24
Permasalahan drainase kota dimulai dari peningkatan jumlah penduduk di perkotaan yang sangat cepat, baik akibat pertumbuhan maupun urbanisasi.
Peningkatan jumlah penduduk selalu diikuti dengan peningkatan infrastruktur perkotaan, seperti perumahan, sarana transportasi, air bersih, pendidikan, dan lain-
lain. Sektor perumahan dan penyediaan lahan untuk tempat usaha merupakan kebutuhan yang berdampak besar terhadap sistem pengaliran di perkotaan. Rasio
lahan terbangun dan lahan terbuka di perkotaan akan berdampak besar terhadap penyerapan air permukaan. Peningkatan penduduk juga selalu diikuti peningkatan
limbah, baik limbah cair maupun padat.
2.8.1 Peningkatan Debit
Permasalahan yang sering ditemui di perkotaan terkait dengan masalah drainase adalah debit air yang semakin meningkat dari tahun ke tahun, sementara
jumlah drainase cenderung tetap setiap tahunnya. Jumlah aliran permukaan dan debit puncak banjir akan sangat tergantung oleh tata guna lahan yang dilalui oleh
air hujan dari hulu ke hilir. Besar-kecilnya aliran permukaan sangat ditentukan oleh pola penggunaan lahan, yang diekspresikan dalam koefisien pengaliran C.
Koefisien pengaliran bervariasi antara 0,10 hutan datar sampai 0,95 perkerasan jalan. Konversi kawasan hutan dan vegetasi di Semarang bagian atas menjadi
pemukiman akan secara signifikan meningkatkan laju dan volume aliran air. Kapasitas drainase yang buruk akan semakin diperparah dengan pengelolaan
drainase dan persampahan yang buruk. Sedimentasi dan tumpukan sampah di bagian hilir turut berkontribusi pada meluapnya saluran di musim hujan.
25
2.8.2 Banjir pasang surut
Banjir pasang surut atau yang lebih dikenal dengan istilah rob merupakan permasalahan yang sering terjadi pada daerah yang memiliki pantai yang landai
dan elevasi permukaan tanah yang tidak jauh lebih tinggi dari pasang laut tertinggi. Di daerah pesisir, banjir dapat terjadi karena 3 tiga hal, yaitu:
1. Banjir yang terjadi karena meluapnya air sungai
2. Banjir lokal akibat hujan
3. Banjir yang disebabkan oleh pasang surut air laut
Banjir yang terjadi karena meluapnya air sungai merupakan banjir yang disebabkan kapasitas sungai yang tidak mampu lagi menampung debit air yang
ada atau dengan kata lain kapasitas tampung sungai terlampaui. Adapun banjir lokal merupakan banjir yang lebih diakibatkan oleh ketidakmampuan tanah untuk
menyerap air dan buruknya sistem drainase buatan untuk mengalirkan air ke tempat yang dikehendaki.
Banjir pasang-surut adalah banjir yang terjadi karena naiknya air laut dan menggenangi daratan ketika air laut mengalami pasang. Pasang-surut air laut
adalah faktor utama yang menyebabkan banjir ini. Namun demikian, untuk kondisi atau tempat tertentu, yaitu di daerah terbangun, banjir pasang surut ini
terjadi menyusul penurunan muka tanah yang terjadi di tempat tersebut. Banjir pasang-surut terjadi karena air laut naik ketika pasang. Kenaikan air
laut terjadi perlahan-lahan sesuai dengan gerak pasang air laut. Ketinggian air banjir sesuai dengan ketinggian air laut pasang. Selanjutnya genangan banjir ini
bergerak turun ketika air laut surut. Selain itu, waktu kedatangan dan ketinggian
26
banjir ini berubah-ubah mengikuti irama pasang-surut air laut. Demikian pula dengan luas daerah genangan atau daerah-daerah yang akan tergenang pada suatu
waktu tertentu dapat diprediksi berdasarkan prediksi ketinggian air laut pasang. Lama genangan banjir pasang-surut hanya beberapa jam sesuai dengan
waktu gerak pasang-surut air laut. Selanjutnya, kejadian banjir pasang-surut akan terus berulang sebagaimana berulangnya peristiwa pasang-surut air laut sepanjang
waktu. Area genangan banjir pasang-surut adalah daerah-daerah rawa pantai atau
dataran rendah tepi pantai. Luas daerah yang tergenang oleh banjir pasang-surut ini ditentukan oleh ketinggian air laut pada saat pasang dan akan bertambah luas
bila daerah di sekitar daerah genangan tersebut terjadi penurunan muka tanah. Selain itu perlu juga ketahui bahwa karena beban bangunan fisik, daerah-daerah
dekat pantai yang semula bukan daerah banjir dapat berubah menjadi daerah banjir karena penurunan muka tanah.
Untuk daerah-daerah yang telah terlanjur menjadi daerah genangan banjir pasang-surut tidak ada tindakan yang dapat membebaskan daerah tersebut secara
permanen dari banjir itu. Upaya pembuatan tanggul di sepanjang pantai atau meninggikan daerah genangan dengan cara menimbun hanya membebaskan
daerah genangan banjir untuk sementara, karena penurunan muka tanah akan terus berlangsung.
Menghadapi karakter persoalan yang demikian, upaya yang perlu dilakukan untuk menghindar dari bahaya banjir pasang surut ini adalah dengan
memetakan daerah-daerah pesisir yang rentan terhadap ancaman banjir dan
27
penurunan muka tanah. Dengan adanya peta daerah ancaman bahaya tersebut diharapkan penduduk atau pengambil keputusan dapat menghindari untuk
melakukan pengembangan atau pembangunan fisik di daerah rawan itu. Prinsipnya, upaya mitigasi dilakukan untuk mencegah penduduk atau pemerintah
melakukan pembangunan fisik di daerah berpotensi penurunan muka tanah. Bagi daerah terbangun yang mengalami banjir pasang-surut dan penurunan muka tanah,
hanya tersedia dua alternatif pilihan yaitu meninggalkan daerah bencana itu atau menanggung biaya perawatan bangunan selamanya.
2.8.3 Kenaikan Muka Laut Sea level Rise