beberapa faktor antara lain: prosedur pengelasan, bahan, elektroda dan jenis kampuh yang digunakan.
2.1.1 Klasifikasi Cara-cara Pengelasan
Sampai pada waktu ini banyak sekali cara-cara pengklasifikasian yang digunakan dalam bidang las, ini disebabkan karena belum adanya kesepakatan dalam
hal tersebut. Secara konvesional cara-cara pengklasifikasiaan tersebut pada waktu ini dapat dibagi dalam dua golongan, yaitu klasifikasi berdasarkan cara kerja dan
klasifikasi berdasarkan energi yang digunakan. Klasifikasi pertama membagi las dalam kelompok las cair, las tekan, las patri dan lain-lainnya, sedangkan klasifikasi
yang kedua membedakan adanya kelompok-kelompok seperti las listrik, las kimia, las mekanik dan seterusnya. Bila diadakan klasifikasi yang lebih terperinci lagi, maka
kedua klasifikasi tersebut di atas akan terbaur dan akan terbentuk kelompok- kelompok yang banyak sekali.
Di antara kedua cara klasifikasi tersebut, kelihatannya klasifikasi berdasarkan cara kerja lebih banyak digunakan, berdasarkan klasifikasi ini pengelasan dapat
dibagi dalam tiga kelas utama yaitu: 1.
Pengelasan cair adalah cara pengelasan di mana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas
yang terbakar. 2.
Pengelasan tekan adalah cara pengelasan di mana sambungan dipanaskan dan kemudian ditekan hingga menjadi satu.
Universitas Sumatera Utara
3. Pematrian adalah cara pengelasan di mana sambungan diikat dan disatukan
dengan menggunakan paduan logam yang mempunyai titik cair rendah. Dalam cara ini logam induk tidak turut mencair.
Perincian lebih lanjut dari klasifikasi ini dapat dilihat pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Klasifikasi cara pengelasan Sumber: hhtp:wwwmesin-teknik.blogspot.com
2.1.2 Pengelasan Oksi-asetilen Oxyacetylin welding
Pengelasan dengan oksi-asetilen adalah proses pengelasan secara manual dengan pemanasan permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai
mencair oleh nyala gas asetilen melalui pembakaran C
2
H
2
dengan gas O
2
dengan atau tanpa pengisi logam. Dalam proses ini digunakan campuran gas oksigen dengan
asetilen. Suhu nyalanya bisa mencapai 3500 C. oksigen berasal dari proses hidrolisasi
atau pencairan udara. Oksigen disimpan dalam selinder baja pada tekanan 14 MPa. Gas asetilen C
2
H
2
dihasilkan oleh reaksi kalisum karbida dengan air dengan reaksi sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
Adapun rangkain gas oksi-asitilen ditunjukkan pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Rangkaian gas oksi-asetilen Sumber: Sri Widharto, 2007
Asitilen adalah gas hidrokarbon dengan rumus C
2
H
2
, jika bertekanan 29,4 Psi ke atas, asetilen menjadi tidak stabil, yakni hanya dnegan guncangan sedikit saja dapt
meledak walaupun tanpa tercampur oksigen atau udara. Asetilen tidak boleh digunakan dengan tekanan
15 Psi. Tangki karbit didesain sedemikian rupa sehingga hanya dapat memasok C2H2 dengan tekanan sekitar 15 Psi saja.
Asetilen didapat dengan mereaksikan kapur karbit dengan air sehingga persamaannya adalah sebagai berikut:
2CaC
2
+ 2H
2
O 2C
2
H
2
+ 2CaO. Jika gas tersebut dibeli dalam bentuk siap pakai, maka gas tersebut dipasok dalam botol khusus yang didalamnya terisi material
berpori dimana asetilen dicampur dengan aseton. Dengan kondisi seperti ini, asetilen dapat disimpan hingga 275 SCF. Dengan tekanan sebesar 250 Psi. Tekanan gas ini
harus diredusir hingga 15 Psi atau kurang dengan katup pengatur tekanan untuk
Universitas Sumatera Utara
kemudian disalurkan ke obor nyala. Selinder asitelin tidak boleh ditangani secara kasar dan tersentak mendadak, serta harus disimpan jauh-jauh dari sumber panas apa
saj. Selinder harus disimpan dalam posisi tegak untuk menghindarkan larinya aseton sewaktu gassnya digunakan. Dalam penggunaan normal, konsumsi asetilen tidak
boleh melebihi 17 kapasitas botol per jam. Pada nyala gas oksi-asetilen bisa diperoleh 4 jenis nyala api yaitu:
1. Nyala asetilen lebih nyala karburasi
Bila terlalu banyak perbandingan gas asetilen yang digunakan maka di antara kerucut dalam dan kerucut luar akan timbul kerucut nyala baru berwarna biru. Di
antara kerucut yang menyala dan selubung luar akan terdapat kerucut antara yang berwarna keputih-putihan, yang panjangnya ditentukan oleh jumlah kelebihan
asetilen. Hal ini akan menyebabkan terjadinya karburisasi pada logam cair. Nyala ini banyak digunakan dalam pengelasan logam monel, nikel, berbagai jenis baja dan
bermacam-macam bahan pengerasan permukaan non-ferous. Gambar dibawah ini merupakan gambar nyala karburasi. Nyala karburasi ditunjukan pada gambar 2.3.
Gambar 2.3 Nyala Karburasi Sumber : Sri Widharto, 2007
2. Nyala oksigen lebih nyala oksidasi
Universitas Sumatera Utara
Bila gas oksigen lebih daripada yang dibutuhkan untuk menghasilkan nyala netral maka nyala api menjadi pendek dan warna kerucut dalam berubah menjadi
ungu. Nyala ini akan menyebabkan terjadinya proses oksidasi atau dekarburisasi pada logam cair. Nyala yang bersifat oksidasi ini harus digunakan dalam pengelasan fusion
dari kuningan dan perunggu namun tidak dianjurkan untuk pengelasan lainnya. Nyala oksidasi ditunjukkan pada gambar 2.4.
Gambar 2.4 Nyala Oksidasi Sumber : Sri Widharto, 2007
3. Nyala Netral
Nyala ini terjadi bila perbandingan antara oksigen dan asetilen sekitar satu. Nyala terdiri atas kerucut dalam yang berwarna putih bersinar dan kerucut luar yang
berwarna biru bening. Oksigen yang diperlukan nyala ini berasal dari udara. Suhu maksimum setinggi 3300
C sampai 3500 C tercapai pada ujung nyala kerucut.
Nyala netral ditunjukkan pada gambar 2.5.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.5 Nyala netral Sumber : Sri Widharto, 2007
Karena sifatnya yang dapat merubah komposisi logam cair maka nyala asetilen berlebih dan nyala oksigen berlebih tidak dapat digunakan untuk mengelas
baja. Suhu Pada ujung kerucut dalam kira-kira 3000° C dan di tengah kerucut luar kira-kira 2500° C.
Pada posisi pengelasan dengan oksi asetilen arah gerak pengelasan dan posisi kemiringan pembakar dapat mempengaruhi kecepatan dan kualitas las. Dalam teknik
pengelasan dikenal beberapa cara yaitu: 1.
Pengelasan di bawah tangan Pengelasan di bawah tangan adalah proses pengelasan yang dilakukan di
bawah tangan dan benda kerja terletak di atas bidang datar. Sudut ujung pembakar brander terletak diantara 60° dan kawat pengisi filler rod dimiringkan dengan
sudut antara 30°-40° dengan benda kerja. Kedudukan ujung pembakar ke sudut sambungan dengan jarak 2
–3 mm agar terjadi panas maksimal pada sambungan. Pada sambungan sudut luar, nyala diarahkan ke tengah sambungan dan gerakannya adalah
lurus.
Universitas Sumatera Utara
2. Pengelasan mendatar horisontal
Pada posisi ini benda kerja berdiri tegak sedangkan pengelasan dilakukan dengan arah mendatar sehingga cairan las cenderung mengalir ke bawah, untuk itu
ayunan brander sebaiknya sekecil mungkin. Kedudukan brander terhadap benda kerja menyudut 70° dan miring kira-kira 10° di bawah garis mendatar, sedangkan kawat
pengisi dimiringkan pada sudut 10° di atas garis mendatar. 3.
Pengelasan tegak vertikal Pada pengelasan dengan posisi tegak, arah pengelasan berlangsung ke atas
atau ke bawah. Kawat pengisi ditempatkan antara nyala api dan tempat sambungan yang bersudut 45°-60° dan sudut brander sebesar 80°.
4. Pengelasan di atas kepala over head
Pengelasan dengan posisi ini adalah yang paling sulit dibandingkan dengan posisi lainnya dimana benda kerja berada di atas kepala dan pengelasan dilakukan
dari bawahnya. Pada pengelasan posisi ini sudut brander dimiringkan 10° dari garis vertikal sedangkan kawat pengisi berada di belakangnya bersudut 45°-60°.
5. Pengelasan dengan arah ke kiri maju
Cara pengelasan ini paling banyak digunakan dimana nyala api diarahkan ke kiri dengan membentuk sudut 60° dan kawat las 30° terhadap benda kerja sedangkan
sudut melintangnya tegak lurus terhadap arah pengelasan. Cara ini banyak digunakan karena cara pengelasannya mudah dan tidak membutuhkan posisi yang sulit saat
mengelas. 6.
Pengelasan dengan arah ke kanan mundur
Universitas Sumatera Utara
Cara pengelasan ini adalah arahnya kebalikan daripada arah pengelasan ke kiri. Pengelasan dengan cara ini diperlukan untuk pengelasan baja yang tebalnya 4,5
mm ke atas. Keuntungan dan kegunaan pengelasan oksi-asetilen sangat banyak, antara lain:
1. Peralatan relatif murah dan memerlukan pemeliharaan minimalsedikit.
2. Cara penggunaannya sangat mudah, tidak memerlukan teknik-teknik
pengelasan yang tinggi sehingga mudah untuk dipelajari. 3.
Mudah dibawa dan dapat digunakan di lapangan maupun di pabrik atau di bengkel-bengkel karena peralatannya kecil dan sederhana.
4. Dengan teknik pengelasan yang tepat hampir semua jenis logam dapat dilas
dan alat ini dapat digunakan untuk pemotongan maupun penyambungan.
2.2 Desain Sambungan Las