Pengembangan Kebiasaan Membaca

PENGEMBANGAN KEBIASAAN MEMBACA
A. RIDWAN SIREGAR
Program Studi Perpustakaan dan Informasi Universitas Sumatera Utara
1. Pendahuluan Kebiasaan membaca mahasiswa dapat dikembangkan karena membaca
adalah suatu keterampilan yang diperoleh setelah seseorang dilahirkan, bukan keterampilan bawaan. Kebiasaan tersebut dapat dipupuk, dibina dan dikembangkan melalui proses belajar-mengajar.
Lingkungan pendidikan tinggi merupakan basis yang sangat strategis untuk mengembangkan kebiasaan membaca. Kegiatan membaca sudah seharusnya merupakan aktivitas rutin sehari-hari masyarakat ilmiah dan akademik kerena tugas mereka menuntut hal demikian. Kegiatan belajar, meneliti, menulis, berseminar, berdiskusi, dan sebagainya menuntut seseorang harus selalu membaca untuk memperoleh pengetahuan dan informasi yang reelvan dan mutakhir agar mutu hasil kerjanya terus meningkat.
Di sisi lain pendidikan tinggi tidak mungkin dapat terselenggara dengan baik jika mahasiswa dan dosen sebagai anggota masyarakat akademik dan ilmiah
tidak didukung oleh sumber belajar yang mereka perlukan.
Bahkan buku dan bahan bacaan lainnya mempunyai kedudukan yang sama dengan posisi dosen dalam proses belajar mengaja. Ketersediaan dan kemudahan akses terhadap sumber informasi yang luas dengan sendirinya akan mampu meningkatkan mutu penyelenggaraan program pendidikan tinggi.
Dalam lingkungan pendidikan tinggi, kegiatan membaca mempunyai fungsi sosial untuk memperoleh kualifikasi tertentu, yang dikenal dengan istilah achievement reading. Seseorang mahasiswa agar dapat berhasil lulus dengan baik dalam studinya harus mempelajari dan membaca sejumlah bahan bacaan terutama yang direkomendasikan oleh dosennya. Sebaliknya seorang dosen untuk memperoleh kualifikasi tertentu dalam jabatannya harus mengajar, meneliti, menulis karya ilmiah dan sebagainya, yang kesemuanya menuntut mereka untuk membaca berbagai literatur untuk memperbaharui pengetahuannya secara berkelanjutannya.
Dengan demikian jelaslah bahwa upaya untuk mengembangkan kebiasaan membaca adalah sesuatu yang sangat fundamental dan strategis untuk dilakukan dalam rangka meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan tinggi. Yang menjadi pertanyaan, bagaimanakah strategi yang mungkin dilakukan untuk mengembangkan kebiasaan membaca tersebut.
2. Kegiatan Membaca Mahasiswa Bagaimanakah kondisi kegiatan membaca mahasiswa. Pertanyaan ini
tentu hanya dapat dijawab oleh setiap dosen karena merekalah yang memberi tugas dan mengetahui hasil kerja setiap orang mahasiswa yang menjadi peserta kuliah mereka. Tetapi walaupun demikian, ada indikator lain yang dapat memberikan gambaran secara umum tentang keiatan membaca mahasiswa yaitu statistik pelayanan perpustakaan. Perpustakaan sebagai pusat sumber belajar dan informasi telah terbukti mempunyai kedudukan yang sangat penting yaitu organ penting yaitu organ pusat dari suatu sistem perguruan tinggi di negaranegara maju.

©2004 Digitized by USU digital library

1

Perbaikan secara total dan berkelanjutan terhadap mutu sumber daya perpustakaan termasuk koleksi, staf dan sistem yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan mutu pelayanan suatu perguruan tinggi. Perbaikan tersebut dapat dan mungkin dilakukan jika dosen dan pimpinan perguruan tinggi memiliki komitmen yang kuat terhadap hal tersebut.
Potensi minat baca mahasiswa sebenarnya sangat besar. Mahasiswa pada umumnya datang menggunakan perpustakaan adalah atas inisiatif mereka sendiri. Mereka menelusuri rimba infoemasi tanpa peta atau petunjuk yang memadai yang diberikan oleh dosen.
Dengan kata lain, dosen pda umumnya masih kurang memberikan tugastugas yang mendorong kegiatan membaca mahasiswa. Dengan keterlibatan para dosen yang lebih besar untuk mendorong mahasiswa membaca melalui perkuliahan tentu akan memberikan hasil yang lebih mengesankan pada masa yang akan datang.

3. Strategi Pengembangan Dari uraian diatas terlihat bahwa kegiatan membaca bagi mahasiswa
adalah suatu yang sangat mendasar dan potensial untuk dikembangkan secara berkelanjutan dalam rangka untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan tinggi. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dipikirkan strategi yang mungkin dilakukan dalam waktu dekat di lingkungan perguruan tinggi.
Berikut ini dicoba menawarkan sutu strategi berbagai alternatif, walaupun idenya bukan sesuatu yang baru, tetapi diperkirakan mungkin dilakukan dan bersifat operasional.
Peningkatan kegiatan membaca mahasiswa dapat dilakukan dengan menjalin kerjasama yang lebih erat antara dosen dan pustakawan dalam penyediaan dan penggunaan bahan-bahan bacaan. Dosen memilih dan menentukan buku-buku atau bahan bacaan yang harus dibaca oleh seseorang mahasiswa sebagai anggota kelompok peserta suatu mata kuliah, dan memberitahukannya kepada pustakawan. Sebaliknya perpustakaan berupaya menyediakan bahan-bahan tersebut dan mengatur pelayanannya secara khusus sehingga peluang setiap mahasiswa untuk membacanya dapat terjamin.
Setiap dosen untuk setiap mata kuliah yang menjadi tanggung jawabnya melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Memilih dan merekomendasikan bahan-bahan bacaan yang harus dibaca oleh mahasiswa dalam satu semester, dan memberitahukannya kepada pustakawan dengan mengisi suatu formulir isisan yang disediakan oleh perpustakaan. Jika diperlukan, dosen dapat meminta bantuan pustakawan untuk menelusur bahan-bahan yang sesuai baik melalui katalog perpustakaan maupun katalog penerbit.
2. Dosen memberi tugas-tugas kepada mahasiswa untuk membaca seluruh atau sebahagian isi bahan bacaan yang telah direkomendasikan, dan bila perlu juga bahna-bahan lain yang relevan yang harus dicari sendiri oleh mahasiswa. Evaluasi terhadap tugas-tugas yang diberikan dan ujian-ujian harus didasarkan terutama pada bahan-bahan bacaan yang direkomendasikan. Jika dirasa perlu, dosen dapat meminta kepada pustakawan data penggunaan bahan-bahan yang direkomendasikan.
Sebaliknya pustakawan mendukung penyelenggaraan perkuliahan secraa langsung dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:

©2004 Digitized by USU digital library

2

1. Membantu setiap dosen dalam mempersiapkankan penyediaan bahan bacaan yang diperlukan oleh mahasiswa. Bahan bacaan yang sudah dimiliki oleh perpustakaan dipindahkan sebanyak satu atau dua eksemplar ke dalam koleksi khusus pinjam singkat (KPS), sedangkan bahan yang belum dimiliki diusahakan pengadaanya baik melalui pembelian maupun fotokopi.
2. Membangun dan mengoperasikan suatu sistem informasi dan pelayanan bahan bacaan untuk koleksi khusus penunjang perkuliahan yang mampu memberikan informasi dan pelayanan cepat serta menjamin peluang bagi setiap mahasiswa untuk memperoleh bahan bacaan yang direkomendasikan minimal satu kali dalam seminggu.
Untuk memantau keberlanjutan penyelenggaraan program tersebut, Kepala perpustakaan membuat laporan secara berkala (semesteran) yang memuat informasi tentang mata-mata kuliah yang ditawarkan dosen penanggung jawab dan bahan-bahan bacaan yang direkomendasikan: yang terakhir dilengkapi dengan pengarang, judul, penerbit dan tahun terbit. Laporan tersebut dapat digunakan oleh Ketua jurusan, Dekan dan bila perlu rektor untuk mengevaluasi penyelenggaraan program perkuliahan.
Disamping itu, diusulkan agar setiap Ketua Jurusan membuka kesempatan kepada para mahasiswa untuk mengajukan keberatan/klaim jika evaluasi yang dibuat oleh dosen tidak sesuai dengan bahan bacaan yang direkomendasikan, dan/atau jika bahan-bahan yang mereka perlukan tidak tersedia atau sulit diperoleh melalui Perpustakaan.
4. Implementasi
Untuk pelaksanaan program tersebut, Perpustakaan akan mendapat beban kerja yang cukup besar pada tahap awal karena disamping harus mempersiapkan sistem pendukung, termasuk reorganisasi koleksi dan staf, juga memerlukan biaya yang cukup besar. Perpustakaan harus menyediakan koleksi buku teks pendukung untuk sebanyak jumlah mata kuliah memerlukan sedikitnya 3 judul buku dengan jumlah minimal 2 eksemplar per judul. Oleh karena itu, implementasi sebaiknya dilaksanakan secara bertahap yang diperkirakan membutuhkan waktu selama dua tau tiga tahun. Setelah itu, program tersebut akan menjadi suatu budaya, sama halnya seperti yang berlangsung sekarangdi negara-negara yang lebih maju.
Daftar Pustaka

Benge, Ronald J. Libraries and cultural change. Clive Bingley, 1986.
Siregar, A. Ridwan. Kurikulum dan perpustakaan perguruan tinggi dalam Buletin Perpustakaan BKS-PTN-B, Vol III No.1 dan 2, Jan-Des 1992.
Siregar, A. Ridwan. Pengelolaan mutu total perpustakaan perguruan tinggi dalam Buletin Perpustakaan BKS-PTN-B, Vol IV No.1 dan 2, Jan-Des 1993.

©2004 Digitized by USU digital library

3