tingkah laku yang buruk dapat memicu tindakan kekerasan atau penyiksaan. Perilaku yang tidak mengikuti norma agama cenderung
menimbulkan perilaku buruk. Serta pemahaman hukum yang kurang dapat memicu tindakan kekerasan. Orang yang mengerti hukum akan
taat pada hukum dan mengetahui sanksi-sanksi terhadap pelanggaran http:cetak.bangkapos.comopiniread170Kekerasan+Dalam+Ruma
h+Tangga+KDRT.html, tanggal akses 28 April 2010.
6. Pengetahuan Terhadap Bentuk-bentuk KDRT
Segala bentuk kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga, merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap
martabat kemanusiaan serta bentuk diskriminasi yang harus dihapus. Untuk mengetahui pengetahuan responden tentang bentuk-bentuk
KDRT digunakan beberapa jawaban, dengan memberikan jawaban seperti kekerasan fisik, kekerasan seksual, kekerasan psikologis,
penelantaran rumah tangga. Hasil penelitian tentang bentuk-bentuk KDRT dapat dilihat dibawah
ini:
Tabel 13. Pengetahuan Terhadap Bentuk-bentuk KDRT
No Bentuk KDRT
Frekuensi Persentase
1 Tinggi
52 28,57
2 Sedang
84 46,15
3 Rendah
46 25,27
Jumlah 182
100,00 Sumber: Diolah dari data kuesioner nomor 6.
Berdasarkan tabel di atas maka diketahui bahwa sebanyak 28,57 52 responden memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang bentuk-bentuk
kekerasan dalam rumah tangga, sebanyak 46,15 84 masyarakat memiliki tingkat pengetahuan sedang tentang bentuk-bentuk kekerasan
dalam rumah tangga. Sementara itu terdapat 25,27 46 responden memiliki tingkat
pengetahuan rendah tentang bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga. Dengan demikian maka sebagian besar responden memiliki
tingkat pengetahuan sedang tentang bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga. Diketahui responden lebih banyak memilih jawaban
kekerasan fisik sebagai pengetahuan terhadap bentuk-nentuk kekerasan dalam rumah tangga daripada pilihan jawaban lain.
Dalam hal ini KDRT dalam bentuk kekerasan fisik lebih sering terungkap, karena mudah pembuktiannya. Sementara, dalam kekerasan
psikis dan penelantaran rumah tangga sering tidak terungkap, termasuk juga kekerasan terhadap anak atau pembantu rumah tangga, padahal
kasus ini banyak terjadi. Hasil penelitian juga menggambarkan bahwa diantara kasus-kasus KDRT, yang paling banyak terjadi adalah
konflik antara suami dan isteri ketimbang kasus orang tua dan anak, majikan dan pembantu, dan bentuk kasus KDRT yang lain.
Akibat yang harus diderita oleh korban KDRT, pada umumnya mereka menjadi stress, depresi, ketakutan, trauma, takut bertemu pelaku, cacat
fisik, atau berakhir pada perceraian. Dari sisi pelaku, apabila kasusnya
terungkap dan dilaporkan, biasanya timbul rasa menyesal, malu, dihukum,
danatau memilih
dengan perceraian
pula http:www.djpp.depkumham.go.idhukum-pidana85-penghapusan-
kekerasan-dalam-rumah-tangga-suatu-tantangan-menuju-sistem- hukum-yang-responsif-gender.html, diakses tanggal 26 April 2010.
7. Pengetahuan Terhadap Sebab Terjadinya