arbiter itu sendiri, asas limitatif artinya adanya pembatasan dalam penyelesaian
perselisihan melalui arbirase, yaiu terbatas pada perselisihan-perselisihan di bidang
perdagangan dan hak-hak yang dikuasai sepenuhnya oleh para pihak, dan asas final and binding yaitu suatu putusan arbitrase bersifat puutusan akhir dan mengikat yang
tidak dapat dilanjutkan dengan upaya hukum lain, seperi banding atau kasasi. Asas ini pada prinsipnya sudah disepakati oleh para pihak dalam klausa atau perjanjian
arbitrase. Oleh karena itu didasarkan pada asas-asas tersebut, maka dapat disimpulkan
bahwa tujuan arbitrase itu sendiri adalah untuk menyelesaikan perselisihan dalam bidang perdagangan dan hak dikuasai sepenuhnya oleh para pihak, dengan
mengeluarkan suatu putusan yang cepat dan adil, tanpa adanya formalitas atau prosedur yang berbelit-belit yang dapat yang menghambat penyelisihan perselisihan.
3. Negosiasi
Mekanisme penyelesaian sengketa bisnis non litigasi yang bersifat non ajudikasi adalah melalui proses Negosiasi, Mediasi, Konsiliasi, Konsultasi dan
Penilaian ahli. Akan tetapi yang umum dilakukan adalah penyelesaian melalui negosiasi dan mediasi sebagai mekanisme penyelesaian sengketa alternatif, yang akan
dibahas lebih lanjut dalam tulisan ini. Negosiasi merupakan suatu upaya seseorang untuk mengubah sikap dan
perilaku orang lain, atau merupakan proses untuk mencapai kesepakatan yang menyangkut kepentingan timbal balik dari pihak-pihak tertentu dengan sikap, sudut
pandang, dan kepentingan-kepentingan yang berbeda satu dengan yang lain. Dengan kata lain proses negosiasi adalah suatu bentuk pertemuan antara dua pihak yang
bersengketa dimana kedua belah pihak bersama-sama berunding mencari hasil atau penyelesaian sengketa yang baik dan dapat diterima, demi kepentingan kedua pihak.
Dalam proses negosiasi, para pihak yang bersengketa langsung berhadapan untuk berunding tanpa melibatkan pihak lain dalam mencari jalan keluar guna
menyelesaikan sengketa diantara mereka. Namun demikian negosiasi dapat saja dilakukan oleh wakil ataun kuasa hukum sebagai pihak, akan tetapi akan lebih efektif
bila dilakukan langsung oleh para pihak yang bersengketa, karena berkompeten untuk
memberikan pertimbangan dan mengambil keputusan dalam menyelesaikan sengketa secara musyawarahdamai.
Dalam negosiasi
tak tertutup
kemungkinan masing-masing
pihak memiliki hiden agenda, yaitu gagasan tersembunyi atau niat terselubung yang tak
diungkapkan tak
eksplisit tetapi
justru hakikatnya
merupakan hal
yang sesungguhnya ingin dicapai oleh pihak yang bersangkutan. Jika proses negosiasi
terhambat karena
adanya hiden agenda
dari salah
satu atau
kedua pihak,
maka lobbying dapat dipilih untuk menggali hiden agenda yang ada sehingga negosiasi dapat berjalan lagi dengan gagasan yang lebih terbuka.
4. Mediasi
Mekanisme penyelesaian sengketa bisnis lainnya adalah melalui Mediasi, yaitu proses penyelesaian sengketa melalui proses perundingan atau mufakat para
pihak dengan dibantu oleh mediator yang tidak memiliki kewenangan memutus atau
memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri utama proses mediasi adalah perundingan yang esensinya sama dengan proses musyawarah atau konsensus. Sesuai dengan
hakikat perundingan atau musyawarah atau konsensus, maka tidak boleh ada paksaan untuk menerima atau menolak sesuatu gagasan atau penyelesaian selama proses
mediasi berlangsung. Segala sesuatunya harus memperoleh persetujuan dari para pihak.
Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa
menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Ciri-ciri penting dari mediator adalah : netral, membantu para pihak dan tidak memutus atau
memaksakan sebuah penyelesaian. Jadi, peran mediator hanyalah membantu para pihak dengan cara tidak memutus atau memaksakan pandangan atau penilaiannya atas
masalah-masalah selama proses mediasi berlangsung kepada para pihak. Sejatinya proses mediasi dilakukan di luar pengadilan karena merupakan salah
satu mekanisme penyelesaian sengketa non litigasi. Akan tetapi melalui Peraturan Mahkamah Agung No. 1 Tahun 2008 Tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan,
ditetapkan bahwa semua sengketa perdata yang diajukan ke pengadilan, kecuali
undang-undang menentukan lain, harus melalui proses mediasi di pengadilan mediation in court yang dibantu oleh mediator, baik mediator hakim atau mediator
professional bersertifikat yang terdaftar di pengadilan.
Prosedur mediasi di pengadilan adalah: a. Setelah perkara dinomori, dan telah ditunjuk majelis hakim oleh ketua, kemudian
majelis hakim membuat penetapan untuk mediator supaya dilaksanakan mediasi. b. Setelah pihak-pihak hadir, majelis menyerahkan penetapan mediasi kepada
mediator berikut pihak-pihak yang berperkara tersebut. c. Selanjutnya mediator menyarankan kepada pihak-pihak yang berperkara supaya
perkara ini diakhiri dengan jalan damai dengan berusaha mengurangi kerugian masing-masing pihak yang berperkara.
d. Mediator bertugas selama 21 hari kalender, berhasil perdamaian atau tidak pada hari ke 22 harus menyerahkan kembali kepada majelis yang memberikan
penetapan. e. Jika terdapat perdamaian, penetapan perdamaian tetap dibuat oleh majelis.
Tugas seorang mediator adalah:
a.
Wajib mendorong mempersiapkan usulan jadual pertemuan mediasi kepada para pihak untuk wajib dibahas dan disepakati;
b.
Wajib mendorong para pihak untuk secara langsung berperan dalam proses mediasi;
c.
Apabila dianggap perlu mediator dapat melakukan pertemuan terpisah caucus selama proses mediasi berlangsung;
d.
Mediator wajib mendorong para pihak untuk menelusuri dan menggali kepentingan mereka dan mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi
para pihak.
C. Penyelesaian Sengketa Bisnis yang Efisien dan Efektif