Latar Belakang Prespektif Small Claim Court Dalam Penyelesaian Sengketa Bisnis Di Indonesia.

A. Latar Belakang

Sudah merupakan kodratnya bahwa manusia sejak dilahirkan sampai meninggal dunia hidup bersama manusia lainnya dalam suatu pergaulan hidup masyarakat. Hal ini disebabkan karena manusia cenderung ingin selalu hidup bersama dengan manusia lainnya. Kenyataan ini oleh Aristoteles disebut dengan Zoon Politicon yang artinya bahwa manusia adalah mahluk sosial dan politik, sementara P.J. Bouman menyatakan bahwa De mens wordt eerst mens door samenleving met anderen, yang artinya manusia itu baru menjadi manusia karena hidup bersama dengan manusia lainnya. 1 Sebagai mahluk sosial, manusia dalam kehidupannya memerlukan interaksi sosial satu sama lain, maka berbagai kepentingan akan saling bertemu. Kepentingan manusia yang satu dengan manusia lainnya berbeda, kepentingan yang berbeda seringkali menimbulkan konflik kepentingan. Konflik yang tidak dapat diselesaikan akan berkembang menjadi sengketa yang harus diselesaikan melalui mekanisme penyelesaian sengketa. Secara umum dikenal dua macam makanisme penyelesaian sengketa, yaitu secara konvensional sengketa diselesaikan melalui pengadilan proses litigasi, dan sebagai mekanisme alternatif dikenal proses penyelesaian sengketa di luar pengadilan melalui cara damai atau perundingan yang disebut juga sebagai mekanisme penyelesaian sengketa alternatif non litigasi. Ke dua macam mekanisme penyelesaian sengketa tersebut memiliki karakteristik yang berbeda dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Mekanisme penyelesaian sengketa di luar pengadilan merupakan penyelesaian sengketa secara damai. Pada asasnya penyelesaian sengketa perdata dilakukan secara damai, hal ini disebabkan timbul atau tidaknya sengketa sepenuhnya tergantung pada para pihak yang bersengketa, apakah mereka akan melanjutkan berperkara atau berdamai. Oleh karena itu sekalipun sengketa tersebut sudah diajukan ke pengadilan untuk diselesaikan secara litigasi, namun upaya penyelesaian secara damai masih tetap harus diupayakan sebagaimana yang diamanatkan oleh Pasal 130 HIR yang menyatakan bahwa: “…..hakim ketua sidang dalam persidangan harus mencoba mendamaikan para pihak yang berperkara di pengadilan….” 1 Sudiman Kartohadipradjo, Pengantar Tata Hukum di Indonesia, Jilid 1, FH UI Jakarta, 1956, hlm. 20 Mekanisme penyelesaian sengketa melalui pengadilan didasarkan pada hukum acara sebagai hukum formil, untuk sengketa perdata menggunakan Hukum Acara Perdata dan untuk perkara pidana menggunakan Hukum Acara Pidana. Mengingat sengketa bisnis termasuk ke dalam ranah sengketa perdata, maka yang akan dibahas dalam hal ini adalah mekanisme penyelesaian sengketa perdata yang dalam proses litigasi menggunakan hukum acara perdata. Hukum acara perdata adalah “Sekumpulan peraturan yang mengatur cara bagaimana seorang atau lebih terhadap orang lain, badan hukum atau negara, demikian juga sebaliknya, mempertahankan hak dan kepentingannya melalui suatu badan yang disebut badan peradilan, sehingga tercapai tertib hukum”. 2 Secara sederhana sengketa bisnis dapat diartikan sebagai sengketa yang timbul dalam dunia bisnis, yang dapat terjadi karena adanya pelanggaran kesepakatan perjanjiankontrak wanprestasi atau adanya perbuatan melanggar hukum. Mengamati kegiatan bisnis yang jumlah transaksinya ratusan setiap hari, tidak mungkin dihindari terjadinya sengketa dispute difference antar pihak yang terlibat. Setiap jenis sengketa yang terjadi selalu menuntut pemecahan dan penyelesaian yang cepat. Makin banyak dan luas kegiatan perdagangan, frekuensi terjadi sengketa makin tinggi, hal ini berarti sangat mungkin makin banyak sengketa yang harus diselesaikan. Membiarkan sengketa dagang atau sengketa bisnis terlambat diselesaikan akan mengakibatkan perkembangan pembangunan tidak efesien, produktifitas menurun, dunia bisnis mengalami kemandulan dan biaya produksi meningkat. Oleh karena itu mekanisme penyelesaian sengketa bisnis yang dirasakan paling menguntungkan bagi kepentingan kedua belah pihak yang bersengketa sangatlah diperlukan. Tulisan ini akan membahas tentang bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa bisnis yang dianggap efisien dan efektif.

B. Penyelesaian Sengketa Bisnis