merupakan mekanisme penyelesaian sengketa diluar pengadilan dan tidak menggunakan pendekatan hukum formal. Sedangkan dari sudut pandang pembuat keputusan dapat
dilakukan secara ajudikatif yaitu mekanisme penyelesaian yang ditandai dengan
kewenangan pengambilan keputusan pengambilan dilakukan oleh pihak ketiga dalam sengketa diantara para pihak, secara konsensualkompromi, melalui quasi adjudikatif
yaitu merupakan kombinasi antara unsur konsensual dan adjudikatif.
1. Penyelesaian Sengketa Secara Litigasi
Secara konvensional penyelesaian sengketa perdata bisnis dilakukan melalui proses ke pengadilan dengan memngajukan gugatan oleh pihak yang merasa
dirugikan terhadap pihak lain yang dianggap telah menimbulkan kerugian dimaksud. Sengketa bisnis pada prinsipnya merupakan sengketa perdata biasa yang dapat
didasarkan pada adanya wanprestasi atau perbuatan melawan hukum, karenanya penyelesaiannya menjadi kewenangan Pengadilan Negeri dengan berdasarkan pada
ketentuan tentang hukum acara perdata yang sumber hukum utamanya adalah HIR het Herziene Indische Reglement dan RBg Reglement Buitengeweisten.
Pengadilan Negeri mempunyai kewenangan untuk mengadili sengketa bisnis dalam pengadilan tingkat pertama dengan mekanisme penyelesaian yang mempunyai
karakteristik sebagai berikut: prosesnya sangat formal, keputusan dibuat oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh negara hakim, para pihak tidak terlibat dalam pembuatan
keputusan, sifat keputusan memaksa dan mengikat coercive and binding, orientasi ke pada fakta hukum mencari pihak yang bersalah, dan persidangannya bersifat
terbuka. Apabila ada pihak yang tidak puas atas putusan hakim pada tingkat pertama Pengadilan Negeri maka dapat mengajukan upaya hukum banding ke Pengadilan
Tinggi, demikian pula bila merasa tidak puas atas putusan hakim tingkat banding maka dapat mengajukan upaya hukum kasasi ke Mahkamah Agung sebagai lembaga
peradilan tertinggi pemegang kekuasaan kehakiman di samping Mahkamah Konstitusi.
Secara kelembagaan sistem peradilan kita memiliki Pengadilan Niaga yang sesungguhnya merupakan alih bahasa dari Comercial Court yaitu pengadilan khusus
yang sejatinya memiliki kewenangan mengadili sengketa-sengketa komersial atau
dengan kata lain sengketa bisnis. Akan tetapi berdasarkan regulasi yang ada, Pengadilan Niaga adalah pengadilan khusus yang berada di lingkungan peradilan
umum yang mempunyai kompetensi untuk memeriksa dan memutuskan Permohonan Pernyataan Pailit dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang PKPU dan
sengketa HAKI. Mekanisme beracara melalui Pengadilan Niaga mempunyai karakteristik sebagai berikut: prosesnya sangat formal, keputusan dibuat oleh pihak
ketiga yang ditunjuk oleh negara hakim, para pihak tidak terlibat dalam pembuatan keputusan, sifat keputusan memaksa dan mengikat coercive and binding, orientasi
pada fakta hukum mencari pihak yang salah, proses persidangan bersifat terbuka, dan waktunya singkat.
2. Arbitrase