1. Kondisi Ekowisata Sumur Tujuh.
Dewasa ini maupun pada masa yang akan datang, kebutuhan untuk berwisata akan terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dunia, serta perkembangan penduduk
dunia yang semakin membutuhkan refressing akibat dari semakin tingginya kesibukan kerja. Menurut Fandeli
2
faktor yang mendorong manusia berwisata adalah: keinginan untuk melepaskan diri tekanan hidup sehari-hari di kota, Keinginan untuk mengubah suasana dan
memanfaatkan waktu senggang; Kemajuan pembangunan dalam bidang komunikasi dan transportasi; Keinginan untuk melihat dan memperoleh pengalaman-pengalaman baru
mengenai masyarakat dan tempat lain; Meningkatnya pendapatan yang dapat memungkinan seseorang dapat dengan bebas melakukan perjalanan yang jauh dari tempat tinggalnya.
Peningkatkan kebutuhan berwisata ini tentu terdapat faktor pendorong yang membuat tum- buh berkembangya dunia pariwisata. Spilane
3
menjelaskan bahwa faktor tersebut tak lain ada- lah besarnya potensi yang dimiliki oleh bangsa Indonesia bagi pengembangan pariwisata.
Kemudian didukung situasi sosio-ekonomi Indonesia yang saat ini lahan pertanian dan peker- jaan semakin menipis. Dengan adanya pariwisata justru akan mendukung sebagai alternatif dan
juga pengembangan di sektor ini secara tidak langsung memperkuat daya lenting lingkungan. Selain itu, percepatan-percepatan yang terjadi di sektor pariwisata memang menjadi pili-
han utama peningkatan APBD maupun APBN. Lihat saja beberapa daerah berkerja keras meru- bah daerahnya menjadi tempat wisata baru. Misal di Banyuwangi, daerah yang konon dijuluki
daerah mistis dan klinik justru kini bergeser menjadi sun rise of java. Proses pembangunan selama 9 tahun ini akhirnya tak terbuang sia-sia, bahkan kini kabupaten tersebut setiap tahunya
mengadakan event wisata hingga 200an kegiatan. banyuwangi-mall.com. Di Lampung Timur sendiri pun mulai digalakkan kembali dengan hadirnya perda No. 04
tahun 2016 tentang rancangan Induk jangka panjang 2016-2030 konsen dengan pengembangan pariwisata. Taman Nasional Way Kambas, Suaka Rhino Sumatera, Beringin Indah, BBI Pek-
alongan dan sebagainya telah ditetapkan menjadi projek wisata yang akan dikenalkan. Tak
2
Fandeli, Ch., 1995. Pengertian dan Kerangka Dasar Kepariwisataan Pengertian dan Kerangka Dasar Kepariwisataan, dalam Dasar-dasar Manajemen Kepari-wisataan Alam, Editor: Ch. Fandeli, Yogyakarta:
Liberty, hal 50-51 dalam
3
Spilane, J.J., 1987. Pariwisata Indonesia, Sejarah dan Prospeknya, Yogyakarta: Kanisius,hal 57 dalam Soebagyo, Strategi Pengembangan Pariwisata Indonesia, Jurnal Lingquidity, Jakarta Selatan: 2012, vol.1 No.2,
Hal 154.
ingin ketinggalan dengan pariwisata yang telah ada, masyarakat Desa Sukaraja Tiga Kecama- tan Marga Tiga urung rembuk menggagas wisata lokal Sumur Tujuh.
Wisata yang dibanguna atas inisiatif warga mulai di jalankan di awal tahun 2016. Destinasi wisata Sumur Tujuh ini, berdasarkan cerita warga setempat, wisata yang memiliki tujuh sumur
dengan kedalaman kurang lebih 2 meter sudah terbentuk sejak lampau. Bahkan historis adanya sumur tersebut pun kini masih dalam proses pencatatan.
Dengan memanfaatkan mitos yang berkembang jika meminum air di sumur tujuh akan melanggengkan urusan percintaan, dan tak pernah suruh walau kemarau panjang. Menjadi
alasan utama daya tarik wisatawan untuk hadir. Masyarakat Sukaraja Tiga pun mulai giat mem- promosikan wisata tersebut.
Mitos dan keunikan sumur tersebut mulai di gemborkan kepada wisatawan. Misal saja dengan mempromosikan di portal jurnalisme warga Ayokelamtim.com, rutin masyarakat
mengajak pengunjung untuk datang. Demi meperindah dan membuat pengunjung nyaman berrekreasi di Sumur Tujuh, warga
tiap minggu nya gotong royong membersihkan kondisi lingkungan. Melihat adanya potensi besar tersebut, pembangunan infrasturktur, jalan, aula dan termpat peribadatan mulai disusun
disekitar lokasi. Walaupun demikian, semangat membangun wisata lokal berbasis masyarakat tersebut
masih berkaitan dengan dampak perekonomian terhadap warga. Tentu dapat mengesampingkan hubungan alam dengan kebutuhan ekonomi tanpa adanya pengetahuan
didalamnya. Hal ini akan menjadi kemunculan problem baru lingkungan hidup setempat. Ditambah lagi dengan index pembangunan manusia di Lampung Timur cukup rendah.
Pemahaman tentang berkehidupan saling menjaga antara manusia dan alam perlu terinternalisasi di dalam masyarakat. Dengan demikian sangat dibutuhkan sinergitas antara
hubungan manusia dengan alam setempat.
2. Sinergitas Pembangunan Sumur Tujuh Berbasis Sosio-Ekologi