data inilah akan dicari harga untuk uji tarik masing-masing spesimen dan merupakan nilai yang dicapai dari uji tarik bahan tersebut.
4. Dari sinilah penelitian akan mendapatkan kesimpulan yang sebenarnya bagaimana pengaruh variasi sudut dan kadar magnesium pada pengelasan oksi-
asitilen terhadap kekuatan tarik dari Al-Mg didalam standar pengujian yang berlaku.
5. Penyusunan laporan, yang termasuk didalamnya kesimpulan dari hasil yang dicapai serta pengambilan langkah-langkah yang berhubungan terhadap hasil
kekuatan sambungan las pada material uji lebih ditekankan, sehingga pada akhirnya tujuan penelitian dapat sepenuhnya tercapai.
3.3 Variabel-variabel Pengujian
Dari metode penelitian diats maka dapt ditentukan hal-hal dasar terhadap variable-variabel pengujian berikut ini:
3.3.1 Spesimen
Spesimen yang digunakan pada penelitian adalah plat aluminium-magnesium dengan pertimbangan:
1. Aluminium-magnesium banyak digunakan di industri, seperti industry
pembuatan kapal laut. 2.
Proses pengelasan aluminium-magnesium memerlukan keterampilan khusus dalam proses lasan.
Universitas Sumatera Utara
3. Proses pembuatan aluminium-magnesium dilakukan dengan pengecoran
tradisional. Adapun jenis sambungan yang digunakan adalah jenis sambungan V-tunggal,
sambungan ini lebih kuat dari beberapa sambungan lain, dan dapat dipakai untuk menerima gaya tekan yang besar, serta lebih tahan terhadap kondisi beban statis. Pada
pelat dengan tebal 5 mm-20 mm dan perembesan penetrasi dapat dicapai 100.
3.3.2. Pembentukan spesimen
Sebelum diuji, pada masing-masing spesimen dipotong dan dibentuk dengan menggunakan mesin skrap sehingga sesuai dengan standar uji tarik lembaran yaitu
ASTM E-8M, spesimen ditunjukkan pada gambar 3.1.
Gambar 3.1 Spesimen uji tarik. Sumber : ASTM E-8M, ASTM Handbook.
Pembentukan spesimen dengan kampuh 60 dan 90
berdasarkan langkah- langkah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Spesimen dipotong menjadi 12 bagian yang ukurannya sesuai dengan
kebutuhan pengujian. 2.
Setelah di potong dilakukan pembentukan sudut kampuh, dengan sudut masing-masing 60
dan 90 , adapun jenis kampuh yang digunakan adalah
kampuh V tunggal. 3.
Dilakukan penyambungan dengan pengelasan pada sudut kampuh yang dibentuk dengan proses las oksi-asitilen.
4. Dilakukan pembersihan spesimen dari sisa pengelasan dengan menggunakan
mesin grinda. 5.
Spesimen uji tarik pada benda uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya kekuatan tarik dan pertambahan panjang yang terjadi setelah di uji tarik.
3.3.3 Kawat Las Welding Rod
Kawat las yang digunakan untuk las oksi-asitilen tersedia dengan berbagai panjang tergantung apakah wrought atau dituang. Spesifikasi kawat las adalah AWS
A5.2 dengan rincian sebagai berikut: Tabel 3.1 Spesifikasi kawat las AWS A5.2.
KLASIFIKASI AWS KUAT TARIK
MINIMUM Ksi ELONGATION MINIMUM
DALAM RG65
67 16
RG60 60
20 RG45
45 -
Sumber: Sri Widharto 2007.
Universitas Sumatera Utara
Gambar kawat las AWS A.52 ditunjukkan pada gambar 3.2.
Gambar 3.2 kawat las AWS A.52 Elektrodakawat las yang digunakan pada proses pengujian adalah elektroda
tipe AWS-A5.2 dengan spesifikasi sebagai berikut: Kawat las yang terbuat dari aluminium dan ada yang terbuat dari campuran
fosfor dan perunggu bronze yang dipakai untuk menyambung dan membentuk lapisan pada aluminium, steel dan cast iron, kuningan, dan sebagainya.
1. Standard: AWS A.5.2: AI-43, DIN 1732 : EL-AISI 5-12, Mat No.: 3.2585
2. Komposisi Bahan: Al: 94, Si: 5.0, Fe: 0.55, Mg: 0.45.
3. Sifat Bahan: Elongation: 10 , Tensile Strenght: 200 N mm
2
, 0.2 Elongation Limit: 100N mm
2
, Hardness: 50HB. 4.
Kegunaan: Kawat las yang terbuat dari aluminium yang digunakan untuk pengelasan semua aluminium jenis Al murni, Al-Cu, Al-Mn, Al-Si, Al-Mg,
Al-Mg-Si, dan Al-Zn.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Proses Pengujian 3.4.1 Pengujian Cacat Las