkungannya.
Kegiatan bimbingan dan konseling memiliki beberapa asas, salah satunya adalah asas keterbukaan. Asas ini ditinjau dari dua arah, dari pihak siswa diharapkan mau membuka diri sendiri sehingga apa yang ada pada dirinya dapat diketahui oleh guru BK dan mau membuka diri dalam menerima saran dan masukan lainnya dari guru BK. Keterbukaan (openness) merupakan salah satu aspek dari kepercayaan (trust) dan dalam proses bimbingan dan konseling sangat dituntut terciptanya kepercayaan (trust) antara guru BK dan siswa (Priyatno, 1999).
(26)
Pentingnya aspek kepercayaan (trust) dalam kegiatan bimbingan dan konseling ini juga tampak dari pernyataan yang diutarakan langsung oleh salah seorang siswi SMA 4 Medan berinisial M, yang berhasil diwawancarai oleh peneliti:
"....ya maunya sih bang guru BK itu menanyakan dulu masalahnya apa sebelum marah-marah, kemudian saling terbuka waktu sedang konseling dan harapannya melakukan pendekatan dulu pada siswa dan juga terrbuka kepada siswa-siswa, agar mereka dapat menanggapi positif kepada guru BK dalam membimbing juga untuk pengarahan dan dapat dipercaya dalam
menyelesaikan masalah…..". (Komunikasi Personal, 20 desember 2012).
Ditambah juga dengan pernyataan seorang guru yang menjadi salah satu guru BK (bimbingan dan konseling) di SMA N 4, berinisial S:
....untuk siswa-siswa di sini gak mau datang keruangan BK itu, karena mereka belum merasa perlu dan ada dari mereka meragukan kemampuan kami sebagai konselor dalam menyelesaikan problemnya mereka. Tapi jika siswa percaya dengan dengan kami, maka ia akan datang sendiri jika ia
merasa perlu masalahnya untuk diselesaikan….”. (Komunikasi Personal, 20
desember 2012).
Menurut Sukardi (2002), konseling merupakan suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara konselor dan klien yang berisi usaha yang laras, unik, human (manusiawi) yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan BK dapat berjalan dengan baik dan lancar serta sesuai dengan tujuan jika tercipta kepercayaan (trust) antara konselor dengan klien. Apabila kepercayaan (trust) tidak
(27)
terbangun, proses BK akan sia-sia dan akan merugikan pihak klien karena permasalahan yang dihadapinya tidak akan dapat terselesaikan.
Sekolah ini telah menerapkan kegiatan bimbingan dan konseling sebagai salah satu program yang dapat membantu siswa dalam permasalahan-permasalahan yang dihadapinya. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru BK, diketahui bahwa SMA Negeri 4 Medan telah lama menerapkan kegiatan bimbingan dan konseling yaitu dilakukan sekitar tahun 1987. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka peneliti merasa perlu untuk meneliti Gambaran kepercayaan (trust) siswa terhadap guru BK di SMA Negeri 4 Medan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut, maka perumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah Bagaimanakah gambaran kepercayaan (trust) siswa terhadap guru BK di SMA Negeri 4 Medan?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini dibagi menjadi 2, yaitu :
1. Tujuan utama, yaitu untuk mengetahui gambaran kepercayaan (trust) siswa terhadap guru BK di SMA Negeri 4 Medan. Melalui gambaran tersebut akan diketahui apakah kegiatan bimbingan dan konseling sudah berjalan dengan baik atau tidak.
(28)
2. Tujuan tambahan, yaitu untuk mengetahui gambaran kepercayaan (trust) siswa terhadap guru BK di SMA Negeri 4 Medan berdasarkan jenis kelamin, keikutsertaan dalam bimbingan dan konseling, dan kelas.
D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dan pemikiran untuk mengembangkan ilmu psikologi pendidikan, khususnya tentang psikologi sekolah, terutama yang berkaitan dengan kepercayaan (trust) siswa terhadap guru BK.
b. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya literatur dalam bidang Psikologi Pendidikan, sehingga hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan penunjang penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai gambaran kepercayaan (trust) yang terjalin antara guru BK dan siswa, yang diharapkan berguna dalam rangka pembinaan siswa serta pembinaan terhadap guru BK.
(29)
b. Bagi guru BK
Hasil penelitian ini dapat memberi informasi bagi guru BK tentang sejauh mana kepercayaan (trust) siswa terhadap guru BK. Hal ini dapat ditunjukkan dari hasil tinggi atau rendahnya gambaran kepercayaan (trust) yang diperoleh. Dengan demikian dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi guru BK dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan kepada para siswa.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan penelitian ini adalah : Bab I Pendahuluan
Berisi uraian singkat tentang latar belakang permasalahan, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori
Berisi teori - teori yang berkaitan dengan variabel yang diteliti, yaitu Kepercayaan (trust), bimbingan dan konseling, guru BK, dan gambaran dinamika variabel kepercayaan (trust).
Bab III Metode Penelitian
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai identifikasi variabel, defenisi operasional dari masing-masing variabel, sampel penelitian, teknik pengambilan sampel, metode pengumpulan data, prosedur penelitian serta metode analisa data.
(30)
Bab IV Analisis Data Dan Pembahasan
Terdiri dari analisis data dan pembahasan yang berisi tentang gambaran subjek penelitian, hasil penelitian, dan pembahasan.
Bab V Kesimpulan Dan Saran
Merupakan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.
(31)
BAB II
LANDASAN TEORI
II. A. KEPERCAYAAN (TRUST) II. A.1. Definisi Kepercayaan (Trust)
Kepercayaan (trust) menggambarkan tindak keyakinan seseorang kepada orang lain untuk melakukan sesuatu dalam cara-cara yang wajar dan dapat diprediksi (Luhman, 1979). Tingkat kepercayaan atau rasa saling percaya diyakini berbeda sesuai tugas, situasi dan orangnya. Hal ini sesuai dengan konsep dasar mengenai kepercayaan dan kecurigaan yang dikembangkan dalam penelitian Kee & Knox (1970). Kepercayaan (trust)adalah suatu keadaan psikologis berupa keinginan untuk menerima kerentanan berdasarkan pengharapan yang positif terhadap keinginan ataupun tujuan dari perilaku orang lain (Rousseau, 2007).
Rotter (1967) mendefinisikan kepercayaan (trust) adalah keyakinan bahwa kata atau janji seseorang dapat dipercaya dan seseorang akan memenuhi kewajibannya dalam sebuah hubungan pertukaran. Morgan dan Hunt (1994) mendefinisikan bahwa kepercayaan (trust) akan terjadi apabila seseorang memiliki kepercayaan diri dalam sebuah pertukaran dengan mitra yang memiliki integritas dan dapat dipercaya.
Mayer et al. (1995) mendefinisikan kepercayaan (trust) adalah kemauan seseorang untuk peka terhadap tindakan orang lain berdasarkan pada harapan bahwa
(32)
orang lain akan melakukan tindakan tertentu pada orang yang mempercayainya, tanpa tergantung pada kemampuannya untuk mengawasi dan mengendalikannya.
Kepercayaan (trust) juga merupakan suatu pilihan yang didasarkan pada persepsi bahwa pilihannya akan membuatnya untung, akan tetapi tidak selalu begitu. Terkadang pilihan tersebut akan membuatnya rugi. Keuntungan dan kerugian tersebut adalah tergantung pada orang yang dipercaya dan ada kemungkinan bahwa kerugian yang diperoleh lebih besar dari pada keuntungan, dan sebaliknya ada juga kemungkinan bahwa keuntungan yang diperoleh lebih besar dari pada kerugian (Deutsch dalam Johnson & Johson, 2000). Johnson dan Johnson (2000) berpendapat bahwa kepercayaan (trust) adalah adanya keyakinan bahwa anggota lain akan memberikan keuntungan dan terbentuk melalui sikap terbuka, menerima, mendukung, berbagi, dan kerja sama di antara anggota kelompok.
Berdasarkan definisi di atas, maka dapat dinyatakan bahwa kepercayaan (trust) adalah keyakinan seseorang terhadap orang lain untuk melakukan sesuatu dan memenuhi kewajibannya dengan cara-cara yang wajar dan sesuai dengan yang diharapkan.
II. A. 2. Aspek-Aspek Kepercayaan (Trust)
Johnson dan Johnson (2000) mengemukakan bahwa kepercayaan (trust) terdiri dari 5 (lima) aspek, yaitu:
(33)
a. Keterbukaan (Openness)
Keterbukaan meliputi kesediaan individu untuk berbagi informasi, ide, pemikiran, perasaan, pendapat, dan reaksi terhadap hal yang sedang dialami.
b. Berbagi (Sharing)
Berbagi berarti kesediaan individu untuk membagikan kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya kepada orang lain untuk membantu pencapaian tujuan bersama.
c. Penerimaan (Acceptance)
Penerimaan berarti melakukan komunikasi dengan orang lain dan menghargai pendapat orang lain tersebut tentang suatu hal yang sedang dibicarakan. d. Dukungan (Support)
Dukungan meliputi komunikasi yang dilakukan individu dengan orang lain sehingga orang lain mengenal kelebihannya dan percaya bahwa orang lain tersebut mampu mengatur secara produktif situasi di mana mereka berada. e. Bekerjasama (Cooperative Intentions)
Bekerja sama meliputi harapan individu untuk bisa bersikap kooperatif dan bahwa orang lain juga akan bersikap kooperatif untuk mencapai tujuan bersama.
II. A. 3. Membangun Kepercayaan (Trust)
Johnson & Johnson (2000) menyatakan bahwa menerima dan mendukung kontribusi orang lain tidak berarti kita harus setuju dengan segala sesuatu yang mereka katakan. Kita bisa mengungkapkan rasa menerima dan mendukung atas
(34)
keterbukaan dan sharing dari anggota lain dan saat yang sama mengungkapkan ide dan pandangan yang berbeda. Kunci untuk membangun dan mempertahankan trust adalah menjadi trustworthy. Semakin acceptance dan supportive seseorang terhadap orang lain, maka orang lain akan semakin dapat mengemukakan pemikiran-pemikirannya, ide-ide, teori-teori, kesimpulan-kesimpulan, perasaan dan reaksinya. Jika seseorang dalam merespon keterbukaan orang lain bersifat trustworthy, maka semakin dalam dan personal pemikiran yang akan dibagikan orang lain. Jika seseorang ingin meningkatkan trust, maka perlu ditingkatkan trustworthiness.
Johnson & Johnson (1997) menyatakan bahwa untuk dapat bekerja secara efektif dan mencapai hasil maksimal, setiap individu harus mengembangkan hubungan kepercayaan (trust) yang saling menguntungkan. Kepercayaan (trust) dibangun melalui tahap-tahap trust dan trustworthy. Misalnya jika seseorang (A) mengambil resiko untuk membuka diri, dia mungkin akan mendapat konfirmasi atau tidak, tergantung pada apakah rekan kerjanya (B) merespon dengan penerimaan ataupun penolakan. Jika rekan kerjanya (B) mengambil resiko dengan menerima, mendukung atau kooperatif, dia juga akan mendapat konfirmasi ataupun tidak, tergantung apakah individu tadi (A) tertutup atau terbuka.
Menurut Johnson & Johnson (1997), untuk menyelesaikan tugas dan mencapai tujuan, setiap anggota dalam kelompok diharapkan dapat saling mengemukakan ide-ide, pemikiran, kesimpulan, perasaan dan reaksi sesuai dengan situasi. Sekali mereka melakukannya, anggota kelompok lain akan merespon dengan penerimaan, dukungan dan sifat yang kooperatif. Jika anggota kelompok menyatakan
(35)
pendapatnya dan tidak menerima penerimaan yang dibutuhkannya, mereka mungkin akan menarik diri dari kelompok tersebut. Jika mereka diterima, mereka akan tetap mengambil resiko dengan berani terbuka sehingga dapat mengembangkan hubungannya dengan anggota kelompok yang lain.
Interpersonal trust dibangun dengan resiko dan konfirmasi serta dihancurkan dengan resiko dan diskonfirmasi. Tanpa resiko tidak akan ada kepercayaan (trust). Langkah dalam membangun kepercayaan (trust) menurut Johnson & Johnson (1997) adalah sebagai berikut :
1. Individu A mengambil resiko dengan mengemukakan pemikirannya, info, kesimpulan, perasaan dan reaksi terhadap suatu situasi kepada individu B. 2. Individu B mengkomunikasikan acceptance, support dan cooperativeness
terhadap individu A.
Cara lain mengembangkan kepercayaan (trust) adalah :
1. Individu B mengkomunikasikan acceptance, support dan cooperativeness terhadap individu A.
2. Individu A merespon dengan mengemukakan pemikirannya, informasi, kesimpulan, perasaan dan reaksi terhadap situasi kepada individu B.
II. A. 4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepercayaan (Trust)
Menurut Mayer (1995) trustee (penerima kepercayaan)akan dapat dipercaya jika memiliki tiga unsur, yaitu :
(36)
1. Kemampuan (Ability)
Ability adalah sekumpulan ketrampilan, kompetensi dan karakteristik yang membuat seseorang atau sekelompok orang memiliki kemampuan untuk memengaruhi pihak lain dalam sebuah bidang tertentu. Trustor menjadi percaya kepada trustee karena berkaitan dengan kemampuan trustee dalam bidang tertentu.
2. Benevolence
Benevolence adalah tingkatan seberapa jauh trustee dipersepsikan akan berbuat baik kepada trustor tanpa adanya motif keuntungan bagi trustee. Trustee dipersepsikan tetap akan berbuat baik walau saat trustee tidak mendapatkan reward.
3. Integritas
Integritas secara sederhana bermakna kesesuaian antara ucapan dan perbuatan seseorang. Hubungan antara integritas dan kepercayaan (trust) juga melibatkan adanya kesamaan pandangan terhadap prinsip-prinsip tertentu antara trustor dan trustee. Jika trustee memiliki perbedaan prinsip maka trustor akan menganggap trustee tidak memiliki integritas dalam pencapaian keinginan trustor. Beberapa hal lain yang memengaruhi tingkat integritas adalah pengakuan dari pihak lain, keyakinan bahwa trustee bersikap adil, dan segala hal yang memengaruhi persepsi integritas trustor kepada trustee.
Mayer (1995) menyebutkan bahwa ada dua unsur yang harus ada pada diri trustor (pemberi Kepercayaan) agar trustor mau memberikan kepercayaan (trust) kepada trustee. Unsur tersebut adalah :
(37)
a) Ability adalah kemampuan mengetahui apakah trustee memiliki skill dan kemampuan yang dapat membuat tujuan atau keingninan trustor tercapai.
b) Benevolence adalah kemampuan mempersepsikan bahwa trustee akan
menggunakan kemampuan dan ketrampilan yang dimiliki untuk mewujudkan keinginan atau kepentingan trustor.
Individu mengembangkan harapannya mengenai tingkat bagaimana seseorang dapat kepercayaan (trust) kepada orang lain, bergantung pada faktor-faktor dibawah ini (Lewicki, dalam Deutsch dan Coleman, 2006):
a. Predisposisi Kepribadian (Personality Presdiposition)
Penelitian menunjukkan bahwa individu berbeda di dalam predisposisi mereka untuk percaya kepada orang lain. Semakin tinggi tingkat individu dalam predisposisi untuk percaya, semakin besar harapan untuk dipercaya oleh orang lain.
b. Reputasi dan Stereotip (Reputation and Stereotype)
Meskipun individu tidak memiliki pengalaman langsung dengan orang lain, harapan individu dapat terbentuk melalui apa yang dipelajari dari teman ataupun dari apa yang telah didengar. Reputasi orang lain biasanya membentuk harapan yang kuat yang membawa individu untuk melihat elemen untuk trust dan distrust serta membawa pada pendekatan pada hubungan untuk saling percaya.
(38)
c. Pengalaman Aktual (Actual Experience)
Pada kebanyakan orang, individu membangun faset dari pengalaman untuk berbicara, bekerja, berkoordinasi, dan berkomunikasi. Beberapa dari faset tersebut sangat kuat di dalam kepercayaan (trust), dan sebagian mungkin kuat pada distrust. Sepanjang berjalannya waktu, baik elemen trust maupun distrust memulai untuk mendominasi pengalaman, untuk menstabilkan dan secara mudah mendefinisikan sebuah hubungan. Ketika polanya sudah stabil, individu cenderung untuk menggeneralisasikan sebuah hubungan dan menggambarkannya dengan tinggi atau rendahnya trust atau distrust.
d. Orientasi Psikologis (Psychological Orientation)
Deutsch (dalam Deutsch dan Coleman, 2006) menyatakan bahwa individu membangun dan mempertahankan hubungan sosial berdasarkan orientasi psikologisnya. Orientasi ini dipengaruhi oleh hubungan yang terbentuk dan sebaliknya. Dalam artian, agar orientasinya tetap konsisten, maka individu akan mencari hubungan yang sesuai dengan jiwa mereka.
II. A. 5. Cara Meningkatkan Kepercayaan (Trust)
Menurut Robbins (2001), terdapat 8 (delapan) cara untuk meningkatkan kepercayaan (trust), diantaranya:
a. Bersikap terbuka
Bersikap terbuka akan membuat orang lain percaya terhadap kita. Bersikap terbuka yang dimaksud dalam hal ini adalah bersikap terbuka terhadap
(39)
informasi yang dimiliki, memberitahu secara rasional bagaimana suatu keputusan dibuat dan berterus terang dalam menyatakan masalah yang sedang dihadapi.
b. Bersikap adil
Sebelum membuat suatu keputusan, harus mempertimbangkan bagaimana orang lain akan menilai objektivitas dan keadilan keputusan kita.
c. Menyatakan perasaan dengan terus terang
Menyatakan perasaan yang sebenarnya tanpa memandang jabatan atau posisi kita dalam suatu organisasi akan membuat orang lain lebih menghargai kita, karena semua orang adalah manusia yang memiliki masalah dan perasaan. d. Memberitahukan hal yang sebenarnya
Bersikap jujur berarti kita bisa dipercaya. Apabila kejujuran merupakan hal yang penting dalam membangun kepercayaan (trust), maka kita harus menjunjung tinggi kejujuran.
e. Menunjukkan konsistensi
Semua orang menginginkan sesuatu yang bisa diprediksi. Ketidakjujuran terjadi karena kita tidak mampu memprediksi sikap orang tersebut. Pikirkanlah tentang nilai dan kepercayaan yang dimiliki, kemudian biarkan nilai dan kepercayaan tersebut menjadi panduan dalam mengambil tindakan. Apabila telah diperoleh suatu tujuan yang jelas, maka sikap yang dimiliki juga bisa diprediksi.
(40)
f. Menepati janji
Salah satu dari aspek kepercayaan (trust) adalah orang tersebut bisa diharapkan, tapi tepatilah setiap komitmen dan janji yang telah diucapkan. g. Bersikap percaya diri
Setiap orang akan mempercayai orang yang bijaksana dan bisa dipercaya. Apabila kita memberitahukan suatu rahasia kepada orang lain, maka orang lain juga akan meragukan kita, dan tidak akan memberitahu rahasianya kepada kita karena kita dianggap sebagai orang yang tidak bisa dipercaya. h. Menunjukkan kompetensi
Salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan (trust) adalah dengan membuat orang lain menghargai dan mengagumi kita. Sehingga kita harus mengembangkan kompetensi kita dalam hal komunikasi, negoisasi, dan kemampuan interpersonal lainnya.
Johnson & Johnson (2000) mengemukakan bahwa ciri-ciri individu dengan level kepercayaan (trust) tinggi adalah cenderung lebih terbuka dalam mengekspresikan pikiran, perasaan, reaksi, pendapat, informasi, dan ide-ide yang dimilikinya. Sedangkan ciri-ciri individu dengan level kepercayaan (trust) yang rendah adalah cenderung melakukan penolakan dan tidak jujur dalam melakukan komunikasi dengan orang lain.
(41)
II. B. Pengertian dan Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling. II. B. 1. Pengertian Bimbingan.
Surya (1988) mengungkapkan bahwa bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari yang pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan.
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu: (a) mengenal diri sendiri dan lingkungannya, (b) menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, (c) mengambil keputusan, (d) mengarahkan diri, dan (e) mewujudkan diri (Prayitno, dalam Sukardi & Kusmawati, 2008).
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bimbingan dalam penelitian ini merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self realization).
(42)
1. Pengertian Konseling.
Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal-balik antara dua orang individu, dimana guru BK berusaha membantu siswa untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah-masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang (Natawidjaja, dalam Sukardi & Kusmawati, 2008).
Surya (1988) mengungkapkan bahwa konseling itu merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada siswa supaya dia memperoleh konsep diri dan kepercayaan diri sendiri, untuk dimamfaatkan olehnya dalam memperbaiki tingkah lakunya pada masa yang akan datang. Dalam pembentukan konsep diri ini berarti bahwa dia memperoleh konsep yang sewajarnya mengenai: (a) dirinya sendiri, (b) orang lain, (c) pendapat orang lain tentang dirinya, (d) tujuan-tujuan yang hendak dicapainya, dan (e) kepercayaan.
Konseling adalah proses pemberian yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh guru BK kepada siswa yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh siswa (Prayitno, 1997).
Dengan demikian, pengertian konseling adalah upaya bantuan yang diberikan kepada siswa yang sedang mengalami suatu masalah yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi oleh siswa.
2. Sasaran bimbingan dan konseling.
Menurut Sukardi & Kusmawati (2008), pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah, bertujuan agar siswa secara individual mencapai perkembangan optimal
(43)
melalui kemampuan pengungkapan-pengenalan penerimaan diri dan lingkungan, pengambilan keputusan, pengarahan diri, dan perwujudan diri.
3. Jenis-jenis Bimbingan dan Konseling
Ditinjau dari masalah yang dihadapi para siswa, bimbingan dan konseling di sekolah mencakup 4 bidang berikut: (1) bimbingan pribadi, (2) bimbingan social, (3) bimbingan belajar, (4) bimbingan karir.
4. Fungsi Bimbingan dan Konseling.
Menurut Sukardi & Kusmawati (2008), pelayanan bimbingan dan konseling mengemban sejumlah fungsi yang hendak dipenuhi melalui pelaksanaan kegiatan bimbingan dan konseling. Fungsi-fungsi tersebut adalah:
(a) Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pemahaman tentang sesuatu oleh pihak-pihak tertentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik. Pemahaman ini meliputi: (1) pemahaman diri peserta didik, terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan guru pembimbing dan konseling (konselor). (2) pemahaman tentang lingkungan peserta didik (termasuk didalamnya lingkungan keluarga dan sekolah), terutama oleh peserta didik sendiri, orang tua, guru pada umumnya, dan guru pembimbing (konselor) (3) pemahaman tentang lingkungan “yang lebih luas” (termasuk didalamnya informasi pendidikan, informasi jabatan/pekerjaan, dan informasi sosial dan budaya/nilai-nilai), terutam oleh peserta didik.
(44)
(b) Fungsi pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan tercegahnya atau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul, yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dan kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangannya.
(c) Fungsi pengentasan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan teratasinya berbagai permasalahan yang dialami oleh peserta didik.
(d) Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu fungsi bimbangan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangankannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan.
5. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling.
Penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan, juga dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan asas-asas akan memperlancar pelaksanaan dan lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan. Menurut Sukardi & Kusmawati (2008), asas-asas bimbingan dan konseling yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1) Kerahasiaan. Segala sesuatu yang dibicarakan peserta didik kepada pembimbing tidak boleh disampaikan kepada orang lain. Asas kerahasiaan
(45)
merupakan kunci keberhasilan bimbingan dan konseling karena akan mendasari kepercayaan peserta didik kepada pembimbing.
2) Kesukarelaan. Pelaksanan bimbingan dan konseling berlangsung atas dasar kesukarelaan dari kedua belah pihak, baik dari peserta didik maupun pembimbing
3) Keterbukaan. Bimbingan dan konseling dapat berhasil dengan baik jika peserta didik yang bermasalah mau menyampaikan masalah yang dihadapi kepada pembimbing dan pembimbing bersedia membantunya.
4) Kekinian. Masalah yang ditangani oleh bimbingan dan konseling adalah masalah sekarang walaupun ada kaitannya dengan masalah yang lampau dan yang akan datang. Selain itu juga hendaknya pembimbing sesegera mungkin menangani masalah peserta didik.
5) Kemandirian. Bimbingan dan konseling membantu agar peserta didik dapat mandiri atau tidak tergantung baik kepada pembimbing dan orang lain. 6) Kegiatan. Bimbingan dan konseling harus dapat membantu membangkitkan
peserta didik agar berusaha melakukan kegiatan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi.
7) Kedinamisan. Bimbingan dan konseling hendaknya dapat membantu terjadinya perubahan yang lebih baik dan mampu kearah pembaharuan pada diri peserta didik.
(46)
8) Keterpaduan. Bimbingan dan konseling hendaknya dapat memadukan berbagai aspek kepribadian peserta didik dan proses layanan yang dilakukan.
9) Kenormatifan. Usaha bimbingan dan konseling harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku, baik norma-norma agama, norma-norma adat, norma-norma hukum atau negara, norma ilmu, dan norma kebiasaan sehari-hari.
10)Keahlian. Bimbingan dan konseling adalah layanan profesional sehingga perlu dilakukan oleh ahli yang khusus dididik untuk melakukan tugas ini. 11)Alih tangan. Bila usaha yang dilakukan telah optimal tetapi belum berhasil
atau masalahnya di luar kewenangannya, maka penanganannya dapat dialihtangankan pihak lain yang berwenang.
12)Tutwuri handayani. Bimbingan dan konseling hendaknya secara keseluruhan dapat memberikan rasa aman, mengembangkan keteladanan, memberi rangsangan dan dorongan serta kesempatan seluas-luasnya kepada peserta didik untuk maju sesuai dengan potensinya.
6. Jenis-jenis Layanan Bimbingan dan Konseling.
Menurut Prayitno (dalam Sukardi & Kusmawati, 2008), jenis-jenis layanan yang ada dalam bimbingan dan konseling antara lain sebagai berikut:
a) Layanan orientasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memahami lingkunganya seperti sekolah
(47)
yang baru dimasukinya. Layanan orientasi ini ditujukan kepada siswa baru dan untuk pihak lain tertutama orang tua atau wali siswa guna memberikan pemahaman dan penyesuaian diri siswa terutama terhadap lingkungan sekolah yang baru dimasukinya.
b) Layanan informasi, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) menerima dan memahami berbagai informasi (seperti: informasi pendidikan, informasi karier), yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan pengambilan keputusan untuk kepentingan peserta didik (klien). Layanan ini bertujuan untuk membekali individu dengan berbagai pengetahuan dan pemahaman tentang berbagai hal yang berguna untuk dirinya.
c) Layanan penempatan dan penyaluran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat (misalnya: penempatan dan penyaluran di dalam kelas, kelompok belajar dan lainnya) yang sesuai dengan potensi, bakat dan minat serta kondisi pribadi.
d) Layanan pembelajaran, yaitu layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mengembangkan diri dengan sikap dan kebiasaan belajar yang baik, serta berbagai aspek tujuan dan kegiatan belajar lainnya.
e) Layanan konseling perorangan, layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) mendapat layanan langsung tatap muka
(48)
(secara perorangan) dengan guru pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan permasalahan pribadi yang dialaminya.
f) Layanan bimbingan kelompok, layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama melalui dinamika kelompok memperoleh berbagai bahan dari berbagai narasumber tertentu (terutama dari guru pembimbing) dan membahas secara bersama-sama pokok bahasan tertentu guna menunjang pemahaman kehidupannya sehari-hari atau perkembangannya dalam kehidupan sehari-hari.
g) Layanan konseling kelompok, layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik (klien) memperoleh kesempatan untuk membahas dan mengentaskan permasalahan yang dialaminya melalui dinamika kelompok, masalah yang dibahas itu adalah masalah pribadi yang dialami masing-masing anggota kelompok.
7. Peranan Guru dalam Bimbingan dan Konseling
Menurut Uno (2007) menyatakan bahwa guru dalam bimbingan dan konseling dituntut untuk mengadakan pendekatan bukan saja melalui pendekatan instruksional akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi (personal approach) dalam setiap proses bimbingan dan konseling berlangsung. Dengan pendekatan pribadi semacam ini guru BK akan secara langsung mengenal dan memahami peserta didiknya secara lebih mendalam sehingga dapat membantu dalam keseluruhan proses belajarnya dan guru BK diharapkan akan dapat merespons segala masalah tingkah
(49)
laku yang terjadi dalam proses pembelajaran. Oleh karna itu guru BK harus dipersiapkan agar:
a) Dapat menolong peserta didik (siswa) memecahkan masalah-masalah yang timbul antara peserta didik (siswa) dengan orang tuanya.
b) Bisa memperoleh keahlian dalam membina hubungannya yang manusiawi dan dapat mempersiapkan untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain.
8. Kompetensi Guru BK
Sesuai rambu-rambu penyelenggaraan bimbingan dan konseling dalam jalur pendidikan formal (Depdiknas, 2008), kompetensi guru BK tersebut adalah:
a) Memahami secara mendalam konseli yang hendak dilayani b) Mengusai landasan teoritik bimbingan dan konseling
c) Menyelenggarakan bimbingan dan konseling yang memandirikan d) Mengembangkan pribadi dan profesionalitas secara berkelanjutan
Kesemua kompetensi di atas dijadikan sebagai standard kompetensi bagi guru BK di Indonesia. Bentuk kompetensi tersebut disusun sedemikian rupa agar profesi guru BK (bimbingan dan konseling) dapat terjaga baik mutu, teknis dan hasilnya.
Seorang yang akan menjadi seorang guru BK diharuskan sudah memenuhi syarat dan mencapai tingkat kompetensi sesuai yang ditetapkan.
(50)
C. Kepercayaan (Trust) Siswa terhadap Guru BK
Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pada hakikatnya adalah memberi bimbingan kepada individu atau sekelompok individu agar mereka dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kegiatan bimbingan dan konseling memiliki beberapa asas, salah satunya adalah asas keterbukaan. Keterbukaan (openness) merupakan salah satu aspek dari kepercayaan (trust) dan dalam proses bimbingan dan konseling sangat dituntut terciptanya kepercayaan (trust) antara guru BK dan siswa (Priyatno, 1999).
Moran & Hoy (2000) menunjukkan bahwa kepercayaan memfasilitasi kerjasama dan meningkatkan kohesivitas kelompok, kepemimpinan sekolah yang efektif, dan prestasi siswa. Selain itu kepercayaan dibangun secara dinamis yang berubah dari waktu ke waktu dan adanya hubungan saling percaya serta berkontribusi pada iklim sekolah yang positif, komunikasi yang produktif, peningkatan belajar siswa, dan efektivitas sekolah secara keseluruhan.
Menurut Mayer (1995), trustee akan dapat dipercaya jika memiliki tiga unsur, yaitu: kemampuan (ability), kebaikan hati (benevolence), dan integritas (integrity). Ketiga unsur ini juga menentukan tinggi dan rendahnya trust siswa terhadap Guru BK. Sebagai aturan umum, semakin tinggi trust seseorang untuk terlibat dalam suatu perilaku, maka semakin besar kecenderungannya untuk benar-benar melakukan perilaku tersebut.
Menurut Sukardi (2002), bimbingan dan konseling merupakan suatu upaya bantuan yang dilakukan dengan empat mata atau tatap muka antara konselor dan
(51)
klien yang berisi usaha yang laras, unik, human (manusiawi) yang dilakukan dalam suasana keahlian yang didasarkan atas norma-norma yang berlaku agar klien memperoleh konsep diri dan kepercayaan siswa dalam memperbaiki tingkah lakunya pada saat ini dan mungkin pada masa yang akan datang. Berdasarkan hal tersebut dapat diketahui bahwa kegiatan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan baik dan lancar serta sesuai dengan tujuan jika tercipta kepercayaan (trust) antara konselor dengan klien. Apabila kepercayaan (trust) tidak terbangun, proses BK (Bimbingan dan Konseling) akan sia-sia dan akan merugikan pihak klien karena permasalahan yang dihadapinya tidak akan dapat terselesaikan.
Menurut teori yang dikemukakan oleh Johnson & Johnson (2000) bahwa kepercayaan (trust) seorang individu terhadap orang lain dapat ditunjukkan melalui kesediaan individu tersebut untuk mengungkapkan perasaannya, untuk menerima keadaan orang lain, untuk berbagi pendapat dan sumber daya lainnya, untuk memberi dukungan, serta untuk bekerja sama dengan orang lain.
Johnson & Johnson (2000) lebih lanjut menyatakan bahwa menerima dan mendukung kontribusi orang lain tidak berarti kita harus setuju dengan segala sesuatu yang mereka katakan. Kita bisa mengungkapkan rasa menerima dan mendukung atas keterbukaan dan sharing dari anggota lain dan saat yang sama mengungkapkan ide dan pandangan yang berbeda. Kunci untuk membangun dan mempertahankan kepercayaan (trust) adalah menjadi trustworthy. Semakin acceptance dan supportive seseorang terhadap orang lain, maka orang lain akan semakin dapat mengemukakan pemikiran-pemikirannya, ide-ide, teori-teori, kesimpulan-kesimpulan, perasaan dan
(52)
reaksinya. Jika seseorang dalam merespon keterbukaan orang lain bersifat trustworthy, maka semakin dalam dan personal pemikiran yang akan dibagikan orang lain. Jika seseorang ingin meningkatkan kepercayaan (trust), maka perlu ditingkatkan trustworthiness.
Keterampilan utama yang penting dalam mengkomunikasikan acceptance, support, dan cooperativeness melibatkan pengekspresian kehangatan, pengertian yang akurat, dan keinginan untuk bekerja sama. Ada bukti-bukti yang menyatakan bahwa ekspresi semacam itu dapat meningkatkan kepercayaan (trust) dalam suatu hubungan, meskipun individu terlibat dalam konflik yang tidak terselesaikan (Johnson & Johnson, 2000).
(53)
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode penelitian merupakan salah satu elemen penting dalam suatu penelitian sebab metode penelitian menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisis data, dan pengambilan kesimpulan hasil penelitian (Hadi, 2000).
Penelitian mengenai gambaran kepercayaan (trust) siswa SMA Negeri 4 Medan terhadap guru Bimbingan dan Konseling ini akan menggunakan metode penelitian deskriptif. Menurut Azwar (2000), metode deskriptif merupakan metode yang bertujuan untuk menggambarkan secara sistematik dan akurat, fakta dan karakteristik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu.
III. A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN
Variabel diartikan sebagai sesuatu yang akan menjadi objek pengamatan penelitian atau faktor-faktor yang berperan dalam gejala yang diamati. Variabel merupakan sebuah simbol di mana angka-angka atau nilai ditetapkan dan suatu konsep atau pengertian dapat dikatakan sebagai variabel bila menunjukkan adanya variasi (Kerlinger, 2000). Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu Gambaran kepercayaan (trust) Siswa SMA Negeri 4 Medan terhadap guru Bimbingan dan Konseling, maka terdapat 1 (satu) variabel saja, yaitu kepercayaan (trust) terhadap guru Bimbingan dan Konseling.
(54)
III. B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN
Kepercayaan (trust) terhadap guru BK yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keyakinan siswa dalam diri siswa bahwa guru BK akan menunjukkan perilaku yang memberikan keuntungan dan terbentuk melalui sikap terbuka, menerima, mendukung, berbagi, dan kerja sama di antara anggota kelompok. Kepercayaan (trust) terhadap guru BK ini diukur berdasarkan 5 (lima) aspek kepercayaan (trust) yang dikemukakan oleh Johnson dan Johnson (2000), yang terdiri dari:
1.Keterbukaan
Bersikap terbuka yang dimaksud dalam hal ini adalah bersikap terbuka terhadap informasi yang dimiliki, memberitahu secara rasional bagaimana suatu keputusan dibuat dan berterus terang dalam menyatakan masalah yang sedang dihadapi..
2. Berbagi
Berbagi berarti kesediaan individu untuk membagikan kemampuan dan sumber daya yang dimilikinya kepada orang lain untuk membantu pencapaian tujuan bersama.
3. Penerimaan
Penerimaan berarti melakukan komunikasi dengan orang lain dan menghargai pendapat mereka tentang suatu hal yang sedang dibicarakan.
(55)
4. Dukungan
Dukungan meliputi komunikasi yang dilakukan individu dengan orang lain sehingga orang lain tersebut mengenal kelebihannya dan percaya bahwa mereka mampu mengatur secara produktif situasi di mana mereka berada.
5. Bekerja sama
Bekerja sama meliputi harapan individu untuk bisa bersikap kooperatif dan bahwa orang lain juga akan bersikap kooperatif untuk mencapai tujuan bersama.
Tingkat kepercayaan (trust) terhadap guru BK dapat dilihat dari skor yang diperoleh individu dari skala kepercayaan (trust) terhadap guru BK. Jika semakin tinggi skor skala kepercayaan (trust) terhadap guru BK yang diperoleh, maka semakin tinggi tingkat kepercayaan (trust) yang dimiliki oleh seorang siswa terhadap guru BK. Demikian sebaliknya, jika semakin rendah skor skala kepercayaan (trust) terhadap guru BK yang diperoleh, maka semakin rendah tingkat kepercayaan (trust) yang dimiliki oleh seorang siswa terhadap guru BK.
III. C. POPULASI, SAMPEL, DAN METODE PENGAMBILAN SAMPEL III. C. Populasi Dan Sampel
Populasi adalah seluruh subjek yang dimaksud untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki satu sifat yang sama (Hadi, 2000). Kelompok yang besar yang berkepentingan dalam penelitian adalah populasi, kelompok kecil individu yang berpartisipasi dalam penelitian adalah sampel (Gravetter, 2006). Agar informasi yang diperoleh dari sampel benar-benar
(56)
mewakili populasi, sampel tersebut harus mewakili karakteristik populasi yang dimilikinya (Kuncoro, 2003).
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI dan XII SMA Negeri 4 Medan yang pernah mengikuti kegiatan bimbingan dan koseling dengan guru BK yang jumlahnya 112 orang. Semua siswa tersebut direncanakan akan digunakan dalam penelitian ini. Namun pada saat diadakan penelitian disekolah sedang ada kegiatan MOS (masa orientasi siswa), oleh karna itu tidak seluruh siswa hadir, sehingga jumlah siswa yang dapat diikut sertakan dalam penelitian ini berjumlah 91 orang.
III. D. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode self-reports. Menurut Hadi (2000), metode self-report berasumsi bahwa :
1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri.
2. Apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.
3. Interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada subjek adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh peneliti.
Pengumpulan data dalam penelitian ilmiah dimaksudkan untuk memperoleh informasi yang relevan, akurat dan memadai. Pentingnya prosedur adalah baik buruknya penelitian tergantung pada teknik-teknik pengumpulan datanya (Hadi, 2000).
(57)
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kepercayaan (trust) terhadap guru BK yang disusun oleh peneliti berdasarkan 5 (lima) aspek kepercayaan (trust) yang dikemukakan oleh Johnson dan Johnson (2000), yang terdiri dari: keterbukaan, berbagi, penerimaan, dukungan, dan bekerja sama.
Berikut dalam tabel 1 akan dirangkum blue print skala kepercayaan (trust) terhadap guru BK sebelum di uji coba.
Tabel 1. Blue Print Skala Kepercayaan(Trust) terhadap guru BK Sebelum Diuji coba
Aspek
Aitem
Favourabl
Aitem
Unfavourable
Total
Bobot (%)
Keterbukaan 9 10 19 23. 2
Berbagi 7 7 14 17. 1
Penerimaan 8 9 17 20. 7
Dukungan 9 9 18 21. 9
Bekerja sama 5 9 14 17. 1
Jumlah 38 44 82 100
Skala kepercayaan (trust) terhadap guru BK ini menggunakan model skala Likert yang disederhanakan dengan membuat 4 (empat) pilihan respon, yaitu SS (Sangat Sesuai), S (Sesuai), TS (Tidak Sesuai), STS (Sangat Tidak Sesuai). Aitem dalam skala ini terbagi dalam dua arah, yaitu favourable dan unfavourable. Setiap pilihan alternatif respon memiliki skor masing-masing tergantung dari jenis aitem,
(58)
apakah favourable dan unfavourable. Untuk aitem favourable, SS diberi skor 4, S diberi skor 3, TS diberi skor 2, dan STS diberi skor 1. Sedangkan skor untuk aitem yang unfavourable adalah 4 untuk jawaban STS, 3 untuk jawaban TS, 2 untuk jawaban S, dan 1 untuk jawaban SS (Azwar, 2000). Selain aitem-aitem tersebut, di dalam alat ukur ini juga tertera identitas diri yang harus diisi oleh responden.
Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek maka semakin tinggi kepercayaan (trust) yang dimiliki oleh subjek terhadap guru BK. Begitu juga sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subjek maka semakin rendah kepercayaan (trust) yang dimiliki oleh subjek terhadap guru BK.
III. E. UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS ALAT UKUR
Validitas dan reliabilitas alat ukur yang digunakan dalam sebuah penelitian sangat menetukan keakuratan dan keobjektifan hasil penelitian yang dilakukan. Suatu alat ukur yang tidak valid dan tidak reliabel akan memberikan informasi yang tidak akurat mengenai keadaan subjek atau individu yang dikenai suatu tes (Azwar, 2001). Peneliti akan melakukan uji coba pada alat ukur berupa skala kepercayaan (trust) terhadap guru BK pada sejumlah subjek, dengan tujuan memperoleh alat ukur yang valid dan reliabel.
III. E. 1. Uji Validitas
Validitas alat ukur adalah sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsinya. Suatu tes atau instrumen pengukuran dapat
(59)
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan tujuan pengukuran (Azwar, 2004).
Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Menurut Azwar (2000) Validitas isi menunjukkan sejauh mana aitem-aitem dalam skala telah komprehensif mencakup semua aspek dalam penelitian dan tingkat relevansinya. Validitas isi dalam penelitian ini diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional (kesesuaian dengan blue print yang telah disusun oleh peneliti) dan diperkuat lewat professional judgement yang dilakukan oleh Dosen pembimbing.
Setelah skala kepercayaan (trust) terhadap guru BK diujicobakan pada sejumlah sampel, peneliti akan melakukan uji daya beda aitem untuk mendapatkan aitem-aitem yang memenuhi persyaratan. Uji daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan tidak memiliki atribut yang diukur. Prinsip kerja yang dijadikan dasar untuk melakukan seleksi aitem dalam hal ini adalah memilih aitem-aitem yang fungsi ukurnya selaras atau sesuai dengan fungsi ukur tes sebagaimana yang dikehendaki oleh penyusunnya (Azwar, 2000).
Peneliti menggunakan korelasi Pearson Product Moment untuk menguji daya beda dari aitem-aitem dalam skala kepercayaan (trust) terhadap guru BK. Prosedur pengujian ini menghasilkan koefesien korelasi aitem total yang dikenal dengan indeks daya beda aitem (Azwar, 2000). Berdasarkan pengolahan data yang dilakukan dengan
(60)
SPSS versi 17.00 for Windows akan diperoleh aitem-aitem yang memenuhi persyaratan.
Menurut Azwar (1991) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal rix ≥ 0,300, daya pembedanya dianggap memuaskan. Semakin tinggi harga kritik, maka aitem tersebut semakin baik.
III. E. 2. Uji Reliabilitas
Menurut Azwar (2004) reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah.
Pengukuran yang tidak reliabel akan menghasilkan skor yang tidak dapat dipercaya karena perbedan skor yang terjadi di antara individu lebih ditentukan oleh faktor eror (kesalahan) daripada faktor perbedaan yang sesungguhnya. Reliabilitas alat ukur dapat dilihat dari koefisien reliabilitas yang merupakan indikator konsistensi aitem-aitem tes dalam menjalankan fungsi ukurnya bersama-sama (Azwar, 2007).
Uji reliabilitas skala penelitian ini menggunakan pendekatan konsistensi internal, di mana tes dikenakan sekali saja pada sekelompok subyek. Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien realibilitas (rxx`) yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka satu menandakan semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas yang dimiliki (Azwar, 2007).
(61)
Teknik estimasi reliabilitas yang digunakan adalah teknik koefisien alpha Cronbach dengan menggunakan program SPSS Versi 17.00 for Windows.
III. F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR
Sebelum menjadi alat ukur yang sebenarnya, skala kepercayaan (trust) terhadap guru BK diuji cobakan terlebih dahulu kepada sejumlah responden yang sesuai dengan karakteristik sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Tujuan dilakukannya uji coba alat ukur adalah untuk mengetahui apakah kalimat dalam aitem mudah dan dapat dipahami oleh responden sebagaimana diinginkan oleh peneliti (Azwar, 2009).
Pelaksanaan uji coba alat ukur berlangsung pada tanggal 14 juni 2013 dan diujicobakan pada 50 siswa-siswi SMAN 7 Medan. Dari 50 skala yang disebarkan, terdapat 42 skala yang layak untuk dianalisis. Peneliti memilih SMAN 7 Medan sebagai tempat untuk mengujicobakan skala kepercayaan (trust) terhadap guru BK karena sekolah ini juga menerapkan kegiatan bimbingan dan konseling sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler. Dalam skala kepercayaan (trust) yang disebarkan, terdapat 82 aitem. Tabel 2 menunjukkan distribusi aitem skala kepercayaan (trust) sebelum uji coba.
Tabel 2. Distribusi Aitem Skala Kepercayaan (Trust) terhadap guru BK Sebelum Diuji Coba
Aspek No. Aitem Favorabel No. Aitem Tidak
Favorabel Jumlah
(1)
NO PERNYATAAN SS S TS STS
42 Saya senang bisa berbagi informasi baru kepada guru BK
43 Saya sejalan dengan pendapat guru BK dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi
44 Saya memberikan dukungan sepenuhnya kepada guru BK saya ketika memecahkan suatu masalah
45 Bila sedang menghadapi masalah, saya dan guru BK akan berusaha menyelesaikannya bersama-sama 46 Saya memilih untuk diam meskipun saya tidak setuju
dengan apa yang disampaikan oleh guru BK
47 Saya enggan membagi cerita tentang masalah yang saya hadapi kepada guru BK
48 Saya kurang serius menanggapi pendapat dari guru BK
49 Saya beranggapan bahwa guru BK bukan tempat yang nyaman untuk menyelesaikan masalah
50 Saya dan guru BK sulit untuk menyelesaikan suatu masalah bersama-sama
51 Saya biasa menyampankan permasalahan saya kepada guru BK
(2)
NO PERNYATAAN SS S TS STS
52 Jika guru BK sedang membutuhkan sesuatu, maka saya akan menawarkan bantuan kepadanya
53 Guru BK memberikan solusi yang tepat bagi masalah yang saya hadapi
54 Saya sering memamfaatkan kegiatan layanan BK dengan guru BK
55 Saya menghargai setiap informasi baru yang diberikan guru BK
56 Saya enggan untuk mengungkapkan perasaan saya kepada guru BK
57 Saya enggan memberikan kritik dan saran kepada guru BK
58 Saya kurang serius menanggapi pendapat dari guru BK
59 Saya enggan memberikan dukungan kepada guru BK ketika ia mendapatkan masalah
60 Saya lebih mengutamakan keperluan saya daripada berbincang-bincang dengan guru BK
61 Saya tidak merahasiakan sesuatu yang berdampak pada kecurigaan oleh guru BK
(3)
NO PERNYATAAN SS S TS STS
62 Saya bersemangat saat guru BK mengajak saya untuk berdiskusi
63 Saya besedia menerima komentar-komentar dari guru BK
64 Saya jarang menyepelekan apa yang disampaikan guru BK
65 Saya enggan menjawab pertanyaan guru BK yang berkaitan dengan masalah saya
66 Saya tidak mau menanyakan hal yang tidak saya pahami kepada guru BK
67 Saya menolak untuk berdiskusi dengan guru BK 68 Saya tidak memperhatikan guru BK ketika ia sedang
berbicara
69 Saya tidak melakukan nasehat yang diberikan oleh guru BK
70 Saya enggan membantu guru BK dalam mencari informasi yang berguna dalam menyelesaikan masalah saya
71 Saya akan berterus terang dan tidak menutupi kesalahan saya kepada guru BK
(4)
menceritakan masalah yang saya hadapi
73 Saya bersedia menerima saran-saran dari guru BK 74 Saya percaya guru BK dapat membantu
permasalahan saya
75 Saya takut jika menceritakan masalah saya kepada guru BK
76 Saya tidak suka menceritakan masalah saya kepada guru BK
77 Saya meragukan setiap nasehat yang diberikan oleh guru BK
78 Bagi saya, solusi yang diberikan oleh guru BK tidak sesuai dengan harapan saya
79 Bagi saya, solusi yang diberikan kepada guru BK adalah buruk
80 Saya tidak melaksanakan nasehat yang diberikan oleh guru BK
81 Saya meragukan setiap nasehat yang diberikan oleh guru BK
82 Saya berselisih pendapat dengan guru BK dalam mendiskusikan masalah
(5)
Apabila telah selesai, tolong diperiksa kembali jawaban
Anda, jangan sampai ada yang terlewati.
(6)