Sinergitas Pembangunan Ekowisata Sumur Tujuh Berbasis sosio-ekologi Oleh : Diyan Ahmad Saputra
Abstrak
Artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan bagaimana kearifan lokal masyarakat sekitar wisata Sumur Tujuh Desa Sukaraja Tiga, Lampung Timur dan bagaimana mensinergikan
pembangunan wisata sumur tujuh berbasis sosio-ekologi.
Semangat pembangunan warga desa memperbaiki destinasi wiasta Sumur Tujuh tidak cukup hanya dengan gotong royong kerja bakti di sekitar lokasi wisata. Namun terdapat beberapa hal
penting lainya agar pembangunan selaras daya lenting lingkungan.
Pertama, menumbuhkan
kecerdasasan ekologis
didalam masyarakat
yang menginternalisasikan tidakan nyata, sikap dan perilaku manusia terhadap lingkungan yang
mengandung nilai-nilai pelestarian ekosistem. Sehingga program-program yang ditawarkan dalam pariwisata tersebut tidak lepas dari perusakan lingkungan. Kedua, selaras dengan
kecerdasan ekologis di dalam masyarakat, perlu adanya tindak lanjut dengan pendidikan lingkungan hidup disekitar wisata.
Dengan adanya kontinuitas tersebut, diharapkan pembangunan dapat sinergi dengan ekologi, dengan di topang jiwa gotong royong dan kesadaran ekologis masyarakat.
Kata Kunci: Kecerdasan ekologis, pendidikan lingkungan hidup, sosio-ekologi.
A. Pendahuluan
Giat pemerintah baru Lampung Timur mencanangkan menjadi daerah pariwisata Lam- pung memang sudah diprediksi sejak awal. Dengan potensi pariwisata unik dibanding daerah
lain, Taman Nasional Way Kambas, Suaka Rhino Sumatera ataupun Taman Purbakala menjadi alasan utama prioritas pembangunan kedepan. Akibatnya, akan terjadi percepatan pem-
bangunan yang dapat berbanding lurus dengan perbaikan lingkungan sekitar tempat wisata. Dalam pandangan pemerintah tentu akan berbeda. Keuntungan ekonomi sudah dipastikan
menjadi alasan utama pembangunan. Pandang ekonomis memang tidak dapat dielakkan lagi, terlebih kabupaten yang memiliki luas wilayah 5.300 km
2
dan berpenduduk sebesar 989.639 jiwa sensus 2010, telah ditetapkan menjadi Peraturan Daerah No. 04 tahun 2016 tentang
rancangan induk jangka panjang 2016-2030 konsen dengan pengembangan pariwisata. Kemudian disokong dengan perkembangan wisata di Indonesia yang meningkat 7.2 yang
melampaui negara ASEAN 5.1 bahkan dunia hanya rata-rata 4.4 Data Januari, UNWTO World Tourism Barometer
Salah satu wisata baru yang perlu dilirik yaitu Sumur Tujuh di Desa Sukaraja Tiga, Keca- matan Marga Tiga, Lampung Timur, merupakan destinasi wisata lokal yang beberapa bulan
ini, masyarakat desa setempat beramai-ramai gencar mempromosikan wisata tersebut. Destinasi wisata yang menitik beratkan kepada pesona alam yang asri dan mitos sumur
yang konon air nya dapat melanggengkan cinta-kasih terhadap seseorang. Mulai digerakan masyarakat desa sebagai fokus utama pembangunan desa setempat. Pembangunan untuk mem-
perindah wisata lokal mulai berjalan sejak pertengahan tahun. Masyarakat desa pun men- dukung dengan terlibat langsung dalam perawatan lokasi wisata tiap minggu nya.
Dikit demi dikit pembangunan mulai berjalan, jalan setapak, siring mulai dibangun untuk mempermudah akses ke tempat wisata tersebut. Banguan lainyapun bertahap akan di lak-
sanakan, misal pendopo, alun-alun dan sebaginya. Dan ini merupakan hasil pandangan masyarakat yang mengangap bahwa membangun sama saja memperbaiki dan merawat ling-
kungan wisata. Namun pandangan tersebut bisa jadi berbandik terbalik jika melihat kebutuhan manusia
yang tidak terbatas. Dengan Jumlah penduduk semakin terus bertambah dan kebutuan manusia semakin meningkat dapat menyebabkan manusia secara sengaja maupun tidak sengaja
berdampak pada kerusakan bumi atau lingkungan dimana manusia tinggal. Olah karna itu perlu adanya pemahaman komprehensif, bahwa pembangunan kedepan turut pula berdampak pada
perbaikan lingkungan. Seperti yang diungkapkan Sumarwoto 1997 adalah pembangunan dapat dan telah merusak lingkungan, tetapi pembangunan juga diperlukan untuk memperbaiki
kualitas lingkungan.
1
Jika pembanguna desa tersebut tidak memperhitungkan secara matang, akan berdampak pada kondisi ekologi menjadi buruk. Oleh karna itu perlu adanya integrasi yang tepat agar
pembangunan yang dicanangkan selaras dengan daya lenting lingkungan. Dengan demikian makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana keseharian
masyarakat dalam memperlakukan objek wisata Sumur Tujuh dan bagaimana menselaraskan pembangunan wisata sumur tujuh berbasis sosio-ekologi.
B. Isi