setelah pemanasan bobot b. Selisih bobot a dan bobot b merupakan kadar air yang diselidiki.
5. Pembuatan infusa daun sirih merah
Infusa daun sirih merah dibuat dengan menimbang 20 g serbuk kering daun sirih merah dengan menambahkan 100 ml aquadest. Campuran ini
dipanaskan selama 15 menit dengan suhu 90
o
C pada heater. Waktu 15 menit dihitung ketika suhu campuran telah mencapai 90
o
C. Air yang diperoleh kemudian disaring menggunakan kain flanel dan apabila belum mencapai volume
100 ml maka dapat ditambahkan air panas melalui ampas rebusan hingga volume yang diinginkan tercapai. Konsentrasi infusa yang didapat adalah 20.
6. Penetapan dosis infusa daun sirih merah
Penetapan dosis didasarkan pada pemakaian daun sirih merah di masyarakat yaitu sebanyak 7-8 helai daun sirih merah 23 g. Sehingga dosis
terapi infusa daun sirih merah adalah 23 g70KgBB. Konversi manusia 70 kg ke
tikus 200 g = 0,018 Laurence and Bacharach, 1964.
Dosis untuk 200 g tikus = 0,018 x 23g
= 0,414g200g BB = 2,07x10
-3
gg BB = 2,07 gKg BB
Dalam penelitian ini dibuat 3 peringkat dosis, dengan cara menggunakan kelipatannya. Angka kelipatan yang digunakan sebesar satu setengah kalinya,
sehingga diperoleh tiga peringkat dosis yaitu 1,38 ; 2,07 ; 3,105 gkgBB.
7. Penetapan dosis aquadest sebagai kontrol negatif
Untuk penentuan dosis aquadest digunakan dosis tertinggi untuk mengetahui jumlah volume maksimum yang diberikan kepada hewan uji. Dosis
tertinggi 3,105 gkgBB, berdasarkan rumus didapatkan volume maksimum yaitu : D x BB = C x V
3,105gKg BB x 200g = 20 x V V = 3,105 ml200g BB
Maka dosis aquadest adalah : V = 0,015525 mlg BB
V = 0,015525 gg BB karena 1ml aquadest sama dengan 1g V = 15,525 gKgBB
8. Penyiapan hewan uji
Hewan uji yang digunakan terdiri dari tikus jantan dan betina, galur Wistar
, umur 2-3 bulan, berat badan 100-200 g, berjumlah 40 ekor 20 jantan dan 20 betina disiapkan dan ditempatkan dalam metabolic cage. Pada setiap
metabolic cage berisi satu tikus. Tiga hari sebelum dilakukan perlakuan hewan uji
diadaptasikan pada metabolic cage.
9. Pengelompokan hewan uji
Pada penelitian ini digunakan empat puluh ekor tikus, dibagi menjadi empat kelompok secara acak, yaitu satu kelompok kontrol dan tiga kelompok
perlakuan, masing-masing kelompok uji terdiri dari sepuluh ekor tikus lima jantan dan lima betina. Kelompok I, yaitu kelompok kontrol negatif diberi
aquadest 15,525 gKgBB. Kelompok II sampai IV diberi perlakuan infusa daun
sirih merah dengan peringkat dosis berturut-turut, yaitu 1,38 ; 2,07 ; 3,105 gkgBB tikus.
10. Prosedur pelaksanaan toksisitas subkronis
Sediaan uji berupa infusa daun sirih merah diberikan pada hewan uji sesuai dosis pemberian dengan kekerapan pemberian satu kali sehari selama 28
hari pada tikus jantan dan betina dengan tetap diberi makan dan minum. Pada awal masa uji yaitu pada hari pertama, darah semua tikus diambil melalui sinus
orbitalis mata. Pengambilan darah dilakukan dengan menusukkan pipa kapiler
langsung ke sinus orbitalis mata. Sampel darah yang diambil kemudian ditampung pada eppendorf yang telah diberi kode kemudian dikirim ke Parahita Medical Lab
untuk dilakukan pengukuran kadar kreatinin darah tikus. Pemberian infusa daun sirih merah dilakukan selama 28 hari pada setiap kelompok perlakuan sesuai
dengan peringkat dosis. Pada hari ke-29 darah semua tikus diambil melalui vena orbitalis mata ditampung pada eppendorf untuk diambil serum darah kemudian
dilakukan kembali pengukuran kadar kreatinin tikus. Pada hari ke-29 juga dilakukan pembedahan setengah dari hewan uji baik jantan maupun betina untuk
dilakukan pemeriksaan histopatologi ginjal. Kemudian pada hari ke-42 14 hari setelah hari ke-28 pembedahan hewan uji yang tersisa untuk melihat
reversibilitas wujud toksik ginjal.
11. Pemeriksaan histopatologis
Untuk pemeriksaan histopatologis, sebelumnya tikus dikorbankan dengan cara diskolasi leher yaitu cara mematikan hewan uji dengan cara menarik leher
dan ekor secara bersamaan sehingga tulang leher patah. Kemudian dilakukan