40
Semarang bagian atas akan mempengaruhi kecepatan aliran air run off di waktu hujan. Kesesuaian debit dengan dimensi saluran berpengaruh terhadap luasnya
daerah genangan di Kota Semarang bagian bawah. Adanya sungai yang mengalami penyempitan dan sedimentasi serta kurangnya drainase dibandingkan
dengan lahan terbangun merupakan faktor penyebab terjadinya banjir ataupun genangan di Kota Semarang bagian bawah di musim penghujan.
Penanganan drainase Kota Semarang, terbagi atas dua karakteristik wilayah yaitu penanganan daerah atas dan penanganan daerah bawah. Penanganan
daerah atas terbagi ke dalam beberapa pelayanan DAS, yaitu DAS Babon, DAS Banjir Kanal Timur, DAS Banjir Kanal Barat, DAS SilandakSiangker, DAS
Bringin, DAS Plumbon. Sementara bagian bawah terbagi ke dalam empat sistem drainase, Sistem Drainase Semarang Timur, Sistem Drainase Semarang Tengah,
sistem Drainase Semarang Barat, dan Sistem Drainase Semarang Tugu. Permasalahan drainase yang dihadapi di Kota Semarang adalah adanya banjir
kiriman yang terjadi di wilayah Hulu Gunung Ungaran, banjir lokal dan terjadinya rob di kawasan sekitar pantai. Pembukaan lahan didaerah hulu mengakibatkan
meningkatnya debit limpasan melebihi kapasitas saluran, erosi yang tinggi menyebabkan pendangkalan saluran dan sungai, serta penurunan tanah menjadi
penyebab terjadinya rob.
3.1.3 Struktur Geologi
Struktur geologi di daerah Semarang terdiri atas tiga bagian [Bappeda Semarang dan Lemlit Undip, 2009], yaitu: struktur joint kekar, patahan fault,
41
dan lipatan. Daerah patahan tanah bersifat erosif dan mempunyai porositas tinggi, struktur lapisan batuan yang diskontinyu, heterogen, sehingga mudah bergerak
atau longsor. Daerah sekitar aliran sungai Kaligarang merupakan patahan Kaligarang yang membujur ke arah utara sampai selatan disepanjang Kali Garang
yang berbatasan dengan Bukit Gombel. Patahan ini bermula dari Ondorante ke arah utara hingga Bendan Duwur. Patahan ini merupakan patahan geser yang
memotong formasi Notopuro dan ditandai dengan adanya zona sesar, tebing terjal di Ondorante, dan pelurusan Kaligarang serta beberapa mata air di Bendan
Duwur. Daerah patahan lainnya adalah Meteseh, perumahan Bukit Kencana Jaya dengan arah patahan melintas dari utara ke selatan. Sedangkan pada wilayah Kota
Semarang yang berupa dataran rendah memiliki jenis tanah berupa struktur pelapukan, endapan, dan lanau yang dalam.
3.1.4 Pola pemanfaatan lahan
Pemanfaatan lahan berdasarkan data Kota Semarang Dalam Angka,
pemanfaatan lahan di Kota Semarang di tahun 2007 terdiri dari: • Sebaran Perumahan sebesar 33,70 ,
• Tegalan sebesar 15,77 , • Kebun campuran sebesar 13,47 ,
• Sawah sebesar 12,96 , • Penggunaan lainnya yang meliputi: Jalan, sungai dan tanah kosong sebesar
8,25 , Tambak sebesar 6,96 , Hutan sebesar 3,69 , Perusahaan 2,42 , Jasa sebesar 1,52 , Industri sebesar 1,26 .
42
Gambar 3.1 RTRW Kota Semarang Tahun 2000-2010
Sumber: Bappeda Kota Semarang, 2000
: Hutan
Keterangan :
: Campuran perdagangan-jasa, Permukiman
: Konservasi : Masjid
: Olah Raga Dan Rekreasi
: Perdagangan Dan Jasa
: Perguruan Tinggi : Permukiman
: Pertanian Lahan Basah : Pertanian Lahan Kering
: Taman : Terminal
: Waduk : Pasar
: Industri : Pemakaman
: Perkantoran
43
Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kota Semarang Tahun 2000 - 2010, telah menetapkan kawasan yang berfungsi lindung dan kawasan yang
berfungsi budidaya. Kawasan Lindung, meliputi kawasan yang melindungi kawasan di bawahnya, kawasan lindung setempat dan kawasan rawan bencana.
Kawasan lindung setempat adalah kawasan sempadan pantai, sempadan sungai, sempadan waduk, dan sempadan mata air. Kawasan lindung rawan bencana
merupakan kawasan yang mempunyai kerentanan bencana longsor dan gerakan tanah.
Prioritas pengembangan wilayah Kota Semarang terbagi dalam empat wilayah pengembangan dan masing-masing dibagi dalam beberapa bagian
wilayah kota, dan masing-masing bagian wilayah kota mempunyai skala prioritas pengembangan. Prioritas pengembangan itu meliputi: perdagangan, perkantoran,
jasa, pendidikan, olahraga, transportasi, industri, pemukiman, pertanian, dan
pengembangan Kota Baru di wilayah Kecamatan Mijen.
3.2 Aplikasi Sistem Informasi Geografik untuk identifikasi banjir rob