Keanekaragaman Hayati Buah-buahan Identifikasi Karakter Morfologi dan Agronomi

15,46 juta ton per tahun Deptan.go.id., 2012, padahal proyeksi kebutuhan buah mencapai 16,49 juta ton pada tahun 2013 dan 18,58 juta ton pada tahun 2018 Direktorat Tanaman Buah, 2010. Strategi dan kebijakan yang dibutuhkan adalah pengembangan dan penguatan pasar create demand, peningkatan keunggulan kompetitif terutama dalam hal mutu quality and safety food, harga yang kompetetif dan suplai yang berkelanjutan, pembinaan tekonologi pengolahan dan introduksi teknologi yang sesuai, serta pengembangan sarana pengolahan sesuai dengan kemampuan pelaku agribisinis buah-buahan lokal Manuwoto, 2012. Kekuatan dari produk buah-buahan adalah sifatnya yang fancy yang terkait dengan kenyataan bahwa buah dikonsumsi selain untuk memenuhi kebutuhan protein, vitamin, dan mineral yang diperlukan untuk menjaga kesehatan tubuh, juga untuk memenuhi kebutuhan rasa senang Poerwanto, 2003. Sebagai produk fancy, keanekaragaman biodiversitas buah yang tinggi dapat digunakan untuk menghasilkan produk buah tertentu, kemudian dipromosikan untuk mendorong konsumen untuk mengkonsumsinya.

2.2 Keanekaragaman Hayati Buah-buahan

Indonesia terletak di daerah tropik sehingga memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi dibandingkan dengan daerah subtropik iklim sedang dan kutub iklim kutub. Indonesia juga diakui sebagai salah satu bagian dunia yang masih menyisakan kehidupan liar sebagai gudang keanekaragaman plasma nutfah untuk memenuhi kebutuhan manusia masa kini maupun masa yang akan datang Zuhud,1994. Indonesia dalam hal keanekaragaman, menjadi unggulan dunia dan dianggap sebagai salah satu pusat keanekaragaman tanaman ekonomi dunia. Jenis-jenis kayu perdagangan, buah-buahan tropis durian, duku, salak, rambutan, pisang dan sebagainya, anggrek, bambu, rotan, kelapa dan lain-lain, sebagian besar berasal dari Indonesia. Beberapa jenis tumbuhan, seperti pisang dan kelapa telah menyebar ke seluruh dunia. Oleh karena itu, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara dengan keanekarangaman hayati terbesar di dunia megadiversity dan merupakan pusat keanekaragaman hayati dunia Mac Kinnon, 1992.

2.3 Identifikasi Karakter Morfologi dan Agronomi

Menurut Tjitrosoepomo 1993, identifikasi berarti mengungkapkan atau mendapatkan identitas atau jati diri suatu tumbuhan, dan dalam hal bertujuan menentukan namanya yang benar dan tempatnya yang tepat dalam system klasifikasi. Sementara itu Dasuki 1992 menegaskan bahwa, identifikasi atau determinasi tumbuhan adalah pemberian atau penentuan nama ilmiah atau takson terhadap spesimen tumbuhan yang belum diketahui nama ilmiahnya atau taksonnya. Identifikasi dapat dilakukan sebagai berikut: 1. Menyamakan dengan gambar-gambar pada buku atau majalah. 2. Menggunakan kunci determinasi yang terdapat pada buku-buku. 3. Menyamakan dengan tumbuhan hidup yang telah diketahui namanya di Kebun Raya atau Kebun Botani. Kunci identifikasi adalah suatu cara atau alat bantuan secara analitik atau susunan kalimat dimana pilihan dapat dilakukan antara dua keadaan yang berlawanan yang nantinya menghasilkan penerimaan salah satu pilihan dan penolakan lainnya. Identifikasi karakter morfologi disusun dengan melakukan pengamatan terhadap karakter pohon bentuk tanaman, percabangan, lebar kanopi, tinggi tanaman, tinggi batang, karakter daun tipe daun, bentuk daun, pajang tangkai daun, panjang dan lebar helaian daun, warna daun, karakter bunga tempat tumbuh bunga, tipe bunga, susunan bunga, warna bunga, warna bagian- bagian bunga, panjang tangkai batang, waktu berbunga, lama musim berbunga, karakter buah kedudukan buah, bentuk buah, warna kulit buah, warna daging buah, musim berbuah, umur buah panen waktu dari sejak bungan mekar sampai buah masak, dan karakter biji ada tidaknya biji, berat biji, warna biji, panjang dan lebar biji. Identifikasi karakter agronomi disusun dengan melakukan pengamatan terhadap jumlah bunga per pohon, presentase buah jadi, jumlah buah per pohon, presentase buah gugur, hasil per pohon dan berat per buah.

2.4 Potensi Pengembangan Buah-buahan