n = jumlah responden
Ketentuan untuk melihat tingkat keeratan korelasi digunakan acuan pada Tabel 3.8 dibawah ini.
Tabel 3.8 TingkatKeeratan Korelasi
0 – 0.20 Sangat rendah hampir tidak ada hubungan
0.21 – 0.40 Korelasi yang lemah
0.41 – 0.60 Korelasi sedang
0.61 – 0.80 Cukup tinggi
0.81 – 1 Korelasi tinggi
Sumber: Syahri Alhusin, 2003 : 157
4. Analisis Koefisien Determinasi
Persentase peranan semua variable bebas atas nilai variable bebas ditunjukkan oleh besarnya koefisien determinasi R
2
.Semakin besar nilainya maka menunjukkan bahwa persamaan regresi yang dihasilkan baik untuk mengestimasi variable terikat.
Hasil koefisien determinasi ini dapat dilihat dari perhitungan dengan MicrosoftSPSS atau secara manual didapat dari R
2
= SS
reg
SS
tot .
100
2
x r
Kd =
Dimana: d
: Koefisien determinasi r
: Koefisien Korelas
3.2.6.2 Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini yang akan diuji adalah PengaruhKontrol diri dan Diskon terhadap Pembelian impulsif konsumen di NEPS Clothing Bandung. Dengan
memperhatikan karakteristik variabel yang akan diuji, maka uji statistik yang akan digunakan adalah melalui perhitungan analisis regresi dan korelasi.
Langkah – langkah dalam analisisnya sebagai berikut :
1. Pengujian Secara Parsial
Melakukan uji-t, untuk menguji pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat hipotesis sebagai berikut :
a. Rumus uji t yang digunakan adalah :
ℎ
,
= b
,
+,-
,
t
hitung
diperoleh dari nilai koefisien regresi dibagi dengan nilai standar errornya.
b. Hipotesis
H
1.
ρ= 0, Tidak terdapat pengaruh Kontrol diridan Diskonterhadap Pembelian impulsif konsumen di NEPS Clothing Bandung.
H
11
. ρ ≠ 0, Terdapat pengaruh Kontrol diri dan Diskon terhadap pembelian impulsif konsumen di NEPS Clothing Bandung.
H
2
. ρ = 0, Tidak terdapat pengaruhKontrol diridan Diskon terhadap Pembelian impulsif konsumen di NEPS Clothing Bandung.
H
12
. ρ ≠ 0,Terdapat pengaruh Kontrol diri dan Diskon terhadap pembelian impulsif konsumen di NEPS Clothing Bandung.
c. Kriteria pengujian
H ditolak apabila t
hitung
dari t
tabel
α = 0,05 Jika menggunakan tingkat kekeliruan α = 0,01 untuk diuji dua pihak, maka
kriteria peneerimaan atau penolakan hipotesis yaitu sebagai berikut : a.
Jika t
hitung
≥ t
tabel
maka H ada di daerah penolakan, berarti Ha diterima
artinya diantara variabel X dan variabel Y ada hubungannya. b.
Jika t
hitung
≤ t
tabel
maka H ada di daerah penerimaan, berarti Ha ditolak
artinya antara variabel X dan variabel Y tidak ada hubungannya. Dibawah ini adalah gambaran daerah penolakan H
dan daerah penerimaan H
1
:
Gambar 3.1 Daerah penerimaan dan penolakan Ho
Sumber: Sugiyono 2009:185
Daerah peneriman H
Daerah penolakan H
Daerah penolakan H
t
tabel
-t
tabel
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN
DAN HIPOTESIS 2.1
Kanjian Pustaka 2.1.1 Kontrol Diri
2.1.1.1 Pengertian Kontrol diri
Menurut Ghufron 2003:30 kendali diri atau disebut kontrol diri merupakan kecakapan individu dalan kepekaan membaca situasi diri dan lingkungannya serta
kemampuan untuk mengontrol dan mengelola factor-faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan sosialisasi, kemampuan
untuk mengendalikan perilaku, kecenderungan untuk menarik perhatian, keinginan untuk merubah perilaku agar sesuai untuk orang lain, selalu conform dengan orang
lain, menutup perasaannya. Menurut Mappiare 2006:94 mengemukakan bahwa kendali diri menunjukan
pada “kesadaran dan kemampuan individu dalam menahan diri dari berbagai stimulus atau rangsangan yang dapat mempengaruhi efektivitas seseorang.
The Liang gie 1995:190 mengungkapkan bahwa “pengendalian diri atau self control ialah perbuatan membina tekad untuk mendisiplinkan kemauan, memacu
11
semangat, mengikis keseganan, dan mengarahkan energy untuk benar-benar melaksanakan apa yang dikerjakan dalam studi”.
Menurut Averill dalam Muharsih 2006:22 Kontrol diri merupakan variable psikologis yang sederhana karena didalanya tercakup 3 konsep yang berbeda tentang
kemampuan mengontrol diri yaitu kemampuan individu untuk memodivikasi perilaku, kemampuan individu dalam mengelola informasi yang tidak diinginkan
dengan cara menginterpretasi serta kemampuan individu untuk memilih suatu tindakan berdasarkan suatu yang diyakini. 5 aspek kontrol diri menurut averill, a
kemampuan mengontrol perilaku, b kemampuan mengontrol dtimulus, c kemampuan mengantisipasi peristiwa, d kemampuan menafsirkan peristiwa, e
kemampuan dalam mengambil keputusan. Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka kontrol diri dapat diartikan
sebagai kemampuan seseorang melakukan pertimbangan-pertimbangan terlebih dahulu sebelum memutuskan sesuatu, serta menahan diri dengan sadar guna
mencapai hasil dan tujuan sesuai dengan keinginan.
2.1.1.2
Jenis –jenis Kontrol Diri
Averill dalam Skinner, 1996 menyebut kontrol diri dengan sebutanpersonal control, yang terdiri dari kontrol perilaku behavior kontrol, kontrol kognitif
Cognitive kontrol dan mengontrol keputusan decesional kontrol.
a. Behavioral Merupakan kesiapan tersedianya suatu respon yang dapat secara langsung
mempengaruhi atau memodifikasi suatu keadaan yang tidak menyenangkan. Kemampuan mengontrol perilaku ini diperinci menjadi dua komponen, yaitu
mengatur pelaksanaan regulated administration dan kemampuan memodifikasi stimulus stimulus modifiability. Kemampuan mengatur pelaksanaan merupakan
kemampuan individu untuk menentukan siapa yang mengendalikan situasi atau keadaan, dirinya sendiri atau aturan perilaku dengan menggunakan kemampuan
dirinya dan bila tidak mampu individu akan menggunakan sumber eksternal, kemampuan mengatur stimulus merupakan kemampuan untuk mengetahui bagaimana
dan kapan suatu stimulus yang tidak dikehendaki dihadapi. b. Cognitive kontrol
Merupakan kemampuan individu dalam mengolah informasi yang tidak diinginkan dengan cara menginterprestasi, menilai, atau menghubungkan suatu kejadian dalam
suatu kerangka kognitif sebagai adaptasi psikologis atau mengurangi tekanan. Aspek ini terdiri atas dua komponen, yaitu memperoleh informasi information gain dan
melakukan penilaian appraisal. Dengan informasi yang dimiliki oleh individu mengenai suatu keadaan yang tidak menyenangkan, individu dapat mengantisipasi
keadaan tersebut dengan berbagai pertimbangan. c. Decisional Kontrol