Studi Karakter Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Turunan Kelima

(1)

STUDI KARAKTER BEBERAPA VARIETAS TANAMAN KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) TURUNAN KELIMA

SKRIPSI

OLEH :

HALIMUDDIN PANDIANGAN 040307010

BDP / PET

DEPARTEMEN BUDI DAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

STUDI KARAKTER BEBERAPA VARIETAS TANAMAN KACANG HIJAU (Phaseolus radiatus L.) TURUNAN KELIMA

SKRIPSI

OLEH :

HALIMUDDIN PANDIANGAN 040307010

BDP / PET

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian, Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui Oleh: Disetujui Oleh :

(Ir. Hot Setiado MS, PhD.) (Ir. Emmy H. Kardhinata, MSc. Ketua Dosen Pembimbing Anggota Dosen Pembimbing

)

NIP : 131570477 NIP : 132149453

DEPARTEMEN BUDI DAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRACT

The aim this research is to study the characteristic F5 introducing varieties

of mung bean. The varieties wich examined consist of varieties, namely Betet,Parkit, Perkutut, Kenari, Sriti, and Murai. The parameter observed those are high of plant, number of branch, age flowering, age harvesting, number of pod/stalk, number of mature plant, number of immature plant, leght of pod, number of seed/pod, weight 100 seed/plant, weight of seed/plant, time filling and pest attack with visual observation. From result the research, for the result components that the varieties were significant to high of plant, age flowering, age harvesting, leght of pod, number of seed/pod and weight 100 seeds. The genetics variability that has the very high value in parameter the number of immature plant, the genetics variability that has high value in parameter number of branch, the genetics variability that has medium value in paramater high of plant, number of pod/stalk, leght of pod, number of seed/pod, number of mature plant, weight 100 seed and the other parameters were low. The heritability that has the high value in parameters high of plant. The heritability that has medium value in parameter number of branch, age flowering, age harvesting, number of pod/ stalk, leght of pod, number of seeds pod/plant, and weight 100 seed/plant but the other parameter have heritability low. The average progress of genetic that has the very high value in parameter number of immature plant. The average progress of genetic that has high value in parameter high of plant, number of branch, leght of pod, weight 100 seed. The average progress of genetic that has a medium value in parameter number of seed/pod but the other parameter were low. The result of progeny test showed that the characteristics of F1 were siginificant with F5,

characteristics of F2 were significant with F5, characteristics of F3 were significant

with F5, but the characteristics of F4 were not significant with F5 and it’s

characteristics were almost looking like with characteristics of F5. The influence

of genetic and environment were very cause to change of which happened at every character at the plant.

Keywords : mung bean, heritability, progress of genetic, genetics variability and progeny test.


(4)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik F5 dari beberapa

varietas introduksi tanaman kacang hijau. Varietas yang di uji terdiri dari 6 varietas yaitu varietas Betet, Parkit, Perkutut, Kenari, Sriti dan Murai. Parameter yang diamati meliputi tinggi tanaman, jumlah cabang, umur berbunga, umur panen, jumlah polong/tangkai, panjang polong, jumlah biji/polong, jumlah biji yang masak/ tanaman, jumlah biji yang belum masak/ tanaman, bobot biji/ tanaman dan bobot 100 biji serta warna bunga, warna biji, waktu pembentukan polong dan serangan hama yang diamati secara visual. Dari hasil penelitian diperoleh bahwa varietas berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, umur mulai berbunga, umur panen, panjang polong, jumlah biji/polong, bobot 100 biji. Variabilitas genetik sangat tinggi pada parameter jumlah polong yang belum masak/tanaman, variabilitas genetik tinggi pada parameter jumlah cabang, Variabilitas genetik sedang yaitu pada parameter tinggi tanaman, jumlah polong per tangkai, panjang polong, jumlah biji/polong, jumlah polong yang masak/tanaman, bobot 100 biji, dan parameter yang lainnya rendah. Heritabilitas yang tinggi yaitu pada parameter tinggi tanaman, heritabilitas sedang yaitu pada parameter jumlah cabang, umur mulai berbunga, umur panen, jumlah polong yang belum masak/tanaman, panjang polong, jumlah biji/polong, bobot 100 biji, dan pada parameter lainnya rendah. Kemajuan genetik sangat tinggi yaitu pada parameter jumlah polong yang belum masak/tanaman. Kemajuan genetik tinggi terdapat pada parameter tinggi tanaman, jumlah cabang, panjang polong, dan bobot 100 biji. Kemajuan genetik sedang yaitu pada parameter jumlah biji/polong dan pada parameter lainnya rendah. Dari hasil uji keturunan diperoleh bahwa karakteristik F1 berbeda nyata dengan F5 , F2 berbeda nyata dengan F5 , F3 berbeda

nyata dengan F5, namun dengan F4 tidak berbeda nyata dan hampir sama dengan

F5. Pengaruh dari genetik dan lingkungan sangat berperan dalam perubahan yang

terjadi pada setiap karakter dari tanaman.

Kata kunci : kacang hijau, heritabilitas, variabilitas genetik, kemajuan genetik, dan uji keturunan.


(5)

RIWAYAT HIDUP

Halimuddin Pandiangan, dilahirkan pada tanggal 11 Desember 1986 di

Pematangsiantar yang merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara, putra dari ayahanda Drs. B. Pandiangan dan ibunda N. br Saragih.

Tahun 2004 penulis lulus dari SMU Negeri 2 Pematangsiantar, pada tahun 2004 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa

Baru (SPMB) dan memilih Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Pemuliaan Tanaman.

Selama mengikuti perkuliahan, Penulis mengikuti kegiatan organisasi Himpunan Mahasiswa Jurusan Budidaya Pertanian (HIMADITA) sebagai anggota. Penulis pernah menjabat sebagai Asisten Laboratorium di Laboratorium Pengantar Pemuliaan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan pada periode 2006 - 2007 dan 2007 - 2008.

Pengalaman di bidang kemasyarakatan, penulis peroleh saat mengikuti praktek kerja lapangan (PKL) di PTPN IV unit kebun Laras pada bulan Juni sampai dengan Juli 2007.


(6)

DAFTAR TABEL

Hal

1. Nilai Kuadrat Tengah Bagi Analisis RAK ... 18

2. Warna Bunga, Waktu Pembentukan Polong, Warna Biji dan Persentase Serangan Hama ... 25

3. Rataan Tinggi Tanaman (cm) 5 MST, 6 MST dan 8 MST pada beberapa Varietas Tanaman Kacang HIjau ... 26

4. Rataan Jumlah Cabang (cabang) 5 MST, 6 MSt dan 8 MST pada beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau ... 26

5. Rataan Umur Berbunga (hari) pada Beberapa Varietas Tanaman Kacang hijau ... 27

6. Rataan Umur Panen (hari) pada Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau ... 27

7. Rataan Jumlah Polong/Tangkai (buah) pada Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau ... 28

8. Rataan Jumlah Polong yang Masak/Tanaman (buah) ... 29

9. Rataan Jumlah Polong yang belum masak/ Tanaman (buah) ... 29

10. Rataan Panjang Polong (cm) ... 30

11. Ratan Jumlah Biji/Polong (biji) ... 30

12. Rataan Bobot Biji/Tanaman (g) ... 31

13. Rataan Bobot 100 (g) ... 31

14. Variabilitas Genotip ( 2g), Variabilitas Fenotip ( 2p), Koefisien Variabilitas Genotip (KVG), Koefisien Variabilitas Fenotip (KVP) .. 32

15. Nilai Duga Heritabilitas untuk Masing-masing Komponen Hasil ... 33

16. Harapan Kemajuan Genetik (HKG) dan Kemajuan Genetik rata-rata (KGR) ... 34

17. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Tinggi Tanaman (cm) ... 35

18. Uji Progenitas F1dan F5 pada Jumlah Cabang (cabang) ... 36

19. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Umur Berbunga (hari) ... 37

20. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Umur Panen (hari) ... 38

21. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Jumlah Polong/Tangkai (buah) ... 39

22. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Jumlah Polong yang Masak/ Tanaman ... 40

23. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman (buah)... 41

24. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Panjang Polong (cm) ... 42

25. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Jumlah Biji/ Polong ... 43

26. Uji Progenitas F1 dan F5 pada pada Bobot 100 Biji (g) ... 44

27. Uji Progenitas F2 dan F5 pada Tinggi Tanaman (cm) ... 45

28. Uji Progenitas F2 dan F5 pada Jumlah Cabang (cabang)... 46

29. Uji Progenitas F2 dan F5 pada Umur Berbunga (hari) ... 47

30. Uji Progenitas F2 dan F5 pada Umur Panen (hari) ... 48

31. Uji Progenitas F2 dan F5 pada Jumlah Polong/Tangkai (buah) ... 49

32. Uji Progenitas F2 dan F5 pada Jumlah Polong yang Masak/ Tanaman ... 50

33. Uji Progenitas F2 dan F5 pada Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman (buah)... 51


(7)

34. Uji Progenitas F2 dan F5 pada Panjang Polong (cm) ... 52

35. Uji Progenitas F2 dan F5 pada Jumlah Biji/ Polong ... 53

36. Uji Progenitas F2 dan F5 pada pada Bobot 100 Biji (g) ... 54

37. Uji Progenitas F3 dan F5 pada Tinggi Tanaman (cm) ... 55

38. Uji Progenitas F3 dan F5 pada Jumlah Cabang (cabang)... 56

39. Uji Progenitas F3 dan F5 pada Umur Berbunga (hari) ... 57

40. Uji Progenitas F3 dan F5 pada Umur Panen (hari) ... 58

41. Uji Progenitas F3 dan F5 pada Jumlah Polong/Tangkai (buah) ... 59

42. Uji Progenitas F3 dan F5 pada Jumlah Polong yang Masak/ Tanaman ... 60

43. Uji Progenitas F3 dan F5 pada Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman (buah)... 61

44. Uji Progenitas F3 dan F5 pada Panjang Polong (cm) ... 62

45. Uji Progenitas F3 dan F5 pada Jumlah Biji/ Polong ... 63

46. Uji Progenitas F3 dan F5 pada pada Bobot 100 Biji (g) ... 64

47. Uji Progenitas F4 dan F5 pada Tinggi Tanaman (cm) ... 65

48. Uji Progenitas F4dan F5 pada Jumlah Cabang (cabang) ... 66

49. Uji Progenitas F4 dan F5 pada Umur Berbunga (hari) ... 67

50. Uji Progenitas F4 dan F5 pada Umur Panen (hari) ... 68

51. Uji Progenitas F4 dan F5 pada Jumlah Polong/Tangkai (buah) ... 69

52. Uji Progenitas F4 dan F5 pada Jumlah Polong yang Masak/ Tanaman ... 70

53. Uji Progenitas F4 dan F5 pada Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman (buah)... 71

54. Uji Progenitas F4 dan F5 pada Panjang Polong (cm) ... 72

55. Uji Progenitas F4 dan F5 pada Jumlah Biji/ Polong ... 73


(8)

DAFTAR GAMBAR

Hal 1. Diagram Tinggi Tanaman antara F1 dan F5 pada Varietas

Kacang Hijau ... 35 2. Diagram Jumlah Cabang antara F1 dan F5 pada Varietas

Kacang Hijau ... 36 3. Diagram umur Berbunga antara F1 dan F5 pada Varietas

Kacang Hijau ... 37 4. Diagram Umur Panen antara F1 dan F5 pada Varietas

Kacang Hijau ... 38 5. Diagram Jumlah Polong/Tangkai antara F1 dan F5 pada varietas

Kacang Hijau ... 39 6. Diagram Jumlah Polong yang Masak/Tanaman

antara F1 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 40

7. Diagram Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman

antara F1 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 41

8. Digram Panjang Polong (cm) antara F1 dan F5 pada

Varietas Kacang Hijau ... 42 9. Diagram Jumlah Biji/ Polong antara F1 dan F5 pada

Varietas Kacang Hijau ... 43 10. Diagram Bobot 100 Biji antara F1 dan F5 pada

Varietas Kacang Hijau ... 44 11. Diagram Tinggi Tanaman antara F2 dan F5 pada Varietas

Kacang Hijau ... 45 12. Diagram Jumlah Cabang antara F2 dan F5 pada Varietas

Kacang Hijau ... 46 13. Diagram umur Berbunga antara F2 dan F5 pada Varietas

Kacang Hijau ... 47 14. Diagram Umur Panen antara F2 dan F5 pada Varietas

Kacang Hijau ... 48 15. Diagram Jumlah Polong/Tangkai antara F2 dan F5 pada varietas

Kacang Hijau ... 49 16. Diagram Jumlah Polong yang Masak/ Tanaman

antara F2 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 50

17. Diagram Jumlah Polong yang belum Masak/ Tanaman

antara F2 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 51

18. Digram Panjang Polong (cm) antara F2 dan F5 pada

Varietas Kacang Hijau ... 52 19. Diagram Jumlah Biji/ Polong antara F2 dan F5 pada

Varietas Kacang Hijau ... 53 20. Diagram Bobot 100 Biji antara F2 dan F5 pada

Varietas Kacang Hijau ... 54 21. Diagram Tinggi Tanaman antara F3 dan F5 pada Varietas

Kacang Hijau ... 55 22. Diagram Jumlah Cabang antara F3 dan F5 pada Varietas


(9)

Kacang Hijau ... 56

23. Diagram umur Berbunga antara F3 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 57

24. Diagram Umur Panen antara F3 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 58

25. Diagram Jumlah Polong/Tangkai antara F3 dan F5 pada varietas Kacang Hijau ... 59

26. Diagram Jumlah Polong yang Masak/ Tanaman antara F3 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 60

27. Diagram Jumlah Polong yang belum Masak/ Tanaman antara F3 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 61

28. Digram Panjang Polong (cm) antara F3 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 62

29. Diagram Jumlah Biji/ Polong antara F3 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 63

30. Diagram Bobot 100 Biji antara F3 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 64

31. Diagram Tinggi Tanaman antara F4 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 65

32. Diagram Jumlah Cabang antara F4 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 66

33. Diagram umur Berbunga antara F4 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 67

34. Diagram Umur Panen antara F4 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 68

35. Diagram Jumlah Polong/Tangkai antara F4 dan F5 pada varietas Kacang Hijau ... 69

36. Diagram Jumlah Polong yang Masak/ Tanaman antara F4 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 70

37. Diagram Jumlah Polong yang belum Masak/ Tanaman antara F4 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 71

38. Digram Panjang Polong (cm) antara F4 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 72

39. Diagram Jumlah Biji/ Polong antara F4 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 73

40. Diagram Bobot 100 Biji antara F4 dan F5 pada Varietas Kacang Hijau ... 74

41. Tinggi Tanaman Masing-masing Varietas F1 hingga F5 ... 117

42. Jumlah Cabang Masing-masing Varietas dari F1 hingga F5 ... 118

43. Umur Mulai Berbunga Masing-masing Varietas dari F1 hingga F5 ... 119

44. Umur Panen Masing-masing Varietas dari F1 hingga F5 ... 120

45. Jumlah Polong/tangkai Masing-masing Varietas dari F1 hingga F5 ... 121

46. Jumlah Polong yang Masak/tanaman Masing-masing Varietas dari F1 hingga F5 ... 122

47. Jumlah Polong yang Belum Masak/tanaman Masing-masing Varietas dari F1 hingga F5 ... 123

48. Panjang Polong Masing-masing Varietas dari F1 hingga F5 ... 124


(10)

51. Areal Pertanaman Kacang Hijau ... 127

52. Sosok Tanaman Kacang Hijau Secara Keseluruhan ... 127

53. Tanaman Varietas Betet ... 128

54. Bunga Varietas Betet... 128

55. Polong Varietas Betet ... 128

56. Biji Varietas Betet ... 128

57. Tanaman Varietas Parkit ... 129

58. Bunga Varietas Parkit... 129

59. Polong Varietas Parkit ... 129

60. Biji Varietas Parkit ... 129

61. Tanaman Varietas Perkutut ... 130

62. Bunga Varietas Perkutut ... 130

63. Polong Varietas Perkutut ... 130

64. Biji Varietas Perkutut ... 130

65. Tanaman Varietas Kenari ... 131

66. Bunga Varietas Kenari ... 131

67. Polong Varietas Kenari ... 131

68. Biji Varietas Kenari ... 131

69. Tanaman Varietas Sriti ... 132

70. Bunga Varietas Sriti ... 132

71. Polong Varietas Sriti ... 132

72. Biji Varietas Sriti ... 132

73. Tanaman Varietas Murai ... 133

74. Bunga Varietas Murai ... 133

75. Polong Varietas Murai ... 133


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

1. Deskripsi Tanaman Kacang Hijau Varietas Sriti, Kenari,

Murai, Betet, Parkit, dan Perkutut ... 86

2. Bagan Penelitian... 87

3. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 89

4. Deskripsi Varietas Betet, Parkit, Perkutut, Kenari, Sriti, dan Murai Hasil Pengamatan di Lapangan (F1) ... 90

5. Deskripsi Varietas Betet, Parkit, Perkutut, Kenari, Sriti, dan Murai Hasil Pengamatan di Lapangan (F2) ... 91

6. Deskripsi Varietas Betet, Parkit, Perkutut, Kenari, Sriti, dan Murai Hasil Pengamatan di Lapangan (F3) ... 92

7. Deskripsi Varietas Betet, Parkit, Perkutut, Kenari, Sriti, dan Murai Hasil Pengamatan di Lapangan (F4) ... 93

8. Deskripsi Varietas Betet, Parkit, Perkutut, Kenari, Sriti, dan Murai Hasil Pengamatan di Lapangan (F5) ... 94

9. Model Sidik Ragam Rancangan Acak Kelompok ... 95

10. Data pengamatan Tinggi Tanaman saat mulai berbunga (5 MST) .... 96

11. Sidik ragam tinggi Tanaman saat mulai berbunga ( 5 MST) ... 96

12. Data Pengamatan Tinggi Tanaman saat Terbentuk Polong (6 MST) . 96 13. Sidik Ragam tinggi Tanaman saat Terbentuk Polong (6 MST) 14. Data Pengamatan Tinggi Tanaman saat Panen ( 8 MST) ... 97

15. Sidik Ragam Tinggi Tanaman saat Panen ( 8 MST) ... 97

16. Data Pengamatan Jumlah Cabang saat mulai Berbunga (5 MST) ... 98

17. Data Transformasi Y ‘ = Jumlah Cabang Saat Mulai Berbunga (5MST) ... 98

18. Sidik ragam Jumlah Cabang saat mulai Berbunga (5 MST) ... 98

19. Data Pengamatan Jumlah Cabang saat Terbentuk Polong (6 MST) ... 99

20. Data Transformasi Y ‘ = Jumlah Cabang Saat Terbentuk Polong (MST) ... 99

21. Sidik Ragam Jumlah Cabang saat terbentuk Polong (6MST) ... 99

22. Data Pengamatan Jumlah Cabang saat Panen ( 8 MST) ... 100

23. Data Transformasi Y ‘ = Jumlah Cabang Saat Panen (5MST) ... 100

24. Sidik Ragam Jumlah Cabang saat Panen (8 MST) ... 100

25. Data Pengamatan Umur Mulai Berbunga ... 101

26. Sidik Ragam Umur Mulai Berbunga ... 101

27. Data Pengamatan Umur Panen ... 101

28. Sidik Ragam Umur Panen ... 101

29. Data Pengamatan Jumlah Polong/Tangkai ... 102

30. Sidik Ragam Jumlah Polong/Tangkai ... 102


(12)

33. Data Pengamatan Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman ... 103

34. Data Transformasi Y ‘ = Jumlah Polong yang Belum Masak/Tanaman ... 103

35. Sidik Ragam Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman ... 103

36. Data Pengamatan Panjang Polong ... 104

37. Sidik Ragam Panjang Polong... 104

38. Data Pengamatan Jumlah biji/Polong... 104

39. Sidik Ragam Jumlah Biji/Polong ... 104

40. Data Pengamatan Bobot Biji/ Tanaman ... 105

41. Sidik Ragam Bobot Biji/ Tanaman ... 105

42. Data Pengamatan Bobot 100 Biji ... 105

43. Sidik Ragam Bobot 100 Biji ... 105

44. Variabilitas Genotif ( 2g), Variabilitas Fenotif ( 2p), Koefisien Variabilitas Genotif (KVG), Koefisien Variabilitas Fenotif (KVP) Kemajuan Harapan Genetik (HKG) dan Kemajuan Genetik rata-rata (KGR) untuk F1 ... 106

45. Variabilitas Genotif ( 2g), Variabilitas Fenotif ( 2p), Koefisien Variabilitas Genotif (KVG), Koefisien Variabilitas Fenotif (KVP) Kemajuan Harapan Genetik (HKG) dan Kemajuan Genetik rata-rata (KGR) untuk F2 ... 107

46. Variabilitas Genotif ( 2g), Variabilitas Fenotif ( 2p), Koefisien Variabilitas Genotif (KVG), Koefisien Variabilitas Fenotif (KVP) Kemajuan Harapan Genetik (HKG) dan Kemajuan Genetik rata-rata (KGR) untuk F3 ... 108

47. Variabilitas Genotif ( 2g), Variabilitas Fenotif ( 2p), Koefisien Variabilitas Genotif (KVG), Koefisien Variabilitas Fenotif (KVP) Kemajuan Harapan Genetik (HKG) dan Kemajuan Genetik rata-rata (KGR) untuk F4 ... 109

48. Variabilitas Genotif ( 2g), Variabilitas Fenotif ( 2p), Koefisien Variabilitas Genotif (KVG), Koefisien Variabilitas Fenotif (KVP) Kemajuan Harapan Genetik (HKG) dan Kemajuan Genetik rata-rata (KGR) untuk F5 ... 110

49. Rangkuman Uji Beda Rataan pada beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau F1 ... 111

50. Rangkuman Uji Beda Rataan pada Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau F2 ... 112

51. Rangkuman Uji Beda Rataan pada Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau F3 ... 113

52. Rangkuman Uji Beda Rataan pada Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau F4 ... 114

53. Rangkuman Uji Beda Rataan pada Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau F4 ... 115

54. Perbandingan antara F1, F2, F3, F4 dan F5 ... 116

55. Rangkuman Grafik dari F1 - F5 untuk masing-masing parameter ... 117

56. Areal Pertanaman dan Sosok Tanaman Kacang Hijau secara Keseluruhan ... 127

57. Tanaman, Bunga, Polong, Biji, dan Deskripsi F5 pada beberapa Varietas kacang Hijau ... 128


(13)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRACT ... i

ABSTRAK ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... x

DAFTAR ISI ... xii

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 5

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman ... 6

Syarat Tumbuh ... 7

Iklim ... 7

Tanah ... 8

Keragaman Genotip dan Fenotip ... 9

Heritabilitas ... 12

Kemajuan Genetik ... 14

Uji progenitas ... 15

BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ... 16

Bahan dan Alat ... 16

Metode Penelitian ... 16

PELAKSANAAN PENELITIAN Persiapan Lahan ... 20

Penyiapan Media Tanam ... 20

Persiapan Benih ... 20

Penanaman Benih ... 20

Pemupukan ... 21


(14)

Penyulaman ... 21

Penyiangan ... 22

Pengendalian Hama dan Penyakit ... 22

Panen ... 22

Pengamatan Parameter ... 22

Tinggi Tanaman (cm) ... 22

Jumlah Cabang (cabang) ... 22

Umur Mulai Berbunga (hari) ... 23

Umur Panen ... 23

Jumlah polong/Tangkai (buah) ... 23

Jumlah polong yang Masak/Tanaman ... 23

Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman ... 23

Panjang Polong (cm) ... 23

Jumlah Biji/ Polong (biji) ... 23

Bobot Biji/ Tanaman (g) ... 23

Bobot100 Biji (g) ... 24

Waktu Pembentukan Polong (hari) ... 24

Persentase serangan Hama ... 24

Warna Bunga, Warna Biji ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ... 25

Pembahasan ... 84

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 85

Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA


(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kacang hijau merupakan tanaman kacang-kacangan yang banyak dibudidayakan di Indonesia, menempati urutan ketiga setelah kedelai dan kacang tanah. Rata-rata produktivitas kacang hijau mencapai lebih dari 0,91 ton/ha dan dirasakan masih kurang memadai untuk memenuhi kebutuhan nasional. Hal ini karena salah satu kelemahan kacang hijau adalah produktivitas tidak stabil. Disamping itu, petani umumnya membudidayakan kacang hijau secara sambilan. Dilihat dari segi agronomis dan ekonomi, kacang hijau mempunyai beberapa kelebihan, antara lain tahan kekeringan, hama dan penyakit yang menyerang kacang hijau ini relatif sedikit, dapat ditanam pada tanah yang kurang subur, cara budidaya mudah, resiko kegagalan panen relatif kecil, harga jual tinggi dan stabil dan dapat dipanen umur 55 – 60 hari (Supeno dan Sujudi, 2004).

Berdasarkan data dari BPS (2008) produksi kacang hijau Sumatera Utara tahun 2007 (Angka Sementara) adalah sebesar 4.855 ton turun sebesar 1.681 ton atau 25,72 persen dibandingkan produksi kacang hijau tahun 2006. Penurunan produksi kacang hijau diperkirakan karena penurunan luas panen sebesar 1.604 hektar atau 25,98 persen. Produktivitas kacang hijau mengalami peningkatan sebesar 0,04 ku/ha atau 0,38 persen bila dibandingkan produktivitas pada tahun 2006. Meskipun produktivitas mengalami peningkatan namun tidak mampu meningkatkan produksi kacang hijau. Produksi kacang hijau pada tahun 2008 diperkirakan mengalami kenaikan sebesar 61 ton atau 1,26 persen dibanding produksi kacang hijau tahun 2007.


(16)

Kacang hijau mempunyai nilai gizi yang cukup baik, mengandung vitamin B1 cukup tinggi dan vitamin A. Kacang hijau yang sudah menjadi kecambah kaya kandungan vitamin E (tokoferol) yang penting sebagai anti oksidan, dalam mencegah penuaan dini, dan anti sterilitas. Kandungan protein kacang hijau mencapai 24%, dengan kandungan asam amino esensial seperti isoleusin, leusin, lisin, metionin, fenilalanin, treonin, triptofan, dan valin. Kacang hijau mengandung karbohidrat sekitar 58%. Kacang hijau mengandung karbohidrat sekitar 58%. Pemanfaatan dari patinya dapat dibuat sebagai tepung bahan berbagai bentuk makanan bayi sampai orang dewasa. Pati kacang hijau terdiri dari amilosa 28,8%, dan amilopektin 71,2%. Kegunaan lain pada tanaman kacang hijau adalah sebagai pupuk hijau dan penutup tanah (Balittan, 2007).

Selain itu, di lapangan juga sering didapati polong yang tidak sempurna. Banyaknya polong dan biji/polong terbentuk ditentukan oleh faktor pembungaan dan lingkungan yang mendukung pada saat pengisian polong. Gangguan selama masa pembungaan akan mengurangi pembentukan polong (Soemaatmadja, 1993).

Dengan mengintroduksi tanaman, disamping menambah species tanaman di daerah tertentu juga menambah macam plasma nutfah. Dalam program pertukaran tanaman, introduksi yang merupakan sumber plasma nutfah baru penting artinya agar diperoleh keragaman yang memungkinkan penukaran ini lebih berhasil. Introduksi tanaman diutamakan untuk tanaman yang bernilai ekonomi. Sebagai bahan pemuliaan tanaman atau varietas introduksi dapat menjadi bahan yang baik untuk lebih meningkatkan keunggulan varietas yang sudah ada (Poespodarsono, 1999).


(17)

Varietas atau klon introduksi perlu diuji adaptabilitasnya pada suatulingkungan untuk mendapatkan genotif unggul pada lingkungan tersebut. Pada umumnya suatu daerah memiliki kondisi lingkungan yang berbeda terhadap genotif. Respon genotif terhadap faktor lingkungan ini biasanya terlihat dalam penampilan fenotipik dari tanaman bersangkutan (Darliah, dkk, 2001).

Perbedaan spesifik dari lingkungan mungkin memberikan efek yang lebih besar terhadap suatu genotip, akan tetapi tidak terhadap genotip lain. Adanya interaksi genotip dan lingkungan menunjukkan perbedaan tanggapan galur/varietas yang diuji dilingkungan yang berbeda (Hasyim, 2006).

Dari hasil pengamatan F1 diperoleh tinggi tanaman berkisar antara

48,50 – 63,75; jumlah cabang berkisar antara 4,25 – 4,87; umur berbunga berkisar antara 33,75 – 36,87; umur panen berkisar antara 55,88 – 58,00; jumlah

polong per tangkai berkisar antara 4,38 – 6,25; jumlah polong yang masak per tanaman berkisar antara 5,60 – 8,87; jumlah polong yang belum masak per tanaman berkisar antara 8,00 – 18,25; panjang polong berkisar antara 9,99 – 12,16; jumlah biji per polong berkisar antara 10,41 – 13,46; bobot 100 biji berkisar antara 6,31 – 7,92 (Sriwahyuni, 2005).

Dari hasil pengamatan F2 diperoleh tinggi tanaman berkisar antara

45,58 – 52,96; jumlah cabang berkisar antara 3,75 – 4,12; umur berbunga berkisar antara 34,00 – 35,75; umur panen berkisar antara 54,87 –56,75; jumlah polong per tangkai berkisar antara 3,37 – 4,11; jumlah polong yang masak per tanaman berkisar antara 31,75 – 41,50; jumlah polong yang belum masak per tanaman 21,75 – 84,00; panjang polong berkisar antara 9,97 – 11,04; jumlah biji


(18)

per polong berkisar antara 12,07 – 13.47; bobot 100 biji berkisar antara 6,12 – 7,99 (Sijabat, 2006).

Dari hasil pengamatan F3 diperoleh tinggi tanaman berkisar antara

47,75 – 58,38; jumlah cabang berkisar antara 4,13 – 4,50; umur berbunga berkisar antara 34,38 – 35,88; umur panen berkisar antara 55,25 – 56,63; jumlah polong per tangkai berkisar antara 3,27 – 4,05; jumlah polong yang masak per tanaman berkisar antara 38.25 – 47.00; jumlah polong yang belum masak per tanaman 20.20 – 40.13; panjang polong berkisar antara 9,03 – 9,64; jumlah biji

per polong berkisar antara 10,34 – 10,94; bobot 100 biji berkisar antara 6,56 – 6,96 (Brahmana, 2007).

Dari hasil pengamatan F4 diperoleh tinggi tanaman berkisar antara

39,73 – 59,40; jumlah cabang berkisar antara 3,00 – 4,00; umur berbunga berkisar antara 34,00 – 37,13; umur panen berkisar antara 55,25 – 56,63, jumlah polong per tangkai berkisar antara 2,37 – 3,19; jumlah polong yang masak per tanaman berkisar antara 38.25 – 47.00; jumlah polong yang belum masak per tanaman 2,50 – 17,75; panjang polong berkisar antara 9,36 – 10,42; jumlah biji

per polong berkisar antara 10,93 – 11,95; bobot 100 biji berkisar antara 7,01 – 8,33 (Situmeang, 2007).

Adanya perbedaan respon genotip tanaman terhadap lingkungan menyebabkan timbul perbedaan fenotip pada setiap tanaman, dan dari

penampilan fenotipik suatu tanaman dapat dihitung suatu nilai yang menentukan

apakah perbedaan penampilan suatu karakter disebabkan oleh faktor genetik atau lingkungan, sehingga akan diketahui sejauh mana sifat tersebut akan diturunkan pada generasi selanjutnya.


(19)

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian guna mengetahui kelanjutan karakteristik dari beberapa varietas kacang hijau introduksi.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari turunan ke lima (F5) beberapa varietas introduksi tanaman kacang hijau.

Hipotesis Penelitian

1. Ada perbedaan karakteristik pada masing-masing varietas introduksi tanaman kacang hijau.

2. Ada perbedaan antara karakteristik antara F1, F2, F3, F4 dan F5 pada

masing-masing varietas introduksi tanaman kacang hijau.

Kegunaan Penelitian

1. Sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.


(20)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut Tjitrosoepomo (1989) tanaman kacang hijau termasuk suku (famili) Leguminosae. Keduduk an tanaman kacang hijau dalam taksonomi tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut.

Kingdom : Plantae.

Divisi : Spermatophyta. Subdivisi : Angiospermae. Kelas : Dicotyledonae. Ordo : Rosales.

Famili : Leguminosae (Papilionideae). Genus : Phaseolus.

Spesies : Phaseolus radiatus L.

Kacang hijau merupakan tanaman pangan semusim berupa semak yang tumbuh tegak. Tanaman kacang hijau ini diduga berasal dari India. Tanaman kacang hijau adalah tanaman semusim berumur pendek (60 hari). Batang kacang hijau berbentuk bulat dan berbuku-buku. Ukuran batangnya kecil–kecil, berbulu, berwarna hijau kecoklatan atau kemerahan. Daun kacang hijau tumbuh majemuk, terdiri dari tiga helai anak daun setiap tangkai. Helai daun berbentuk oval dengan bagian ujung lancip dan berwarna hijau muda hingga hijau tua. Bunga kacang hijau berbentuk seperti kupu-kupu dan berwarna kuning kehijauan. Bunganya termasuk hermafrodit atau berkelamin dua. Buah kacang hijau berbentuk silindris dengan panjang antara 5 – 16 cm dan berbulu pendek. Setiap polong berisi


(21)

10 – 15 biji. Biji kacang hijau berbentuk bulat. Biji kacang hijau mempunyai bobot hanya sekitar 0,5 – 0,8 mg (Purwono dan Hartono, 2005).

Daunnya terdiri dari tiga helaian (trifoliat) dan letaknya berseling. Tangkai daunnya lebih panjang dari daunnya dengan warna daun hijau muda sampai hijau tua. Bunganya berwarna kuning tersusun dalam tandan, keluar pada cabang serta batang, dan dapat menyerbuk sendiri. Polongnya berbentuk silindris dengan panjang antara 6 - 15 cm dan berbulu pendek. Sewaktu muda berwarna hijau dan

berubah hitam atau coklat ketika tua, dengan isi polong 10 - 15 biji (Andrianto dan Indarto, 2004).

Tanaman kacang hijau berakar tunggang. Sistem perakarannya di bagi menjadi dua, yaitu mesopita dan seropita. Mesopita mempunyai banyak cabang akar pada permukaan tanah dan tipe pertumbuhannya menyebar. Sementara seropita memiliki cabang akar lebih sedikit dan memanjang ke arah bawah (Purwono dan Hartono, 2005).

Syarat Tumbuh

Iklim

Jumlah curah hujan dapat mempengaruhi produksi kacang hijau. Tanaman ini cocok ditanam pada musim kering (kemarau) yang rata-rata curah hujannya rendah. Di daerah yang bercurah hujan tinggi, tanaman kacang hijau mengalami banyak hambatan atau gangguan, misalnya mudah rebah dan mudah terserang penyakit. Produksi kacang hijau musim hujan umumnya lebih rendah daripada produksi musim kemarau (Rukmana, 1997).


(22)

dalam rata-rata rentang suhu sekitar 200 - 400C, suhu optimum antara 280 - 300C. Oleh karena itu, tanaman ini dapat tumbuh di musim panas dan musim gugur di daerah hangat, subtropis dan pada ketinggian di bawah 2000 m di daerah tropis. Tanaman ini sangat peka pada kondisi air yang berlebihan, tetapi dapat bertahan terhadap tekanan kekeringan dengan relatif baik, dengan pembatasan periode dari berbunga ke kedewasaan. Kebutuhan air adalah sekitar 200 - 300 mm per musim pertumbuhan

Tanah

Tanaman kacang hijau menghendaki tanah yang tidak terlalu berat. Artinya, tanaman kacang hijau tumbuh dengan baik pada tanah yang tidak terlalu banyak mengandung liat. Tanah dengan kandungan bahan organik tinggi sangat disukai oleh tanaman kacang hijau. Tanah berpasir pun dapat digunakan untuk pertumbuhan tanaman kacang hijau, asalkan kandungan air tanahnya tetap terjaga dengan baik. Adapun jenis tanah yang dianjurkan adalah latosol atau regosol. Jenis tanah tersebut akan lebih baik bila digunakan setelah ditanami tanaman padi terlebih dahulu (Purwono dan Hartono, 2005).

Lahan yang akan ditanami tanaman kacang hijau bisa sawah beririgasi, lahan sawah tadah hujan, lahan kering tegalan, serta lahan pasang surut dan lebak. Lahan kacang hijau prioritas pertama (sawah beririgasi) mempunyai keuntungan lahan lebih produktif, ketersediaan air lebih terjamin, biaya produksi relatif rendah (karena tanpa mengolah tanah secara intensif), terhindar resiko erosi,

takaran pupuk lebih rendah, dan kualitas biji hasil panen lebih baik (Andrianto dan Indarto, 2004).


(23)

Hal yang paling penting diperhatikan dalam pemilihan lokasi kebun kacang hijau adalah tanahnya subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), aerasi dan drainasenya baik, serta mempunyai kisaran pH 5,8 – 6,5. Untuk tanah yang ber-pH lebih rendah dari pada 5,8 perlu dilakukan pengapuran atau liming (Rukmana, 1997).

Keragaman Genotip dan Fenotip

Di dalam arti yang sangat terbatas, muncul suatu pertanyaan apakah karakteristik itu dari keturunan atau lingkungan, tidak ada nilainya?. Gen-gen tidak dapat menyebabkan berkembangnya karakter terkecuali mereka berada pada lingkungan yang sesuai, dan sebaliknya tidak ada pengaruhnya terhadap berkembangnya karakteristik dengan mengubah tingkat keadaan lingkungan terkecuali gen yang diperlukan ada. Namun, harus disadari bahwa keragaman yang diamati terhadap sifat-sifat yang terutama disebabkan oleh perbedaan gen yang dibawa oleh individu yang berlainan dan terhadap variabilitas di dalam sifat yang lain, pertama-tama disebabkan oleh perbedaan lingkungan dimana individu berada (Allard, 2005).

Apabila keragaman penampilan tanaman timbul akibat perbedaan sifat dalam tanaman (genetik) atau perbedaan keadaan lingkungan atau kedua-duanya dan apabila keragaman tanaman masih tetap timbul sekalipun bahan tanam dianggap mempunyai susunan genetik yang sama atau berasal dari jenis tanaman yang sama dan ditanam pada tempat yang sama, ini berarti cara yang diterapkan tidak mampu menghilangkan perbedaan sifat dalam tanaman atau keadaan lingkungan atau kedua-duanya.


(24)

Keragaman yang sering ditunjukkan oleh tanaman sering dikaitkan dengan aspek negatif. Hal ini sering tidak diperhatikan oleh peneliti yang menganggap bahwa susunan genetik dari bahan tanaman yang digunakan adalah sama karena berasal dari varietas yang sama. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama. Jika ada dua jenis tanaman yang sama ditanam pada lingkungan yang berbeda, dan timbul variasi yang sama dari kedua tanaman tersebut maka hal ini dapat disebabkan oleh genetik dari tanaman yang bersangkutan (Sitompul dan Guritno, 1995).

Perbedaan kondisi lingkungan memberikan kemungkinan munculnya variasi yang akan menentukan penampilan akhir dari tanaman tersebut. Bila ada variasi yang timbul atau tampak pada populasi tanaman yang ditanam pada kondisi lingkungan yang sama maka variasi tersebut merupakan variasi atau

perbedaan yang berasal dari genotip individu anggota populasi (Mangoendidjojo, 2003).

Komponen genotip, lingkungan dan interaksinya tidak dapat kita duga secara langsung dari hasil observasi pada suatu populasi, tetapi dalam keadaan tertentu dapat diduga dari populasi percobaan. Dalam pengujian varietas/klon besarnya ragam komponen yang diakibatkan oleh pengaruh interaksi, genotip dan lingkungan sering terlupakan. Selalu diasumsikan bahwa perbedaan lingkungan mempunyai efek yang sama terhadap genotip berbeda. Apabila ada dua varietas dievaluasi pada dua lingkungan tumbuh, maka pada garis besar terdapat 3 bentuk garis tanggapan yaitu kedua garis respon sejajar, berarti kedua varietas mempunyai tanggapan yang sama terhadap perubahan lingkungan; kedua garis


(25)

respon tidak sejajar dan tidak berpotongan, berarti hanya 1 varietas di lingkungan pertama yang memberikan tanggapan positif dan varietas yang kedua memberikan tanggapan yang berbeda; dan garis tanggapan yang berpotongan, berarti kedua varietas memberikan tanggapan yang berbeda terhadap perubahan lingkungan (Hasyim, 2006).

Variasi yang ditimbulkan ada yang langsung dapat dilihat, misalnya adanya perbedaan warna bunga, daun dan bentuk biji (ada yang berkerut, ada yang tidak), ini disebut variasi sifat yang kualitatif. Namun ada pula variasi yang memerlukan pengamatan dengan pengukuran, misalnya tingkat produksi, jumlah anakan, tinggi tanaman, dan lainnya (Mangoendidjojo, 2003).

Keragaman genetik alami merupakan sumber bagi setiap program pemuliaan tanaman. Variasi ini dapat dimanfaatkan, seperti semula dilakukan manusia, dengan cara melakukan introduksi sederhana dan teknik seleksi atau dapat dimanfaatkan dalam program persilangan yang canggih untuk mendapatkan kombinasi genetik yang baru. Jika perbedaan antara dua individu yang mempunyai faktor lingkungan yang sama dapat diukur, maka perbedaan ini berasal dari variasi genotip kedua tanaman tersebut. Keragaman genetik menjadi perhatian utama para pemulia tanaman, karena melalui pengelolaan yang tepat dapat dihasilkan varietas baru yang lebih baik (Welsh, 2005).

Heritabilitas

Salah satu analisis yang umum digunakan untuk mengevaluasi sumbangan perbedaan genetik terhadap keragaman penampilan tanaman adalah heritabilitas (heritability) yaitu suatu ukuran tingkat pengaruh genetik terhadap fenotip. Ini


(26)

dapat dihitung dengan persamaan berikut :

h2 = V(P) – V(E)/V(P)

dimana V(P) adalah keragaman individu dalam suatu populasi, akibat perbedaan genetik dan perbedaan lingkungan dan V(E) keragaman lingkungan. Akan tetapi tanaman tingkat tinggi bukanlah suatu organisme yang ideal untuk percobaan genetik, karena waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu siklus cukup panjang (Sitompul dan Guritno, 1995).

Salah satu faktor yang paling penting dalam merumuskan rencana pemuliaan yang efektif untuk memperbaiki kualitas genetik dari tanaman budidaya adalah suatu pengetahuan mengenai kontribusi relatif yang diberikan oleh gen-gen terhadap variabilitas suatu sifat yang dipersoalkan. Variabilitas nilai-nilai fenotip bagi suatu sifat kuantitatif dapat, sekurang-kurangnya dalam teori, dibagi dalam komponen-komponen genetik dan non genetik (lingkungan).

2p = 2g + 2

e

Heritabilitas (diberi simbol h2) adalah proporsi dari variansi fenotip total yang disebabkan oleh efek gen.

h2 =

Heritabilitas dari suatu sifat tertentu berkisar dari 0 sampai 1(Stansfield, 2005). Variasi keseluruhan dalam suatu populasi merupakan hasil kombinasi genotip dan pengaruh lingkungan. Proporsi variasi merupakan sumber yang penting dalam program pemuliaan karena dari jumlah variasi genetik ini diharapkan terjadi kombinasi genetik yang baru. Proporsi dari seluruh variasi yang disebabkan oleh perubahan genetik disebut heritabilitas. Heritabilitas dalam


(27)

arti yang luas adalah semua aksi gen termasuk sifat dominan, aditif, dan epistasis. Nilai heritabilitas secara teoritis berkisar dari 0 sampai 1. Nilai 0 ialah bila seluruh variasi yang terjadi disebabkan oleh faktor lingkungan, sedangkan nilai 1 bila seluruh variasi disebabkan oleh faktor genetik. Dengan demikian nilai heritabilitas akan terletak antara kedua nilai ekstrim tersebut (Welsh, 2005).

Jain (1982) menyatakan bahwa nilai heritabilitas suatu sifat tergantung pada tindak gen yang mengendalikan sifat tersebut. Jika heritabilitas dalam arti sempit suatu sifat bernilai tinggi, maka sifat tersebut dikendalikan oleh tindak gen aditif pada kadar yang tinggi. Sebaliknya jika heritabilitas dalam arti sempit bernilai rendah, maka sifat tersebut dikendalikan oleh tindak gen bukan aditif (dominan dan epistasis) pada kadar yang tinggi. Heritabilitas akan bermakna jika varians genetik didominasi oleh varians aditif karena pengaruh aditif setiap alel akan diwariskan dari tetua kepada progeninya (Suprapto dan Kairuddin, 2007).

Menurut Hadiati, Murdaningsih, Baihaki dan Rostini (2003) heritabilitas merupakan suatu tolak ukur yang bersifat kuantitatif untuk menentukan apakah perbedaan penampilan suatu karakter disebabkan oleh faktor genetik atau lingkungan, sehingga akan diketahui sejauh mana sifat tersebut akan diturunkan pada generasi selanjutnya. Heritabilitas juga merupakan parameter yang digunakan untuk seleksi pada lingkungan tertentu, karena heritabilitas merupakan gambaran apakah suatu karakter lebih dipengaruhi faktor genetik atau faktor lingkungan. Nilai heritabilitas tinggi menunjukkan bahwa faktor genetik relatif lebih berperan dibandingkan dengan faktor lingkungan. Sifat yang mempunyai nilai heritabilitas yang tinggi maka sifat tersebut akan mudah diwariskan pada keturunan berikutnya (Alnopri, 2004).


(28)

Kemajuan Genetik

Selain menggunakan nilai heritabilitas yang tinggi, juga menggunakan nilai parameter lainnya, yaitu nilai duga kemajuan genetik yang tinggi, sebab nilai heritabilitas itu sendiri kurang memberikan gambaran sebenarnya mengenai kemajuan yang diharapkan terhadap genetik dengan nilai heritabilitas dan dengan kemajuan genetik akan didapatkan gambaran terbaik mengenai kemajuan yang diharapkan dari seleksi (Rachmadi, dkk, 1990).

Menurut Knight (1979) Informasi mengenai variasi genetik dan heritabilitas berguna untuk menentukan kemajuan genetik yang diperoleh dari seleksi. Zen (1995) menyatakan bahwa seleksi akan menunjukkan kemajuan genetik yang tinggi jika sifat yang dilibatkan dalam seleksi mempunyai variasi genetik dan heritabilitas yang tinggi. Jika nilai heritabilitas tinggi, sebagian besar variasi fenotip disebabkan oleh variasi genetik, maka seleksi akan memperoleh kemajuan genetik. Hayward (1990) menyatakan bahwa sifat-sifat yang dikendalikan oleh gen-gen bukan aditif menyebabkan kemajuan genetik yang rendah. Hal ini disebabkan pengaruh tindak gen bukan aditif tidak diwariskan dan akan lenyap semasa seleksi (Suprapto dan Kairuddin, 2007).

Menurut Dudley dan Moll (1969), nilai heritabilitas dapat memberi petunjuk sederhana terhadap besar kecilnya pengaruh genetik dan lingkungan dari suatu populasi, sehingga apabila nilai heritabilitas dipadukan dengan nilai kemajuan genetik dari seleksi maka akan lebih bermanfaat dalam meramalkan hasil akhir untuk melakukan seleksi sifat individu yang baik. Burton (1952) menyatakan bahwa pemulia lebih banyak mempertimbangkan dugaan kemajuan


(29)

genetik dalam persen (KG%) di atas nilai rata-rata populasi. Oleh karena itu sesuai rumus yang disajikan Singh dan Chaudhary (2001) tergambar bahwa KG (%) merupakan produk dari nilai-nilai diferensial seleksi, heritabilitas yang menentukan efisiensi sistem seleksi sehingga seleksi akan efektif bila nilai kemajuan genetik tinggi ditunjang oleh salah satu nilai KVG atau heritabilitas tinggi (Tempake dan Luntungan, 2002).

Uji Progenitas

Berbagai sistem perkawinan dapat dipakai dalam memproduksi keturunan yang akan diuji. Produksi yang paling umum ialah memungut hasil hanya biji yang diperoleh melalui penyerbukan secara bebas (bersari bebas) dari tanaman yang dipilih dan memakainya untuk membuat generasi berikutnya kemudian diseleksi atas dasar pekerjaan keturunannya, dari pada atas dasar penampilan fenotip sendiri. Pokok utama untuk diingat ialah bahwa uji keturunan, walaupun bernilai dalam membantu seleksi mengidentifikasi genotip superior, tidak

mempunyai sumbangan lain yang dibuat ke arah perbaikan efisiensi seleksi massa (Allard, 2005).

Uji progenitas dipergunakan sebagai suatu sistem evaluasi mengukur karakter terbaik setiap induk yang dapat digunakan pada persilangan selanjutnya dalam seleksi berulang. Uji keturunan tersebut dengan demikian tidak mempersoalkan asal dari keturunan. Setiap produksi sistem keturunan berguna dalam mengidentifikasi karakter induk yang dapat dipergunakan dalam program pemuliaan spesifik (Welsh, 2005).


(30)

Pada tanaman menyerbuk sendiri individu tanaman adalah homozigot. Secara genotip dapat diproduksi pada keturunan dan kemungkinan dapat dievaluasi melalui progeny test/pengujian keturunan (Hasyim, 2002).


(31)

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di lahan percobaan Universitas Medan Area, Medan dengan ketinggian tempat + 25 meter di atas permukaan laut, yang dimulai pada bulan Januari 2008 hingga Maret 2008.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih varietas kacang hijau F5 yang terdiri dari 6 varietas yaitu Betet, Parkit, Perkutut, Kenari, Sriti dan

Murai. Tanah top soil jenis ultisol, pasir, kompos sebagai media tanam, Decis 2,5 EC sebagai insektisida dengan konsentrasi 0,2 %, Polibag ukuran 40 x 50 cm, air untuk menyiram tanaman serta bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan adalah cangkul untuk mencampur dan mengisi media ke polibek, meteran untuk mengukur luas lahan dan tinggi tanaman, handsprayer, gembor, tali plastik, pacak sampel, timbangan analitik untuk menimbang produksi tanaman, alat tulis, dan kertas label serta alat lain yang mendukung penelitian ini.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode RAK (Rancangan Acak Kelompok) non faktorial. Varietas yang diuji yaitu:

V1 : Betet. V4 : Kenari.

V2 : Parkit. V5 : Sriti.


(32)

Jumlah Ulangan : 5 ulangan. Jumlah Plot : 30 plot. Jumlah tanaman/plot : 1 tanaman. Jumlah sampel/ plot : 1 sampel. Jumlah sampel seluruhnya : 30 sampel. Jumlah tanaman seluruhnya : 30 tanaman. Jarak antar blok : 50 cm. Jarak antar plot : 25 cm.

Ukuran plot : 70 cm x 50 cm. Lihat bagan lahan percobaan (lampiran 2).

Data yang dikumpulkan , dianalisis dengan sidik ragam linear Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial yaitu sebagai berikut :

Yijk = µ + i+ j + ij Dimana :

Yij =Hasil pengamatan pada blok ke-i terhadap perlakuan varietas ke-j.

µ = Nilai tengah rata-rata.

i = Efek blok ke-i. j = Efek varietas ke-j.

ij = Efek galat percobaan pada blok ke-i terhadap perlakuan varietas ke-j.

Jika dari hasil sidik ragam menunjukkan pengaruh yang nyata, maka dilanjutkan dengan uji beda rataan berdasarkan Uji Jarak Berganda Duncan (UJBD) pada taraf 5 % (Steel dan Torrie, 1993).


(33)

Tabel 1. Nilai Kuadrat Tengah Bagi Analisis RAK

Sumber Keragaman Derajat Bebas JK KT Estimasi (Kuadrat Tengah) Blok

Genotif Error

(b-1) (g-1) (b-1)(g-1)

JKB JKP JKE

KTB KTP KTE

2e + g 2

r

2e + r 2

g

2

e

Total gb-1 JKT

1. Keragaman Genotif dan Fenotif.

Keragaman sifat dihitung melalui analisis sidik ragam yang dikemukakan oleh Tempake dan Luntungan (2002).

Kriteria variabilitas menurut Murdaningsih, dkk (1990) dalam Tempake dan Luntungan (2002) adalah :

Rendah = 0 – 25% dari Koefisian Variabilitas Genetik (KVG) tertinggi. Sedang = 25 – 50% dari Koefisian Variabilitas Genetik (KVG) tertinggi. Tinggi = 50 – 75 % dari Koefisian Variabilitas Genetik (KVG) tertinggi. Sangat Tinggi = 75 – 100% dari Koefisian Variabilitas Genetik (KVG) tertinggi

2. Heritabilitas.

Heritabilitas dari seluruh sampel dihitung dengan rumus :

menurut Stansfield (1991) kriteria heritabilitas adalah sebagai berikut : Heritabilitas tinggi > 0,5.

Heritabilitas sedang = 0,2 – 0,5. Heritabilitas rendah < 0,2.

2g H2 =


(34)

3. Kemajuan Genetik

Harapan Kemajuan Genetik (HKG), dan Kemajuan Genetik Rata-rata (KGR) dapat dihitung dan diduga menurut cara sebagai berikut :

HKG = I ( ) (h2) KGR = x 100%.

I = Konstanta 2,06 untuk intensitas seleksi 0,05. = Nilai tengah populasi.

h2 = Nilai heritabilitas.

4. Uji Progenitas

Menurut Sastrosupardi (2004) untuk membedakan atau membandingkan dua macam perlakuan umumnya dilakukan dengan uji t (t test). Pada prinsipnya berbeda nyata atau tidaknya dua macam perlakuan tersebut dapat diketahui dari perbandingan t hitung dan t tabel ( daftar).

t hitung

jika : t hitung < t.05/2 (dbe) tn (H0 terima)

t hitung > t.05/2(dbe) * (H0 tolak)

Dimana:

S2 = KT error

n1 = Jumlah blok pada F1


(35)

PELAKSANAAN PENELITIAN

Persiapan Lahan

Areal pertanaman yang akan digunakan, dibersihkan dari gulma yang tumbuh pada areal tersebut. Kemudian dibuat plot percobaan dengan ukuran 70cm x 50cm. Dibuat parit drainase dengan jarak antar plot 25 cm dan jarak antar blok 50 cm.

Penyiapan Media Tanam

Media tanam yang digunakan adalah campuran pasir, top soil dan kompos dengan perbandingan 1 : 1 : 1. Media dicampur secara merata dan digemburkan dengan menggunakan cangkul, lalu diisi ke dalam polibek. Kemudian polibek disusun sesuai bagan lahan percobaan (lampiran 2).

Penyiapan Benih

Disiapkan benih F5 dari 6 varietas introduksi yang akan ditanam sesuai

dengan yang dibutuhkan.

Penanaman Benih

Penanaman dilakukan di polibek. Permukaan tanah pada polibek diberi lubang tanam dengan kedalaman + 2 cm. Kemudian dimasukkan 2 benih per lubang tanam dan ditutup dengan kompos.


(36)

Pemupukan

Pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis anjuran kebutuhan pupuk

kacang hijau yaitu 100 kg Urea/ha (0,2 gr/lubang tanam), 100 Kg TSP/ha (0,2 gr/lubang tanam), dan 75 kg KCl/ha (0,15 gr/lubang tanam). Pemupukan

dilakukan dalam 2 tahap yakni pada saat penanaman sebanyak setengah dosis anjuran dan setengah dosis lagi diberikan pada saat tanaman berumur 35 hari setelah tanam (hst).

Pemeliharaan

Penyiraman

Penyiraman dilakukan sesuai dengan kondisi di lapangan. Penyiraman dilakukan pagi dan sore hari.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau pertumbuhannya abnormal dengan tanaman cadangan. Penyulaman dilakukan dengan menggantikan polibek yang mempunyai tanaman abnormal dengan polibek yang berisi tanaman cadangan dengan perlakuan yang sama. Penyulaman dilakukan pada minggu ke-2 setelah tanam.

Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan secara manual dengan mencabut gulma yang ada di polibek, untuk menghindari persaingan dalam mendapatkan unsur hara dari dalam tanah. Penyiangan dilakukan disesuaikan dengan kondisi di lapangan.


(37)

Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Decis 2,5 EC dengan dosis 2ml/liter air, sedangkan pengendalian penyakit dilakukan penyemprotan fungisida Dithane M-45 dengan dosis 2 g/liter air. Masing-masing disemprotkan pada tanaman yang terkena serangan.

Panen

Panen dilakukan dengan cara memetik satu persatu dengan mengggunakan tangan atau menggunakan pisau atau sabit yang tajam bila panen secara serempak. Panen dilakukan sebanyak tiga kali dalam jangka waktu 2 minggu. Adapun kriteria panen adalah sebagian besar polong berwarna coklat sampai hitam, kulit keras, dan polong mudah pecah.

Pengamatan Parameter

Tinggi tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal batang sampai titik tumbuh dengan menggunakan meteran, dilakukan pada saat mulai berbunga. Jumlah cabang (cabang)

Dihitung seluruh cabang yang terbentuk. Dilakukan pada saat tanaman mulai berbunga.

Umur mulai berbunga (HST)

Umur mulai berbunga dihitung saat bunga pertama sudah muncul dalam satu tanaman.


(38)

Umur panen (HST)

Umur panen dihitung pada saat tanaman telah menunjukkan kriteria panen. Jumlah polong per tangkai (polong)

Jumlah polong/tangkai dapat diketahui dengan menghitung semua polong yang terbentuk pada setiap tangkai tanaman.

Jumlah polong yang masak per tanaman (polong)

Setiap kali dilakukan pemanenan, dihitung jumlah semua polong yang telah masak pada setiap tanaman sampel.

Jumlah polong yang belum masak per tanaman (polong)

Pada pemanenan yang terakhir, dihitung berapa jumlah polong yang belum masak pada setiap tanaman sampel.

Panjang polong (cm)

Panjang polong dihitung dengan menggunakan meteran. Pengukuran dimulai dari pangkal polong sampai ujung polong.

Jumlah biji per polong (buah)

Untuk mengetahui jumlah biji pada tiap polong dilakukan dengan membuka/mengupas tiap polong, lalu dihitung semua biji yang ada pada polong tersebut.

Bobot biji per tanaman (g)

Dikumpulkan seluruh biji dari masing-masing varietas pada tiap blok, kemudian ditimbang dan hasilnya dibagi jumlah sampel. Penimbangan dilakukan dengan menimbang seluruh biji dari masing-masing tanaman.


(39)

Bobot 100 biji (g)

Diambil 100 biji dari masing-masing varietas, pada tanaman sampel kemudian ditimbang dengan timbangan analitik.

Warna bunga, waktu pembentukan polong, warna biji dan persentase serangan Hama

Pengamatan warna bunga, waktu pembentukan polong, warna biji, dan persentase serangan hama dilakukan secara visual. Persentase serangan hama dihitung dengan rumus sebagai berikut :

PS =

Dimana : PS = persentase serangan. a = polong yang terserang. b = polong yang sehat.

Kemudian ditentukan intensitas serangannya. Adapun kriteria intensitas serangan adalah : skala 0 = tidak ada serangan (0%), skala 1= >0% - 15%, Skala 3 = > 15 % - 25%, skala 5 = > 25% - 50%, skala 7 = >50 % - 75%, skala 9 = > 75%.


(40)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Pengamatan Visual

Pengamatan visual meliputi warna bunga, waktu pembentukan polong, warna biji, dan persentase serangan hama yang disajikan dalam Tabel 2 untuk warna bunga, keenam varietas memiliki warna bunga yang sama yaitu warna kuning. Waktu pembentukan polong varietas Murai cenderung lebih cepat dibandingkan dengan varietas yang lainnya.

Tabel 2. Warna Bunga, Waktu Pembentukan Polong, Warna Biji Dan Persentase Serangan Hama

Varietas Warna Bunga

Waktu Pembentukan

Polong

Warna Biji

Persentase Serangan

Hama Betet kuning 40 hari hijau kilat 11,76 % Parkit kuning 41 hari hijau kilat 13,75 % Perkutut kuning 41 hari hijau kilat 13,69 % Kenari kuning 42 hari hijau kilat 23,80 % Sriti kuning 42 hari hijau kilat 16,66 % Murai kuning 39 hari hijau kusam 15,06 %

Pengamatan Komponen Hasil

Tinggi Tanaman (cm)

Data pengamatan tinggi tanaman saat mulai berbunga (5 MST) saat mulai terbentuk polong (6 MST) dan saat panen (8 MST) serta hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 10 sampai dengan Lampiran 15. Dari analisis sidik ragam diperoleh bahwa varietas berbeda nyata terhadap tinggi tanaman. Rataan tinggi tanaman dapat dilihat pada Tabel 3.


(41)

Tabel 3. Rataan Tinggi Tanaman (cm) MST, 6 MST, 8 MST

Varietas Rataan

5 MST 6 MST 8 MST

Betet 24,8 a 34,32 bc 40 bc

Parkit 23,48 a 32,94 cd 41,58 bc

Perkutut 25,3 a 36,24 ab 41,96 b

Kenari 26,44 a 38,24 a 47,84 a

Sriti 22,6 a 31,86 cd 39,14 bc

Murai 23,24 a 31,42 cd 38,78 bc

Ket : Angka–angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 0.05

Dari Tabel 3 dapat dilihat bahwa tanaman yang tertinggi adalah pada varietas Kenari (47,84 cm) dan yang terendah pada varietas Murai (38,78 cm). Jumlah Cabang (cabang)

Data pengamatan jumlah cabang saat mulai berbunga (5 MST), saat mulai terbentuk polong (6 MST), dan saat panen (8 MST), serta analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 16 sampai dengan Lampiran 24. Dari hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa varietas berbeda nyata terhadap jumlah cabang pada saat mulai berbunga (5 MST) dan pada saat mulai terbentuk polong(6 MST) dan varietas tidak berbeda nyata terhadap jumlah cabang pada umur 8 minggu setelah tanam (pada saat panen). Rataan jumlah cabang dari keenam varietas dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Rataan Jumlah Cabang (cabang) 5 MST, 6 MST, 8 MST

Varietas Rataan

5 MST 6 MST 8 MST

Betet 1,6 ab 1,8 abc 2,6 a

Parkit 1,4 abc 1,4 bcd 2,6 a

Perkutut 0,8 c 0,8 d 1,8 a

Kenari 1,4 abc 1,4 bcd 2,6 a

Sriti 1,8 a 1,8 ab 2,8 a

Murai 1,8 a 2,6 a 4 a

Ket : Angka–angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 0.05


(42)

Umur Mulai Berbunga (hari)

Data umur berbunga dapat dilihat pada Lampiran 25 dan analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 26. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas berbeda nyata terhadap umur berbunga. Rataan umur berbunga dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5.Rataan Umur Berbunga (hari) pada Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau

Varietas Umur berbunga (Hari)

Kenari 37,6 a

Parkit 37,2 ab

Sriti 37 abc

Betet 36,4 abc

Murai 35,6 bc

Perkutut 35,2 c

Ket : Angka–angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 0.05

Dari Tabel 5 dapat dilihat bahwa varietas yang paling cepat berbunga adalah varietas Perkutut (35,2 hari) yang berbeda nyata dengan varietas Kenari & Parkit, dan varietas yang paling lama berbunga adalah varietas Kenari (37,6 hari).

Umur Panen (Hari)

Data pengamatan umur panen dapat dilihat pada Lampiran 27 dan analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 28. Dari hasil analisis sidik ragam diperoleh bahwa varietas berbeda nyata terhadap umur panen. Rataan umur panen dari keenam varietas dapat dilihat pada Tabel 6.


(43)

Tabel 6. Rataan Umur Panen (hari) pada Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau

Ket : Angka–angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 0.05

Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa varietas yang paling cepat panen adalah varietas Perkutut (53 hari) yang berbeda nyata dengan varietas Kenari tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas lainnya dan varietas yang paling lama panen adalah varietas Kenari (57,8 hari).

Jumlah Polong/Tangkai (buah)

Data pengamatan jumlah polong/tangkai dapat dilihat pada Lampiran 29 dan hasil analisis sidik ragamnya dapat dilihat pada Lampiran 30. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas tidak berbeda nyata terhadap jumlah polong/tangkai. Rataan jumlah polong/tangkai dari ke enam varietas dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan Jumlah Polong/Tangkai (buah) pada Beberapa Varietas Kacang Hijau

Varietas Jumlah Polong/tangkai

Betet 2,23

Parkit 2,11

Perkutut 2,61

Kenari 1,84

Sriti 2,01

Murai 2,13

Ket : Angka–angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 0.05

Varietas Umur Panen (hari)

Kenari 57,8 a

Parkit 55,4 ab

Sriti 55,2 abc

Betet 54,2 bc

Murai 53,8 bc


(44)

Pengamatan jumlah polong yang masak/tanaman dapat dilihat pada Lampiran 31 dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 32. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas tidak berbeda nyata terhadap jumlah polong yang masak/tanaman. Rataan jumlah polong yang masak/tanaman dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan Jumlah Polong yang Masak/Tanaman (buah) pada Beberapa Varietas Kacang Hijau

Varietas Jumlah Polong yang Masak Pertanaman

Betet 13,6

Parkit 16

Perkutut 14,6

Kenari 12,6

Sriti 14,4

Murai 14,6

Jumlah Polong Yang Belum Masak/Tanaman (buah)

Data pengamatan jumlah polong yang belum masak/tanaman dapat dilihat pada Lampiran 33 dan hasil analisis sidik ragamnya pada Lampiran 35. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas tidak berbeda nyata terhadap jumlah polong yang belum masak/tanaman. Rataan jumlah polong yang belum masak dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rataan Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman (buah) pada Beberapa Varietas Kacang Hijau

Varietas Jumlah Polong yang Belum Masak/tanaman

Betet 10,8

Parkit 10,6

Perkutut 13,8

Kenari 6

Sriti 10,8

Murai 18,6

Ket : Angka–angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 0.05


(45)

Panjang Polong (cm)

Data pengamatan panjang polong dan hasil analisis sidik ragam dapat dilihat pada Lampiran 36 dan 37. Dari hasil analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas berbeda nyata terhadap panjang polong. Rataan panjang polong dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rataan Panjang Polong (cm) pada Beberapa Varietas Kacang Hijau

Varietas Panjang Polong (cm)

Betet 8,84 bc

Parkit 9,74 ab

Perkutut 8,80 bc

Kenari 10,55 a

Sriti 9,13 bc

Murai 9,70 abc

Ket : Angka–angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 0.05

Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa polong yang terpanjang pada varietas Kenari (10,55 cm) yang berbeda nyata dengan varietas Betet, Perkutut, Sriti tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas lainnya dan polong yang terpendek yaitu pada varietas Perkutut (8,80 cm).

Jumlah Biji/Polong (biji)

Data pengamatan jumlah biji/polong dapat dilihat pada Lampiran 38 dan analisis sidik ragam pada Lampiran 39. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas berbeda nyata terhadap jumlah biji/polong. Rataan jumlah biji/polong dapat dilihat pada Tabel 11.


(46)

Tabel 11. Rataan Jumlah Biji/ Polong (biji ) pada Beberapa Varietas Kacang Hijau

Varietas Jumlah biji per polong

Betet 10,02 abc

Parkit 10,42 ab

Perkutut 8,24 c

Kenari 11,08 a

Sriti 9,9 abc

Murai 9,6 abc

Ket : Angka–angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 0.05

Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah biji/polong terbanyak pada varietas kenari (11 biji) yang berbeda nyata dengan varietas Perkutut tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas lainnya dan jumlah biji/polong yang terendah pada varietas Perkutut (8 biji).

Bobot Biji/ Tanaman (g)

Data pengamatan bobot biji/tanaman dapat dilihat pada Lampiran 40 dan analisis sidik ragamnya pada Lampiran 41. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas tidak berbeda nyata terhadap bobot biji/tanaman. Rataan bobot biji/tanaman dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan bobot Biji/Tanaman (g) pada Beberapa Varietas Kacang Hijau

Varietas Bobot Biji Pertanaman

Betet 9,72

Parkit 13,14

Perkutut 9,98

Kenari 11,1

Sriti 10,02

Murai 12,22

Ket : Angka–angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 0.05


(47)

Bobot 100 Biji (g)

Data pengamatan bobot 100 biji dapat dilihat pada Lampiran 42 dan analisis sidik ragam pada lampiran 43. Dari analisis sidik ragam dapat dilihat bahwa varietas berbeda nyata terhadap berat 100 biji. Rataan bobot 100 biji dapat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Rataan bobot 100 Biji (g) pada Beberapa Varietas Kacang Hijau

Varietas Bobot 100 Biji

Betet 8,04 c

Parkit 9,36 ab

Perkutut 8,6 bc

Kenari 9,6 a

Sriti 8,16 c

Murai 8,72 abc

Ket : Angka–angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada Uji Jarak Berganda Duncan dengan taraf 0.05

Dari Tabel 13 diperoleh bahwa rataan tertinggi terdapat pada varietas Kenari yaitu 9,6 g yang berbeda nyata dengan varietas Betet, Perkutut, dan Sriti tetapi tidak berbeda nyata dengan varietas Parkit dan Murai.


(48)

Pendugaan Parameter Genetik.

Variabilitas Genetik

Hasil perhitungan variabilitas genotip ( 2g), variabilitas fenotip ( 2p), Koefisien variabilitas genetik (KVG) dan koefisien variabilitas fenotip (KVP) dapat dilihat pada Tabel 14. Nilai KVG berkisar antara 1,91 – 16,00 dan nilai KVP berkisar antara 4,10 – 39,97.

Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa dari komponen hasil yang diamati terdapat 1 (satu) komponen hasil yang bervariabilitas genetik sangat tinggi, 1 (satu) komponen hasil yang bervariabilitas genetik tinggi, 6 (enam) komponen hasil yang bervariabilitas genetik sedang, dan 3 (tiga) komponen hasil yang bervariabilitas genetik rendah.

Tabel 14. Variabilitas Genotip ( 2g), Variabilitas Fenotip ( 2p), Koefisien Variabilitas Genotip (KVG), Koefisien Variabilitas Genetik (HKG), Kemajuan Genetik Rata-rata (KGR) ) F5

Komponen Hasil ( 2g) ( 2p) KVG KVP

Tinggi Tanaman (cm ) 9,52 17,52 7,43 s 10,07 Jumlah Cabang (cabang) 0,03 0,10 8,95 t 18,47 Umur Mulai Berbunga (hari) 0,49 2,25 1,91 r 4,10

Umur Panen (hari) 1,89 6,51 2,50 r 4,65

Jumlah Polong/Tangkai (buah) 0,02 0,26 6,77 s 23,52 Jumlah Polong yang

Masak/Tanaman (buah) 0,07 6,19 4,17 s 39,97 Jumlah Polong yang belum

masak/tanaman (buah) 0,28 1,20 16,00 st 32,90 Panjang Polong (cm) 0,36 0,81 6,37 s 9,52 Jumlah Biji/Polong (buah) 0,52 2,10 7,31 s 14,72 Bobot Biji/ Tanaman 0,19 6,77 3,96 r 23,67

Bobot 100 biji (g) 0,32 0,68 6,49 s 9,45

Keterangan :

r = Rendah t = Tinggi


(49)

Heritabilitas

Nilai duga heritabilitas (h2) untuk masing-masing karakter dapat dievaluasi. Nilai duga heritabilitas (h2) dapat dilihat pada Tabel 15. Berdasarkan kriteria heritabilitas diperoleh 1 (satu) komponen yang mempunyai heritabilitas tinggi, terdapat 7 (tujuh) komponen hasil yang mempunyai heritabilitas sedang dan terdapat 3 (tiga) komponen hasil yang mempunyai heritabilitas rendah. Tabel 15. Nilai duga Heritabilitas untuk masing-masing komponen hasil

Komponen Hasil (h2)

Tinggi Tanaman (cm ) 0,54t

Jumlah Cabang (cabang) 0,24s

Umur Berbunga (hari) 0,22s

Umur Panen (hari) 0,29s

Jumlah Polong/Tangkai 0,08r

Jumlah Polong yang Masak/Tanaman (buah) 0,01r Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman (buah) 0,24s

Panjang Polong (cm) 0,45s

Jumlah Biji/Polong (buah) 0,25s

Bobot Biji/ Tanaman (g) 0,03r

Bobot 100 biji (g) 0,47s

Keterangan : r = Rendah s = Sedang t = Tinggi


(50)

Kemajuan Genetik

Nilai dari harapan kemajuan genetik (HKG) dan kemajuan genetik rata-rata (KGR) dapat dilihat pada Tabel 16. Nilai HKG berkisar antara 0,06 – 4,69 dan nilai KGR berkisar antara 0,39 – 16,04.

Dari hasil analisis diperoleh bahwa dari semua komponen hasil yang diamati terdapat 1 (satu) komponen hasil yang mempunyai nilai kemajuan genetik rata-rata yang sangat tinggi, 4 (empat) komponen hasil yang mempunyai nilai kemajuan genetik rata-rata yang tinggi, 1 (satu) komponen hasil yang mempunyai nilai kemajuan genetik rata-rata yang sedang, 5 (lima) komponen hasil yang mempunyai nilai kemajuan genetik yang rendah.

Tabel 16. Harapan Kemajuan Genetik (HKG) dan Kemajuan Genetik Rata-rata (KGR)

Komponen Hasil HKG KGR

Tinggi Tanaman (cm ) 4,69 11,28 t

Jumlah Cabang (cabang) 0,16 8,94 t

Umur Berbunga (hari) 0,67 1,83 r

Umur Panen (hari) 1,52 2,77 r

Jumlah Polong/Tangkai 0,09 4,01 r

Jumlah Polong yang Masak/Tanaman (buah) 0,06 0,39 r Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman (buah) 0,53 16,04 st

Panjang Polong (cm) 0,83 8,79 t

Jumlah Biji/Polong (buah) 0,74 7,49 s

Bobot Biji/ Tanaman (g) 0,15 1,37 r

Bobot 100 biji (g) 0,80 9,18 t

Keterangan : r = Rendah s = Sedang t = Tinggi st = Sangat Tinggi


(51)

Uji Progenitas

I. Uji progenitas antara F1 dengan F5

Tinggi Tanaman saat Panen (8 MST)

Data perbandingan tinggi tanaman saat panen terdapat pada Lampiran 54. Dari data tersebut dapat diperoleh bahwa F1 berbeda nyata dengan F5 pada setiap

varietas. Uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Tinggi Tanaman

Varietas Tinggi Tanaman (F1)

Tinggi tanaman (F5) S

2

SE Uji t

V1 (Betet) 63,75 40,00 7,994 1,897 12,522 *

V2 (Parkit) 56,25 41,58

7,734 *

V3 (Perkutut) 48,50 41,96

3,448 *

V4 (Kenari) 55,50 47,84

4,039 *

V5 (Sriti) 52,75 39,14

7,176 *

V6 (Murai) 53,75 38,78

7,893 *

2.9 t.05/2(20)= 2,086

Diagram beda tinggi tanaman antara F1 dengan F5 dapat dilihat pada Gambar 1


(52)

Jumlah Cabang saat Panen ( 8 MST) Jumlah Cabang saat Panen ( 8 MST)

Data perbandingan jumlah cabang saat panen dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa jumlah cabang pada F1 berbeda

nyata dengan jumlah cabang pada F5 kecuali pada varietas Murai. Uji progenitas

dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Jumlah Cabang Varietas Jumlah Cabang

(F1)

Jumlah Cabang (F5)

S2 SE Uji t

V1 (Betet) 4,62 2,60 1,017 0,676 2,986 *

V2 (Parkit) 4,25 2,60

2,439 *

V3 (Perkutut) 4,62 1,80

4,169 *

V4 (Kenari) 4,37 2,60

2,617 *

V5 (Sriti) 4,87 2,80

3,060 *

V6 (Murai) 4,87 4,00

1,286 tn

2.9 t.05/2(20)= 2,086

Diagram beda rataan jumlah cabang antara F1 dengan F5 terdapat pada Gambar2


(53)

Umur Berbunga (hari)

Data perbandingan umur berbunga dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa umur berbunga pada F1 tidak berbeda nyata

dengan umur berbunga pada F5, kecuali pada varietas Parkit. Uji progenitas dapat

dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Umur Berbunga (hari)

Varietas Umur Berbunga (F1)

Umur Berbunga (F5)

S2 SE Uji t

V1 (Betet) 35,75 36,40 1,56 0,838 0,776 tn

V2 (Parkit) 33,75 37,20 4,118 *

V3 (Perkutut) 34,75 35,20 0,537 tn

V4 (Kenari) 36,75 37,60 1,014 tn

V5 (Sriti) 36,87 37,00 0,155 tn

V6 (Murai) 35,25 35,60 0,418 tn

2.9 t.05/2(20)= 2,086

Diagram beda rataan umur berbunga antara F1 dengan F5 dapat dilihat


(54)

Kacang Hijau.

Umur Panen (hari)

Data perbandingan umur panen (hari) dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa umur panen pada F1 tidak berbeda

nyata dengan umur panen pada F5 kecuali pada varietas Perkutut dan Murai. Uji

progenitas dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Umur Panen (hari)

Varietas Umur panen (F1)

Umur Panen (F5)

S2 SE Uji t

V1 (Betet) 56,38 54,20 4,627 1,443 1,511 tn

V2 (Parkit) 55,88 55,40

0,333 tn

V3 (Perkutut) 56,50 53,00

2,426 *

V4 (Kenari) 57,38 57,80

0,291 tn

V5 (Sriti) 57,13 55,20

1,338 tn

V6 (Murai) 58,00 53,80

2,911 *

2.9 t.05/2(20)= 2,086

Diagram beda rataan umur panen antara F1 dengan F5 dapat dilihat pada


(55)

Gambar 4. Diagram Umur Panen antara F1 dan F5 pada Beberapa Varietas Kacang Hijau

Jumlah Polong/Tangkai (buah)

Data perbandingan jumlah polong/tangkai dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data tersebut terlihat bahwa jumlah polong/tangkai pada F1 berbeda

nyata dengan jumlah polong/tangkai pada F5 pada semua varietas dan jumlah

polong/tangkai semua varietas pada F5 lebih rendah dari jumlah polong/tangkai

semua varietas pada F1. Uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Jumlah Polong/Tangkai (buah)

Varietas Kontrol (F1)

Jumlah Polong/Tangkai

(F5) S

2

SE Uji t

V1 (Betet) 4,38 2,23 0,235 0,325 6,608 *

V2 (Parkit) 6,00 2,11

11,968 *

V3 (Perkutut) 4,38 2,61

5,434 *

V4 (Kenari) 4,75 1,84

8,956 *

V5 (Sriti) 6,25 2,01

13,044 *

V6 (Murai) 5,50 2,13

10,358 *

2.9 t.05/2(20)= 2,086

Diagram beda rataan jumlah polong/tangkai antara F1 dengan F5 dapat


(56)

Gambar 5. Diagram Jumlah Polong/ Tangkai antara F1 dan F5 pada Beberapa Varietas Kacang Hijau

Jumlah Polong yang Masak/Tanaman (buah)

Data perbandingan jumlah polong yang masak/tanaman dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data tersebut diketahui bahwa jumlah polong yang masak/tanaman di semua varietas pada F1 berbeda nyata dengan jumlah polong

yang masak/tanaman di semua varietas pada F5 dan F5 lebih tinggi dari F1. Uji

progenitas dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Jumlah Polong yang Masak/ Tanaman (buah).

Varietas

Jumlah Polong Yang Masak per tanaman

(F1)

Jumlah Polong Yang Masak per tanaman

(F5)

S2 SE Uji t

V1 (Betet) 8,87 13,60 6,13 1,66 2,849 *

V2 (Parkit) 7,65 16,00

5,029 *

V3 (Perkutut) 8,16 14,60

3,879 *

V4 (Kenari) 7,97 12,60

2,788 *

V5 (Sriti) 5,60 14,40

5,300 *

V6 (Murai) 5,94 14,60

5,216 *


(57)

Diagram beda rataan jumlah polong yang masak/tanaman antara F1 dengan

F5 dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Diagram Jumlah Polong yang Masak/Tanaman antara F1 dan F5 Pada Beberapa Varietas Kacang Hijau

Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman (buah)

Data perbandingan jumlah polong yang belum masak/tanaman dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data tersebut dapat diperoleh bahwa jumlah polong yang masak/tanaman pada F1 tidak berbeda nyata dengan jumlah polong yang

belum masak/tanaman pada F5. Uji progenitas dapat dilihat pada Tabel 23.

Tabel 23. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Jumlah Polong yang belum Masak/ Tanaman(buah).

Varietas

Jumlah Polong Yang Belum Masak/Tanaman

(F1)

Jumlah Polong Yang Belum Masak/tanaman

(F5)

S2 SE Uji t

V1 (Betet) 15,38 10,80 36,23 4,04 1,134 tn

V2 (Parkit) 8,50 10,60

0,520 tn

V3 (Perkutut) 11,75 13,80

0,508 tn

V4 (Kenari) 8,00 6,00

0,495 tn

V5 (Sriti) 16,88 10,80

1,506 tn

V6 (Murai) 18,25 18,60

0,087 tn


(58)

Diagram beda rataan jumlah polong yang belum masak/tanaman antara F1

dengan F5 dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Diagram Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman antara F1 dan F5 pada Beberapa Varietas Kacang Hijau

Panjang Polong (cm)

Data perbandingan panjang polong dapat dilihat pada Lampiran 54. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa panjang polong pada F1 berbeda nyata dengan

panjang polong pada F5 kecuali pada varietas Parkit dan Murai. Dimana panjang

polong varietas Parkit dan Murai pada F1 tidak berbeda nyata dengan panjang

polong varietas Parkit dan Murai pada F5. Uji progenitas disajikan pada Tabel 24.

Tabel 24. Uji Progenitas F1 dan F5 pada Panjang Polong (cm)

Varietas Panjang Polong (F1)

Panjang Polong (F5)

S2 SE Uji t

V1 (Betet) 11,38 8,84 0,447 0,449 5,672 *

V2 (Parkit) 9,99 9,74

0,562 tn

V3 (Perkutut) 11,14 8,80

5,208 *

V4 (Kenari) 12,07 10,55

3,380 *

V5 (Sriti) 12,16 9,13

6,764 *

V6 (Murai) 10,23 9,70

1,177 tn


(1)

Halimuddin Pandiangan : Studi Karakter Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Turunan Kelima, 2008.

USU Repository © 2009

Keterangan ( 2g) ( 2p) KVG KVP h2 HKG KGR

Tinggi Tanaman 2,94 18,02 3,4r 8,42 0,16r 1,42 2,81r

Jumlah Cabang 0,04 0,33 4,96r 14,25 0,15r 0,14 3,56r

Umur Mulai

Berbunga 0,12 1,7 0,99r 3,73 0,07r 0,18 0,54 r

Umur Panen 0,17 1,7 0,007r 2,33 0,1r 0,26 0,48r

Jumlah

Polong/tangkai 0,03 0,2 4,83r 12,49 0,15r 0,13 3,86r

Jumlah Polong Yang

Masak/Tanaman

20,4 40,29 12,13r 17,04 0,51t 6,62 17,78r

Jumlah Polong Yang Belum Masak/Tanaman

2344,4 2662,7 88,37st 94,18 0,88t 93,59 170,81st

Panjang Polong 0,07 0,4 2,47r 0,63 0,02r 0,03 0,34r

Jumlah

Biji/polong 0,1 0,6 2,51r 6,15 0,16r 0,26 2,11r

Bobot

Biji/Tanaman 8,04 26,77 8,54r 15,59 0,30s 3,2 9,65r


(2)

Lampiran 46.Variabilitas Genotip ( 2g), Variabilitas Fenotip ( 2p), Koefisien Variabilitas Genotip (KVG), Koefisien Variabilitas Fenotip (KVP), Harapan Kemajuan Genetik (HKG), Heritabilitas (h2), Harapan Kemajuan Genetik (HKG) Kemajuan Genetik Rata-rata (KGR) ) F3

Keterangan ( 2g) ( 2p) KVG KVP h2 HKG KGR

Tinggi Tanaman 22,91 28,67 9,32t 10,42 0,79t 8,81 17,15t

Jumlah Cabang 0,01 0,06 2,27r 5,45 0,17s 0,08 1,94r

Umur Mulai

Berbunga 0,16 0,69 1,13r 2,36 0,23s 0,389 1,11r

Umur Panen 0,04 0,79 0,37r 1,59 0,06r 0,10 0,18r

Jumlah

Polong/tangkai 0,06 0,18 6,30t 11,30 0,31s 0,27 7,23s

Jumlah Polong Yang

Masak/Tanaman

9,83 24,89 7,43t 11,82 0,39s 4,06 9,16s

Jumlah Polong Yang Belum Masak/Tanaman

82,69 102,12 31,69st 35,23 0,18t 16,86 58,76st

Panjang Polong 0,01 0,14 0,93r 3,998 0,05r 0,04 0,44

Jumlah Biji/polong 0,03 0,11 1,64r 3,06 0,29s 0,19 1,80r

Bobot

Biji/Tanaman 2,52 12,88 5,19t 11,73 0,19s 1,45 4,72s


(3)

Halimuddin Pandiangan : Studi Karakter Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Turunan Kelima, 2008.

USU Repository © 2009

Keterangan ( 2g) ( 2p) KVG KVP h2 HKG KGR

Tinggi Tanaman

25,49 138,37 10,28r 23,94 0,18r 52,52 106,8st

Jumlah Cabang 0,06 0,20 6,97 r 12,85 0,29s 0,12 3,49r

Umur Mulai

Berbunga 0,86 2,26 2,58r 4,17 0,38s 1,78 4,93r

Umur Panen 0,14 1,37 0,67r 2,09 0,10r 0,29 0,52r

Jumlah

Polong/tangkai 0,06 0,24 9,19r 18,45 0,25s 0,12 4,62r

Jumlah Polong Yang

Masak/Tanaman 0,21 2,56 7,90r 27,80 0,08r 0,43 7,39r

Jumlah Polong Yang Belum

Masak/Tanaman 0,62 1,85 29,30s 50,83 0,33s 1,27 47,36t

Panjang Polong 0,04 0,53 2,10r 7,32 0,08r 0,09 0,91r

Jumlah

Biji/polong 0,01 0,66 0,76r 7,10 0,01r 0,02 0,14r

Bobot

Biji/Tanaman 23,82 39,04 32,54s 41,67 0,61t 49,06 327,17st

Bobot 100 biji


(4)

Lampiran 48.Variabilitas Genotip ( 2g), Variabilitas Fenotip ( 2p), Koefisien Variabilitas Genotip (KVG), Koefisien Variabilitas Fenotip (KVP), Harapan Kemajuan Genetik (HKG), Heritabilitas (h2), Harapan Kemajuan Genetik (HKG) Kemajuan Genetik Rata-rata (KGR) ) F5

Keterangan ( 2g) ( 2p) KVG KVP h2 HKG KGR

Tinggi Tanaman 9,52 17,52 7,43 s 10,07 0,54t 4,69 11,28 t

Jumlah Cabang 0,03 0,1 8,95 t 18,47 0,24s 0,16 8,94 t

Umur Mulai

Berbunga 0,49 2,25 1,91 r 4,1 0,22s 0,67 1,83 r

Umur Panen 1,89 6,51 2,50 r 4,65 0,29s 1,52 2,77 r

Jumlah

Polong/tangkai 0,02 0,26 6,77 s 23,52 0,08r 0,09 4,01 r

Jumlah Polong Yang

Masak/Tanaman 0,07 6,19 4,17 s 39,97 0,01r 0,06 0,39 r

Jumlah Polong Yang Belum Masak/Tanaman

0,28 1,2 16,0 st 32,9 0,24s 0,53 16,04 st

Panjang Polong 0,36 0,81 6,37 s 9,52 0,45s 0,83 8,79 t

Jumlah Biji/polong 0,52 2,1 7,31 s 14,72 0,25s 0,74 7,49 s

Bobot Biji/Tanaman 0,19 6,77 3,96 r 23,67 0,03r 0,15 1,37 r


(5)

Halimuddin Pandiangan : Studi Karakter Beberapa Varietas Tanaman Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Turunan Kelima, 2008.

USU Repository © 2009

Betet 63,75 52,96 58,38 39,73 40

Parkit 56,25 52,35 57,05 45,04 41,58

Perkutut 48,50 50,36 47,93 49,58 41,96

Kenari 55,00 50,37 48,51 59,40 47,84

Sriti 52,75 45,58 47,75 47,16 39,14

Murai 53,75 50,33 48,68 55,88 38,78

2. Jumlah cabang (cabang)

Betet 4,62 4,12 4,25 3,00 2,60

Parkit 4,25 3,75 4,50 3,38 2,60

Perkutut 4,62 3,75 4,50 3,63 1,80

Kenari 4,37 4,62 4,38 4,00 2,60

Sriti 4,87 3,87 4,13 3,50 2,80

Murai 4,87 4,12 4,38 3,38 4,00

3. Umur Berbunga (hari)

Betet 35,75 35,75 35,38 36,38 36,40

Parkit 33,75 35,25 34,88 36,63 37,20

Perkutut 34,75 34,87 34,38 35,38 35,20

Kenari 36,37 35,50 35,50 37,13 37,60

Sriti 36,87 34,12 35,88 34,00 37,00

Murai 35,25 34,00 34,88 37,00 35,60

4. Umur Panen (hari)

Betet 56,38 56,50 56,25 56,38 54,20

Parkit 55,88 56,12 55,88 55,88 55,40

Perkutut 56,50 56,00 56,00 55,63 53,00

Kenari 57,38 56,75 56,63 56,63 57,80

Sriti 57,13 55,12 55,25 55,25 55,20

Murai 58,00 54,87 55,63 55,60 53,80

5.Jumlah Polong/Tangkai (buah)

Betet 4,38 3,42 3,79 2,63 2,23

Parkit 6,00 3,45 3,27 2,37 2,11

Perkutut 4,38 4,11 3,98 2,96 2,61

Kenari 4,75 3,61 3,85 2,44 1,84

Sriti 6,25 3,85 3,53 3,19 2,01

Murai 5,50 3,37 4,05 2,61 2,13

6. Jumlah Polong yang Masak/Tanaman (buah)

Betet 8,87 37,88 44,50 37,75 13,60

Parkit 7,65 36,63 39,00 28,75 16,00

Perkutut 8,16 38,38 47,00 44,25 14,60


(6)

Sriti 5,60 37,25 39,63 52,50 14,40

Murai 5,94 41,50 44,88 25,75 14,60

7. Jumlah Polong yang belum Masak/Tanaman

Betet 15,38 21,75 20,20 3,75 10,80

Parkit 8,5 47,00 20,63 4,50 10,60

Perkutut 11,75 60,00 20,38 14,50 13,80

Kenari 8,00 34,75 34,00 17,75 6,00

Sriti 16,88 84,00 37,00 7,75 10,80

Murai 18,25 83,25 40,13 2,50 18,60

8. Panjang Polong (cm)

Betet 11,32 10,81 9,64 10,12 8,84

Parkit 9,99 10,75 9,38 9,70 9,74

Perkutut 11,14 9,97 9,03 10,42 8,80

Kenari 12,07 11,04 9,37 9,36 10,55

Sriti 12,16 11,02 9,32 9,79 9,13

Murai 10,23 10,58 9,46 10,41 9,70

9. Jumlah Biji/Polong (buah)

Betet 13,46 12,65 10,94 11,68 10,02

Parkit 13,29 12,61 10,63 11,73 10,42

Perkutut 12,68 12,32 10,88 11,24 8,24

Kenari 12,14 12,07 10,66 11,04 11,08

Sriti 13,19 13,47 10,86 11,95 9,90

Murai 10,41 12,37 10,34 10,93 9,60

10. Bobot 100 Bijj (g)

Betet 6,34 7,41 6,71 7,01 8,04

Parkit 7,73 7,64 6,94 7,36 9,36

Perkutut 6,64 6,12 6,63 7,36 8,60

Kenari 7,92 7,99 6,96 7,59 9,60

Sriti 7,00 6,66 6,86 8,33 8,16