II. KONDISI UMUM KOPERASI PETERNAKAN BANDUNG
SELATAN
2.1 Sejarah Koperasi Peternakan Bandung Selatan KPBS
Sejak zaman penjajahan Belanda, Pangalengan dikenal sebagai daerah peternakan sapi perah yang dikelola oleh Belanda. Perusahaan tersebut adalah
Friesche Terp, Almanak, Van Der Els, dan Bigman. Keempat perusahaan tersebut melakukan pemasaran bersama melalui Bandungsche Melk Center BMC .
Ketika berlangsung pendudukan Jepang di Indonesia, perusahaan-perusahaan tersebut hancur. Sapi-sapi yang masih hidup diselamatkan dan dipelihara oleh
penduduk sekitarnya. Pada saat itulah peternakan sapi perah dijadikan masyarakat sebagai usaha keluarga. Pemeliharaan sapi ini kemudian digunakan sebagai
pendukung usaha pertanian. Pada bulan Nopember 1949, berdirilah wadah koperasi dengan nama
Gabungan Petani, Peternak Sapi Indonesia Pangalengan GAPPSIP dengan maksud meningkatkan populasi ternak sapi perah dan meningkatkan pendapatan
peternak sapi perah. Sejak tahun 1949 sampai dengan 1962 GAPPSIP memberikan sumbangan besar dalam pengembangan usaha peternakan sapi perah
di Pangalengan. Usaha sapi perah yang pada awalnya sebagai usaha sampingan akhirnya tumbuh dan berkembang dengan cepat. Situasi politik dan ekonomi
Indonesia yang memburuk pada awal tahun 1960 berpengaruh negatif terhadap perkembangan GAPPSIP. Kondisi ini diperburuk dengan semakin menguatnya
posisi para tengkulak dalam pemasaran susu. Pada tahun 1961 GAPPSIP tidak mampu lagi menghadapi keadaan ini sehingga pada tahun 1963 menghentikan
8
segala aktivitrasnya dan selanjutnua tata niaga susu di Pangalengan diambil alih oleh para tengkulak.
Para peternak adalah pihak yang paling banyak dirugikan dengan hancurnya GAPPSIP mereka terpaksa harus menjual susunya kepada para
tengkulak dengan harga yang sangat rendah yaitu Rp. 9 per liter. Sementara itu para tengkulak menjual susu dengan harga Rp. 60 per liter kepada konsumen.
Kondisi ini berlangsung sepanjang tahun 1963-1968. Menyadari buruknya keadaan tersebut, maka disepakati untuk mendirikan
lagi wadah koperasi. Kesepakatan ini didorong oleh adanya kesadaran kepemilikan sapi perah dalam skala kecil, jauhnya ke tempat pemasaran dan sifat
susu yang mudah rusak. Bersamaan dimulainya REPELITA I pada tanggal 1 April 1969 berdirilah KPBS Pangalengan dengan pembinaan dari Pemerintah
Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung, bantuan Gubernur Jawa Barat, Dirjen Peternakan, dan UNICEF. Pada tanggal 8 Juli 1969 KPBS memperoleh Hak
Badan Hukum No.4353BHIX-18, yang kemudian pada tanggal 31 Desember 1969 diperbaharui menjadi No. 4353 ABHDK-X20. Tugas pokok yang diemban
oleh KPBS pada mulanya adalah sebagai berikut: Memulihkan iklim perkoperasian dalam bidang peternakan di Bandung Selatan, ikut serta dalam
usaha peningkatan pendapatan peternak sapi perah bersama pemerintah, berperan aktif dalam melaksanakan program pemerintah yang digariskan dalam pola
pengembangan lima tahun. Dalam perkembangannya, KPBS juga mengalami berbagai masalah dan
tantangan. Sebagai contoh tahun 1969-1979 mendapat tantangan berat yang disebabkan oleh:
9
a. Penerimaan susu oleh IPS hanya pada hari kerja, sehingga produksi susu pada hari libur tidak tertangani,
b. Penerimaan susu oleh IPS harus telah diproses pendinginan dan pasteurisasi,
c. Pemasaran susu secara langsung ke konsumen cukup sulit karena tidak terjaminnya kualitas atau karena pemalsuan oleh pengecernya,
d. Tingginya tingkat kerusakan susu di koperasi dan peternak. Untuk mengatasi situasi dan kondisi yang tidak menguntungkan tersebut,
dilakukan Rapat Anggota Tahunan RAT tahun 1976 dan 1977 dan memutuskan untuk mendirikan Milk Treatment MT. Didasari keputusan RAT tersebut KPBS
Pangalengan menjalin kemitraan dengan PT Ultra Jaya untuk mendirikan Milk Treatment pada 16 Juli1979 dengan pembayaran secara kredit selama jangka
waktu 5 tahun melalui angsuran saham anggota sebesar Rp. 25liter. Tanggal 1 Januari 1979 dimulai pembangunan Milk Treatment MT dan diresmikan pada
tanggal 16 Juli 1979 oleh Mentri Muda Urusan Koperasi Republik Indonesia. Manajemen MT untuk sementara dilakukan oleh PT Ultra Jaya. Pada November
1982 dilaksanakan penandatanganan peralihan manajemen dari PT Ultra Jaya disaksikan Mentri Koperasi dan Wakil Gubernur Propinsi Jawa Barat dan Juli
1983 angsuran dapat dilunasi. Manfaat dengan dioperasionalkan MT KPBS: a. Produksi susu dapat diserap setiap hari walaupun IPS hanya menerima
padahari kerja. b. Kerusakan susu ditingkat koperasi maupun dipeternak dapat ditekan,
c. Meningkatnya Pelayanan dan Usaha dalam bentuk investasi untuk mempercepat kesejahteraan anggota,
10
d. Tahun 1980-1983 KPBS Pangalengan dapat membantu penerimaan susu dari KUDkoperasi susu di Jawa Barat.
Selama perkembangannya sampai dengan tahun 1988, pemerintah memberikan perhatian dan bantuan kredit sapi perah dari New Zealand, Australia,
dan Amerika dengan jangka waktu 7 tahun namun dapat dilunasi selama 5 tahun. Pada tahun 1994 didatangkan sapi perah dari New Zealand secara mandiri
sebanyak 2.400 ekor dara bunting dan 1 ekor pejantan unggul untuk meningkatkan mutu genetik ternaknya. Selain itu, pada tahun 1997 KPBS
Pangalengan merintis pemasaran langsung kepada konsumen berupa susu pasteurisasi dalam kemasan cup dan kemasan bantal dengan merk KPBS
Pangalengan. Perkembangan sampai dengan saat ini dalam pelayanan dan usahanya adalah menerapkan pola agribisnis dan agroindustri dengan tahapan:
Pra-Produksi, Proses Produksi, Pemasaran Hasil Produksi dan Penunjang Usaha, serta mendapatkan pembinaan dari Unsur Perguruan Tinggi, Badan-Badan Usaha,
Mitra Usaha, Pakar, Tokoh Masyarakat, dan Koperasi. Pelayanan dan usaha yang dilakukan adalah usaha pokok produksi susu dengan pelayanan beragam.
Sejak berdirinya KPBS, masyarakat Pangalengan khususnya anggota KPBS telah melakukan uji coba pemanfaatan produk susu yang tidak terjual
dengan memprosesnya menjadi beberapa produk karamel, dodol susu, kerupuk susu dan tahu susu yang sifatnya tidak komersil. Baru kemudian pada tahun 1986
beberapa industriawan rumah tangga yang juga anggota KPBS dibina dan mendapat bimbingan dari KPBS, Dinas Peternakan Kecamatan Pangalengan
termasuk pembinaan dari Departemen Perindustrian Kabupaten Bandung untuk lebih meningkatkan mutu produk industri rumah tangga tersebut. Bantuan yang
11
dimaksud berupa penyediaan bahan baku susu dan bahan tambahan sesuai dengan permintaan industri rumah tangga, Pembinaan manajemen usaha industri rumah
tangga, membantu pemasaran produk industri rumah tangga, dan membantu promosi produk industri rumah tangga melalui pameran yang diadakan pada
tingkat kabupaten, kotamadya sampai pada tingkat nasional.
Tabel 1. Penghargaan-Penghargaan KPBS No
Tahun Penghargaan
Pemberi
1. 1976
Unit Usaha Sektor Pertanian Bidang Peternakan
Menteri Peternakan 2.
1981 Koperasi Sukses menangani
Bidang Peternakan Menteri Muda Urusan
Koperasi 3.
1981 Koperasi Terbaik I
Menteri Perdagangan dan Koperasi
4. 1982
Koperasi Teladan Nasional Menteri Perdagangan dan
Koperasi 5.
1984 KoperasiKUD Teladan
Nasional Menteri Koperasi
6. 1985
Koperasi Teladan Nasional Menteri Koperasi
7. 1988
Koperasi Mandiri Menteri Koperasi dan
Pembinaan Pengusaha Kecil 8.
1987 Tanda Kehormatan Bintang Jasa
Utama Presiden Republik
Indonesia 9.
2004 Koperasi Berprestasi Bidang
Produsen Bupati Bandung
10. 2004
Koperasi Berprestasi Bidang Produsen
Gubernur Jawa Barat 2007
Cooperative Award Tahun 2007 Menteri Koperasi dan UKM
12. 2007
Koperasi Berprestasi Menteri Koperasi dan UKM
13. 2010
BAKTI KOPERASI Ketua Umum
Menteri Koperasi dan UKM
Sumber: Dokumentasi KPBS, 2016
KPBS terus mengalami perkembangan seiring dengan jumlah peternak yang semakin banyak yaitu dengan berdirinya Milk Treatment MT Goha di
wilayah timur. MT yang terletak di Goha ini berdiri pada tahun 1998 dimaksudkan untuk mengantisipasi kerusakan susu segar dari para peternak sapi di wilayah
timur karena akibat perjalanan jauh mobil tangki yang ditempuh. Kerusakan bisa
12
disebabkan jalan rusak dan berdebu sehingga menyebabkan terkontaminasinya susu segar oleh mikroorganisme dari tangki.
2.2 Visi, Misi dan Tujuan KPBS