3.6.11. Uji Keseragaman Kandungan Obat dalam

42 Sebanyak 20 mg piroksikam ditimbang seksama, dimasukkan ke dalam labu takar 100 mL dan dilarutkan dalam 15 mL metanol. Kemudian ditambah dengan PBS pH 6,4 untuk memperoleh konsentrasi 200 µgmL. Dari larutan stok tersebut diambil 10 mL dan dipindahkan ke dalam labu takar 100 mL, lalu dilarutkan dengan pelarut yang sama untuk memperoleh konsentrasi 20 µgmL. Dari larutan intermediet tersebut, diambil 1,0; 2,0; 3,0; 4,0; 5,0; 6,0; 7,0; 8,0; dan 9,0 mL, dipindahkan ke dalam labu takar 10 mL dan dilarutkan dengan pelarut yang sama untuk memperoleh konsentrasi 2, 4, 6, 8, 10, 12, 14, 16, 18 µgmL. Panjang gelombang maksimal ditentukan dari larutan intermediet konsentrasi 20 µgmL yang dibaca menggunakan spektrofotometer UV pada rentang 200-400 nm. Kemudian seluruh larutan seri dianalisis pada panjang gelombang maksimal Garg et al.

2014. 3.6.11. Uji Keseragaman Kandungan Obat dalam

Patch Sebanyak 3 hydrocolloid matrix piroksikam berdiameter 1 cm dari masing-masing formula dilarutkan dalam 15 mL metanol dan 35 mL PBS pH 6,4. Kemudian absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 230 nm menggunakan spektrofotometer UV. Blanko yang digunakan sebagai pembanding adalah methanol Shirsand et al. 2012.

3.6.12. Uji Pelepasan Obat secara In Vitro

Uji pelepasan piroksikam dari sediaan dilakukan menggunakan Franz Diffusion Cell pada suhu 37 ± 1 o C. Sebanyak 15 mL metanol dan 15 mL PBS pH 6,4 dimasukkan pada sel difusi sebagai kompartemen aseptor. Membran Millipore 0,45 mm sebelumnya direndam dalam larutan aseptor selama 1 jam, kemudian hydrocolloid berdiameter 1 cm dipasang pada sel difusi. Pada tiap waktu tertentu kompartemen aseptor disampling dan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 230 nm. Kadar obat ditentukan dengan plot kurva baku piroksikam. Nilai dissolution efficiency dihitung sampai waktu ke-360 menit DE 360 Pudyastuti, Nugroho dan Martono, 2014. 3.6.13. Uji Stabilitas Hydrocolloid Matrix Piroksikam Setiap formula hydrocolloid matrix piroksikam berdiameter 1 cm disimpan dalam paparan suhu 37°C dan 45°C selama 4 minggu. Analisis fisik dan analisis kandungan obat pada hydrocolloid matrix dilakukan setiap akhir minggu. Replikasi dilakukan sebanyak 3 kali Amjad et al. 2011.

3.6.14. Uji Iritasi Kulit

Uji iritasi kulit dilakukan dengan menggunakan 3 kelinci albino dengan bobot 1,8 –2,2 kilogram. Hydrocolloid matrix yang tidak PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 43 mengandung obat adalah yang digunakan dalam uji iritasi kulit. Larutan etil asetat diaplikasikan pada permukaan dorsal kiri pada tikus, di mana sediaan yang akan diuji diletakkan di permukaan kanan dorsal. Sediaan dilepas setelah 24 jam dengan bantuan alkohol. Kemudian kulit diperiksa apakah terdapat eritemaedema Shirsand et al., 2012.

3.6.15. Uji Aktivitas

Hydrocolloid Matrix Piroksikam Enam ekor tikus putih jantan umur 2-3 bulan dengan berat 150- 180 gram, dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan terdiri dari 3 ekor tikus diabetes dengan kadar gula darah 250 mgdL dan 3 ekor tikus tidak diabetes sebagai kelompok kontrol. Tikus diabetes diperoleh dengan menginjeksi aloksan monohidrat secara intraperitoneal dengan dosis 150 mgkgBB. Setiap tikus diberi olesan krim Veet ® pada bagian punggungnya dan didiamkan selama 5 menit. Lalu dibilas dengan kapas yang dibasahi air bersih. Tikus dibiarkan selama 48 jam sebelum diberi luka eksisi. Kemudian tikus dianestesi dengan ketamin 0,5 mLkgBB secara intramuskular pada bagian paha. Setelah 30 menit, kulit punggung tikus dibasahi dengan etanol 70 dan dibuat 5 luka eksisi menggunakan biopsy punch berdiameter 5 mm ke punggung tikus yang sudah dicukur sebelumnya hari ke-0. Kelima luka eksisi pada 1 ekor tikus diberi perlakuan berbeda, yaitu: kontrol tanpa perlakuan, hydrocolloid matrix HPMC tanpa piroksikam, hydrocolloid matrix PVP tanpa piroksikam, hydrocolloid matrix HPMC piroksikam, dan hydrocolloid matrix PVP piroksikam. Hydrocolloid matrix dengan atau tanpa piroksikam berdiameter 1 cm dilekatkan pada luka eksisi dengan batuan plester hypavix . Penggantian sediaan dilakukan setiap 24 jam sampai luka menutup. Luka eksisi kemudian dimonitor dan area luka dihitung. Setelah luka sembuh, tikus dieutanasia dengan injeksi ketamin dosis letal 100 mgkgBB. Kulit punggung diambil dengan ukuran 2x2 cm dan disimpan dalam pot berisi formalin 10. Gambar 5. Pola Perlakuan Luka pada Punggung 2 Kelompok Tikus c b a d e 44 Tabel 3. Keterangan Pola Luka pada Punggung 2 Kelompok Tikus Keterangan Tikus 1 Tikus 2 Tikus 3 Cad D Cad ND a Kontrol HM HPMC Pxm HM PVP Pxm Basis HM PVP Basis HM HPMC b Basis HM HPMC HM PVP Pxm Kontrol HM HPMC Pxm Basis HM PVP c Basis HM PVP Kontrol Basis HM HPMC HM PVP Pxm HM HPMC Pxm d HM HPMC Pxm Basis HM HPMC Basis HM PVP Kontrol HM PVP Pxm e HM PVP Pxm Basis HM PVP HM HPMC Pxm Basis HM HPMC Kontrol

3.6.16. Uji histopatologi – pengecatan Hematoxylin-Eosin HE

Sampel berupa jaringan kulit dari perlakuan diambil, kemudian dilakukan pengecatan dengan hematoxylin-eosin, lalu dilihat dibawah mikroskop untuk melihat perubahan histopatologisnya. a. Trimming. Pemotongan tipis jaringan dengan skalpel. b. Dehidrasi. Dilakukan untuk mengeluarkan air yang terkandung dalam jaringan dengan menggunakan reagen pembersih, lalu dilakukan impregnasi penetrasi parafin ke dalam jaringan. c. Embedding dan cutting. Jaringan yang sudah didehidrasi diletakkan di atas sebuah balok kayu embedding sebagai alas pemotongan jaringan dengan pisau mikrotom cutting . d. Staining. Rangkaian pewarnaannya adalah sebagai berikut: xylol I 5 menit; xylol II 5 menit; xylol III 5 menit; alkohol absolut I 5 menit; alkohol absolut II 5 menit; akuades 1 menit; Harris Hematoxylin 20 menit; akuades 1 menit; acid alkohol 2-3 celupan; akuades 1 menit; akuades 15 menit; eosin 2 menit; alkohol 96 I 3 menit; alkohol 96 II 3 menit; alkohol absolut III 3 menit; alkohol absolut IV 3 menit; xylol IV 5 menit; dan xylol V 5 menit. e. Mounting. Menutup kaca objek dengan kaca penutup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 45 f. Pembacaan slide dengan mikroskop. Pengamatan histopatologi dilakukan dengan menggunakan mikroskop cahaya Olympus tipe BH-2, Olympus Corp., Jepang.

3.6.17. Tata Cara Analisis Hasil

Data yang akan diperoleh pada penelitian ini adalah data sifat fisik dan stabilitas hydrocolloid marix piroksikam diabetic wound healing , dan data kecepatan penyembuhan luka pada tikus. Beberapa uji dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: a. Persentase moisture content : Moisture content = � �� � − � �� ℎ�� � �� ℎ�� � b. Persentase moisture absorption : Moisture absorption = � �� ℎ��− � �� � � �� � � c. Nilai dissolution efficiency DE pada uji pelepasan obat dihitung dengan persamaan: = �� 00 � − � d. Kecepatan penyembuhan luka pada tikus: Wound closure = area luka pada hari ke − − area luka pada hari ke − n area luka pada hari ke − x e. Data hasil tiap uji pengukuran diuji statistik menggunakan software R for statistic ver. 3.2.3 dengan penggunaan uji tertentu, yaitu: 1. Uji T-Berpasangan dilakukan pada taraf kepercayaan 95, untuk membandingkan data sebelum dan sesudah dilakukannya uji stabilitas. Uji normalitas data diakukan dengan menggunakan Shapiro test , sedangkan uji homogenitas data tidak dilakukan karena data hanya 1 variasi. 2. Uji ANAVA dan Post Hoc test dilakukan pada taraf kepercayaan 95 untuk membandingkan ada tidaknya perbedaan pada tiap data beberapa uji Uji keseragaman bobot, moisture content, keseragaman kandungan, pelepasan obat, dan uji aktivitas. Uji normalitas data diakukan dengan menggunakan Shapiro test, kemudian dilakukan pengujian homogenitas variansi data menggunakan Levene’s test. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 46 Lampiran 2. Ethical Clearance Penelitian 47 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 48 Lampiran 3. Certificate of Analysis Piroksikam 49 Lampiran 4. Certificate of Analysis PVP K-30 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 50 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 51 Lampiran 5. Certificate of Analysis HPMC PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI 52 Lampiran 6. Data Sifat Fisik Hydrocolloid Matrix Piroksikam 1. Data Uji Sterilitas Formula Sterilitas Basis 1 √ Basis 2 √ Basis 3 √ PVP 1 √ PVP 2 √ PVP 3 √ √: Steril

2. Data Uji Organoleptis Formula