Sumber Daya Manusia yang ditunjuk dengan jumlah dan kompetensi Kebijakan ditetapkan dalam pedomanpetunjukSurat keputusan yang Proseduryang berupa urutan kegiatan atau rangkaian aktivitas secara

24

BAB VIII PENGENDALIAN, PENGAWASAN SERTA INDIKATOR KEBERHASILAN

Mengingat kegiatan operasional Penanggulangan Gangguan Reproduksi melibatkan banyak pihak, maka dalam pelaksanaan pengendalian mengacu pada Sistem Pengendalian Internal SPI agar pelaksanaan kegiatan tersebut dapat efektif dan efisien. Sistem Pengendalian Internal dilakukan melalui 5 unsur SPI yaitu 1. Lingkungan Pengendalian, 2. Penilaian Risiko, 3. Kegiatan Pengendalian, 4. Informasi dan Komunikasi, dan 5. Pemantauan Pengendalian Internal. Lingkungan pengendalian dalam penanganan gangguan reproduksi dipengaruhi oleh sumber daya manusia yang terlibat dalam pelaksanaan memberikan keyakinan yang memadai dan telah terbangun sistem pengendalian intern yang efektif yang melekat sepanjang kegiatan. Lingkungan pengendalian terdiri dari Organisasi, Sumber Daya Manusia,Kebijakan, dan Prosedur. a. Organisasi dapat dicerminkan dari adanya penetapan lembaga yang akan berperan, penetapan surat keputusan lembagapetugas yang terbentuk dalam tim pusat sampai dengan tim pelaksana daerah dengan peran dan tanggung jawab dan tata hubungan kerja serta uraian tugas yang jelas.

b. Sumber Daya Manusia yang ditunjuk dengan jumlah dan kompetensi

yang sesuai dengan peran dan tanggung jawab masing-masing sehingga dapat melaksanakan kegiatan dari mulai perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pengawasan dan pelaporan.

c. Kebijakan ditetapkan dalam pedomanpetunjukSurat keputusan yang

jelas sehingga dapat dipakai acuan pelaksanaan dengan prinsip rasional, tertib, efektifitas, efisiensi, produktivitas dan transparan.

d. Proseduryang berupa urutan kegiatan atau rangkaian aktivitas secara

berurutan, yang harus ada dan tertulis untuk dilaksanakan oleh petugas dengan peralatan dan waktu tertentu yang dibuat sederhana dan mudah dimengerti. Penilaian risiko merupakan kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang mengancam pencapaian tujuan dan sasaran programkegiatan penanganan gangguan reproduksi. Untuk penanganan risiko perlu penerapan manajemen pengelolaan risiko dengan cara menangani semua risiko baik dari dalam maupun luar organisasi dilakukan melalui tahapan: a. identifikasi risikopenetapan titik kritis dan menyusun daftar risiko, b. penanganan risiko, c. pemantauan dan evaluasi terhadap penanganan risiko. Identifikasi risiko penetapan titik kritis dan menyusun daftar risiko penanganan gangguan reproduksi yang perlu diperhatikan antara lain : 25 1. Pedomanpetunjuk teknis pelaksanaan yang mudah digunakan sebagai acuan. 2. Keterlambatan proses pengadaan sarana dan prasarana. 3. Sarana dan prasarana yang tidak sesuai yang diperlukan. 4. Keterlambatan sosialisasi kegiatan di tingkat provinsiKabkota Pelaksana. 5. Kurangnya data dan informasi terkait populasi yang mengalami gangguan reproduksi. 6. Ketidaktepatan diagnosa pemeriksaan status reproduksi. 7. Ketidaktepatan pemberian treatment. 8. Tidak ada Recording data atau ada data yang kurang lengkap. 9. Komitmen waktu pelayanan oleh petugas. 10. Pelaksanaan kegiatan tidak sesuai dengan jadwal palang yang telah ditetapkan dan yang telah diinformasikan. Kegiatan pengendalian merupakan tindakan yang diperlukan untuk mengatasi risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara efektif.Kegiatan pengendalian dilakukan oleh atasan langsung dalam bentuk pengendalian atasan langsung dan oleh tim pengawas kegiatan yang ditunjuk. Pengendalian dilakukan untuk mengetahui perkembangan kemajuan pelaksanaan program dan kegiatan penanganan gangguan reproduksi yang antara lain : a. Mengetahui sedini mungkin hambatan yang terjadi atau mungkin akan terjadi dalam pelaksanaan penanganan gangguan reproduksi kegiatan serta memberikan jalan pemecahannya; b. Mencegah atau mengurangi terjadinya penyimpangan-penyimpangan; c. Mengevaluasi apakah pencapaian hasil sesuai dengan yang telah ditetapkan; d. Memperoleh masukan bagi penyempurnaan program dan kegiatan penanganan gangguan reprodukis yang akan datang; e. Mengevaluasi maksud dan tujuan penanganan gangguan reproduksi; dan f. Penilaian terhadap kegiatan pengendalian dilakukan untuk mengukur tingkat efektifitas dan memberi keyakinan bahwa kegiatan pengendalian oleh instansi pemerintah telah dilakukan secara tepat dan memadai baik terhadap implementasi pengendalian internal, pencapaian tujuan, keandalan laporan keuangan dan laporan teknis kegiatan yang sesuai dengan target yang telah ditetapkan. Pimpinan Satuan KerjaPenanggungjawabKutua Tim Penanganan Gangguan Reproduksi wajib melakukan pengendalian terhadap tahapan kegiatan yang memiliki risiko dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah. Pengendalian dilaksanakan untuk memastikan bahwa kebijakan dan prosedur yang ditetapkan telah diikuti dan dipatuhi oleh seluruh personil serta dilaksanakan untuk mengantisipasi terjadinya penyimpangan terhadap potensi penyimpangan atau titik-titik kritis kegiatan hasil analisa risiko. 26 Pengendalian hanya bisa dilaksanakan apabila sudah diketahui Indikator Keberhasilan penanganan gangguan reproduksi. Indikator keberhasilan antara lain meliputi : 1 Perbaikan status kesehatan umum. 2 Peningkatan BCS atau SKT. 3 Pulihnya kembali siklus estrus normal. 4 Timbulnya gejala birahi normal. 5 Dapat dilakukan IB. 6 Menurunnya kejadian abortus dan stillbirth. 7 Kelahiran pedet normal. 8 Menurunnya kejadian patologis kebuntingan, patologis kelahiran dan patologis pasca beranak. 9 Peningkatan kinerja reproduksi, mendekati slogan satu induk-satu pedet- satu tahun. Informasi dan komunikasi, Informasi adalah data yang telah diolah yang dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka penanganan gangguan reproduksi. Sedangkan komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan menggunakan simbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik hasil penanganan gangguan reproduksi. Untuk mendapatkan informasi yang optimal perlu penerapan system informasi datahasil recording mulai data populasi target, wilayah penanganan gangguan reproduksi dan pelaporan secara menyeluruh yang dapat dikomunikasikan secara baik terhadap semua tim yang terlibat dalam organisasi penanganan gangguan reproduksi. Pemantauan merupakan proses penilaian atas mutu kinerja Sistem Pengendalian Intern dan proses yang memberikan keyakinan bahwa temuan audit dan evaluasi lainnya segera ditindaklanjuti. Unsur pemantauan dapat dibagi menjadi 3 sub unsur, yaitu : a. pemantauan berkelanjutan, Pemantauan melalui laporan berkelanjutan baik laporan mingguan setiap pelaksanaan kegiatan, bulanan, triwulan dan tahunan. b. evaluasi terpisah dilakukan reviu oleh penanggungjawab kegiatantim Pengawas, Tim Satlak PI, Inspektorat Jenderal dan BPK-RI, dan c. tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan review lainnya, merupakan peaksanaan tindaklanjut Hasil Audit BPK-RI. 27

BAB IX. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN