Peranan Air Kelapa Dalam Kultur Embrio Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L)

PERANAN AIR KELAPA DALAM KULTUR EMBRIO BEBERAPA
VARIETAS TANAMAN KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.)

SKRIPSI

OLEH :
SRI ASTUTI WULANDARI
030307013
BDP / PET

DEPARTEMEN BUDI DAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2009

Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi

: Peranan Air Kelapa Dalam Kultur Embrio

Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau
(Phaseolus radiatus L)
Nama
: Sri Astuti Wulandari
NIM
: 030307013
Departemen
: Budidaya Pertanian
Program Studi : Pemuliaan Tanaman

Disetujui Oleh,
Dosen Komisi Pembimbing

(Ir. Hot Setiado MS, PhD)
Ketua

(Ir. Hasmawi Hasyim, MS)
Anggota

Mengetahui,


(Ir. Edison Purba, PhD)
Ketua Departemen

Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

The objective of the research was to know the effect of coconut water on
the mungbean embryo culture. The research was conducted at the Research and
Technology Laboratory, Faculty of Agriculture, North Sumatera, Medan from
November 2008 to December 2008. The completely randomized design was used
with two factors and three replications. The first factor was the coconut water
(0 %, 10 %, 20 %, 30 %) and the second factor was the variety (Sriti, Betet,
Kenari, Perkutut). The result showed that the coconut water significantly affected
the number of leaves, the root weight and the total weight of plantlet. The variety
significantly affected the number of root, the root weight, the total weight of
planltlet and the number of plantlet. The interarraction between the coconut water
and variety significantly affected the number of root, the root weight, the total
weight of plantlet, and the number of chlorofhyll

Key words : mungbean, variety, coconut water

i
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peranan bahan organik alami
air kelapa dalam kultur embrio beberapa varietas tanaman kacang hijau. Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan November hingga Desember 2008
dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor
perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah pemberian air kelapa yang terdiri
dari 4 taraf (0%, 10%, 20% dan 30%) dan faktor kedua adalah varietas yang
terdiri dari 4 varietas (sriti, betet, kenari dan perkutut). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian air kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter
jumlah daun, berat akar dan berat total planlet. Varietas berbeda nyata terhadap
parameter jumlah akar, berat akar, berat total planlet dan jumlah planlet. Interaksi
antara pemberian air kelapa dengan varietas berpengaruh nyata terhadap
parameter jumlah akar, berat akar, berat total planlet dan jumlah klorofil.

Kata Kunci : kacang hijau, varietas, air kelapa

ii
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP

Sri Astuti Wulandari dilahirkan di Tanjung Balai pada tanggal 20 Mei
1985 dari Ayahanda Asnan dan Ibunda Winarsih. Penulis merupakan anak
pertama dari lima bersaudara.
Adapun pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah SD Negeri
132408 Tanjung Balai lulus tahun 1997, SMP Negeri 4 Tanjung Balai lulus tahun
2000, SMU Negeri 3 Tanjung Balai lulus tahun 2003. Terdaftar sebagai
mahasiswa Pemuliaan Tanaman Departemen Budidaya Pertanian, Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2003 melalui jalur
PMDK.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di perkebunan
kelapa sawit PTP Nusantara IV (Persero) Kebun Laras Kabupaten Simalungun,
Pematang Siantar Sumatera Utara pada bulan Juni sampai dengan Juli 2007.


iii
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt karena atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang bejudul
“Peranan Air kelapa dalam Kultur embrio Beberapa Varietas Tanaman
Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.)”.
Pada

kesempatan

ini

penulis

mengucapkan

terima


kasih

yang

sebesar-besarnya kepada Ir. Hot Setiado MS, PhD selaku ketua komisi
pembimbing dan Ir. Hasmawi Hasyim, MS selaku anggota komisi pembimbing
yang telah banyak membantu dan membimbing dalam menyusun dan
menyelesaikan skripsi ini, dan Ir. Emmy Harso Kardhinata, MSc yang telah
membantu penulis dalam penelitian serta kepada para dosen dan staf pengajar
mata kuliah yang telah memberi ilmu dan pengetahuan kepada penulis selama
masa perkuliahan.
Ucapan terima kasih yang tulus dan rasa hormat penulis sampaikan kepada
Ayahanda Asnan dan Ibunda Winarsih tercinta yang telah membesarkan hati
penulis dan selalu memberi pengertian selama masa-masa sulit dalam
melaksanakan penelitian, dan juga kepada Adinda M.Ardiansyah, Destri
Anggraini, Isti Dariati, dan Siti Wardani Nurazmi yang telah mendukung penulis
selama penelitian. Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada sahabatsahabat terbaikku Yuni, Roy, Rully, Mita, , Armin, Tetti, Tri Mardiati, Kalsum,
Fitri, Adit, Junaedi, Trisna, Retno, Indra, Fazrin, Idris, Sri wardani, Sahril, Naim,
Ariani, Alfinur, Andar dkk, Abangda Edgar, Orianta, Bontor, Boim, Evans,


iv
Universitas Sumatera Utara

Kakanda Yuni, Novi, Sri Yanti, terimakasih atas bantuan, saran, dukungan dan
kebersamaannya. Terkhusus kepada Erfan Indriyawan, SP penulis ucapkan
terimakasih.
Terima kasih kepada teman-teman di Program Studi Pemuliaan Tanaman
dan Agronomi yang telah banyak membantu dalam perkuliahan. Tidak lupa
kepada teman-teman stambuk 2003 dan adik-adik junior stambuk 2004, 2005,
2006, 2007 terima kasih atas dukungan dan kebersamaannya. Terima kasih juga
kepada teman-teman Kos Nayaka Kakanda Eva, Yeni, dan Noni. Adinda Ana,
Ani, Mida, Iya, Tiva, Rini, Dela dan Lina terima kasih atas dukungan dan
kebersamaannya.
Akhir kata penulis mengharapkan saran dan masukan dari semua pihak
demi kesempurnaan skripsi ini dimasa mendatang. Semoga skripsi ini bermanfaat
bagi kita semua. Amin.

Medan,


Mei 2009

Penulis

Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI

ABSTRACT .............................................................................................. i
ABSTRAK

.............................................................................................. ii

RIWAYAT HIDUP ................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. vi
DAFTAR TABEL ...................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. x
PENDAHULUAN

Latar Belakang ................................................................................
Tujuan Penelitian .............................................................................
Hipotesis Penelitian ..........................................................................
Kegunaan penelitian .........................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman ................................................................................
Kultur Jaringan ................................................................................
Zat Pengatur Tumbuh .......................................................................
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kultur Jaringan .........................
Eksplan ................................................................................
Media Kultur Jaringan ........................................................
Lingkungan ..........................................................................
Senyawa Kompleks Alami ...................................................

1
2
3
3
4
5

6
8
8
9
10
12

BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu .......................................................................... 14
Bahan dan Alat ................................................................................ 14
Metode Penelitian ............................................................................. 14
PELAKSANAAN PENELITIAN
Sterilisasi Alat-alat ..........................................................................
Pembuatan Media .............................................................................
Pembuatan Media Kapas Steril ........................................................
Persiapan Bahan ...............................................................................
Penanaman Eksplan ..........................................................................
Pemeliharaan Eksplan ....................................................................

17

17
18
18
19
19

vi
Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil .................................................................................................
Persentase Tumbuh (%) ........................................................
Tinggi Tanaman (cm) ...........................................................
Jumlah Akar (Helai) ...........................................................
Berat Akar (g) .......................................................................
Jumlah Daun (Helai) ..............................................................
Berat Total Planlet (gram)......................................................
Jumlah Klorofil ....................................................................
Pembahasan .....................................................................................
Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa terhadap Pertumbuhan
Kultur Embrio Kacang Hijau .................................................
Pengaruh Varietas Kacang Hijau terhadap Pertumbuhan
Kultur Embrio .......................................................................
Pengaruh Interaksi Konsentrasi Air Kelapa dan Varietas
Kacang Hijau Terhadap Pertumbuhan Kultur Embrio ..........

21
21
21
22
25
27
28
31
33
33
35
37

KESIMPULAN
Kesimpulan ..................................................................................... 39
Saran .............................................................................................. 39
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL

No

Judul

Hal

1. Rataan Persentase Tumbuh dari Perlakuan Konsentrasi Air ................. 21
2. Rataan Tinggi Tanaman dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa
dan Varietas pada Kultur Embrio Kacang Hijau ................................. 22
3. Rataan Jumlah Akar dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa
dan Varietas pada Kultur Embrio Kacang Hijau ................................. 22
4. Rataan Berat Akar dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa
dan Varietas pada Kultur Embrio Kacang Hijau ................................. 25
5. Rataan Jumlah Daun dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa
dan Varietas pada Kultur Embrio Kacang Hijau ................................. 28
6. Rataan Berat Total Planlet dari Perl;akuan Konsentrasi
Air Kelapa dan Varietas pada Kultur Embrio Kacang Hijau ................ 29

viii
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR

No

Judul

Hal

1. Hubungan antara Jumlah Akar dengan Perlakuan Konsentrasi Air
Kelapa ................................................................................................. 23
2. Histogram Rataan Jumlah Akar dari Setiap varietas Kacang Hijau ....... 24
3. Histogram Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi air Kelapa dengan
Kacang Hijau terhadap Jumlah Akar ................................................... 24
4. Hubungan antara Berat Akar dengan Perlakuan Konsentrasi Air
Kelapa ................................................................................................. 26
5. Histogram Rataan Berat Akar dari Setiap Varietas kacang Hijau .......... 26
6. Histogram Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Air Kelapa dengan
Varietas Kacang Hijau terhadap Berat Akar ......................................... 27
7. Histogram Rataan Jumlah Daun dari Setiap Varietas Kacang Hijau ...... 28
8. Hubungan antara Berat Total Planlet dengan Perlakuan
Konsentrasi Air Kelapa ....................................................................... 29
9. Histogram Rataan Berat Total Planlet dari setiap Varietas kacang
Hijau .................................................................................................... 30
10. Histogram Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Air Kelapa dengan
Varietas Kacang Hijau terhadap Berat Total Planlet ............................ 31
11. Hubungan antara Jumlah Klorofil dengan Perlakuan Konsentrasi Air
Kelapa ................................................................................................. 32
12. Histogram Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Air kelapa dengan
Varietas Kacang Hijau terhadap Jumlah Klorofil ................................. 33

ix
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN

No

Judul

Hal

1. Deskripsi Tanaman ............................................................................. 42
2. Bagan Penelitian .................................................................................. 44
3. Jadwal Kegiatan .................................................................................. 45
4. Komposisi Media Dasar MS ................................................................ 46
5. Senyawa-senyawa yang telah diidentifikasikan Sebagai
komponen-komponen Air kelapa ........................................................ 47
6. Rangkuman Uji Beda Rataan Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa
dan Varietas Kacang Hijau terhadap Persentase tumbuh (%),
Tinggi Tanaman (cm), Jumlah Akar (helai), Jumlah Daun (helai),
Berat Akar (g), Berat Total Planlet (g), Jumlah Klorofil ....................... 48
7. Data Pengamatan Persentase Tumbuh (%) ........................................... 49
8. Daftar Sidik Ragam Persentase Tumbuh .............................................. 49
9. Data Pengamatan Tinggi Tanaman (cm) ............................................... 50
10. Daftar Sidik Ragam Tinggi Tanaman ................................................... 50
11. Data Pengamatan Jumlah Akar (helai) .................................................. 51
12. Daftar Sidik Ragam Jumlah Akar ......................................................... 51
13. Data Pengamtan Jumlah Daun (helai) ................................................... 52
14. Daftar Sidik Ragam Jumlah Daun ........................................................ 52
15. Data Pengamatan Berat Akar (g) ........................................................ 53
16. Daftar sidik Ragam Berat Akar ........................................................... 53
17. Data Pengmatan Berat Total Planlet (g)................................................ 48
18. Daftar Sidik Ragam Berat Total Planlet ................................................ 48
19. Data Pengamatan Jumlah Klorofil ........................................................ 50

x
Universitas Sumatera Utara

20. Daftar Sidik Ragam Jumlah Klorofil ................................................... 55
21. Foto Tanaman Kacang Hijau pada Setiap Kombinasi Perlakuan
Air kelapa ........................................................................................... 56
22. Foto Tanaman Kacang Hijau pada Perlakuan K2V4 ............................. 57
23. Foto Kacang Hijau pada Perlakuan Konsentrasi K3 (300 ml/L
liter Media Air Kelapa) ........................................................................ 58

xi
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT

The objective of the research was to know the effect of coconut water on
the mungbean embryo culture. The research was conducted at the Research and
Technology Laboratory, Faculty of Agriculture, North Sumatera, Medan from
November 2008 to December 2008. The completely randomized design was used
with two factors and three replications. The first factor was the coconut water
(0 %, 10 %, 20 %, 30 %) and the second factor was the variety (Sriti, Betet,
Kenari, Perkutut). The result showed that the coconut water significantly affected
the number of leaves, the root weight and the total weight of plantlet. The variety
significantly affected the number of root, the root weight, the total weight of
planltlet and the number of plantlet. The interarraction between the coconut water
and variety significantly affected the number of root, the root weight, the total
weight of plantlet, and the number of chlorofhyll
Key words : mungbean, variety, coconut water

i
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui peranan bahan organik alami
air kelapa dalam kultur embrio beberapa varietas tanaman kacang hijau. Penelitian
dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Teknologi, Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan pada bulan November hingga Desember 2008
dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 2 faktor
perlakuan dan 3 ulangan. Faktor pertama adalah pemberian air kelapa yang terdiri
dari 4 taraf (0%, 10%, 20% dan 30%) dan faktor kedua adalah varietas yang
terdiri dari 4 varietas (sriti, betet, kenari dan perkutut). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemberian air kelapa berpengaruh nyata terhadap parameter
jumlah daun, berat akar dan berat total planlet. Varietas berbeda nyata terhadap
parameter jumlah akar, berat akar, berat total planlet dan jumlah planlet. Interaksi
antara pemberian air kelapa dengan varietas berpengaruh nyata terhadap
parameter jumlah akar, berat akar, berat total planlet dan jumlah klorofil.
Kata Kunci : kacang hijau, varietas, air kelapa

ii
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan tanaman kacangkacangan yang banyak dibudidayakan di Indonesia, menempati urutan ketiga
setelah kedelai dan kacang tanah. Rata-rata produktivitas kacang hijau mencapai
lebih dari 0,91 ton/ha dan dirasakan masih kurang memadai untuk memenuhi
kebutuhan nasional. Hal ini karena salah satu kelemahan kacang hijau adalah
produktivitas tidak stabil. Dilihat dari segi agronomis dan ekonomi, kacang hijau
mempunyai beberapa kelebihan, antara lain tahan kekeringan, hama dan penyakit
yang menyerang kacang hijau ini relatif sedikit, dapat ditanam pada tanah yang
kurang subur, cara budidaya mudah, resiko kegagalan relatif kecil, harga jual
tinggi dan stabil dan dapat dipanen umur 55-60 hari (Supeno dan Sujudi, 2004).
Dalam kultur embrio tidak dimaksudkan untuk menumbuhkan kalus dari
embrio yang digunakan, sebaliknya embrio diharapkan tetap mempertahankan
integritasnya dan tumbuh menjadi tanaman. Kultur embrio ditujukan untuk
membantu perkecambahan embrio menjadi tanaman lengkap. Selain untuk
menolong embrio-embrio yang abortus, kultur embrio juga penting dalam ilmu
fisiologi dalam hal perkembangan embrio. Dengan kultur embrio dapat juga
dipelajari

kemampuan

regenerasi

dari

potongan-potongan

embrio

(Gunawan, 1988).
Pertumbuhan embrio di dalam biji pada permulaannya berjalan dengan
sangat lamban. Setelah embrio itu dapat menyerap zat makanan yang tertimbun di
dalam endosperm, maka pertumbuhannya akan menjadi bertambah cepat. Pada

Universitas Sumatera Utara

2

beberapa jenis tumbuh-tumbuhan dapat dilihat bahwa makin banyak embrio
tersebut menyerap zat makanan, akan makin besar ukurannya dan makin kecil
endospermnya. Pengambilan zat makanan oleh embrio dari endosperm dapat di
mulai

pada

waktu

biji

masih

kecil

atau

masih

muda

(Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Selama ini air kelapa banyak digunakan sebagai nutrisi tambahan di dalam
media kultur jaringan. Buah kelapa sangat kaya akan makanan, maka jika air
kelapa tersebut ditambahkan dalam medium kultur jaringan, eksplan yang kita
tanam dapat tumbuh dengan baik. Efek air kelapa pada pertumbuhan menjadi
lebih baik, bila dalam embrio juga diberi auksin. Auksin tertentu dan air kelapa,
dapat bersifat sinergis. Air kelapa yang baik untuk digunakan adalah buah kelapa
yang daging buahnya tidak terlalu lunak, tetapi juga belum terlalu keras (umur
210-240 hari/7-8 bulan) (Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Dilihat dari komposisi yang terkandung didalamnya, terutama adanya zat
tumbuh, maka penambahan air kelapa dalam media kultur dapat membantu
mendorong

pertumbuhan.

Baik

pertmbuhan

planlet,

daun

dan

akar

(http://wawaorchid.wordpress.com, 2009)
Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
peranan air kelapa dalam kultur embrio pada beberapa varietas tanaman kacang
hijau (Phaseolus radiatus L.).

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan air kelapa dalam kultur
embrio beberapa varietas tanaman kacang hijau.

Universitas Sumatera Utara

2
Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh konsentrasi air kelapa terhadap pertumbuhan kultur embrio
kacang hijau.
2. Ada pengaruh beberapa varietas kacang hijau terhadap pertumbuhan kultur
embrio kacang hijau.
3. Ada pengaruh interaksi konsentrasi air kelapa dan varietas kacang hijau
terhadap pertumbuhan kultur embrio kacang hijau.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai salah satu syarat untuk dapat melaksanakan penelitian di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
2. Sebagai bahan informasi bagi pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Tjitrosoepomo (1989) tanaman kacang hijau termasuk suku (famili)
Fabaceae. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan
sebagai berikut.
Kingdom

: Plantae.

Divisi

: Spermatophyta.

Subdivisi

: Angiospermae.

Kelas

: Dicotyledonae.

Ordo

: Fabales.

Famili

: Fabaceae

Genus

: Phaseolus.

Spesies

: Phaseolus radiatus L.
Kacang hijau merupakan tanaman pangan semusim berupa semak yang tumbuh

tegak. Tanaman kacang hijau ini diduga berasal dari India. Tanaman kacang hijau adalah
tanaman semusim berumur pendek (60 hari). Batang kacang hijau berbentuk bulat dan
berbuku-buku. Ukuran batang kecil–kecil, berbulu, berwarna hijau kecoklatan atau
kemerahan. Daun kacang hijau tumbuh majemuk, terdiri dari tiga helai anak daun setiap
tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan berwarna hijau muda
hingga hijau tua. Bunga kacang hijau berbentuk seperti kupu-kupu dan berwarna kuning
kehijauan. Bunga termasuk hermafrodit atau berkelamin dua. Buah kacang hijau
berbentuk silindris dengan panjang antara 5–16 cm dan berbulu pendek. Setiap polong
berisi 10–15 biji. Biji kacang hijau berbentuk bulat. Biji kacang hijau mempunyai bobot
hanya sekitar 0,5–0,8 mg (Purwono dan Hartono, 2005).

Universitas Sumatera Utara

5
Daun terdiri dari tiga helai (trifoliat) dan letaknya berseling. Tangkai daun lebih
panjang dari daun dengan warna daun hijau muda sampai hijau tua. Bunga berwarna
kuning tersusun dalam tandan, muncul pada cabang serta batang, dan dapat menyerbuk
sendiri. Polong berbentuk silindris dengan panjang antara 6-15 cm dan berbulu pendek.
Sewaktu muda berwarna hijau dan berubah hitam atau coklat ketika tua, dengan isi
polong 10–15 biji (Andrianto dan Indarto, 2004).
Tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakaran dibagi menjadi dua,
yaitu mesopita dan seropita. Mesopita mempunyai banyak cabang akar pada permukaan
tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar. Sementara seropita memiliki akar cabang
lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah (Purwono dan Hartono, 2005).

Kultur Jaringan

Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk
mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ
yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur
yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat
memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman yang lengkap. Dasar teori
yang digunakan adalah teori totipotensi. Totipotensi adalah bagian tanaman yang
hidup mempunyai potensi, kalau dibudidayakan di dalam media yang sesuai, akan
dapat tumbuh dan berkembang menjadi tanaman yang sempurna, artinya dapat
bereproduksi, berkembang biak secara normal melalui biji atau spora
(http://e-learning.unram.ac.id, 2008).
Teknik kultur jaringan menuntut syarat-syarat tertentu yang harus dipenuhi
dalam pelaksanaannya. Syarat pokok pelaksanaan kultur jaringan, adalah
laboratorium dengan segala fasilitasnya. Laboratorium harus menyediakan alat-

Universitas Sumatera Utara

6
alat kerja, sarana pendukung terciptanya kondisi aseptik terkendali, dan fasilitas
dasar seperti: air, listrik, dan bahan bakar. Kultur jaringan sangat membantu
dalam usaha eliminasi patogen. Dengan metode ini kita dapat memilih bagianbagian atau sel-sel yang tidak mengandung patogen, terutama virus, dan
menumbuhkan sel-sel tersebut serta meregenerasikannya kembali menjadi
tanaman lengkap dan sehat (Gunawan, 1988).
Zat Pengatur Tumbuh
Dalam kultur jaringan, dua golongan zat pengatur tumbuh yang sangat
penting adalah sitokinin dan auksin. Zat pengatur tumbuh ini mempengaruhi
pertumbuhan dan morfogenesis dalam kultur sel, jaringan, dan organ. Interaksi
dan perimbangan antara zat pengatur tumbuh yang diberikan dalam media dan
yang diproduksi oleh sel secara endogen menentukan arah perkembangan suatu
kultur. Penambahan auksin atau sitokinin eksogen, mengubah level zat pengatur
tumbuh endogen sel. Level zat pengatur tumbuh endogen ini kemudian
merupakan “trigerring factor” untuk proses-proses tumbuh dan morfologi
(Gunawan, 1988).
Pengaruh dari suatu zat pengatur tumbuh bergantung pada spesies tumbuhan, situs aksi ZPT pada tumbuhan, tahap perkembangan tumbuhan dari konsentrasi ZPT. Satu ZPT tidak bekerja sendiri dalam mempengaruhi pertumbuhan
dan perkembangan tumbuhan, pada umumnya keseimbangan konsentrasi dari beberapa ZPT yang akan mengontrol pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan
(http://www.iel,ipb.ac.id, 2008).
Zat pengatur tumbuh memegang peranan penting dalam pertumbuhan
dan perkembangan kultur. Faktor yang perlu mendapat perhatian dalam

Universitas Sumatera Utara

7
penggunaan zat pengatur tumbuh antara lain jenis zat pengatur tumbuh yang akan
digunakan, konsentrasi, urutan penggunaan, dan periode masa induksi dalam
kultur tertentu (Gunawan, 1995).
Dalam pengkulturan untuk merangsang pembentukaan akar pada tunas,
biasanya menggunakan ZPT auksin. Jenis yang sering digunakan untuk
pengakaran in vitro adalah IBA dan NAA,

karena efektifitasnya tinggi dan

harganya relatif murah (Yusnita, 2003)
Sitokinin dalam kultur jaringan berfungsi untuk mengatur pertumbuhan
serta morfogenesis. Sitokinin diproduksi dalam akar. Itulah sebabnya sitokinin
tidak perlu ditambahkan dalam media jika yang dikulturkan akar (Katuuk, 1989).
Dilaporkan bahwa sitokinin dapat mengatur keseimbangan sel. Sitokinin
dalam jumlah yang banyak dapat merangsang pertumbuhan tunas tetapi menekan
pertumbuhan

tinggi

tanaman

serta

merangsang

pertumbuhan

akar

(George and Sherrington, 1995).
Penambahan sitokinin dalam jumlah yang banyak dapat mengakibatkan
batang tanaman bertambah besar, daun kecil dan pucat. Auksin dalam kultur
jaringan berperan dalam merangsang pertumbuhan kalus, pembesaran sel,
pertumbuhan akar, dan mengatur morfogenesis (Santoso dan Nursandi, 2001).
Sitokinin mempengaruhi berbagai proses fisiologis di dalam tanaman.
Aktivitas yang terutama ialah mendorong pembelahan sel dan aktivitas ini yang
menjadi kriteria utama untuk menggolongkan suatu zat ke dalam sitokinin. Akan
tetapi proses-proses pembelahan sel pada sel-sel meristem akan menghambat oleh
pemberian sitokinin eksogen. Baik efek yang menghambat maupun efek yang
mendorong proses pembelahan sel oleh sitokinin tergantung dari adanya

Universitas Sumatera Utara

8
fitohormon lainnya, terutama auksin. Tidak diketahui perbandingan sitokinin dan
auksin yang bagaimana yang merangsang atau menghambat proses pembelahan
sel. Sitokinin juga berpengaruh didalam perkembangan embrio. Air kelapa
(coconut milk) telah lama diketahui sebagai sumber yang kaya akan zat-zat aktif
yang diperlukan untuk perkembangan embrio. Di antara zat-zat yang aktif
terdapat sitokinin endogen. Pada air kelapa ini dapat dilihat suatu interaksi antara
sitokinin dengan fitohormon lainnya di dalam proses perkembangan embrio itu.
Sitokinin memperlambat proses penghancuran butir-butir klorofil pada daun-daun
yang terlepas dari tanaman (detached leave) dan memperlambat proses senescence
pada daun, buah, dan organ-organ lainnya. Warna kuning ini disebabkan oleh
perombakan butir-butir klorofil, tetapi sitokinin mengaktifkan beberapa proses
metabolisme pada tempat pemberian sitokinin itu dan menghambat perombakan
dari butir-butir klorofil dan protein (Wattimena, 1987).
Pengaruh auksin dan hormon tumbuh lainnya dalam mengatur pertumbuhan atau pembentukan daun belum diketahui dengan jelas, sedangkan kerja atau
peranan sitokinin sendiri belum dimengerti dan tidak cukup bukti-bukti yang jelas
untuk menguatkan hasil dari suatu proses biokimia (Davies, 1987).

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kultur Jaringan

Eksplan
Dalam perbanyakan tanaman secara kultur jaringan, eksplan merupakan
faktor penting penentu keberhasilan. Umur fisiologis, umur ontogenetik, ukuran
eksplan, serta bagian tanaman yang diambil merupakan hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam memilih eksplan yang akan digunakan sebagai bahan awal

Universitas Sumatera Utara

9
kultur. Umumnya, bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah jaringan muda yang sedang tumbuh aktif. Jaringan tanaman yang masih muda
mempunyai daya regenerasi lebih tinggi, sel-sel masih aktif membelah diri, dan
relatif lebih bersih (mengandung lebih sedikit kontaminan) (Yusnita, 2003).
Penggunaan embrio tanaman sebagai eksplan dikenal dengan kultur embrio yang memisahkan embrio tanaman yang belum dewasa dan menumbuhkannya secara kultur jaringan untuk mendapatkan tanaman yang viable. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kultur embrio yaitu genotip, hasil perkembangan embrio
setelah diisolasi, kondisi tanaman induk, zat hara dalam media, cahaya dan suhu
(Gunawan, 1988).
Media Kultur Jaringan
Media kultur merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan perbanyakan tanaman secara kultur jaringan. Berbagai komposisi media kultur telah
diformulasikan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
yang dikulturkan (Yusnita, 2003).
Hampir dapat dipastikan bahwa kesuksesan kegiatan kultur jaringan akan
sangat ditentukan dan tergantung oleh pilihan media yang digunakan. Harus diingat bahwa teknik kultur jaringan menekankan lingkungan yang cocok agar eksplan dapat tumbuh dan berkembang. Lingkungan yang cocok, sebagian akan terpenuhi bila media yang dipilih mempertimbangkan apa-apa yang diperlukan oleh
tanaman. Secara umum kebutuhan nutrisi kebanyakan tanaman sama, tetapi secara
khusus hal tersebut berbeda. Kesamaannya adalah tanaman memerlukan hara
makro dan mikro, vitamin-vitamin, karbohidrat (gula), asam amino dan N-organik, zat pengatur tumbuh, zat pemadat dan kadang ada penambahan bahan-bahan

Universitas Sumatera Utara

10
seperti air kelapa, ekstrak ragi, jus tomat, ekstrak kentang, buffer organik, ataupun
arang aktif. Kebutuhan tiap tanaman berbeda pada hal komposisi dan jumlah yang
diperlukan (Santoso dan Nursandi, 2001).
Lingkungan
Kondisi lingkungan yang menentukan keberhasilan pembiakan tanaman
dengan kultur jaringan meliputi cahaya, suhu, dan komponen atmosfer. Cahaya
dibutuhkan untuk mengatur proses morfogenetik tertentu. Dalam teknik kultur
jaringan tanaman, cahaya dinyatakan dengan dimensi lama penyinaran, intensitas,
dan kualitasnya. Murashige (1962) dalam Gunawan (1995) menyarankan untuk
mengasumsikan kebutuhan lama penyinaran pada kultur jaringan tanaman
merupakan pencerminan dari kebutuhan periodisitas tanaman yang bersangkutan
di lapangan. Kualitas cahaya mempengaruhi arah diferensiasi jaringan. Energi
radiasi mendekati spektrum ultra violet dan biru merupakan kualitas cahaya yang
paling efektif untuk merangsang pembentukan tunas, sedangkan pembentukan
akar dirangsang oleh cahaya merah dan sedikit cahaya biru. Untuk itu, pada tahap
inisiasi dan multiplikasi tunas digunakan pencahayaan dengan lampu fluorescent
(TL). Secara umum, intensitas cahaya yang optimum untuk tanaman pada kultur
tahap inisiasi kultur adalah 0 - 1.000 lux, tahap multiplikasi sebesar 1.000 10.000 lux, tahap pengakaran sebesar 10.000 - 30.000 lux, dan tahap aklimatisasi
sebesar 30.000 lux (Yusnita, 2003).
Suhu juga berpengaruh terhadap kesehatan tanaman yang dikulturkan.
Suhu yang umum digunakan untuk pengkulturan berbagai jenis tanaman adalah
26 + 2 0C. Untuk kebanyakan tanaman, suhu yang terlalu rendah(kurang dari 20
0

C) dapat menghambat pertumbuhan, dan suhu yang terlalu tinggi (lebih dari 32

Universitas Sumatera Utara

11
0

C) menyebabkan tanaman merana. Namun, pada kultur tanaman yang biasanya

memerlukan suhu rendah untuk pertumbuhan terbaiknya, seperti stroberi, suhu
yang diperlukan juga lebih rendah (Yusnita, 2003).
Faktor penting lain yang juga perlu mendapat perhatian, adalah pH yang
harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu fungsi membran sel dan
pH dari sitoplasma. Pengaturan pH selain memperhatikan kepentingan fisiologi
sel, juga harus mempertimbangkan faktor-faktor kelarutan dari garam-garam penyusun media, pengambilan (uptake) dari zat pengatur tumbuh dan garam-garam
lain, dan efisiensi pembekuan agar-agar. Sel-sel tanaman membutuhkan pH yang
sedikit asam berkisar antara 5.5 - 5.8 (Gamborg dan Shyluk 1981). Pengaturan
pH, biasa dilakukan dengan menggunakan NaOH (atau kadang-kadang KOH)
atau HCl pada waktu semua komponen sudah dicampurkan, seringkali setelah
sterilisasi pH-nya berubah. Pada umumnya terdapat penurunan pH setelah disterilkan dalam autoclave. Untuk mencapai pH sekitar 5.7-5.9, George dan
Sherrington (1984) membuat pH 7.0 dalam media yang belum disterilkan. Untuk
menghindarkan perubahan pH yang cukup besar, Murashige dan Skoog (1962)
dalam George dan Sherrington (1984) menyarankan agar dilakukan pemanasan
untuk melarutkan agar-agar dan memanaskan beberapa menit media dalam autoclave, baru diadakan penetapan pH. Cara lain yang dilakukan adalah penetapan
pH setelah media disterilkan dalam autoclave. Dalam wadah yang besar media
disterilkan dan kemudian dititrasi dengan NaOH/HCl steril sampai pH yang
diinginkan. Selanjutnya media dituang ke dalam wadah kultur steril yang telah
dipersiapkan di dalam laminar air flow cabinet. Cara ini juga digunakan pada

Universitas Sumatera Utara

12
penelitian yang menggunakan media dengan pH rendah untuk tujuan seleksi
(Gunawan, 1988).
Senyawa Kompleks Alami
Disamping golongan persenyawaan organik yang konstitusinya jelas, dalam media kultur juga kadang-kadang ditambahkan persenyawaan yang
kompleks, yang komposisinya dapat berbeda dari sumber yang satu dengan yang
lainnya. Persenyawaan kompleks yang dimaksud adalah air kelapa, casein
hydrolysate, ekstrak ragi, juice tomat, ekstrak kentang, dan ekstrak pisang.
Penggunaan air kelapa pertama kali dilaporkan oleh Van Overbeek (1941) dalam
George dan Sherrington (1984) pada kultur embrio Datura stramonium.
Selanjutnya Gautheret (1942) dalam George dan Sherrington (1984) menemukan
bahwa air kelapa dapat digunakan untuk mempertahankan pertumbuhan jaringan
yang diisolasi dari sumber yang berlainan. Caplin dan Steward (1951) dalam
George dan Sherrington (1984) memperoleh pertumbuhan

kalus dari kultur

tanaman wor-tel yang lebih baik pada media dengan 5 % air kelapa dan
caseinhydrolysate dari pada media dengan IAA. Penelitian yang mendalam
menemukan bahwa efek air kelapa pada pertumbuhan menjadi lebih baik bila
dalam media juga diberikan auksin. Auksin tertentu dan air kelapa, dapat bersifat
sinergis. Steward dan Caplin (1951)

dalam George dan Sherrington (1984)

mendapatkan bahwa antara 2,4-D dan air kelapa terjadi reaksi sinergistik yang
memacu pertumbuhan kalus Daucus carota. Tetapi tidak semua auksin dan air
kelapa mempunyai kerja sama yang sinergis (Gunawan, 1988).
Burnet and Braham (1973) dalam George and Sherrington (1995) menemukan bahwa air kelapa 20 % akan menginisiasi pertumbuhan kalus dari

Universitas Sumatera Utara

13
beberapa jenis jeruk dalam media

MS. Ragavan (1974) dalam George and

Sherrington (1995), telah mencoba meningkatkan pertumbuhan dari Panicum
miliaceum da-lam media MS dengan menggunakan 2,4-D dalam kehadiran 15 %
air kelapa.

Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Penelitian ini dimulai pada bulan
November 2008 sampai dengan Desember 2008.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah embrio kacang
hijau, bahan penyusun media MS, air kelapa, deterjen, larutan benlate, akuades
steril, NaOH, HCl, bacto agar, betadine, Clorox, Tween 20, alkohol.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laminar air flow,
autoklaf, timbangan analitik, rak kultur, hot plate dengan pengaduk magnetik,
erlenmeyer, gelas ukur, beaker glass, labu takar, cawan petri, pipet, pinset, batang
pengaduk, handsprayer, thermometer, timer (alat pengatur lama penyinaran),
lampu bunsen, pH meter, sarung tangan, baju laboratorium, masker, kertas saring,
kertas sampul, aluminium foil, tisu, label, botol kultur.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) Faktorial yang terdiri dari dua faktor :
Faktor I : Pemberian Air Kelapa
K0 = 0 % (tanpa pemberian air kelapa)
K1 = 10 % (100 ml/L liter media)

Universitas Sumatera Utara

15

K2 = 20 % (200 ml/L liter media)
K3 = 30 % (300 ml/L liter media)
Faktor II : Varietas terdiri dari 4 macam varietas
V1 = Sriti
V2 = Betet
V3 = Kenari
V4 = Perkutut
Diperoleh 16 kombinasi perlakuan yaitu :
K0V1

KOV2

KOV3

KOV4

K1V1

K1V2

K1V3

K1V4

K2V1

K2V2

K2V3

K2V4

K3V1

K3V2

K3V3

K3V4

Jumlah kombinasi

:16

Jumlah ulangan

:3

Jumlah eksplan/botol

:1

Jumlah eksplan seluruhnya

: 48

Model linier yang digunakan untuk Rancangan Acak Lengkap (RAL)
Faktorial sebagai berikut :
Yijk = µ + αi + β j + (αβ)ij + εijk
Dimana :
i

= 1, 2, 3, 4 (perlakuan konsentrasi air kelapa)

j

= 1, 2, 3, 4 (perlakuan varietas)

k

= 1, 2, 3 (ulangan)

Yijk

= Hasil pengamatan dari faktor kosentrasi pemberian air kelapa pada taraf
i dan faktor varietas ke-j dan pada ulangan ke-k

Universitas Sumatera Utara

16
µ

= Nilai tengah

αI

= Pengaruh pemberian faktor konsentrasi air kelapa pada taraf ke-i

βj

= Pengaruh varietas ke-j

(αβ)ij = Pengaruh pemberian faktor konsentrasi pemberian air kelapa pada taraf
ke-i dan faktor varietas ke-j.
εijk

= Efek dari faktor konsentrasi pemberian air kelapa pada taraf ke-i dan
faktor varietas ke-j dan ulangan ke-k.
Data diolah dengan analisis sidik ragam. Bila perlakuan berpengaruh nyata

terhadap parameter yang diamati maka dilanjutkan dengan Uji Jarak Berganda
Duncan (UJBD). Untuk data persentase tumbuh digunakan uji khikuadrat
(Gomez dan Gomez, 1995; Sastrosupadi, 1995).

Universitas Sumatera Utara

PELAKSANAAN PENELITIAN

Sterilisasi Alat-Alat

Semua alat-alat seperti botol kultur, cawan petri, gelas piala, gelas kultur,
erlenmeyer, pinset, pisau, scapel, spatula dan alat-alat gelas lainnya terlebih
dahulu direndam dalam deterjen dan dicuci bersih dengan air, selanjutnya dikeringkan dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C dengan tekanan 17,5 psi
selama 60 menit. Sedangkan sarung tangan dapat disterilkan dengan penyinaran
ultra violet (UV) dan alkohol 96 %.

Pembuatan Media

Media yang digunakan dalam penelitian ini adalah media MS padat dengan penambahan air kelapa dengan konsentrasi sesuai dengan perlakuan. Tahap
pertama dalam pembuatan media adalah membuat larutan stok bahan kimia hara
mikro, iron, dan vitamin; sedangkan hara makro, sukrosa, myo-inositol ditimbang
sesuai dengan kebutuhan.
Tahap berikutnya, unsur hara makro, sukrosa dan myo-inositol dimasukan
kedalam beaker glass yang telah berisi akuades sambil diaduk dengan menggunakan magnetic stirrer diatas hotplate. Kemudian ditambahkan larutan stok hara
mikro, iron dan vitamin sesuai dengan kebutuhan. Kemudian volume larutan
ditepatkan menjadi 500 ml. Lalu larutan dibagi empat bagian sehingga masingmasing menjadi 125 ml. Setiap bagian diberi air kelapa sesuai dengan perlakuan
dan larutan ditepatkan menjadi 250 ml. Keasaman diukur dengan pH meter. pH

Universitas Sumatera Utara

18
yang dikehendaki adalah 5,8. Untuk mengatur pH yaitu menaikkan atau
menurunkan pH dapat digunakan larutan HCl 0.1 N dan NaOH 0.1 N.
Tepung agar sebanyak 7 g ditambahkan kedalam setiap perlakuan sesuai
dengan kebutuhan, lalu dipanaskan diatas hotplate sambil diaduk dengan pengaduk magnetic (magnetic stirrer) sampai larutan menjadi bening (semua agar telah
larut). Media siap dipindahkan kedalam botol kultur steril dan dibagi sesuai dengan banyak ulangan serta jumlah sampel. Kemudian botol kultur tersebut ditutup
dengan aluminium foil dan diberi label sesuai dengan perlakuan. Media dalam
botol tersebut disterilisasi di dalam autoklaf dengan tekanan 17,5 psi, suhu 1210C
selama 15 menit. Selanjutnya disimpan dalam ruang kultur sebelum digunakan
(pre-conditioning).

Pembuatan Media Kapas Steril

Kapas dimasukkan kedalam botol kultur bersih dan dibasahi dengan akuades steril, kemudian botol kultur yang telah berisi kapas ditutup dengan aluminium foil dan disterilisasi dalam autoklaf pada suhu 1210C dan tekanan 17,5 psi
selama 60 menit.

Persiapan Bahan

Bahan tanaman berupa benih kacang hijau yang digunakan terlebih dahulu
dikecambahkan secara in vitro selama 6 jam agar embrio mudah diisolasi.
Sebelumnya benih-benih kacang hijau direndam dalam deterjen 3 g/l akuades
selama 30 menit lalu dibilas dengan akuades steril sebanyak tiga kali. Selanjutnya
direndam dalam larutan benlate 2 g/l selama 15 menit dan dibilas dengan akuades

Universitas Sumatera Utara

19
steril sebanyak tiga kali. Sterilisasi selanjutnya dilakukan di dalam kotak tabur
(laminar airflow cabinet). kemudian biji kacang hijau disterilkan dengan alkohol
70 %, larutan Clorox 10 % selama 10 menit, larutan Clorox 20 % selama 10
menit, dan direndam dalam larutan Betadine 10 % selama 5 menit. Pada setiap
tahap sterilisasi benih-benih kacang hijau dibilas dengan akuades steril sebanyak
tiga kali. Benih-benih tersebut kemudian dikecambahkan di dalam botol kultur
yang telah berisi kapas (telah disterilisasi; disebut dengan media kapas steril).
Benih-benih kacang hijau disimpan di ruang kultur selama 6 jam untuk inisiasi
embrio.

Penanaman Eksplan

Eksplan yang akan ditanam yaitu embrio yang sudah dikecambahkan selama 6 jam. Isolasi embrio dilakukan secara aseptik dimana embrio dipisahkan dari
bagian kotiledon secara hati-hati supaya tetap utuh. Eksplan embrio kemudian
direndam dengan larutan Betadin 5% lalu dibilas dengan akuades steril sebanyak
tiga kali dan dikeringkan diatas kertas saring steril dalam cawan petri. Eksplan
embrio siap ditanam dalam media MS dengan memakai pinset steril dengan
mengarahkan mulut botol ke lampu bunsen. Setiap botol diisi satu eksplan embrio
lalu ditutup dengan aluminium foil.

Pemeliharaan Eksplan

Botol-botol yang telah berisi eksplan dan telah ditutup dengan aluminium
foil diletakkan pada rak kultur sesuai dengan bagan penelitian diruang kultur.
Suhu ruangan kultur diatur 250C - 280C, dengan penyinaran lampu fluorencent

Universitas Sumatera Utara

20
(neon) dengan intensitas cahaya 1000 lux dan panjang penyinaran 16 jam/hari.
Ruangan kultur diusahakan bebas dari bakteri dan jamur dengan cara
menyemprotkan botol kultur dengan alkohol 96 % setiap hari.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Persentase Tumbuh (%)
Data pengamatan persentase tumbuh dapat dilihat pada Lampiran 1 – 2.
Dari Lampiran 2 dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa dan varietas
serta interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas belum berpengaruh nyata
terhadap persentase tumbuh. Tabel 1 menunjukkan persentase tumbuh seluruh
unit percobaan adalah 100 %.
Tabel 1. Rataan Persentase Tumbuh dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa dan
Varietas pada Kultur Embrio Kacang Hijau
Perlakuan
K0
K1
K2
K3
Rataan

V1
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00

V2
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00

Varietas
V3
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00

Rataan
V4
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00

100,00
100,00
100,00
100,00
100,00

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh
yang tidak nyata pada uji jarak Berganda Duncan pada taraf kepercayaan 5%

Tinggi Tanaman (cm)
Data pengamatan tinggi tanaman dan daftar sidik ragam dapat dilihat pada
Lampiran 3 - 4. Dari Lampiran 4 dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi air
kelapa dan varietas serta interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas belum
berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman.
Rataan tinggi tanaman dari perlakuan konsentasi air kelapa dan varietas
dapat dilihat pada Tabel 2.

Universitas Sumatera Utara

22
21
Tabel 2. Rataan Tinggi Tanaman dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa dan
Varietas pada Kultur Embrio Kacang Hijau
Konsentrasi
K0
K1
K2
K3

Rataan

Varietas

Rataan

V1

V2

V3

V4

15,73
14,63
17,00
15,70

17,07
14,87
17,00
18,07

11,43
16,73
18,00
16,77

17,97
15,40
14,73
16,03

15,77

16,75

15,73

16,03

15,55
15,41
16,68
16,64

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh
yang tidak nyata pada uji jarak Berganda Duncan pada taraf kepercayaan 5%

Jumlah Akar (Helai)
Data pengamatan jumlah akar dan daftar sidik ragam dapat dilihat pada
Lampiran 5 – 6. Dari Lampiran 6 dilihat bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa
dan varietas serta interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas berpengaruh
nyata terhadap jumlah akar.
Rataan jumlah akar pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan varietas
dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Rataan Jumlah Akar dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa dan Varietas
pada Kultur Embrio Kacang Hijau
Konsentrasi
K0
K1
K2
K3

Rataan

Varietas
V1

V2

V3

V4

3,39 e
3,79 cde
3,76 cde
3,94 abcd

3,29 e
3,24 e
3,53 ef
3,67 def

3,35 e
4,30 a
4,22 ab
4,10 def

3,34 e
3,67 def
3,89 bcde
4,22 ab

3,72 b

3,43 b

3,99 a

3,78 b

Rataan
3,34 d
3,75 c
3,85 b
3,98 a

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh
yang tidak nyata pada uji jarak Berganda Duncan dengan taraf kepercayaan 5%

Pada Tabel 3 yaitu pada perlakuan konsentrasi air kelapa terlihat bahwa
jumlah akar tertinggi dijumpai pada perlakuan K3 (3,98 helai) dan terendah
terdapat pada perlakuan K0 (3,34 helai). Pengaruh perlakuan konsentrasi air
kelapa terhadap jumlah akar dapat dilihat pada Gambar 1.

Universitas Sumatera Utara

J Um lah Akar

23

4,5
4
3,5
3
2,5
2
1,5
1
0,5
0

y = 0,002x + 3,427
R 2 = 0,8894
K ons entras i
L inear
(

0

100

200

)

300

K onse ntra si

Gambar 1. Hubungan antara Jumlah Akar dengan Perlakuan
Konsentrasi Air Kelapa
Gambar 1 memperlihatkan hubungan antara jumlah akar dengan konsentrasi air kelapa dalam bentuk linier positif yakni semakin tinggi konsentrasi air
kelapa semakin meningkat jumlah akar.
Tabel 3 juga memperlihatkan jumlah akar tertinggi pada perlakuan
varietas terdapat pada varietas V3 (3,99 helai) dan terendah terdapat pada varietas
V2 (3,43 helai). Histogram rataan jumlah akar dari setiap varietas kacang hijau
dapat dilihat pada Gambar 2.

Universitas Sumatera Utara

24

Jumlah Akar (helai)

4

3

2

1

0
V1

V2

V3

V4

Varietas

Gambar 2. Histogram Rataan Jumlah Akar dari Setiap Varietas
Kacang Hijau
Interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas terhadap jumlah akar
tertinggi terdapat pada K1V3 (4,30 helai) dan yang terendah terdapat pada
perlakuan K1V2 (3,24 helai). Histogram pengaruh interaksi antara konsentrasi air
kelapa dengan varietas kacang hijau terhadap jumlah akar dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3. Histogram Pengaruh Interaksi antara Konsentrasi Air
Kelapa dengan Varietas Kacang Hijau terhadap Jumlah
Akar

Universitas Sumatera Utara

25

Berat Akar (gram)
Data pengamatan berat akar dan daftar sidik ragam dapat dilihat pada
Lampiran 9 – 10. Dari Lampiran 10 dilihat bahwa perlakuan konsentrasi air
kelapa dan varietas serta interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas
berpengaruh nyata terhadap berat akar.
Rataan berat akar pada perlakuan konsentrasi air kelapa dan varietas dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Rataan Berat Akar dari Perlakuan Konsentrasi Air Kelapa dan Varietas
pada Kultur Embrio Kacang Hijau
Konsentrasi
K0
K1
K2
K3

Rataan

Varietas

Rataan

V1

V2

V3

V4

0,91 i
1,46 f
1,22 h
1,50 f

0,92 i
1,86 d
1,85 d
1,89 d

0,91 i
1,68 e
1,90 d
2,05 c

0,93 i
1,42 f
2,39 a
2,16 b

1,27 d

1,63 c

1,64 b

1,73 a

0,92 d
1,60 c
1,84 b
1,90 a

Keterangan : angka-angka dengan huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama menunjukkan pengaruh
yang tidak nyata pada uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf kepercayaan 5%

Dari Tabel 4 yaitu pada perlakuan konsentrasi air kelapa terlihat bahwa
berat akar tertinggi dijumpai pada perlakuan K3 (1,90 g) dan terendah terdapat
pada perlakuan K0 (0,92 g). Pengaruh perlakuan konsentrasi air kelapa terhadap
berat akar dapat dilihat pada Gambar 4.

Universitas Sumatera Utara

26

2,5

y = 0,0032x + 1,088
R 2 = 0,8356

B erat Akar (g )

2
1,5

K ons entras i

1

L inear

0,5
0
0

100

200

300

K onse ntra si

Gambar 4. Hubungan antara Berat Akar dengan Perlakuan
Konsentrasi Air Kelapa
Gambar 4 memperlihatkan hubungan antara berat akar dengan konsentrasi air kelapa dalam bentuk linier positif yakni semakin tinggi konsentrasi air
kelapa semakin meningkat berat akar.
Pada perlakuan varietas berat akar tertinggi terdapat pada varietas V4
(1,73 g) dan terendah terdapat pada varietas V1 (1,27 g). Histogram rataan berat

Berat Akar (g)

akar dari setiap varietas kacang hijau dapat dilihat pada Gambar 5.

2
1,8
1,6
1,4
1,2
1
0,8
0,6
0,4
0,2
0
V1

V2

V3

V4

Varietas

Gambar 5. Histogram Rataan Berat Akar dari Setiap Varietas Kacang
Hijau

Universitas Sumatera Utara

27
Interaksi konsentrasi air kelapa dengan varietas terhadap berat akar
terting-g