Peranan united nation children's fund (UNICEF) dalam menangani child soldier di Sierra Leone Bandung.

(1)

ix

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

DAFTAR BAGAN& SKEMA ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3 Pembatasan Masalah ... 11

1.4 Perumusan Masalah ... 12

1.5 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 13

1.6 Kegunaan Penelitian ... 13

1.7 Kerangka Pemikiran ... 13


(2)

x

1.7.2 Hipotesis …………... 30

1.7.3 Definisi operasional ………. 30

1.8 Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 31

1.8.1 Metode Penelitian ... 32

1.8.2 Teknik Pengumpulan Data ... 33

1.9 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

1.9.1 Lokasi Penelitian ... 33

1.9.2 Waktu Penelitian ... 34

1.10 Sistematika Pembahasan ... 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan Internasional ……… 37

2.2 Konflik ……… 43

2.3 Paradigma Pluralis (Pluralism) ……….. 44

2.4 Kerjasama Internasional ……….. 46

2.5 Organisasi Internasional ……… 47

2.5.1 Konsep Peranan dalam Organisasi Internasional ……… 53

2.6 Konsep Tentara Anak (Child Soldier) ……… 56

2.7 Perlindungan terhadap Anak dalam Hukum Internasional ……….. 57

2.7.1 Konvensi Internasional Hak Anak ………... 59


(3)

xi BAB III OBJEK PENELITIAN

3.1 Gambaran umum UNICEF ……… 67

3.1.1 Latar Belakang Pembentukan UNICEF ………. 67

3.1.2 Struktur Organisasi UNICEF ………. 69

3.1.3 Keanggotaan UNICEF ……….. 79

3.1.4 Fungsi UNICEF ………. 79

3.1.5 Tugas UNICEF ……….. 80

3.1.6 Tujuan UNICEF ……… 84

3.1.7 Strategi UNICEF ……… 85

3.1.8 Organisasi Kantor Lapangan UNICEF ……….... 86

3.1.8.1 Kantor Regional (Regional Office) ……… 87

3.1.8.2 Kantor Negara (Country Office) ……….. 87

3.1.9 Aktivitas Dasar, Kebijakan, Pelaksanaan program UNICEF……… 88

3.1.9.1 Aktivitas Dasar UNICEF……….. 88

3.1.10 Kebijakan UNICEF ..………. 89

3.1.10.1 Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak ………..…….… 89

3.1.10.2 World Declaration on the Survival, Protection, Participation and Development ……….. 92


(4)

xii

3.1.12 Sistem Pendanaan UNICEF ………...……… 96

3.2 Child Soldier di Sierra Leone ……….. 98

3.3.1 Proses Perekrutan anak-anak menjadi Child Soldier ………... 98

3.2.2 Keberadaan Child Soldier di Sierra leone ……… 99

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Sejarah Masuknya UNICEF dalam Menangani Child Soldier di Sierra Leone ………. 102

4.2 Program UNICEF dalam Menangani Child Soilder di Sierra Leone ……… 104

4.2.1 Disarmament, Demobilization, Reintegration (DDR) …………... 106

4.2.1.1 Apa yang bisa DDR lakukan dan apa yang tidak bisa dilakukan ……..………. 107

4.2.1.2 Pengkondisian sebelum proses DDR ……… 110

4.2.1.3 Dissarmanent……… 112

4.1.2.4 Demobilization………. 114

4.1.2.4 Reintegration ………..……… 117

4.2.2 Pusat Rehabilitasi Interim Care Center’s(ICC’s)………... 120

4.3 Kendala yang Dihadapi oleh UNICEF dalam Menangani Child Soldier di Siera Leone ……….. 122

4.4 Upaya UNICEF Menangani Kendala-kendala dalam Menjalankan Program Child Protection di Sierra Leone ……….. 127


(5)

xiii

4.5 Analisis keberhasilan UNICEF dalam membantu menangani

Child soilder di Sierra Leone ……….. 134

4.5.1 Keberhasilan Program DDR UNICEF di Sierra Leone ………. 134

4.5.1.1 Keberhasilan Program Dissarmament………. 136

4.5.1.2 Keberhasilan Program Demobilization………... 139

4.5.1.3 Keberhasilan Program Reintegration……….. 140

4.5.2 Keberhasilan Program Interim Care Centre’s………... 144

4.6 Prospek dari UNICEF dalam menangani Child soldiers di Sierra Leone ………. 145

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ……… 148

5.2 Saran ……….. 150

DAFTAR PUSTAKA ……….… xiii LAMPIRAN


(6)

xiv

DAFTAR BAGAN& SKEMA

Bagan 3.1 Organization of UNICEF Headquarter………… 78

Bagan 4.1 Skema Peranan UNICEF dalam Menangani Child Soldier

di Sierra Leone ……….... 133


(7)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Jumlah anak-anak yang berhasil melalui fase Dissarmament pada

tahun 1999-2001 ……….... 137

Tabel 4.2Weapons and Amunnition Collected Since 1999-2001 ………... 138

Tabel 4.3 Jumlah anak yang berhasil di Demobilization 1999-2002 ……… 140

Tabel 4.4 Jumlah anak-anak yang berhasil melalui fase Reintegration

tahun 1999-2004 ……… 141

Tabel 4.5 Jumlah anak-anak yang mendapatkan sekolah formal pada

tahun 1999-2004 ……… 143

Tabel 4.6 Jumlah anak-anak yang berhasil di Rehabilitation


(8)

Skema 4.1

Skema Peranan UNICEF dalam Menangani Child Soldier di Sierra Leone

Penanganan Child Soldier di Sierra Leone melalui Disarmament, Demobilization, Reintegration (DDR) dan

Interim Care Centre’s (ICC’s)

Disarmament (Pelucutan Senjata) UNAMSIL sebagai eksekutor

Sekitar 50.000 tentara yang ikut dalam konflik bersenjata di Sierra Leone anak yang direkrut menjadi Child Soldier di Sierra Leone dan 7000 diantaranya adalalah anak-anak

DDR dilakukan UNICEF yang bekerjasama dengan UNAMSIL melalui Joint Operasional Centre

Demobilization

Rehabilitation

Dalam proses ini dilakukan oleh UNICEF tanpa UNAMSIL

Dilakukan pengobatan dan terhadap anak-anak yang mengalami trauma semasa perang

Reintegration Proses Pengembalian kembali anak-anak ke masyarakat sipil

Anak-anak diberikan pendidikan formal dan dicarikan mata pencaharian

Jumlah anak yang berhasil melalui fase Disarmament adalah 6.845 anak

Jumlah senjata yang berhasil dilucuti: - Weapons: 4.976 unit

- Ammunitions: 299.188 - Other Equipment: 3.178 UNICEF melakukan pendataan terhadap anak-anak yang telah dilucuti senjatanya

Penempatan anak-anak di kamp-kamp sementara oleh UNICEF

Pencarian akses orangtua dan keluarga

Pendataan anak-anak yang masih memiliki orangtua

Jumlah anak-anak yang berhasil melalui fase Demobilization sebanyak 6.845 anak

Jumlah anak-anak yang berhasil melalui perawatan di ICC’s sebanyak 6.774 anak

Anak-anak yang berhasil medapatkan sekolah formal sebanyak 82% dari 5.365 dan 12% dari anak-anak tersebut diberikan mata pencaharian


(9)

37

DalamBab II ini, penulismemaparkan teori-teori dan konsep-konsep yang

relevan dengan penelitian berdasarkan keterkaitan terhadap variabel dependen

maupun variabel independen. Tinjauan pustaka yang disusun bersifat deduktif

yaitu penyusunan teori maupun konsep-konsep yang bersifat umum dilanjutkan

pada konsep-konsep yang bersifat khusus.

2.1 Hubungan Internasional

Pada dasarnya hubungan internasional merupakan interaksi antar actor

dengan aktor lainnya. Secara umum pengertian hubungan internasional adalah

hubungan yang dilakukan negara. Menurut Coulombis dan Wolfe mendefinisikan

negara sebagai salah satu unit politik yang memiliki teritori, populasi, dan

pemerintahan yang menjalankan kontrol efektif atas teritori dan habitatnya baik

homogenitas maupun heterogenitas etnis di dalamnya. (Coloumbis, 1990:66)

Dalam sistem internasional berlangsung interaksi antar aktor sehingga terjadi

transaksi, pertukaran, arus info, aksi dan reaksi. Interaksi yang timbul di dalam

hubungan internasional akan menimbulkan adanya kerja sama internasional yang

dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu, dengan memberikan keuntungan

bagi semua pihak yang terlibat di dalam kerja sama ini, interaksi menurut George

Simmei adalah aksi yang beralasan dan dapat berbentuk kerja sama,


(10)

Dewasa ini Hubungan Internasional merupakan disiplin atau cabang ilmu

pengetahuan yang sedang tumbuh. Kalau kita mengatakan sesuatu yang sedang

tumbuh, maka ini menunjukkan suatu hal yang ada dalam proses. Proses ini pula

mengandung arti sedang berkembang dan sekaligus menunjukkan bahwa bentuk

finalnya belum tercapai.

Sebagai konsep, Hubungan Internasional sering didefinisikan sebagai

aktivitas manusia dimana individu dan kelompok dari satu negara berinteraksi

secara resmi ataupun tidak resmi dengan individu atau kelompok dari negara lain.

Hubungan Internasional tidak hanya melibatkan kontak fisik secara langsung,

tetapi juga transaksi ekonomi, penggunaan kekuatan militer dan diplomasi, baik

secara publik maupun pribadi. Studi Hubungan Internasional ditunjukkan oleh

aktivitas-aktivitas yang beragam, seperti perang, bantuan kemanusiaan,

perdagangan dan investasi internasional, pariwisata bahkan olimpiade (Lopez dan

Stohl, 1989:3).

Pada tahun 1920-an sampai 1930-an, studi Hubungan Internasional berjalan

menurut tiga jalur, yaitu:

1. Hubungan Internasional dipelajari melalui penelaahan kejadian-kejadian

yang sedang jadi berita utama dan dari bahan itu dicoba dibuat semacam

pola umum kejadian.

2. Hubungan Internasional dipelajari melalui studi tentang Organisasi

Internasional.

3. Hubungan Internasional adalah model analisa yang menekankan Ekonomi


(11)

Pada tahun 1960-an dan 1970-an, perkembangan studi Hubungan

Internasional makin kompleks dengan masuknya aktor IGO dan INGO serta

makin kuatnya peran negara-negara di luar Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam

kancah Hubungan Internasional.

Pada tahun 1980-an, pola Hubungan Internasional masih bersifat state

centric (dalam arti masih bipolar), tetapi muncul kekuatan-kekuatan sub groups

yang mengemuka. Studi Hubungan Internasional adalah interaksi yang terjadi

antara negara-negara yang berdaulat di dunia, juga merupakan studi tentang aktor

bukan negara yang perilakunya mempunyai pengaruh terhadap kehidupan bangsa.

Hubungan Internasional mengacu pada segala aspek bentuk interaksi.

Kemudian pada tahun 1990-an, runtuhnya Uni Soviet sebagai negara

komunis utama telah memunculkan corak perkembangan ilmu Hubungan

Internasional yang khas. Berakhirnya Perang Dingin telah mengakhiri semangat

sistem internasional bipolar dan berubah pada multipolar atau secara khusus telah

mengalihkan persaingan yang bernuansa militer ke arah persaingan atau konflik

kepentingan ekonomi di antara negara-negara di dunia ini (Perwita dan Yani,

2005:2-5).

Pasca Perang Dingin yang di tandai dengan berakhirnya persaingan ideologi

antara Amerika Serikat dan Uni Soviet telah mempengaruhi isu-isu Hubungan

Internasional yang sebelumnya lebih fokus pada isu-isu high politics (isu politik

dan keamanan) kepada isu-isu low politics (misalnya HAM, ekonomi, lingkungan

hidup, terorisme) yang dianggap sudah sama penting dengan isu high politics


(12)

Pada awal perkembangannnya, ada pendapat yang mengatakan bahwa ilmu

Hubungan Internasional adalah:

“Bagian dari sosiologi yang khusus mempelajari masyarakat

internasional (sociology of international relations). Jadi, ilmu Hubungan Internasional dalam arti umum tidak hanya mencakup unsur politik saja, tetapi juga mencakup unsur-unsur ekonomi, sosial, budaya, hankam, perpindahan penduduk (imigrasi dan emigrasi), pariwisata, olimpiade (olahraga) atau pertukaran budaya (cultural exchange)” (Shcwarzenberger, 1964:8).

Sementara itu, terdapat sarjana Hubungan Internasional yang justru

memperkecil ruang lingkup ilmu Hubungan Internasional, yaitu:

“Ilmu Hubungan Internasional merupakan subjek akademis dalam

memperhatikan hubungan politik antarnegara, dimana selain negara ada juga pelaku internasional, transnasional atau supranasional

lainnya seperti organisasi nasional” (Hoffman, 1960:6).

Pendapat lain mengatakan bahwa ilmu Hubungan Internasional adalah:

“Studi tentang interaksi antara jenis-jenis kesatuan sosial tertentu, termasuk studi tentang keadaan-keadaan relevan yang mengelilingi

interaksi” (Clelland, 1986:27).

Pada dasarnya Hubungan Internasional merupakan interaksi antar aktor

suatu negara dengan negara lain. Secara umum pengertian Hubungan

Internasional adalah hubungan yang dilakukan antar negara yaitu unit politik yang

didefinisikan menurut territorial, populasi dan otonomi daerah yang secara efektif

mengontrol wilayah dan penghuninya tanpa menghiraukan homogenitas etnis

(Columbis dan Wolfe, 1990:22). Hubungan Internasional mencakup segala bentuk

hubungan antar bangsa dan kelompok-kelompok bangsa dalam masyarakat dunia

dan cara berpikir manusia (Columbis dan Wolfe, 1990:33). Negara merupakan

unit hubungan antar bangsa sekaligus sebagai aktor dalam masyarakat antar


(13)

tujuan tertentu melalui berbagai tindakan yang direncanakan (Columbis dan

Wolfe, 1990:32). Sebagai aktor terpenting di dalam Hubungan Internasional,

negara mempunyai tanggungjawab untuk mengupayakan jalan keluar atas segala

permasalahan yang menimpa negaranya karena negara mempunyai peran utama

didalam memenuhi kebutuhan rakyatnya dan meminimalisasi masalah yang ada

dengan tujuan kesejahteraan rakyat. Namun pada kenyataannya, negara sebagai

aktor terpenting tidak selalu dapat memenuhi kebutuhannya sendiri karena

keterbatasan sumber daya yang dimilikinya (insuffiency). Negara bukanlah

satu-satunya aktor penting dalam Hubungan Internasional, melainkan ada aktor-aktor

non-negara lainnya seperti Organisasi Internasional, MNCs, LSM dan

interaksinyapun bukan antar negara saja.

Secara lebih spesifik, substansi Hubungan Internasional bisa dipilah ke

dalam dua belas kelompok pertanyaan fundamental, yaitu:

1. Bangsa dan Dunia. Bagaimana dan dalam bentuk apa hubungan antara

suatu bangsa dengan bangsa-bangsa lain di sekitarnya dilakukan?

2. Proses Transnasional dan Interdependensi Internasional. Sejauh mana

pemerintah dan rakyat dari suatu negara-bangsa bisa menentukan masa

depannya sendiri? Berapa besar kemungkinannya untuk besikap

independen dari bangsa lain?

3. Perang dan Damai. Apa yang menentukan terjadinya perang dan


(14)

4. Kekuatan dan Kelemahan. Bagaimana sifat kekuatan (power) dan

kelemahan suatu pemerintah atau suatu bangsa dalam Politik

Internasional?

5. Politik Internasional dan Masyarakat Internasional. Apa yang bersifat

politik dalam Hubungan Internasional dan apa yang tidak? Bagaimana

hubungan antara Politik Internasional dengan kehidupan masyarakat

bangsa-bangsa?

6. Kependudukan versus Pangan, Sumber Daya Alam dan Lingkungan.

Apakah jumlah penduduk dunia tumbuh lebih cepat daripada penyediaan

bahan makanan, energi dan sumber daya alam lainnya, dan lebih cepat

daripada daya dukung lingkungan, dalam arti udara dan air yang bersih

serta lingkungan alam tanpa polusi?

7. Kemakmuran dan Kemiskinan. Berapa besar ketimpangan distribusi

kekayaan dan penghasilan diantara bangsa-bangsa di dunia?

8. Kebebasan dan Penindasan. Seberapa jauh kepedulian bangsa-bangsa

tentang kebebasan mereka dari bangsa atau negara lain dan berapa jauh

mereka mempedulikan kebebasan di dalam bangsa atau negara mereka

sendiri?

9. Persepsi dan Ilusi. Bagaimana para pemimpin dan warga suatu negara

memandang bangsa mereka sendiri dan bangsa lain serta perilaku mereka?

Berapa kadar kenyataan atau khayalan dalam persepsi ini? Kapan persepsi


(15)

10.Aktivitas dan Apati. Lapisan dan kelompok mana dalam masyarakat yang

berminat aktif terhadap politik?

11.Revolusi dan Stabilitas. Dalam kondisi apa kemungkinan suatu pemerintah

dapat digulingkan?

12.Identitas dan Transformasi. Bagaimana individu, kelompok dan bangsa

mempertahankan identitas mereka? Unsur-unsur apa yang membentuk

identitas itu? (Mas’oed, 1990:29-32).

2.2Konflik

Sifat hakiki dari kepentingan dan sasaran-sasaran yang tercakup dalam

kebijakan nasional setiap negara cenderung menimbulkan konflik. Jika sasaran

terbatas yang jelas dapat dicapai, maka sasaran mutlak cenderung melibatkan

negara-negara dalam konflik, karena tindakan negara sudah tidak lagi mengenal

batas-batas dan tidak lagi memperhatikan rasio atau kepentingan serta sasaran

yang mereka perjuangkan.

Menurut Ramsbotham & Woodhouse dalam bukunya Resolusi Damai

Konflik Kontemporer merumuskan konflik sebagai hubungan antara dua pihak

atau lebih yang saling bertentangan dan memiliki tujuan yang tidak sejalan,

terutama yang menyangkut aspek-aspek perubahan sosial. Yang menjadi akar

permasalahan kemudian adalah bagaimana seseorang atau kelompok mengelola

konflik dengan mengidentifikasi sebab-sebab konflik dan berusaha membangun

hubungan baru yang mampu bertahan lama di dalam kelompok-kelompok yang


(16)

Dalam garis besarnya yang menjadi sasaran konflik terbagi menjadi dua

kategori, yaitu: konflik dengan sasaran keseimbangan dan konflik dengan sasaran

hegemoni. Konflik dengan sasaran keseimbangan (balancing objective conflict)

bertujuan untuk mencapai keadaan seimbang mengenai suatu masalah yang

dipertentangkan. Sedangkan konflik dengan sasaran hegemoni (hegemonic

objective conflict) bertujuan untuk mendominasi (Nasution, 1991: 54).

2.3 Paradigma Pluralis (Pluralism)

Paradigmabisa diartikan sebagai aliran pemikiran yang memiliki kesamaan

asumsi dasar tentang suatu bidang studi, termasuk kesepakatan tentang kerangka

konseptual, petunjuk metodelogis dan teknik analisis. Paradigma berfungsi untuk

menentukan masalah-masalah mana yang penting untuk diteliti, menunjukkan

cara bagaimana masalah itu harus di konseptualisasikan, metode apa yang cocok

untuk penelitian dan bagaimana cara menginterpretasikan hasil penelitian. Selain

itu, paradigma juga berfungsi untuk menentukan batas-batas ruang lingkup suatu

disiplin atau kegiatan keilmuan dan menetapkan ukuran untuk menilai

keberhasilan disiplin tersebut (Mas’oed, 1990:8).

Pluralis merupakan salah satu perspektif yang berkembang pesat. Kaum

pluralis memandang Hubungan Internasional tidak hanya terbatas pada hubungan

antar negara saja, tetapi juga merupakan hubungan antar individu dan kelompok

kepentingan dimana negara tidak selalu sebagai aktor utama dan aktor tunggal.


(17)

1. Aktor-aktor non-negara adalah entitas penting dalam Hubungan

Internasional yang tidak dapat diabaikan, contohnya Organisasi

Internasional baik yang pemerintahan maupun non-pemerintahan, aktor

transnasional, kelompok-kelompok bahkan individu.

2. Negara bukanlah aktor unitarian, melainkan ada aktor-aktor lainnya yaitu

individu-individu, kelompok kepentingan dan para birokrat.

3. Menentang asumsi realis yang menyatakan negara sebagai aktor rasional,

dimana pluralis menganggap pengambilan keputusan oleh suatu negara

tidak selalu didasarkan pada pertimbangan yang rasional, akan tetapi demi

kepentingan-kepentingan tertentu.

4. Agenda dalam Politik Internasional adalah luas, pluralis menolak bahwa

ide Politik Internasional sering didominasi dengan masalah militer.

Agenda Politik Luar Negeri saat ini sudah berkembang dan militer

bukanlah satu-satunya hal yang paling utama, tetapi ada hal-hal utama lain

didalam Hubungan Internasional seperti ekonomi dan sosial (Viotti dan

Kauppi, 1990:215).

Kenyataan bahwa negara bukanlah satu-satunya aktor dalam Hubungan

Internasional akan menimbulkan adanya interaksi dan saling ketergantungan.

Saling ketergantungan tersebut lambat laun akan melahirkan Kerjasama

Internasional yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu dengan


(18)

2.4 Kerjasama Internasional

Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai

kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat bersamaan mempunyai cukup

pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi

kepentingan tersebut. Kesadaran akan adanya

kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang

penting dalam kerjasama yang berguna (Cooley, 1930:176).

Dalam suatu Kerjasama Internasional bertemu berbagai macam kepentingan

nasional dari berbagai negara dan bangsa yang tidak dapat dipenuhi didalam

negaranya sendiri. Kerjasama Internasional adalah sisi lain dari konflik

internasional yang juga merupakan salah satu aspek dalam Hubungan

Internasional. Isu utama dari Kerjasama Internasional yaitu berdasarkan pada

sejauhmana keuntungan bersama yang diperoleh melalui kerjasama dapat

mendukung konsepsi dari kepentingan tindakan yang unilateral dan kompetitif

(Dougherty dan Graff, 1986:419).

Dengan kata lain, Kerjasama Internasional dapat terbentuk karena

kehidupan internasional yang meliputi berbagai bidang, seperti ideologi, politik,

ekonomi, sosial, lingkungan hidup, kebudayaan, pertahanan dan keamanan. Hal

tersebut memunculkan kepentingan yang beraneka ragam sehingga

mengakibatkan berbagai masalah sosial. Untuk mencari solusi atas berbagai

masalah tersebut, maka beberapa negara membentuk suatu Kerjasama


(19)

Pengertian Kerjasama Internasional adalah:

“Kerjasama Internasional merupakan akibat dari adanya Hubungan Internasional dan karena bertambah kompleksnya kehidupan

manusia didalam masyarakat internasional” (Kartasasmita,

1997:9).

Tujuan dari Kerjasama Internasional adalah untuk memenuhi kepentingan

negara-negara tertentu dan untuk menggabungkan kompetensi-kompetensi yang

ada sehingga tujuan yang diinginkan bersama dapat tercapai.

Kerjasama itu kemudian diformulasikan ke dalam sebuah wadah yang

dinamakan Organisasi Internasional. Organisasi Internasional merupakan sebuah

alat yang memudahkan setiap anggotanya untuk menjalin kerjasama dalam bidang

politik, ekonomi, sosial dan lain sebagainya (Plano dan Olton, 1979:271).

2.5 Organisasi Internasional

Organisasi Internasional dalam The International Relations Dictionary

didefinisikan sebagai berikut:

A formal arrangement transcending national boundaries that provides for establishment of institutional machinery to facilitate cooperation among members in security, economic, social or related fields (suatu pengaturan formal yang melintasi batas-batas nasional yang menciptakan suatu kondisi bagi pembentukan perangkat institusional guna mendukung kerjasama diantara anggota-anggotanya dalam bidang keamanan, ekonomi, sosial dan bidang-bidang lainnya)” (Plano dan Olton, 1979:319).

Pengaturan formal disini menunjukkan arti pentingnya aturan-aturan yang

disepakati sebagai landasan kerjasama atau sebagai pedoman kerja bagi

pihak-pihak yang tergabung didalam organisasi tersebut. Melintasi batas-batas nasional

menggambarkan cakupan, jangkauan, wilayah kerja dan asal-usul


(20)

organisasi yang membedakannya dari organisasi-organisasi yang berskala

nasional (hanya 1 negara). Disini tidak dibedakan antara negara, pemerintah,

kelompok atau individu.

Penciptaan kondisi bagi pembentukan perangkat institusional merupakan

kelanjutan dari pengaturan formal yang bergerak ke arah penyusunan struktur,

hubungan fungsional dan pembagian kerja yang secara keseluruhan membentuk

suatu jaringan kerjasama yang lebih stable, durable dan cohesive dalam rangka

memudahkan pencapaian tujuan bersama. Bidang kerjasama dan tujuan bersama

dari pihak-pihak yang tergabung dalam organisasi terdiri dari bidang sosial,

budaya, ekonomi, politik dan militer atau gabungan dari beberapa bidang tersebut

secara keseluruhannya. Berdasarkan definisi diatas, maka Organisasi Internasional

kurang lebih harus mengandung unsur-unsur sebagai berikut:

1. Kerjasama yang ruang lingkupnya melingkupi batas-batas negara.

2. Mencapai tujuan-tujuan yang disepakati bersama.

3. Mencakup hubungan antar pemerintah maupun non-pemerintah.

4. Struktur organisasi yang jelas dan lengkap.

5. Melaksanakan fungsi secara berkesinambungan (Rudi, 1990:3).

Beberapa syarat (kriteria) utama dalam membentuk suatu Organisasi

Internasional, yaitu:

1. Tujuan dan maksud yang hendak dicapai merefleksikan adanya kesamaan

kepentingan dari masing-masing anggota.

2. Pencapaian tujuan tersebut mencerminkan adanya partisipasi keterlibatan


(21)

3. Adanya suatu kerangka institusional yang bersifat permanen, yang

ditandai dengan adanya staf sekretariat yang tetap.

4. Organisasi Internasional dibentuk berdasarkan perjanjian multilateral

internasional, yang didasarkan pada perjanjian internasional yang

mengikat masing-masing anggotanya.

5. Organisasi Internasional wajib memiliki karakteristik yang sesuai dengan

Hukum Internasional (Feld, Jordan dan Hurwitz, 1992:10).

Tipologi Organisasi Internasional dapat dimengerti melalui 3

pengklasifikasian, yaitu:

1. Keanggotaan

Suatu organisasi harus terdiri dari dua atau lebih negara berdaulat yang

sekalipun keanggotaanya tetap tidak tertutup bagi perwakilan suatu

negara, misalnya menteri-menteri dalam pemerintahan suatu negara.

2. Tujuan

Suatu organisasi didirikan dengan tujuan untuk mencapai kepentingan

bersama angota-anggotanya, tanpa adanya upaya untuk mengabaikan

kepentingan anggota lainnya.

3. Struktur

Suatu organisasi harus memiliki struktur formal sendiri yang biasanya

terwujud dalam perjanjian, misalnya seperti konstitusi. Struktur formal

suatu organisasi haruslah terlepas dari kendali salah satu anggota, dalam

arti suatu Organisasi Internasional harus bersifat otonomi (Archer,


(22)

Berdasarkan aktivitasnya, Organisasi Internasional dapat juga

diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Organisasi Internasional yang melakukan aktivitas politik tingkat tinggi

(High Politics). Dalam aktivitas politik tingkat tinggi termasuk

didalamnya bidang diplomatik dan militer yang dihubungkan dengan

keamanan dan kedaulatan.

2. Organisasi Internasional yang memiliki aktivitas politik tingkat rendah

(Low Politics). Dalam aktivitas politik tingkat rendah adalah aktivitas

dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya.

Selain mempunyai tujuan yang harus dipenuhi, setiap Organisasi

Internasional harus mempunyai struktur formal tersendiri yang ditetapkan di

dalam sebuah perjanjian. Bentuk struktur formal dari masing-masing Organisasi

Internasional berbeda antara satu dengan yang lainnya (Archer, 1984:36). Struktur

dimaknakan sebagai aspek formal dalam suatu organisasi yang merupakan

perbedaan secara vertikal dan horizontal ke dalam tingkatan-tingkatan departemen

dan kemudian secara formal merumuskan aturan, prosedur dan peranan. Setiap

organisasi juga mempunyai fungsi yang ditetapkan untuk mencapai tujuannya.

Fungsi dapat dimaknakan sebagai struktur yang menjalankan kegiatannya

(Mas’oed, 1993:24). Fungsi dari suatu Organisasi Internasional secara umum dan luas dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Segala sesuatu yang harus dilakukan Organisasi Internasional

secara keseluruhan agar tercapai tujuan-tujuan dari organisasi yang

bersangkutan sebagaimana tercantum didalam konstitusinya”


(23)

Struktur formal organisasi mempunyai fungsi-fungsi tertentu dan

diimplementasikan menjadi peran yang berbeda-beda. Agar fungsi dari Organisasi

Internasional dapat berjalan dengan baik, maka tiap Organisasi Internasional perlu

menjalankan peranannya masing-masing di dalam Hubungan Internasional.

Fungsi dari Organisasi Internasional adalah sebagai berikut:

1. Informational Functions

Merupakan fungsi untuk mengumpulkan, menganalisis, saling tukar,

menyebarkan data dan cara pandang. Organisasi jenis ini dapat digunakan

stafnya sebagai alat atau dengan mengadakan forum.

2. Normative Functions

Mempunyai suatu definisi dan deklarasi standar, fungsi ini tidak mencakup

instrumen yang mengikat secara hukum.

3. Rule-Creating Functions

Mempunyai suatu definisi dan deklarasi standar serta mencakup instrumen

yang mengikat secara hukum.

4. Rule-Supervisory Functions

Merupakan ukuran-ukuran yang dapat menjamin pelaksanaan peraturan

yang berlaku.

5. Operational Functions

Penggunaan sumber-sumber daya yang ada pada organisasi untuk

mencapai tujuan (Jacobson, 1984:83).


(24)

1. Organisasi Antar Pemerintah (International Governmental

Organization/IGO)

IGO merupakan institusi yang beranggotakan pemerintah atau instansi

pemerintah suatu negara secara remsi, yang mana kegiatannya berkaitan

dengan masalah konflik, krisis dan penggunaan kekerasan yang menarik

perhatian masyarakat internasional. Anggotanya terdiri dari delegasi resmi

pemerintah negara-negara.

2. Organisasi Non Pemerintah (International Non-Governmental

Organization/INGO)

INGO merupakan institusi yang terdiri atas kelompok-kelompok di bidang

agama, kebudayaan, dan ekonomi. Anggotanya terdiri dari

kelompok-kelompok swasta di bidang keilmuan, keagamaan, kebudayaan, bantuan

teknik atau ekonomi dan sebagainya (Spiegel, 1995:408).

IGO dan INGO ini kemudian dibagi lagi menjadi dua dimensi, yaitu

dimensi pertama adalah tujuan organisasi (secara umum dan khusus) dan dimensi

kedua adalah keanggotaan (secara terbatas dan universal). Dengan menggunakan

dua dimensi ini, IGO dan INGO dikategorikan berdasarkan:

1. Tujuan khusus dan keanggotaan terbatas

Organisasi Internasional disini hanya tertuju pada suatu bidang tertentu,

seperti pendidikan, kesehatan, keamanan dan lain-lain. Kemudian

keanggotaannya terbatas pada sekelompok negara individu atau asosiasi

tertentu.


(25)

2. Tujuan khusus dan keanggotaan universal

Keanggotaan Organisasi Internasional disini terbuka untuk seluruh negara,

individu atau asosiasi manapun dan melaksanakan fungsi tertentu.

Contoh: World Health Organization (WHO), UNICEF, International

Labour Organization (ILO).

3. Tujuan umum dan keanggotaan terbatas

Organisasi Internasional disini mempunyai tujuan dan fungsi di segala

bidang dengan keanggotaan terbatas.

Contoh: Organization of African Unity, Liga Arab, European Union (EU).

4. Tujuan umum dan keanggotaan universal

Organisasi Internasional bergerak di berbagai bidang dengan keanggotaan

terbuka.

Contoh: PBB (Jacobson, 1984:11-12).

UNICEF merupakan organisasi antar pemerintah (IGO) yang mempunyai

tujuan khsusus pada suatu bidang tertentu dan keanggotaannya terbuka untuk

seluruh negara, dalam artian tidak terbatas pada sekelompok negara tertentu.

UNICEF adalah badan khusus PBB yang tidak membatasi jumlah anggotanya

dan mempunyai tujuan khusus untuk memberikan perlindungan dan mempunyai

peranan tersendiri dalam menjamin keselamatan dan keberadaan anak-anak di

dunia.

2.5.1 Konsep Peranan dalam Organisasi Internasional

Peranan merupakan aspek dinamis. Apabila seseorang melaksanakan hak


(26)

peranan. Dari konsep peranan tersebut muncullah istilah peran. Peran adalah

seperangkat tingkat yang di harapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan

dalam masyarakat. Berbeda dengan peranan yang sifatnya mengkristal, peran

bersifat insidental (Perwita dan Yani, 2005:29).

Peranan (role) dapat di artikan sebagai berikut:

“Perilaku yang di harapkan dari seseorang yang mempunyai status

(Horton dan Hunt, 1987:132). Peranan dapat dilihat sebagai tugas atau kewajiban atas suatu posisi sekaligus juga hak atas suatu posisi. Peranan memiliki sifat saling tergantung dan berhubungan dengan harapan. Harapan-harapan ini tidak terbatas hanya pada aksi (action), tetapi juga termasuk harapan mengenai motivasi (motivation), kepercayaan (beliefs), perasaan (feelings), sikap (attitudes) dan nilai-nilai (values)” (Perwita dan Yani, 2005:30).

Teori peranan menegaskan bahwa perilaku politik adalah perilaku dalam

menjalankan peranan politik. Teori ini berasumsi bahwa sebagian besar perilaku

politik adalah akibat dari tuntutan atau harapan terhadap peran yang kebetulan

dipegang oleh aktor politik. Seseorang yang menduduki posisi tertentu di

harapkan akan berperilaku tertentu pula. Harapan itulah yang membentuk peranan

(Mas’oed, 1989:45).

Mengenai sumber munculnya harapan tersebut dapat berasal dari dua

sumber, yaitu:

1. Harapan yang dimiliki orang lain terhadap aktor politik.

2. Harapan juga bisa muncul dari cara si pemegang peran menafsirkan

peranan yang dipegangnya, yaitu harapannya sendiri tentang apa yang

harus dan apa yang tidak boleh dilakukan, tentang apa yang bisa dan tidak


(27)

Jadi, peranan dapat dikatakan sebagai pelaksanaan dari fungsi oleh

struktur-struktur tertentu. Peranan ini tergantung juga pada posisi atau kedudukan struktur-struktur

itu dan harapan lingkungan sekitar terhadap struktur tadi. Peranan juga di

pengaruhi oleh situasi dan kondisi serta kemampuan dari si pemeran.

Pengertian lain dari peranan, yaitu:

“Orientasi atau konsepsi dari bagian yang dimainkan oleh suatu

pihak dalam posisi sosialnya. Dengan peranan tersebut, para pelaku peranan individu atau organisasi akan berperilaku sesuai dengan harapan orang maupun lingkungannya. Dalam hal ini peranan menjalankan konsep melayani untuk menghubungkan harapan-harapan yang terpola dari orang lain atau lingkungan dengan

hubungan dan pola yang menyusun struktur sosial” (Perwita dan

Yani, 2005:31).

Konsep peranan ini pada dasarnya berhubungan dan harus dibedakan

dengan konsep posisi sosial. Posisi ini merupakan elemen dari organisasi, letak

dalam ruang sosial dan kategori keanggotaan organisasi (Perwita dan Yani,

2005:31).

Peranan Organisasi Internasional dapat dibagi ke dalam tiga kategori, yaitu:

1. Sebagai instrumen. Organisasi Internasional digunakan oleh negara-negara

anggotanya untuk mencapai tujuan tertentu berdasarkan tujuan politik luar

negerinya.

2. Sebagai arena. Organisasi Internasional merupakan tempat bertemu bagi

anggota saja untuk membicarakan dan membahas masalah dalam negeri

lain dengan tujuan untuk mendapat perhatian internacional.

3. Sebagai aktor independen. Organisasi Internasional dapat membuat

keputusan-keputusan sendiri tanpa dipengaruhi oleh kekuasaan atau


(28)

Sejajar dengan negara, Organisasi Internasional dapat melakukan dan

memiliki sejumlah peranan penting, yaitu:

1. Menyediakan sarana kerjasama diantara negara-negara dalam berbagai

bidang dimana kerjasama tersebut memberikan keuntungan bagi sebagian

besar ataupun keseluruhan anggotanya. Selain sebagai tempat dimana

keputusan tentang kerjasama dibuat juga menyediakan perangkat

administratif untuk menerjemahkan keputusan itu menjadi tindakan.

2. Menyediakan berbagai jalur komunikasi antar pemerintah negara- negara

sehingga dapat dieksplorasi dan akan mempermudah aksesnya apabila

timbul masalah (Bennet,1995:3).

2.6 Konsep Tentara Anak (Child Soldier)

Lebih dari 250.000 orang anak di dunia di bawah umur 18 tahun telah

mengalami perekrutan menjadi Tentara Anak baik sebagai tentara-tentara

pemerintah dan kelompok-kelompok bersenjata lainnya. Beberapa anak diculik

atau dipaksa untuk menjadi anggota demi mendapatkan makanan dan

perlindungan serta menolong keluarga-keluarga mereka. Karena ketidaktauan

mereka, sehingga mereka sangat mudah untuk melakukan kekerasan bahkan sebai

pembunuh. Sebagian besar anak-anak baik anak laki-laki maupun perempuan

diposisikan untuk berada digaris depan pertempuran. Mereka digunakan untuk

misi bunuh diri atau dipaksa untuk melakukan kekejaman melawan

keluarga-keluarga dan tetangga-tetangga mereka sendiri.

Menurut UNICEF:


(29)

perempuan di bawah 18 tahun, baik yang langsung mengambil bagian dalam kontak bersenjata atau yang tidak langsung terlibat dalam kontak senjata seperti; memasak, penjaga pintu, menyampaikan pesan, dan siapa saja yang mengiringi kelompok-kelompok bersenjata yang terlibat dalam suatu konflik. Serta para anak perempuan dan laki-laki yang direkrut sebagai

budak seksual atau dierkrut untuk melakukan perkawinan paksa.”

(http://www.un.org/works/goingon/soldiers/lessonplan_soldiers.htmldi akses pada 6 juni 2009)

2.7 Perlindungan terhadap Anak dalam Hukum Internasional

Anak, demi pengembangan kepribadiannya secara penuh dan serasi, harus

tumbuh dalam suatu lingkungan keluarga, dalam iklim kebahagiaan, cinta kasih

dan pengertian. Mengingat bahwa perlunya perluasan perawatan khusus bagi anak

telah dinyatakan dalam Deklarasi Jenewa tentang Hak-Hak Anak tahun 1924 dan

dalam Dekiarasi Hak-Hak Anak yang disetujui Majelis Umum PBB pada tahun

1959 dan diakui dalam Dekiarasi Universal tentang Hak-Hak Azasi Manusia,

dalam Perjanjian Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik, dalam

Perjanjian Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi Sosial dan Budaya dan dalam

ketentuan-ketentuan dan perangkat-perangkat yang terkait dan badan-badan

khusus dan organisasi-organisasi internasional yang berkepentingan dengan

kesejahteraan anak. Menurut Konvensi Hak Anak, anak adalah:

“Secara umum anak adalah manusia yang umurnya belum mencapai 18 tahun terhitung sejak lahir”. (PBB, 1989)

Hak-hak untuk anak-anak diakui dalam Konvensi Hak Anak yang


(30)

konvensi tersebut, semua anak, tanpa membedakan ras, suku bangsa, agama, jenis

kelamin, asal usul keturunan maupun bahasa memiliki 4 hak dasar yaitu:

a. Hak atas kelangsungan hidup (survival)

Termasuk di dalamnya adalah hak atas tingkat kehidupa yang layak, dan

pelayanan kesehatan. Artinya anak-anak berhak mendapatkan gizi yang baik,

tempat tinggal yang layak dan perawatan kesehatan yang baik bila ia jatuh

sakit.

b. Hak untuk berkembang (development)

Termasuk di dalamnya adalah hak untuk mendapatkan pendidikan, informasi,

waktu luang, berkreasi seni dan budaya, juga hak asasi untuk anak-anak cacat,

dimana mereka berhak mendapatkan perlakuan dan pendidikan khusus.

c. Hak partisipasi (participation)

Termasuk di dalamnya adalah hak kebebasan menyatakan pendapat, berserikat

dan berkumpul serta ikut dalam pengambilan keputusan yang menyangkut

dirinya. Jadi, seharusnya oang-orang dewasa khususnya orang tua tidak boleh

memaksakan kehendaknya kepada anak karena bisa jadi pemaksaan kehendak

dapat mengakibatkan beban psikologis terhadap diri anak.

d. Hak perlindungan (protection)

Termasuk di dalamnya adalah perlindungan dari segala bentuk eksploitasi,

perlakuan kejam dan sewenang-wenang dalam proses peradilan pidana maupun

dalam hal lainnya. Contoh eksploitasi yang paling sering kita lihat adalah


(31)

Mencakup juga dalam hak-hak tersebut untuk kesejahteraan dan kesehatan

anak. UU No. 4 tahun 1979 mengatur tentang kesejahteraan anak, medefinisikan:

“Kesejahteraan anak merupakan suatu tata kehidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik

secara rohani, jasmani, maupun sosial”.

Selain itu, ada juga UU No.23 tahun 2002 mengenai undang-undang

perlindungan anak. Dalam bab 1, pasal 1, nomor 15, disebutkan bahwa:

“Perlindungan khusus adalah perlindungan yang diberikan kepada anak dalam situasi darurat, anak yang berhadapan dengan hukum, anak dari kelompok minoritas dan terisolasi, anak yang dieksploitasi secara ekonomi dan atau sekual, anak yang diperdagangkan, anak yang menjadi korban penyalahgunaan narkotika, alcohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya (napza), anak korban penculikan, perdagangan, anak korban kekerasan baik fisik ataupun mental, anak yang menyandang cacat, dan anak korban perlakuan salah danpenelantaran ”.

PBB dan UNICEF merupakan suatu wadah dari kerjasama internasional

yang melibatkan aktor-aktor negara. Menurut Charles H. Cooley, kerjasama dapat

diartikan sebagai:

“Kerjasama timbul apabila orang-orang yang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingankepentingan tersebut, kkesadaran akan kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna”.

2.7.1 Konvensi Internasional Hak Anak

Konvensi Hak Anak (Convention on the Rights of the Child) merupakan

sebuah perjanjian internasional yang mengatur tentang prinsip-prinsip dasar

perlindungan hak anak di muka bumi ini. Konvensi Hak Anak mendefinisikan


(32)

tahun, namun diberikan juga pengakuan terhadap batasan yang berbeda, yang

mungkin diterapkan dalam perundangan nasional. Dilihat dari sejarah

perkembanganannya, berawal ketika seorang pendiri Save the Children Fund

(sebuah lembaga swadaya masyarakat internasional yang bekerja untuk

perlindungan anak) Eglantynee Jebb, yang menyaksikan para pengungsi anak di

Balkan akibat Perang Dunia I, membuat sebuah rancangan “Piagam Anak” pada

tahun 1923. Dalam rigkasan tersebut, ia mengembangkan tujuh gagasan mengenai

hak-hak anak, yaitu:

1. Anak harus dilindungi dari segala pertimbangan mengenai ras, kebangsaan

dan kepercayaan.

2. Anak harus dipelihara dengan tetap menghargai keutuhan keluarga.

3. Seorang anak harus disediakan sarana yang diperlukan untuk perkembangan

secara normal, baik material, moral dan spritual.

4. Anak yang lapar harus diberi makan, anak yang sakit harus dirawat, anak

cacat mental atau cacat tubuh harus di didik, yatim piatu dan anak terlantar

harus diurus diberi perumahaan.

5. Anak harus menikmati dan sepenuhnya mendapat manfaat dari program

kesejahteraan dan jaminan sosial, mendapatkan pelatihan agar pada saat

terjadi kesengsaraan.

6. Anak harus menikmati dan sepenuhnya mendapat pelatihan agar pada saat

diperlukan nanti dapat dipergunakan untuk mencari nafkah, serta harus

dilindungi dari segala bentuk eksploitasi.


(33)

dibutuhkan untuk pengabdian sesama umat. (UNICEF, 1996: 8)

Setelah “Piagam Anak” ini mulailah hak-hak anak mulai di sorot dan diperhatikan, yang dilanjutkan dengan munculnya dekralasi-deklarasi tentang

hak-hak anak lainnya. Kemudian Komisi Hak Azasi Manusia PBB membentuk

sebuahkelompok kerja untuk merancang secara serius Konvensi Hak-Hak Anak.

Pada tanggal 20 November 1989, konvensi Hak Anak yang terdiri dari 54 buah

pasal, diadopsi oleh PBB dan dinyatakan berlaku sejak September 1990. Sejak

saat itu, Konvensi Hak Anak mempunyai ikatan hukum yang kuat bagi tiap negara

yang meratifikasinya. Hak Anak berarti hak asasi manusia untuk anak.

Dalam kaitannya dengan Hak Asasi Manusia, Konvensi Anak berati:

a) Menegaskan berlakunya hak asasi manusia bagi semua tingkatan usia, misalnya

hak untuk bebas dari perlakuan penganiyayaan, hak atas identitas dan

kewarganegaraan dan hak atas jaminan sosial.

b) Meningkatkan standar hak asasi manusia agar lebih sesuai dengan anakanak,

misalnya tentang kondisi kerja, penyelenggaraan peradilan anak, serta kondisi

perenggutan kemerdekaan.

c) Mengatur masalah-masalah yang khusus berhubungan dengan anak, misalnya

pendidikan dasar, adopsi dan hubungan dengan orang tua.

4 prinsip tentang anak-anak dalam Konvensi Hak Anak yaitu:

1. Non discrimination (non diskriminasi), artinya semua hak yang diakui dan

terkandung dalam Konvensi Hak Anak harus diberlakukan kepada setiap anak


(34)

universalitas hak asasi manusia. Prinsip ini tertuang dalam Konvensi Hak Anak

pasal 2 ayat 1 yang berbunyi:

“Negara-negara peserta akan menghormati dan menjamin hak-hak yang ditetapkan dalam konvensi ini bagi setiap anak yang berada dalam wilayah

hukum mereka tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun tanpa memandang ras,

warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, pandangan politik atau

pandangan-pandangan lain, asal-usul kebangsaan, etnik atau sosial, status kepemilikan,

cacat atau tidak, kelahiran atau status lainnya baik dari si anak sendiri maupun

dari orangtua atau walinya yang sah”.

Ayat 2:

“Negara-negara peserta akan mengambil semua langkah yang perlu untuk menjamin agar anak dilindungi dari semua bentuk diskriminasi atau hukuman

yang didasarkan pada status, kegiatan, pendapat yang dikemukakan atau

keyakinan dari orangtua anak, walinya yang sah, atau anggota keluarganya”.

2. Best interest of the child (yang terbaik bagi anak), maksudnya adalah bahwa

dalam semua tindakan yang menyangkut anak, maka apa yang terbaik bagi

anak haruslah menjadi pertimbangan yang utama. Hal ini tertuang dalam Pasal

3 ayat 1 yang berbunyi:

“Dalam semua tindakan yang menyangkut anak yang dilakukan oleh lembaga-lembaga kesejahteraan sosial pemerintah maupun swasta, lembaga-lembaga peradilan,

lembaga pemerintah atau badan legislatif, maka kepentingan yang terbaik bagi


(35)

3. Surival and development (kelangsungan hidup dan perkembangan anak),

artinya bahwa hak hidup yang melekat pada diri setiap anak harus diakui dan

bahwa hak anak atas kelangsungan hidup dan perkembangan harus dijamin.

Hal ini tertuang dalam 6 ayat 1 yang berbunyi:

“Negara-negara peserta mengakui bahwa setiap anak memiliki hak yang

melekat atas kehidupan”.

4. Respect for the views of the child (penghargaan terhadap pendapat anak),

maksudnya bahwa pendapat anak, terutama jika menyangkut hal-hal yang

mempengaruhi kehidupannya perlu diperhatikan dalam setiap pengambilan

keputusan. Hal ini tertuang dalam Pasal 12 ayat 1 yang berbunyi:

“Negara-negara peserta akan menjamin agar anak-anak yang mempunyai pandangan-pandangan secara bebas dalam semua hal yang mempengaruhi

anak, dan pandangan tersebut akan dihargai sesuai dengan tingkat usia dan

kematangan anak”.

2.7.2 Isi Konvensi Hak Anak

Konvensi Hak Anak merupakan instrumen internasional dibidang hak asasi

manusia dengan cakupan hak yang paling komprehensif. Terdiri atas 54 pasal,

Konvensi Hak Anak hingga saat ini dikenal sebagai satu-satunya konvensi di

bidang hak asasi manusia yang mencakup baik hak-hak sipil dan politik maupun

hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya.

Berdasarkan strukturnya, Konvensi Hak Anak dibagi menjadi 4 bagian


(36)

 Mukadimah : berikan konteks Konvensi Hak Anak  Bagian 1 (Pasal 1-41) : mengatur hak bagi semua anak  Bagian 2 (Pasal 42–45) : mengatur masalah pemantauan dan

pelaksanaan Konvensi Hak Anak

 Bagian 3 (Pasal 46-54) : mengatur masalah pemberlakuan konvensi. Berdasarkan isinya, setidaknya ada 4 kategori dalam Konvensi Hak Anak,

yaitu:

1. Kategori yang didasarkan atas konvensi induk hak asasi manusia, dikatakan

bahwa Konvensi Hak Anak mengandung:

a. Hak-hak sipil dan politik, meliputi:

- Hak untuk memperoleh identitas (Pasal 7)

- Hak untuk mempertahankan identitas (Pasal 8)

- Kebebasan berekspresi (Pasal 13)

- Kebebasan berpikir, beragama, dan berhati nurani (Pasal 14)

- Kebebasan berserikat (Pasal 15)

- Perlindungan atas kehidupan pribadi (Pasal 16)

- Hak untuk memperoleh informasi yang layak (Pasal 17)

- Perlindungan dari aniaya dan perenggutan kemerdekaan (Pasal 37a)

b. Hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya.

2. Kategori yang didasarkan pada sisi yang berkewajiban melaksanakan Konvensi

Hak Anak dan yang bertanggung jawab untuk memenuhi hak anak. Untuk

memahami isi Konvensi Hak Anak, maka ada tiga kata kunci yang dapat


(37)

- Penuhi (fulfill)

- Lindungi (protect)

- Hargai (respect)

3. Kategori berdasarkan cakupan hak yang terkandung dalam Konvensi Hak

Anak, yaitu:

 Hak atas kelangsungan hidup (survival), yaitu hak-hak anak untuk mempertahankan hidup dan hak untuk memperoleh standar kesehatan dan

perawatan yang sebaik-baiknya.

 Hak untuk berkembang (development), yang meliputi hak-hak untuk mendapatkan pendidikan dan untuk mendapatkan standar hidup yang

layak bagi perkembangan fisik, mental, moral, dan spiritual anak.

 Hak untuk mendapatkan perlindungan (protection), yang meliputi perlindungan dari diskriminasi, tindak kekerasan dan keterlantaran bagi

anak-anak yang tidak mempunyai keluarga dan bagi anak-anak pengungsi.  Hak untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat (participation),

yang meliputi hak-hak untuk menyatukan pendapat dalam segala hal yang

mempengaruhi anak.

4. Kategori berdasarkan cara pembagian yang dirumuskan oleh Komite Hak Anak

PBB. Konvensi Hak Anak dibagi menjadi 8 kartegori, yaitu:

a. Langkah-langkah implementasi umum

b. Definisi anak

c. Prinsip-prinsip umum


(38)

e. Linkgkungan keluarga dan pengasuhan alternatif

f. Kesehatan dan kesejahteraan dasar

g. Pendidikan, waktu luang dan kegiatan budaya

h. Langkah-langkah perlindungan khusus. (UNICEF, Guide to The


(39)

148

5.1 Kesimpulan

UNICEF dalam melihat kehidupan anak-anak yang sangat memprihatikan

terutama pada kasus ini adalah mengenai anak-anak yang mengalami perekrutan

untuk dijadikan child soldier di Sierra Leone. Di satu sisi anak-anak dipaksa dan

diculik oleh pihak yang bertikai untuk dijadikan child soldier untuk menambah

instumen peperangan dan di sisi lain mereka terpaksa untuk kelangsungan hidup

mereka yang begitu sulit dimana mereka berada ditengah-tengah konflik yang

berkepanjangan.

Berdasarkan hasil penelitian dari bab-bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan

bahwa:

1. UNICEF sebagai salah satu Organisasi Internasional yang merupakan bagian

dari PBB, mempunyai peranan penting di Sierra Leone, khususnya di Sierra

Leone dalam menjalankan program-program DDR dan ICC’s bagi anak-anak

yang mengalami perekrutan sebagai child soldier. UNICEF sangat

memprioritaskan penanganan child soldier ini karena tujuan dari UNICEF


(40)

mengatur serta memelihara jalannya pendidikan dan kesejahteraan anak-anak

di dunia.

2. Program-program yang telah dijalankan oleh UNICEF dalam menangani child

soldier di Sierra Leone, yaitu seperti dijalankannya program DDR, dan

didirikannya Pusat Rehabilitasi ICC’s. Dalam program DDR UNICEF bekerjasama dengan UNAMSIL melalui Joint Operasional Centre (JOC)

terutama dalam proses pelucutan senjata. Karena UNICEF tidak berhak dalam

melakukan proses tersebut karena bersifat kemiliteran.

3. Dalam menjalankan program-programnya UNICEF juga mengalami

kendala-kendala yang dihadapi maka dari itu UNICEF terus memperbaiki dengan

melakukan upaya-upaya agar program ini dapat berjalan dengan semestinya

sehingga dapat meminimalisasikan jumlah child soldier yang ada di Sierra

Leone.

4. Hasil-hasil yang dicapai UNICEF selama menjalankan kedua programnya di

Sierra Leone menunjukkan dampak positif, ini terlihat jumlah anak-anak di

Sierra Leone dari tahun 1999 sampai tahun 2004 mengalami penurunan yang

baik, sehingga jumlah child soldier di Sierra Leone dapat dikatakan mampu

diminimalisasikan. Aktivitas UNICEF tersebut sudah cukup berperan dan

banyak membantu pemerintah Sierra Leone dalam meminimalisasikan jumlah

child soldier.

5. Serta Prospek UNICEF dalam menangani child soldier dimana UNICEF akan


(41)

Sierra Leone serta mengkampanyekan dan mensosialisasikan isi dari konvensi

hak anak terutama pada artikel 38 tentang dilarangnya anak-anak untuk

berpartisipasi dalam konflik bersenjata.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, sebagai bagian terakhir dalam penelitian ini,

maka peneliti memberikan saran-saran sebagai berikut:

1. Upaya dalam menangani permasalahan child soldier harus terus ditingkatkan

oleh UNICEF. Serta generasi selanjutnya di Sierra Leone tidak harus di

bayangi-bayangi oleh konflik yang berlangsung cukup lama dimana dalam

konflik tersebut melibatkan anak-anak didalamnya. Hal ini harus mendapat

perhatian serius tidak hanya dari UNICEF, tetapi dari berbagai pihak terutama

pemerintah. Maka dari itu, diperlukan program yang komprehensif dan

terintegrasi dengan baik di wilayah tersebut. Untuk itu, UNICEF harus

menjaga hubungan baik dengan pemerintah terkait yang ikut membantu dalam

menangani child soldier ini.

2. Meningkatkan kerjasama yang lebih baik antar negara dan semua sektor

masyarakat untuk mencegah akses-akses adanya perekrutan anak-anak

sebagai child soldier kembali dan memperkuat peran serta keluarga dalam


(42)

seperti memonitoring anak-anak dan berkordinasi dengan semua pihak agar

tidak terjadi lagi hal serupa di Sierra Leone.

3. Data-data mengenai child soldier harus di dokumentasikan dan diperbaharui

setiap saat, baik oleh UNICEF dan UNAMSIL ataupun pemerintah Sierra

Leone, sehingga data tersebut berguna untuk perencanaan program dan

sebagai peringatan awal tentang kondisi anak-anak di suatu wilayah terutama

dalam hal ini adalah di Sierra Leone.

4. Dalam hal ini peneliti masih banyak memiliki kekurangan dan kendala dalam

melakukan penyajian data yang akurat, oleh karena itu bagi yang hendak

melakukan penelitian dengan menggunakan objek dan variabel penelitian

yang sama diharapkan untuk melakukan penelitian dengan metode dan teknik

pengumpulan data yang berbeda dan memperbanyak lagi sumber-sumber dan

referensi yang terkait dengan permasalahan yang diangkat bisa dilakukan

tidak hanya dengan cara studi kepustakaan saja, tetapi seperti melakakun

interview langsung dengan pihak yang bersangkutan guna menunjang

penelitian ini terutama dengan pihak kedutaan Sierra Leone.

5. Penelitian ini berusaha untuk menggambarkan mengenai peranan UNICEF

dalam menangani child soldier di Sierra Leone, dimana peneliti telah berusaha

untuk mengkaji dan mengolah data-data yang tersedia. Untuk itu bagi peneliti

lain yang mengangkat permasalahan yang sama hendaknya lebih sering untuk

memantau perkembangan terbaru mengenai data-data yang tersedia sehingga


(43)

xvii

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

A. Lopez, George dan Michael S. Stohl. 1989. International Relations:

Contemporary Theory and Practice. Washington D.C.: Congressional Quarterly Press.

Archer, Clive. 1984. International Organization. London: University of Aberdeen.

Beah, Ishmael.2007. A Long Way Gone: Memoar Seorang Tentara Anak.

Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka.

C. Plano, Jack dan Roy Olton. 1999. Kamus Hubungan Internasional. Bandung: Abardin.

Charles, A. Mc Clelland,. 1986. Ilmu Hubungan Internasional: Teori dan Sistem. Jakarta: CV. Rajawali.

Coalition to Stop the Use of Child Soldiers, 2008. Child Soldier Global Report 2008

Columbis, Theodore dan James H. Wolfe. 1999. Pengantar Hubungan Internasional: Keadilan dan Power. Putra A. Badin.

Cooley, C.H. 1930. Sociological Theory and Social Research. New York: Henry Holt and Company.

Fisher, Simon, dkk. 2000. Mengelola Konflik: Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak. Jakarta: The British Council

Hadisuprapto, Paulus. 1996. Peranan Orangtua Dalam Pengimplementasian Hak-hak

Anak dan Kebijakan Penanganan Anak Bermasalah. Jakarta.

Herlina, Apong (et. all). 2003. Perlindungan Anak. Jakarta: PT. Harapan Prima. Hoffman, Stanley (ed). 1960. Contemporary Theory in International Relations. New

Jersey: Englewood Cliffs.


(44)

xviii

Hutahuruk, M. 1987. Kenalilah PBB. Jakarta: Erlangga

J. Feld, S. Jordan dan Hurwitz. 1992. International Organization: A Comparative Approach. New York: Oakbury Inc.

K. Jacobson, Harold. 1984. Network of Interdependence: International Organization and the Global Political System. New York: Alfred A. Knopf Inc.

Kantaprawira, Rusadi. 1987. Pendekatan Sistem Dalam Ilmu-Ilmu Sosial, Aplikasi Dalam Meninjau Kehidupan Politik Indonesia. Bandung: PT. Sinar Baru.

Kartasasmita, Koesnadi. 1998. Organisasi dan Administrasi Internasional. Bandung: PT. Angkasa.

Miall, Hugh. Oliver Ramsbotham dan Tom Woodhouse. 2000. Resolusi Damai

Konflik Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mas’oed, Mochtar. 1989. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodelogi. Jakarta: LP3ES.

Mas’oed, Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Jakarta: Pustaka LP3ES

Mauna, Boer. 1985. Hukum Organisasi Internasional. Bandung: PT. Sinar Harapan.

Miall, Hugh. Oliver Ramsbotham dan Tom Woodhouse. 2000. Resolusi Damai

Konflik Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Muzafar, Chandra. 1995. Hak Asasi Manusia Dalam Tatanan Dunia Baru.

Nasution, Dahlan. 1991. Politik Internasional: Konsep dan Teori. Jakarta: Erlangga

R. Viotti, Paul dan Mark V. Kauppi. 1990. International Relations Theory: Realism, Pluralism, Globalism and Beyond. Allyn and Bacon.

Rudi, T. May. 1998. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung: PT. Eresco.

Rudi, T. May. 2005. Organisasi dan Administrasi Internasional. Bandung: PT. Refika Aditama.


(45)

xix

Silalahi, Ulbert. 1999. Metode dan Metodelogi Penelitian. Bandung: Bina Budaya.

Suherman, Ade Maman. 2003. Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi. Jakarta: Ghalia Indonesia

Soerjono, Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rajawali

Shcwarzenberger, George. 1964. Power Politics. London: Prentice Hall.

T. Coser dan Anthony Rosenberg. 1976. An Introduction to International Politics. New Jersey : Prentice Hall.

P. Hermawan, Yulius. 2007. Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu dan Metodologi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

P. Siagian, Sondang. 1980. Filsafat Administrasi. Jakarta: PT. Midas Suryo Grafindo. Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

B. Jurnal

PBB. 2000. Basic Facts the United Nations. New York: UN Dept. of Public Information.

UNICEF. 1996. Pengembangan Hak Anak: Pedoman Pengembangan Pelatihan Tentang Konvensi Hak Anak. Jakarta: UNICEF

UNICEF. 1990. Guide to the Convention on The Rights of The Child. Jakarta: UNICEF

UNICEF.1990. An Orientation Handbook, Training Section. New York: Division of Personal UNICEF.

UNICEF.1990. An Orientation Handbook: Medium-Term Plan. New York: UNICEF.

UNICEF. 1991. Hal Ihwal UNICEF. Jakarta: UNICEF.

United Nation Publication. 1989. Basic Fact About The Nations. New York: United Nation Publication.


(46)

xx

UNICEF.1996. Children’s Rights The Cutting Edge of Human Rights. New York: UNICEF.

UNICEF. 1997. Laporan Situasi Anak-anak di Dunia. New York : UNICEF.

UNICEF. Chapters on Programme and Preparation and Implementation. UNICEF

Policy and Procedure Manual. Book D.

Zulnaidi, SS, M.Hum. 2007. Metode Penelitian. Universitas Sumatera Utara. Medan

C. Website

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedi a.org/wiki/Sierra_Leone_Civil_War&prev=/translate_s%3Fhl%3Did%26q%3Dkonfli k%2Bsierra%2Bleone%26tq%3Dconflict%2BSierra%2BLeone%26sl%3Did%26tl% 3Den diakses 4 Maret 2009

http://www.unicef.org/newsline/00pr39.htm diakses 29 Feb 2009

http://www.hrw.org diakses 24 februari 2009

http://www.fdu.edu/newspubs/magazine/05sf/childsoldiers.htm diakses tanggal 23 februari 2009

http://www.un.org/works/goingon/soldiers/lessonplan_soldiers.html diakses pada 6 juni 2009

http://chiara-mycandlelight.com/2008/06/ketika-konflikbersenjatamelibatkan.html diakses 15 Juni 2009

http://www.unicef.org/emerg/files/SierraLeone-TRCReport.pdf diakses tanggal 28 juni 2009

http://www.org/depts/dpko/missions/unamsil/index.html diakses 25 maret 2009

http://www.nyu.edu/clubs/jpia.club/PDF/Fall2008_barker.pdf, diakses pada tanggal 5 Juli 2009


(47)

xxi

http://www.unicef.org/Publications/files/Impact_final.pdf, diakses pada tanggal 5 Juli 2009

http://www.unddr.org/countryprogrammes.php?c=60 diakses 25 juni 2009

http//www.un.org/Depts/dpko/missions/unamsil/factsheet1_DDR.pdf+DDR+unamsil +sierra+leone&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a diakses 25 juni 2009

http://www.iss.co.za/pubs/Monographs/No68/Chap7.html diakses 25 juni 2009

http://www.unicef.org/sowc06/pdfs/sowc06_table5.pdf di akses 25 juni 2009

http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PDACH599.pdf diakses 25 Juni 2009


(1)

151

seperti memonitoring anak-anak dan berkordinasi dengan semua pihak agar tidak terjadi lagi hal serupa di Sierra Leone.

3. Data-data mengenai child soldier harus di dokumentasikan dan diperbaharui setiap saat, baik oleh UNICEF dan UNAMSIL ataupun pemerintah Sierra Leone, sehingga data tersebut berguna untuk perencanaan program dan sebagai peringatan awal tentang kondisi anak-anak di suatu wilayah terutama dalam hal ini adalah di Sierra Leone.

4. Dalam hal ini peneliti masih banyak memiliki kekurangan dan kendala dalam melakukan penyajian data yang akurat, oleh karena itu bagi yang hendak melakukan penelitian dengan menggunakan objek dan variabel penelitian yang sama diharapkan untuk melakukan penelitian dengan metode dan teknik pengumpulan data yang berbeda dan memperbanyak lagi sumber-sumber dan referensi yang terkait dengan permasalahan yang diangkat bisa dilakukan tidak hanya dengan cara studi kepustakaan saja, tetapi seperti melakakun interview langsung dengan pihak yang bersangkutan guna menunjang penelitian ini terutama dengan pihak kedutaan Sierra Leone.

5. Penelitian ini berusaha untuk menggambarkan mengenai peranan UNICEF dalam menangani child soldier di Sierra Leone, dimana peneliti telah berusaha untuk mengkaji dan mengolah data-data yang tersedia. Untuk itu bagi peneliti lain yang mengangkat permasalahan yang sama hendaknya lebih sering untuk memantau perkembangan terbaru mengenai data-data yang tersedia sehingga didapatkan data yang lebih valid.


(2)

xvii

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

A. Lopez, George dan Michael S. Stohl. 1989. International Relations: Contemporary Theory and Practice. Washington D.C.: Congressional Quarterly Press.

Archer, Clive. 1984. International Organization. London: University of Aberdeen. Beah, Ishmael.2007. A Long Way Gone: Memoar Seorang Tentara Anak.

Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka.

C. Plano, Jack dan Roy Olton. 1999. Kamus Hubungan Internasional. Bandung: Abardin.

Charles, A. Mc Clelland,. 1986. Ilmu Hubungan Internasional: Teori dan Sistem. Jakarta: CV. Rajawali.

Coalition to Stop the Use of Child Soldiers, 2008. Child Soldier Global Report 2008

Columbis, Theodore dan James H. Wolfe. 1999. Pengantar Hubungan Internasional: Keadilan dan Power. Putra A. Badin.

Cooley, C.H. 1930. Sociological Theory and Social Research. New York: Henry Holt and Company.

Fisher, Simon, dkk. 2000. Mengelola Konflik: Keterampilan dan Strategi untuk Bertindak. Jakarta: The British Council

Hadisuprapto, Paulus. 1996. Peranan Orangtua Dalam Pengimplementasian Hak-hak Anak dan Kebijakan Penanganan Anak Bermasalah. Jakarta.

Herlina, Apong (et. all). 2003. Perlindungan Anak. Jakarta: PT. Harapan Prima. Hoffman, Stanley (ed). 1960. Contemporary Theory in International Relations. New

Jersey: Englewood Cliffs.


(3)

xviii

Hutahuruk, M. 1987. Kenalilah PBB. Jakarta: Erlangga

J. Feld, S. Jordan dan Hurwitz. 1992. International Organization: A Comparative Approach. New York: Oakbury Inc.

K. Jacobson, Harold. 1984. Network of Interdependence: International Organization and the Global Political System. New York: Alfred A. Knopf Inc.

Kantaprawira, Rusadi. 1987. Pendekatan Sistem Dalam Ilmu-Ilmu Sosial, Aplikasi Dalam Meninjau Kehidupan Politik Indonesia. Bandung: PT. Sinar Baru. Kartasasmita, Koesnadi. 1998. Organisasi dan Administrasi Internasional. Bandung:

PT. Angkasa.

Miall, Hugh. Oliver Ramsbotham dan Tom Woodhouse. 2000. Resolusi Damai Konflik Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mas’oed, Mochtar. 1989. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodelogi.

Jakarta: LP3ES.

Mas’oed, Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi.

Jakarta: Pustaka LP3ES

Mauna, Boer. 1985. Hukum Organisasi Internasional. Bandung: PT. Sinar Harapan. Miall, Hugh. Oliver Ramsbotham dan Tom Woodhouse. 2000. Resolusi Damai

Konflik Kontemporer. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Muzafar, Chandra. 1995. Hak Asasi Manusia Dalam Tatanan Dunia Baru.

Nasution, Dahlan. 1991. Politik Internasional: Konsep dan Teori. Jakarta: Erlangga R. Viotti, Paul dan Mark V. Kauppi. 1990. International Relations Theory: Realism,

Pluralism, Globalism and Beyond. Allyn and Bacon.

Rudi, T. May. 1998. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung: PT. Eresco.

Rudi, T. May. 2005. Organisasi dan Administrasi Internasional. Bandung: PT. Refika Aditama.


(4)

xix

Silalahi, Ulbert. 1999. Metode dan Metodelogi Penelitian. Bandung: Bina Budaya. Suherman, Ade Maman. 2003. Organisasi Internasional dan Integrasi Ekonomi

Regional dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi. Jakarta: Ghalia Indonesia Soerjono, Soekanto. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Rajawali

Shcwarzenberger, George. 1964. Power Politics. London: Prentice Hall.

T. Coser dan Anthony Rosenberg. 1976. An Introduction to International Politics. New Jersey : Prentice Hall.

P. Hermawan, Yulius. 2007. Transformasi dalam Studi Hubungan Internasional: Aktor, Isu dan Metodologi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

P. Siagian, Sondang. 1980. Filsafat Administrasi. Jakarta: PT. Midas Suryo Grafindo. Perwita, Anak Agung Banyu dan Yanyan Mochamad Yani. 2005. Pengantar Ilmu

Hubungan Internasional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

B. Jurnal

PBB. 2000. Basic Facts the United Nations. New York: UN Dept. of Public Information.

UNICEF. 1996. Pengembangan Hak Anak: Pedoman Pengembangan Pelatihan Tentang Konvensi Hak Anak. Jakarta: UNICEF

UNICEF. 1990. Guide to the Convention on The Rights of The Child. Jakarta: UNICEF

UNICEF.1990. An Orientation Handbook, Training Section. New York: Division of Personal UNICEF.

UNICEF.1990. An Orientation Handbook: Medium-Term Plan. New York: UNICEF. UNICEF. 1991. Hal Ihwal UNICEF. Jakarta: UNICEF.

United Nation Publication. 1989. Basic Fact About The Nations. New York: United Nation Publication.


(5)

xx

UNICEF.1996. Children’s Rights The Cutting Edge of Human Rights. New York: UNICEF.

UNICEF. 1997. Laporan Situasi Anak-anak di Dunia. New York : UNICEF.

UNICEF. Chapters on Programme and Preparation and Implementation. UNICEF Policy and Procedure Manual. Book D.

Zulnaidi, SS, M.Hum. 2007. Metode Penelitian. Universitas Sumatera Utara. Medan

C. Website

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&langpair=en%7Cid&u=http://en.wikipedi a.org/wiki/Sierra_Leone_Civil_War&prev=/translate_s%3Fhl%3Did%26q%3Dkonfli k%2Bsierra%2Bleone%26tq%3Dconflict%2BSierra%2BLeone%26sl%3Did%26tl% 3Den diakses 4 Maret 2009

http://www.unicef.org/newsline/00pr39.htm diakses 29 Feb 2009 http://www.hrw.org diakses 24 februari 2009

http://www.fdu.edu/newspubs/magazine/05sf/childsoldiers.htm diakses tanggal 23 februari 2009

http://www.un.org/works/goingon/soldiers/lessonplan_soldiers.html diakses pada 6 juni 2009

http://chiara-mycandlelight.com/2008/06/ketika-konflikbersenjatamelibatkan.html diakses 15 Juni 2009

http://www.unicef.org/emerg/files/SierraLeone-TRCReport.pdf diakses tanggal 28 juni 2009

http://www.org/depts/dpko/missions/unamsil/index.html diakses 25 maret 2009

http://www.nyu.edu/clubs/jpia.club/PDF/Fall2008_barker.pdf, diakses pada tanggal 5 Juli 2009


(6)

xxi

http://www.unicef.org/Publications/files/Impact_final.pdf, diakses pada tanggal 5 Juli 2009

http://www.unddr.org/countryprogrammes.php?c=60 diakses 25 juni 2009

http//www.un.org/Depts/dpko/missions/unamsil/factsheet1_DDR.pdf+DDR+unamsil +sierra+leone&cd=2&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a diakses 25 juni 2009 http://www.iss.co.za/pubs/Monographs/No68/Chap7.html diakses 25 juni 2009 http://www.unicef.org/sowc06/pdfs/sowc06_table5.pdf di akses 25 juni 2009 http://pdf.usaid.gov/pdf_docs/PDACH599.pdf diakses 25 Juni 2009